Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH AKUNTANSI SOSIAL LIANGKUNGAN


“GREENING CORPORATION DAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN”

OLEH
KELOMPOK 6:
1. ERLI JALFRIANA HANAS (1810020055)
2. NURHAKIKI (1810020050)
3. STEVANUS WILLA (1810020053)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul“GREENING
CORPORATIO DAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN ” ini dengan baik.Terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang menjadi masukan bagi kami, agar makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
dan wawasan tentang Pembelanjaan Lingkungan Tahunan Perusahaan dan Batas Sistem.

Kupang, 22 Oktober 2020

Penulis
3

DAFTER ISI

COVER.............................................................................................................................1
KATA PENGATAR.........................................................................................................2
DAFTER ISI.....................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1...........................Latar Belakang....................................................................................
................................................4
1.2..................... Rumusan Masalah....................................................................................
................................................4
1.3...................................... Tujuan ....................................................................................
................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
1. Greening Corporation...........................................................................................5
1.1......Kekuatan perubahan....................................................................................
....................................5
1.2. Eksternal Mempengaruhi Perubahan Lingkungan.........................................5
1.3. Internal Mempengaruhi Perubahan Lingkungan...........................................6
1.4. Pengukuran Performance dan Penilaian Sistem............................................7
2. Kebijakan Lingkungan.........................................................................................7
2.1. Elemen Untuk Memenuhi persyaratan ISO 14001........................................7
2.2.. Persyaratan Tambahan....................................................................................
....................................9
2.3. Defenisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan................................................9
2.4. Perkembangan Dan Motif Tanggung Jawab Sosial....................................12
2.5. Model Tanggung Jawab Sosial perusahaan.................................................15
2.6. Peraturan Perundangan CSR........................................................................16
BAB III PENUTUP........................................................................................................18
3.1. KESIMPULAN.......................................................................................................18
3.2. SARAN....................................................................................................................18
DAFTER PUSTAKA.....................................................................................................19
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LAT
AR BELAKANG
Memasuki era yang modern atau lebih dikenal dengan globalisasi, masalah demi
masalah muncul sebagai akibat yang ditimbulkan oleh era tersebut. Tidak dapat dipungkiri
bahwa setiap makhluk hidup utamanya manusia tidak dapat lepas dari dampak globalisasi
tersebut, karena makhluk hiduplah pelaku utama dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu,
setiap manusia harus senantiasa waspada terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh kegiatan yang dilakukannya terutama dalam melakukan hal-hal yang berkaitan
dengan lingkungan.
Aspek yang paling sensitif terhadap dampak era yang serba industri seperti sekarang
ini adalah lingkungan. Besar kecilnya kegiatan manusia pasti akan berdampak pada
kualitas lingkungan. Dengan demikian, manusia sebagai pelaku utama lingkungan harus
senantiasa mengendalikan dan menjaga lingkungan agar tidak mengalami kerusakan.
Di Indonesia, masalah lingkungan merupakan masalah yang cukup serius yang harus
segera diatasi. Lingkungan hidup Indonesia yang dulu dikenal sangat ramah dan hijau kini
seakan berubah menjadi ancaaman bagi masyarakatnya. Betapa tidak, tingkat kerusakan
lingkungan di indonesia sangat besar. Pencemaran lingkungan dan aktifitas penebangan
hutan secara illegal merupakan penyebab utamanya.

1.2. RU
MUSAN MASALAH
1. Apa itu Greening Corporation ?
2. Apa itu Kebijakan lingkungan ?
1.3. TUJ
UAN
5

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Greening Corporation


2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Kebijakan Lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN

1. GREENING CORPORATION

Sepuluh langkah mencapai lingkungan yang unggul :


1. Membentuk dan mengembangkan kebijakan lingkungan
2. Menyiapkan program-program
3. Menyusun organisasi dan pegawai
4. Mengalokasikan sumber yang cukup
5. Investasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai lingkungan
6. Mendidik dan berlatih
7. Mengawasi, memeriksa, dan melaporkan
8. Mengikuti perkembangan aegenda penghijauan
9. Mendukung program lingkungan
10. Membantu membangun jembatan diantara bermcam-macam ketertarikan
1.1. KE
KUATAN PERUBAHAN
Satu pendekatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadi hijau :
1. Mengembangkan kerjasama komponen-komponen dalam masalah lingkungan
2. Menerima bahwa perusahaan telah mengganggu lingkungan dan bertujuan untuk
meminimalkan hal tersebut serta berharap akan peningkatan
3. Membuat dugaan akibat terhadap lingkungan dalam setiap kegiatan utama perusahaan
4. Mengadakan pelatihan lingkungan pada semua tingkatan staff
5. Membangun jaringan antara kelompok lingkungan
6

3R dalam kebudayaan lingkungan yaitu reduce (mengurangi), reuse (penggunaan


kembali), recycle (daur ulang).
1.2. EKSTERNAL ME
Memonitor perkembangan agenda lingkungan, organisasi harus
mengawasi :
1. Kemunculan fakta lingkungan, penemuan dan penelitian
2. Kemunculan issu lingkungan
3. Cara media membawa isu
4. Opini publik
5. Sikap dan pandangan karyawan
6. Aktivitas kelompok lingkungan
7. Aktivitas, profil dan sikap supplier serta konsumen
8. Hukum dan arahan
9. Aparat bisnis dan pemerintahan
10. Prosedur komplain dan menerima komplain
11. Pertimbangan apa yang paling baik dilatih dalam industri

1.3.
INTERNAL MEMPENGARUHI PERUBAHAN LINGKUNGAN
(KARYAWAN)
Kemampuan karyawan telah ditingkatkan dalam pembelajaran manajemen senior dan
dapat melanjutkannya. Hal ini mungkin menjadi langkah awal yang paling sukses dalam
perubahan awal organisasi dan kebudayaannya jika masalah lingkungan menjadi serius.
MANAJEMEN SENIOR
Tingkatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Lingkungan
7

1.4.
PENGUKURAN PERFORMANCE DAN PENILAIAN SISTEM
Ini adalah point dimana “lingkungan” harus ada di setiap prosedur dan kebijakan
perusahaan. Yang paling penting, isu lingkungan harus menjadi faktor inti dalam perancangan
dan pengoperasian system keuangan dan sistem penilaian performance, perangsang dan
reward.
Tiga indikator performance lingkungan :
1. Indikator Operasional : mengukur potensi tekanan dalam lingkungan, seperti
membakar bahan bakar fosil atau mengubah sumber hutan menjadi pabrik kertas.
2. Indikator manajemen : mengukur usaha untuk mengurangi efek lingkungan, seperti
penggunaan efisiensi energi oleh perusahaan atau program pelatihan lingkungan.
3. Indikator Kondisi lingkungan : mengukur kualitas lingkungan seperti konsentrasi
polusi udara atau perubahan iklim global.

2. KEBIJAKAN LINGKUNGAN
ISO 14001 mensyaratkan bahwa manajemen puncak organisasi menetapkan
kebijakan lingkungan bagi organisasi. Apa maksud dari kebijakan lingkungan
8

tersebut? Apa saja isinya? Bagaimana cara menyusunnya?.

Kebijakan lingkungan ISO 14001 adalah kebijakan yang menguraikan maksud dan
arahan bagaimana perusahaan akan berhubungan dengan efeknya pada lingkungan secara
keseluruhan. Pernyataan ini perlu datang dari manajemen puncak, karena itu adalah panduan
bagaimana setiap individu dalam perusahaan akan melakukan pekerjaan mereka dalam
kaitannya dengan dampak lingkungan. Ha ini adalah di mana Anda menampilkan apa
komitmen perusahaan Anda dalam mengendalikan dan meningkatkan dampak lingkungan
yang Anda buat.

2.1. ELE
MEN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN ISO 14001

Kebijakan lingkungan memiliki beberapa elemen tertentu yang diperlukan untuk


memenuhi persyaratan ISO 14001. Berikut adalah beberapa penjelasan dan beberapa ide
tentang apa saja yang peru ada dalam Kebijakan Lingkungan.

1. Kesesuaian organisasi – Poin yang tidak benar-benar perlu ditulis dalam kebijakan;
melainkan adalah sesuatu yang perlu diingat sepanjang penulisan kebijakan.
Kebijakan lingkungan harus sesuai dengan dampak lingkungan dari kegiatan Anda.
Jika Anda adalah perusahaan yang sangat bergantung pada penggunaan dan
pembuangan bahan kimia, maka memiliki kebijakan lingkungan yang difokuskan pada
limbah yang dibuat oleh kantin Anda adalah salah.

2. Perbaikan berkesinambungan – Salah satu alasan utama untuk menerapkan sistem


manajemen adalah untuk mengidentifikasi proses dalam rangka meningkatkan sistem
tersebut. Kebijakan lingkungan diharapkan untuk menyertakan komitmen untuk
konsep perbaikan berkesinambungan dalam bagaimana proses Anda mempengaruhi
lingkungan. Anda tidak perlu untuk menyatakan bagaimana Anda akan melakukan hal
ini, hanya saja Anda berkomitmen untuk melakukannya.

3. Pencegahan pencemaran – komitmen lain yang perlu dimasukkan sebagai bagian


dasar dari kebijakan ini adalah komitmen perusahaan Anda untuk mencegah polusi.
Sekali lagi, Anda tidak perlu untuk mendokumentasikan bagaimana langkah
9

praktisnya dalam Kebijakan, tapi hal ini harus menjadi sesuatu yang dapat dengan
mudah Anda delegasikan pada seseorang pada audit.

4. Mematuhi persyaratan hukum dan lainnya – Komitmen terakhir yang diperlukan


dalam kebijakan ini adalah untuk mematuhi semua persyaratan hukum dan lainnya
yang terkait dengan aspek lingkungan Anda. Aspek lingkungan adalah cara
mengidentifikasi bahwa Anda berinteraksi dengan lingkungan dan Anda perlu untuk
setuju bahwa Anda akan bertemu hukum atau ketentuan lainnya yang berhubungan
dengan ini.

5. Kerangka tujuan dan sasaran – Di sinilah Anda masuk ke informasi rinci yang
berlaku untuk perusahaan Anda. Anda akan perlu menyiapkan rencana untuk
mencapai beberapa tujuan dan sasaran yang terkait dengan meningkatkan pengaruh
Anda pada lingkungan, dan ini harus konsisten dengan kebijakan lingkungan Anda.
Jika Anda menetapkan kebijakan untuk memantau dan mengurangi dampak
lingkungan Anda yang berhubungan dengan menghilangkan bahan kimia berbahaya
yang digunakan dalam penciptaan produk Anda, maka tujuan dan target akan akhirnya
harus berhubungan dengan ini. Jangan meletakkan sesuatu ke dalam kebijakan Anda
yang tidak dapat ditindaklanjuti dengan rencana perbaikan Anda.

2.2. PER
SYARATAN TAMBAHAN

Seiring dengan persyaratan di atas pada apa yang perlu dalam kebijakan, ada persyaratan
tambahan tentang cara membuat kebijakan dan apa yang perlu dilakukan dengan kebijakan.

1. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara – Kebijakan lingkungan adalah


salah satu item dalam sistem manajemen yang perlu menjadi dokumen tertulis. Hal ini
bisa dalam bentuk hard copy atau soft, tapi tidak bisa dari mulut ke mulut. Hal ini juga
perlu dilaksanakan, yang berarti bahwa telah ada rencana dibuat dan sumber daya
yang ditugaskan untuk membuat komitmen dalam kebijakan. Dengan berjalannya
waktu, kebijakan juga perlu ditinjau dan diperbarui sebagai sifat dari dampak
lingkungan perusahaan berubah, dan ini termasuk dalam pemeliharaan kebijakan.

2. Dikomunikasikan kepada seluruh karyawan – Karyawan perlu memahami apa


kebijakan perusahaan dan bagaimana tindakan pekerjaan mereka mempengaruhi
dampak lingkungan perusahaan. Mereka tidak perlu menghafal kebijakan tersebut,
10

tetapi karyawan harus bisa memahami apa yang dimaksud dan bagaimana mereka
terlibat dalam mencapai tujuan.

3. Tersedia untuk umum – Tidak seperti banyak sistem manajemen, kebijakan


lingkungan diharapkan akan berbagi dengan siapa pun di luar perusahaan yang
meminta. Hal ini dapat diposting di situs eksternal atau disediakan oleh penyelidikan,
tetapi jika seseorang ingin tahu apa kebijakan Anda itu harus siap tersedia. Hal ini
merupakan salah satu langkah bagaimana investasi Anda dalam sistem manajemen
lingkungan dapat menjadi alat publisitas untuk perusahaan Anda.

2.3. DEF
INISI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai
suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam
melayanai kepentingan organisasi dan kepentingan public eksternal.
Secara konseptual, TSP adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegarasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan ( stakeholders ) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. ( Nuryana,
2005 ). Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative berbeda, beberapa nama
lain yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan TSP antara lain, Investasi Sosial
Perusahaan( corporate social Investment/investing), pemberian perusahaan ( Corporate
Giving), kedermawanan Perusahaan ( Corporate Philantropy ).
Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung 2 makna, yakni tanggung jawab dalam
makna responsibility atau tanggung jawab moral atau etis, dan tanggung jawab dalam makna
liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum.
1. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Responsibility
Burhanuddin Salam, dalam bukunya “Etika Sosial”, memberikan pengertian bahwa
responsibility is having the character of a free moral agent; capable of determining one’s acts;
capable deterred by consideration of sanction or consequences. (Tanggung jawab itu memiliki
karakter agen yang bebas moral; mampu menentukan tindakan seseorang; mampu ditentukan
oleh sanki/hukuman atau konsekuensi).
Setidaknya dari pengertian tersebut, dapat kita ambil 2 kesimpulan :
a). Harus ada kesanggupan untuk menetapkan suatu perbuatan; dan
b). Harus ada kesanggupan untuk memikul resiko atas suatu perbuatan.
11

Kemudian, kata tanggung jawab sendiri memiliki 3 unsur :


1). Kesadaran (awareness). Berarti tahu, mengetahui, mengenal. Dengan kata lain,
seseorang(baca : perusahaan) baru dapat dimintai pertanggungjawaban, bila yang
bersangkutan sadar tentang apa yang dilakukannya;
2). Kecintaan atau kesukaan (affiction). Berarti suka, menimbulkan rasa kepatuhan,
kerelaan dan kesediaan berkorban. Rasa cinta timbul atas dasar kesadaran, apabila tidak ada
kesadaran berarti rasa kecintaan tersebut tidak akan muncul. Jadi cinta timbul atas dasar
kesadaran, atas kesadaran inilah lahirnya rasa tanggung jawab;
3). Keberanian (bravery). Berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa keikhlasan, tidak
ragu-ragu dan tidak takut dengan segala rintangan. Jadi pada prinsipnya tanggung jawab
dalam arti responsibility lebih menekankan pada suatu perbuatan yang harus atau wajib
dilakukan secara sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan atau konsekuensi
apapun dari perbuatan yang didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain responsibility
merupakan tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung yang hanya disertai sanksi
moral. Sehingga tidak salah apabila pemahaman sebagian pelaku dan atau perusahaan
terhadap CSR hanya sebatas tanggung jawab moral yang mereka wujudkan dalam bentuk
philanthropy maupun charity.

2. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability


Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung jawab
dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab keperdataan.
Dalam hukum keperdataan, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai berikut :
1). Prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsure kesalahan (liability based on fault);
2). Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga(presumption of liability);
3). Prinsip tanggung jawab mutlak (absolute liability or strict liability).
Selain ketiga hal tersebut, masih ada lagi khusus dalam gugatan keperdataan yang
berkaitan dengan hukum lingkungan ada beberapa teori tanggung jawab lainnya yang dapat
dijadikan acuan, yakni :
1). Market share liability;
2). Risk contribution;
3). Concert of action;
12

4). Alternative liability;


5). Enterprise liability.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab
dalam makna responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability pada hakekatnya
hanya terletak pada sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum ada pengaturannya
secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam makna responsibility, dan
sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah diatur di dalam norma hukum, maka termasuk
dalam makna liability
Munculnya Konsep TSP didorong oleh terjadinya Kecenderungan pada masyarakat
industri yang dapat disingkat dengan fenomena DEAF (yang dalam bahasa inggris berarti
Tuli), sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi.
( Suharto, 2005)
1. Dehumanisas industry. Efisien dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia
industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh
di perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger
mania” dan perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang Pemutusan
Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah
melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.

2. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk
meminta pertanggungjawaban perusahaaan atas berbagai masalah sosial yang sering
kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut
akuntabilitas (accountability) perusahaan bukan saja dalam proses produksi,
melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai
dampak sosial yang ditimbulkannya.
3. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja ini semakin transparan dan terbuka
laksana sebuah akuarium .Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan
cenderung mengabaikan hokum, prinsip, etis,dan, filantropis tidak akan mendapat
dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar
perusahaan seperti ini di tutup.
4. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja semakin menuntut
dunia perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti
pemberian cuti hamil dan melahirkan, kesehatan dan keselamatan kerja, melainkan
13

pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan


remaja akibat berkurangnya kehadiran ibu-ibu dirumah dan tentunya dilingkungan
masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian
fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga
dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah “kompensasi” sosial terhadap isu ini.

2.4. PER
KEMBANGAN DAN MOTIF TANGGUNGJAWAB SOSIAL
Sebagaimana dinyatakan Porter dan Kramer (2002) diatas, Pendapat yang
menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan adalah
pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang dikemukakan
oleh Archie B. Carrol harus dipahami sebagai satu kesatuan. Karenanya secara konseptual,
TSP merupakan Keedulian perusahaan yang didasari 3 prinsip dasar yang dikenal dengan
istilah Triple Bottom Lines yaiu, 3P :
1. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi
yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian
beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan
kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang
merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat
3. Plannet, Perusahaan peduli terhadap lingkunga hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Beberapa program TSP yan berpijak pada prinsip ini biasanay
berupa penghijaunan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan
permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme ) dll.
Secara Tradisional, para teoritisi maupun pelaku bisnis memiliki interprestasi yang
keliru mengenai keuntungan ekonomi perusahaan. Pada umumnya mereka berpendapat
mencari laba adalah hal yang harus diutamakan dalam perusahaan. Diluar mencari laba hanya
akan menggangu efisiensi dan efektifitas perusahaan. Karena seperti yang dinyatakan Milton
Friedman, Tanggungjawab Sosial Perusahaan tiada lain dan harus merupakan usaha mencari
laba itu sendiri ( Saidi dan Abidan (2004:60)
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability development) dapat juga berarti menjaga
pertumbuhan jumlah penduduk yang tetap sepadan dengan kapasitas produksi sesuai dengan
14

daya dukung lingkungan. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan merupakan integrasi


dari cita ideal untuk memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata (intra-generational
equity), hal ini menentukan tujuan pembangunan, dan memenuhi kebutuhan generasi kini dan
generasi mendatang secara adil (inter-generational equity) menentukan tujuan
kesinambungan.
Pembangunan berkelanjutan sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan antara
jumlah penduduk dan kemampuan produksi sesuai daya dukung lingkungan mengindikasikan
adanya keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan
keseimbangan dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi kesinambungan
yang akan berubah sesuai situasi dan kondisi serta waktu. Pada intinya pembangunan
berkelanjutan memiliki dua unsur pokok yaitu kebutuhan yang wajib dipenuhi terutama bagi
kaum miskin, dan kedua adanya keterbatasan sumber daya dan teknologi serta kemampuan
organisasi sosial dalam memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan
masa mendatang. Untuk itu Komisi Brandtland memberikan usulan penting dalam
pembangunan berkelanjutan yaitu adanya keterpaduan konsep politik untuk melakukan
perubahan yang mencakup berbagai masalah baik sosial, ekonomi maupun lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan karena dorongan berbagai hal, salah satunya
adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pelaksanaan pembangunan. Pengalaman
negara maju dan negara berkembang menunjukkan bahwa pembangunan selain mendorong
kemajuan juga menyebabkan kemunduran karena dapat mengakibatkan kondisi lingkungan
rusak sehingga tidak lagi dapat mendukung pembangunan. Pelaksanaan pembangunan akan
berhasil baik apabila didukung oleh lingkungan (sumber daya alam) secara memadai.
Penerapan TSP di Indonesia semakin meningkat, baik dalam kuantitas maupun
kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari
kontribusi finansial, jumlahnaya semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001
menunjukkan bahwa Dana TSP di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau
sekitar 11,5 juta dolar AS dari 180 Perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial
yang terekam oleh media masa. Meskipun dana ini masih sangat kecil jika dibandingkan
dengan dana TSP di Amerika Serikat, dilihat dari angka kumulaitif tersebut, perkembangan
TSP di Indonesia cukup menggembirakan. Angka rata-rata perusahaan yang menyumbangkan
dana bagi kegiatan TSP adalah sekitar 640 juta rupiah atau sekitar 413 juta per kegiatan.
Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana TSP pada atahun 1998 mencapai 21,51
miliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah
( Saidi dan Abidin, 2004:64).
15

Apa yang memotivasi perusahaan melakukan TSP ?


Saidi dan Abidin ( 2004:69) membuat matriks yang menggambarkan tiga tahap atau
paradigma yang berbeda, diantaranya :
1. Corporate Charity, yakni dorongan amal berdasarakan motivasi keagamaan.
2. Corporate Philanthropy,yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari
norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan kemerataan
sosial.
3. Corporate Citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan social
berdasarkan prinsip keterlibatan social.
Jika dipetakan, tampaklah bahwa spectrum paradigm ini terentang dari “sekedar
menjalankan kewajiban” hingga “ demi kepentingan bersama “ atau dari “ membantu
dan beramal kepada sesama” menjadi “memberdayakan manusia”. Meskipun tidak
selalu berlaku otomatis, pada umumnya perusahaan melakukan TSP didorong oleh
motivasi Karitatif kemudian kemanusiaan dan akhirnya kewargaan.

Tahapan/Paradigma
Motivasi
Karitatif Filantropis Kewargaan
Semangat/Prinsip Agama, Tradisi, Norma, etika, dan Pencerahan diri dan
Adat hukum universal: rekonsiliasi dengan
redistribusi kekayaan ketertiban sosial
Misi Mengatasi masalah Menolong sesame Mencari dan
sesaat/saat itu mengatai akar
masalah :
memberikan
kotribusi kepada
masyarakat
Pengelolaan Jangka Pendek dan Terencana,terorganisasi, Terinternalisasi
Parsial dan terprogram dalam kebijakan
perusahaan
Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ dana abadi Professional :
keterlibatan tenaga-
16

tenaga ahli
didalamnya
Penerima Manfaat Orang Miskin Masyarakat Luas Masyarakat luas dan
perusahaan
Kontibusi Hibah social Hibah pembangunan Hibah sosial maupun
pembangunan dan
keterlibatan sosial
Inspirasi Kewajiban Kemanusiaan Kepntingan bersama
Sumber : Dikembangkan dari Saidi dan Abidin (2004:69)
2.5. MO
DEL TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Menurut Saidi dan Abidin ( 2004:64-65) ada empat model pola TSP di Indonesia :
1. Keterlibatan langsung, Perusahaan menjalankan program TSP secara
langsung dengan menyelengarakan sendiri kegaiatn social atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupaka adopsi
dari model yang lazm diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.
3. Bermitra dengan pihak lain, Perusahaan menyelenggarakan TSP melalui
kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi pemerintah (Ornop), Instansi
Pemerintah, Universitas atau media masa, baik dalam mengelola dana maupun
dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium, perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan social tertentu.
2.6. PER
ATURAN PERUNDANGAN CSR
Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai
pihak untuk membentuk tim (working group) yang membidani lahirnya panduan dan
standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance
Standard on Social Responsibility. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang
bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang
mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang
17

maupun negara maju. Dengan Iso 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap
aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:
1). Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan
isunya;
2). Menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-
kegiatan yang efektif; dan
3). Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk
kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.
Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang
menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara konsisten
mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok
yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak asasi manusia
7. Organizational Governance (governance organisasi)
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang:
Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat;
Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder; Sesuai hukum yang berlaku dan
konsisten dengan norma-norma internasional; Terintegrasi di seluruh aktivitas
organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.
Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya
terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok diatas. Dengan
demikian jika suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu
perusahaan sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut masih
mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan
pegawai sesuai dengan gender tertentu, maka sesuai dengan konsep ISO 26000
perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya
secara utuh.
18
19

BAB III
PENUTUP

3.1. KESI
MPULAN
Sepuluh langkah mencapai lingkungan yang unggul :
1. Membentuk dan mengembangkan kebijakan lingkungan
2. Menyiapkan program-program
3. Menyusun organisasi dan pegawai
4. Mengalokasikan sumber yang cukup
5. Investasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai lingkungan
6. Mendidik dan berlatih
7. Mengawasi, memeriksa, dan melaporkan
8. Mengikuti perkembangan aegenda penghijauan
9. Mendukung program lingkungan
10. Membantu membangun jembatan diantara bermcam-macam ketertarikan.
Kebijakan lingkungan ISO 14001 adalah kebijakan yang menguraikan maksud dan
arahan bagaimana perusahaan akan berhubungan dengan efeknya pada lingkungan secara
keseluruhan. Pernyataan ini perlu datang dari manajemen puncak, karena itu adalah
panduan bagaimana setiap individu dalam perusahaan akan melakukan pekerjaan mereka
dalam kaitannya dengan dampak lingkungan. Ha ini adalah di mana Anda menampilkan
apa komitmen perusahaan Anda dalam mengendalikan dan meningkatkan dampak
lingkungan yang Anda buat.
3.2. SARA
N

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca dari berbagai kalangan
pada umumnya, dan bagi masyarakat ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Jurusan Akuntansi Universitas Nusa Cendana Kupang. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
20

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20tanggung%20jawab%20sosial
%20perusahaan&source=web&cd=1&ved=0CB4QFjAA&url=http%3A%2F
%2Fbocahbancar.files.wordpress.com%2F2009%2F01%2Fmakalah-tanggungjawab-sosial-
perusahaan.doc&ei=0W0_UNy1B5CJrAeH34GYCA&usg=AFQjCNGIL2RX7J0W99MIlVB2B
58cBQctvA

http://www.scribd.com/doc/95830265/Greening-Corporation-Kebijakan-Lingkungan
https://isoindonesiacenter.com/panduan-kebijakan-lingkungan-iso-140012015/#:~:text=Apa
%20itu%20Kebijakan%20Lingkungan%3F,efeknya%20pada%20lingkungan%20secara
%20keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai