Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“EKUITAS”
(Pemateri)

OLEH KELOMPOK 2

1. MARIA LISWANTY (1810020038)


2. INRIKE CYLLVIA TARI (1810020039)
3. MARIA DOLOROSA ALFI PUTRI SEO (1810020040)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik dari segi
penulisan maupun isi. Kami pun menerima dengan lapang dada kritikan maupun saran yang
sifatnya membangun dari pembaca agar kami dapat membenahi diri.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang, 10 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul Makalah i

Kata Pengantar ii

Daftar isi iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1


1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ekuitas 3


2.2 Penggolongan ekuitas 4
2.3 Pengakuan ekuitas 4
2.4 Penurunan modal setoran 12
2.5 Perubahan laba ditahan 13
2.6 Penyajian modal pemegang saham 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk


perseorangan, istilah ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity) lebih
merefleksi kata yang ingin dikandungnya.Istilah modal sering digunakan pula sebagai
padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Ekuitas
mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut
dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.

Konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,


informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari
sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai
yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas
pemegang saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh
karena itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan
yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian
persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar
hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.

Karena konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi antar statemen keuangan,tidak


terdapat masalah semantik atau definisional dalam pembahasan ekuitas seperti halnya
elemen pendapatan, biaya dan laba. Teori ekuitas yang bersifat semantik adalah teori
sudut pandang atau teori entitas. Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua
komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba
ditahan (retained earnings). Sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut
sebagai modal bentukan atau cioptaan (earned capital).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ekuitas?


2. Bagaimana penggolongan ekuitas?
3. Bagaimana pengakuan ekuitas?
4. Bagaimana penurunan modal setoran?
5. Bagaimana perubahan laba ditahan?
6. Bagaimana penyajian modal pemegang saham?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekuitas.


2. Untuk mengetahui bagaimana penggolongan ekuitas.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan ekuitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana modal setoran.
5. Untuk mengetahui bagaimana perubahan laba ditahan.
6. Untuk mengetahui bagaimana penyajian modal pemegang saham.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekuitas

Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisikan Ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997)
membedakan ekuitas dan kewajiban atas dasar kriteria sebagai berikut:
a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim

b. Hak penggunaan aset dalam operasi

c. Substansi ekonomik perjanjian

Ekuitas adalah sisa bunga atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Ekuitas sering disebut sebagai ekuitas pemegang saham, ekuitas atau modal perusahaan.
Ekuitas sering dikelompokkan pada pernyataan posisi keuangan ke dalam kategori
berikut:
1. Modal saham

2. Share premium

3. Laba ditahan

4. Akumulasi penghasilan komprehensif lainnya

5. Saham treasuri

6. Bunga non-pengendali (hak minoritas)

Perbedaan antara modal setoran dan laba ditahan adalah modal setoran merupakan
dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak
lain. Sedangkan, laba ditahan merupakan salah satu komponen untuk menunjukkan daya
melaba, dan jumlahnya harus dipisahkan dengan modal setoran walaupun jumlah
akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.

3
2.2 Penggolongan Ekuitas

Ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu
modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai
modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik. Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya adalah sebagai berikut:

1) Modal Setoran
 Modal Yuridis
 Modal Setoran Lain

2) Modal Bentukan atau Laba Ditahan


 Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
 Dividen
 Rekapitalisasi
 Defisit
 Koreksi
 Perubahan akuntansi

2.3 Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh


tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada
umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen
(Suwardjono 2005).

Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang


ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah:

- Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.

- Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal


setoran kepada pemegang saham.

4
- Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

a. Modal Setoran Dan Laba Ditahan

Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang


dipindahkan dari akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba
ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal
pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak
pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal
setoran (Suwardjono 2005). Terdapat beberapa komponen yang
membentuk ekuitas pemegang saham, yaitu:

1. Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham


2. Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
3. Jumlah rupiah yang timbulakibat revaluasi aset fisis tertentu
4. Jumlah rupiah donasi dari pihak non pemegang saham
5. Sumber lainnya

Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat


penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan
indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan
dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting
secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus
tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain.
Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan
luar biasa lainnya. Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang
secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

b. Modal Yuridis

Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan


bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah

5
bahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang
dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga
membentuk modal yuridis.

Akuntansi menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut tidak


penting karena akuntasi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang
benar- benar disetor pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak
antara perseroan dengan pemegang saham. Dalam hal perusahaan berjalan
terus, pengungkapan modal yuridis kemudian akan berfungsi semata-mata
untuk menunjukan batas jumlah aset yang dapat didistribsikan kepada
pemegang saham baik dalam bentuk dividen maupun likuidasi modal dan
dianggap hal ini memberi informasi terhadap batas perlindungan bagi
kreditor (Suwardjono, 2010:518).

Besarnya Modal Yuridis. Dalam hal saham bernilai nominal (par


stock), modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal dengan
nama modal saham (capital stock). Modal saham merupakan batas
tanggungjawab pemegang saham dan batas kerugian pribasi yang harus
ditanggung pemegang saham. Artinya, dalam hal terjadi likuidasi
pemegang saham tidak dapat menuntut pembagian kekayaan atas dasar
modal yang disetor (kecuali ada sisa untuk itu).

c. Modal Setoran Lain

Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat
adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal
tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak
sebagian pun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai
modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal
dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi
modal yang dibahas dibawah ini.

Tujuan utama dari perekayasaan akuntansi modal setoran ini

6
adalah untuk membedakan secara tegas antara perubahan akibat
transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi operasi. Dalam
kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat modal sebagai laba sehingga timbul
kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen
(Suwardjono 2005). Berbagai sumber yang dapat mengubah modal
setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:

1. Pemesanan saham
Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham
perusahaan harus memesan (to subscribe) lebih dahulu saham yang
akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat
pemesanan. Secara konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat
seperti kewajiban. Oleh karena itu, jumlah rupiah saham pesanan
dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat
berikut dipenuhi:
1. Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan
klaim yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak
dapat dibatalkan.
2. Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam
perioda yang cukup pasti dan tidak terlalu lama (Suwardjono,
2010:522).
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan karekteristik bahwa
obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak
pemegang obligasi dalam perioda konversi tertentu. Kalau hak tukar
tersebut digunakan (exercised), yang terjadi adalah perubahan status
kewajiban menjadi modal setoran. Masalah teoretisnya adalah
menentukan jumlah rupiah yang dapat dianggap sebagai modal
setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham
(kalau ada) dapat ditentukan. Dalam hal ini, ada dua nilai yang dapat
digunakan sebagai basis kapitalisasi yaitu:

7
1) Nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carrying value)
obligasi pada saat penukaran.
2) Harga pasar obligasi atau harga pasar saham (mana yang paling
obyektif).
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar
Pengukuran jumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal
setoran dapat menggunakan cara seperti pada obligasi terkonversi.
Dengan pendekatan pertama, nilai nominal saham prioritas plus porsi
premium/diskun ditransfer ke modal pemegang saham dan
premium/diskun modal pemegang saham biasa.Pendekatan kedua
juga dapat diterapkan. Kalau ada selisih antara harga pasar baik
saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harus
dikompensasi ke atau dari laba ditahan. Pendekatan ini
mengisyaratkan diterimanya konsep kesatuan usaha karena laba
ditahan dianggap sebagai ekuitas perusahaan yang terpisah atau
independen. Ini berarti harga pasar saham biasa yang diperhitungkan
dianggap tidak merefleksi hak yang melekat pada laba ditahan.
Setelah konversi berarti perusahaan menjadi bebas dari kewajiban
membayar dividen secara tetap. Ini berarti likuiditas perusahaan
bertambah dan akan mengurangi risiko pemegang saham biasa.
Penggunaan harga pasar juga pararel dengan transaksi pertukaran
untuk potensi jasa atau aset yang tidak sejenis (dissimilar) yang
menggunakan harga pasar sebagai dasar penentuan cost-nya.
4. Dividen saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham
yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila
distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba
ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham (stock
split).
1) Karakteristik Dividen Saham
Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan

8
merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aset
perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda
dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima
karena ada transfer kemakmuran (wealth) ke pemegang saham.
Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan
merupakan laba bagi penerimanya.Alasannya adalah bahwa laba
perseroan juga merupakan laba pemilik. Oleh karena itu,dividen
kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari
sesuatu yang memang sudah menjadi haknya.sehingga tidak ada
tambahan kemakmuran. Dividen sahan juga bukan merupakan laba
tetapi sekedar reklasifikasi ekuitas.

2) Kapitalisasi Atas Dasar Nilai Nominal

Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah


untuk menunjukkan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi
dividen saham haruslah hanya sebesar nilai nominal atau
nyataannya. Jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal
yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis.
Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah
dividen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi
sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut
merupakan pendapatan yang di reinvestasi kedalam perusahaan.
Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar
menggambarkan harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal
setoran dan laba ditahan).
3) Kapitalisasi Atas Dasar Harga Saham
Dividen saham dapat dipandang sebagai pengganti dividen kas
karena dividen saham mempunyai nilai. Nilai tersebut diukur atas
dasar harga saham. Dengan demikian, harga pasar merupakan
dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi.
5. Hak beli saham
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham

9
lama untuk membeli sejumlah saham saham (proporsional dengan
pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan
pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya hak beli saham
umurnya tidak lama dan harga beli saham dengan hak beli tersebut
biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. Oleh
karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar
sehingga timbul pendapat bahwa hak beli tersebut dikapitalisasi.
6. Opsi saham.
Opsi saham ini biasanya di gunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan
mereka pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan
karyawan (sebagai kompensasi tambahan). Banyaknya saham yang
dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pada saat hak opsi
diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian di masa mendatang
seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.
Opsi Saham Non Imbalan
Kalau opsi saham tersebut non imbalan, harga saham atau harga
pengambilan ditentukan sama dengan harga saham pada saat opsi
diberikan. Dengan demikian pada saat tersebut karyawan dianggap
tidak menerima manfaat atau penghasilan tambahan karena karyawan
akan membayar jumlah yang sama dengan jumlah yang harus dibayar
oleh non karyawan untuk saham bersangkutan di pasar saham
Opsi Saham Imbalan
Kalau program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi
saham non imbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi
saham imbalan. Misalnya saja, opsi saham ditawarkan hanya kepada
para eksekutif tertentu bukan pada seluruh karyawan.
7. Waran
Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan Waran adalah efek yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada

10
harga dan jangka waktu tertentu (pasal 03). Pemegang waran dapat
membeli sejumlah saham dengan mengembalikan waran tersebut dan
membayar sejumlah uang kas tertentu. Waran berbeda dengan hak beli
saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:

1) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham


(call dan put) diterbitkan oleh investor (baik individual maupun
institusional)

2) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan)


dari pada jangka waktu opsi hak beli saham

3) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan kepada


pemegang saham atau karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini
menjadi syarat bagi pembeli

4) Saham dijual dengan harga tertentu atau tunai (tidak gratis)

5) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas)


pada saat pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham
pada saat waran ditawarkan

6) Bila hak opsi tidak diambil kos waran tidak dapat ditarik kembali
oleh pemengang waran

7) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang


(obligasi)

Apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada


waran dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada).
Apabila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah
rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran lain.

11
2.4 Penurunan Modal Setoran

Pada umumnya lebih banyak faktor yang bersifat menaikan modal setoran daripada
yang menurunkan modal setoran. Alasannya adalah begitu modal disetor dan tertanam
dalam perusahaan maka modal tersebut akan menjadi investasi permanen dalam
perusahaan. Kalaupun pemegang saham mau melepas investasinya, maka pemegang
saham akan menjualnya ke pasar saham sehingga apa yang dilakukan pemegang saham
tidak mempegaruhi operasi ataupun posisi keuanagn perusahaan (Suwardjono,
2010:533).

Modal setoran tidak akan berkurang kecuali adanya pembayaran atau pembagian
deviden yang dapat dikatagorikan sebagai deviden likuidasi atau penarikan kembali
saham yang beredar secara permanen.

Saham treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali
untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakuka
penarikan kembali saham sebagai saham terasuri adalah:
a. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program
opsi saham. Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi saham.
Proporsi pemilikan saham yang masih beredar tidak berkurang dibandingakan
kalau digunakan saham baru.
b. Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam
transaksi penggabungan usaha.

Beberapa masalah dapat timbul akibat adanya modal treasuri, misalnya


penentuan jumlah rupiah yang dianggap sebagai pengurang modal setoran dan laba
ditahan serta bagaimana pengungkapannya terhadap modal yuridis, bila saham
treasuri dijual kembali. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut, diantaranya:

a. Konsep Satu Transaksital


Konsep ini disebut dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang
dibayarkan, diangap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri.

12
Apabila saham treasuri tidak segera dijual maka kos pembelian tersebut tidak
dapat dianggap sebagai aset, tetapi akan diklasifikasikan sebagai pengurang
ekuitas pemegang saham secara keseluruhan.

b. Konsep Dua Transaksi


Dalam Suwardjono telah disebutkan bahwa pemerolehan kembali saham
sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi ekuitas pemegang saha,
sedangkan penjualan kembali saham dianggap sebagai penerbitan saham
baru.

2.5 Perubahan Laba Ditahan


Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu
periode berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:
1. Penyesuaian periode-lalu
Penyesuaian periode lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang
mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat
diakui dalam periode sekarang) bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan
laba tahun sekarang (masuk dalam statment laba/rugi tahun sekarang atau berjalan)
tetapi sebagai penyesuai tehadap laba ditahan awal periode sekarang. Perlakukan
semacam ini dimaksudkan untuk menjadikan laba ditahan awal periode sekarang
menunjukan saldo semestinya seandainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam
periode yang lalu (Suwardjono, 2010:539).

2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya


Sistem akuntansi biasanya sudah dirancang dengan cukup cermat sehingga
kesalahan dalam pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat dilakukan
koreksi. Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan
beberapa waktu atau bahkan beberapa periode setelah statement keuangan disusun
dan diterbitkan. APB Opinion nomor 20 paragraf 13 mendefinisikan kesalahan
sebagai berikut:

13
Errors in financial statements result from mathematical mistakes, mistakes in
application of accounting principles, or oversight or misue of facts that existed at
the time the financial statements were prepared

Jadi, untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari
kesalahan hitung, kesalahan aplikasi, atau penerapan prinsip akuntansi, atau
kekhilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia dalam penyusunan
laporan keuangan. APB membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran
atau perubahan akuntansi. Perubahan taksiran muncul dari adanya informasi atau
perkembangan baru yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan
yang lebih mantap. Untuk disebut kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah
pakai informasi (Suwardjono, 2010:542).

3. Pengaruh perubahan akuntansi


Karena alasan tertentu suatu perusahaan mungkin melakukan kebijakan yang
mempunyai pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Ada tiga macam perubahan
akuntansi yaitu:
a. Perubahan prinsip atau metode akuntansi (change in accounting principle or
method).
b. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate).
c. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)

Jumlah rupiah laba dan asset berkaitan yang mula-mula dilaporkan dalam
statemen keuangan periode yang lalu sebelum adanya perubahan tentunya akan
berbeda dengan jumlah rupiah seandainya perubahan tersebut telah dilakukan
dalam periode yang lalu dan bukan dalam periode sekarang atau berjalan. Salah
satu elemen yang terpengaruh adalah laba periode yang lalu (Suwardjono,
2010:545).

4. Kuasi-reorganisasi
Kuasi organisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK
No. 51 Pasal 9 mendeskripsikan pengertian Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi,

14
tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukan dengan menilai kembali
akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Selanjutnya ditegaskan bahwa kuasi-reorganisasi merupakan prosedur akuntansi
yang mengatur perusahaan untuk merestrukturisasi ekuitasnya dengan
menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajbannya, tanpa
melalui reorganisasi secara hukum. Dengan mekanisme ini, diharapkan perusahaan
dapat meneruskan usahanya secara lebih baik seperti baru mulai (fresh start) dengan
modal yuridis baru tanpa dibebani defisit (Suwardjono, 2010:550).

2.6 Penyajian Modal Pemegang Saham

Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca


sebenarnya menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan yang
mengalami defisit dan dalam kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan
penyajian menggambarkan:
Urutan penyerapan rugi:
a. Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan debit/beban yng
berasal dari transaksi nonpemilik.
b. Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup
semua kos terhabiskan baik yang bersala dari konsumsi manfaat maupun
hilangnya manfaat. Bila digunakan pendekatan laba komprehensif, laba bersih
akan menjadi laba komprehensif.
c. Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih periode berjalan
tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
d. Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba
ditahan telah habis untuk menyangga suatu rugi. Dengan kata lain, modal saham
harus tetap dijaga kebutuhannya sampai premium modal saham benar-benar telah
habis
e. Modal saham. Bila kebutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara subtansial,
kebijakan untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan
mungkin diperlukan.

15
Urutan menerima distribusi asset:
Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagai kreditor yang
diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak
atas pajak terhutang.
b. Kreditor berjaminan. Pihak ini adalah pemegang obligasi atau kreditor lain yang
haknya dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
c. Kreditor takberjaminan. Pihak ini terdiri atas para kreditor yng tidak dijamin yang
terefleksi dalam utang usaha atau utang wesel baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
d. Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai
penyangga modal saham atau yuridis.
e. Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa kekayaan
yang berarti bahwa pemegang saham biasa harus menanggung lebih dahulu rugi
atau defisit.

Perincian Laba Ditahan


Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan
langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar:

1) Perincian atas dasar sumber


Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan
yang berasal dari operasi normal atau rutin dan yang berasal dari laba
luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua sumber laba ditahan
tersebut dipertajam. Namun, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk
memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodic atas dasar
klasifikasi sumber bilamana statment laba-rugi telah memuat semua
faktor yang menentukan laba bersih (pendekatan laba komprehensif)
dan laba komprehensif ini telah ditransfer ke laba ditahan menjadi
bagian dari ekuitas pemegang saham. Jadi, bila perubahan akibat
transaksi operasi dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal,
statment laba-rugi telah merefleksi sumber laba ditahan sehingga

16
perincian laba ditahan akan percuma.
2) Perincian atas dasar tujuan penggunaan
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos
cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained
earnings), dan cadangan umum. Perincian semacam itu sebenarnya
sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset
imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat. Klasfikasi
ini mendasarkan pada tujuan penggunaan laba ditahan sebagaimana
ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait.

Laba Komprehensif
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui
statement laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statement laba
ditahan. Dalam hal ini, ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu:

1) Laba kinerja sekarang.


Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam statment laba-rugi pos-pos
operasi yang dianggap bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan asset
(sumber ekonomik) untuk mencapai tujuan utama. Pendekatan ini meenekankan
makna periode sekarang atau berjalan (current) dan operasi (operating) dalam
arti sempit (Suwardjono, 2010:558).
2) Laba semua-termasuk.
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi
dalam arti luas dan transaksi modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan
sebagai laba dan disajikan melalui statment laba-rugi adalah semua pos akibat
transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas
usaha yang memandang statment laba-rugi merupakan penggalan aliran operasi
(pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang.

Dalam segi teknis tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara dua
pendekatan tersebut, namun perbedaannya sebenarnya terletak pada tujuan pemerolehan
kembali saham tersebut. Jika tujuannya adalah menjual kembali saham treasuri tersebut

17
kepada karyawan atau pihak khusus lainnya, maka konsep satu transaksi akan lebih
relevan. Namun jika tujuannya adalah untuk membeli saham para pemegang saham yang
tidak setuju dengan kebijakan perusahaan, maka pendekatan dua transaksi akan lebih
mengena. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba rugi
periodik dan pembagian deviden. Tetapi, terdapat faktor khusus lain yang dapat
mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu:
1. Penyusaian periode lalu
Suatu jumlah rupiah baru dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu
apabila jumlah tersebut:

a. Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung
dengan kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu.
b. Tidak timbul akibat peristiwa ekonomis yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan periode lalu. Artinya, persitiwa yang menimbulkan jumlah rupiah
telah terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlah atau waktu mengikatnya
bagi perusahaan.
c. Sangat bergantung pada ketetapan pihak selain manajemen. Artinya, jumlah
dan kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau
keputusan manajemen.
d. Tidak dapat ditaksir atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketetapan
tersebut.
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
a. Koreksi sebagai penyesuaian laba ditahan

b. Koreksi sebagai penyesuai modal setoran lain

c. Koreksi sebagai komponen laporan laba rugi


3. Pengaruh perubahan akuntansi
Terdapat tiga macam perubahan akuntansi, yaitu:
a. Perubahan prinsip atau metode akuntansi

b. Perubahan taksiran akuntansi

c. Perubahan kesatuan pelaporan

18
Terdapat tiga alternatif atau metode yang diusulkan, yaitu:
a. Penyesuaian retroaktif

b. Penyesuaian sekarang

c. Penyesuaian sekarang dan prospektif

d. Aplikasi dalam standar

e. Kuasi-reorganisasi

Kuasi organisasi adalah reorganisasi, tanpa melalaui reorganisasi secara


hukum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban
pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.

Dewan standar akuntansi menetapkan syarat perusahaan yang dapat


melakukan kuasi reorganisasi, yaitu:
• Perusahaan mengalami deficit dalam jumlah yang material
• Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki
prospek yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan
• Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan
• Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
• Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan


dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen yaitu
modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain. Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik
bukan semantik karena keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan.
Ekuitas mengandung makna pemilikan.

Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan


oleh keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal
yuridis atau modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak
lain. Pemisahan dan pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan
tetapi, secara konseptual modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk
menunjukan modal setoran yang harus dibedakan dengan laba ditahan.Dari segi
akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar substansi di atas bentuk, ekuitas
pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam dalam perseroan
termasuk laba ditahan.

3.2 Saran

Makalah ini dapat dijadikan sumber belajar bagi teman-teman mahasiswa yang ingin
mempelajari tentang Ekuitas. Akan tetapi, alangkah lebih baik jika makalah ini tidak
dijadikan satu-satunya sumber belajar, karena sumber belajar dapat diperoleh dari mana
saja termasuk dari buku ataupun dari internet yang mana jika kita memiliki sumber
belajar yang banyak kita akan lebih menguasai suatu materi termasuk materi yang
dijelaskan di makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai