“EKUITAS”
(Pemateri)
OLEH KELOMPOK 2
PRODI AKUNTANSI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik dari segi
penulisan maupun isi. Kami pun menerima dengan lapang dada kritikan maupun saran yang
sifatnya membangun dari pembaca agar kami dapat membenahi diri.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul Makalah i
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ekuitas adalah sisa bunga atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Ekuitas sering disebut sebagai ekuitas pemegang saham, ekuitas atau modal perusahaan.
Ekuitas sering dikelompokkan pada pernyataan posisi keuangan ke dalam kategori
berikut:
1. Modal saham
2. Share premium
3. Laba ditahan
5. Saham treasuri
Perbedaan antara modal setoran dan laba ditahan adalah modal setoran merupakan
dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak
lain. Sedangkan, laba ditahan merupakan salah satu komponen untuk menunjukkan daya
melaba, dan jumlahnya harus dipisahkan dengan modal setoran walaupun jumlah
akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.
3
2.2 Penggolongan Ekuitas
Ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu
modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai
modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik. Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya adalah sebagai berikut:
1) Modal Setoran
Modal Yuridis
Modal Setoran Lain
4
- Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
b. Modal Yuridis
5
bahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang
dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga
membentuk modal yuridis.
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat
adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal
tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak
sebagian pun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai
modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal
dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi
modal yang dibahas dibawah ini.
6
adalah untuk membedakan secara tegas antara perubahan akibat
transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi operasi. Dalam
kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah
memperlakukan kenaikan akibat modal sebagai laba sehingga timbul
kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen
(Suwardjono 2005). Berbagai sumber yang dapat mengubah modal
setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
1. Pemesanan saham
Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham
perusahaan harus memesan (to subscribe) lebih dahulu saham yang
akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat
pemesanan. Secara konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat
seperti kewajiban. Oleh karena itu, jumlah rupiah saham pesanan
dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat
berikut dipenuhi:
1. Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan
klaim yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak
dapat dibatalkan.
2. Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam
perioda yang cukup pasti dan tidak terlalu lama (Suwardjono,
2010:522).
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan karekteristik bahwa
obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak
pemegang obligasi dalam perioda konversi tertentu. Kalau hak tukar
tersebut digunakan (exercised), yang terjadi adalah perubahan status
kewajiban menjadi modal setoran. Masalah teoretisnya adalah
menentukan jumlah rupiah yang dapat dianggap sebagai modal
setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham
(kalau ada) dapat ditentukan. Dalam hal ini, ada dua nilai yang dapat
digunakan sebagai basis kapitalisasi yaitu:
7
1) Nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carrying value)
obligasi pada saat penukaran.
2) Harga pasar obligasi atau harga pasar saham (mana yang paling
obyektif).
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar
Pengukuran jumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal
setoran dapat menggunakan cara seperti pada obligasi terkonversi.
Dengan pendekatan pertama, nilai nominal saham prioritas plus porsi
premium/diskun ditransfer ke modal pemegang saham dan
premium/diskun modal pemegang saham biasa.Pendekatan kedua
juga dapat diterapkan. Kalau ada selisih antara harga pasar baik
saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harus
dikompensasi ke atau dari laba ditahan. Pendekatan ini
mengisyaratkan diterimanya konsep kesatuan usaha karena laba
ditahan dianggap sebagai ekuitas perusahaan yang terpisah atau
independen. Ini berarti harga pasar saham biasa yang diperhitungkan
dianggap tidak merefleksi hak yang melekat pada laba ditahan.
Setelah konversi berarti perusahaan menjadi bebas dari kewajiban
membayar dividen secara tetap. Ini berarti likuiditas perusahaan
bertambah dan akan mengurangi risiko pemegang saham biasa.
Penggunaan harga pasar juga pararel dengan transaksi pertukaran
untuk potensi jasa atau aset yang tidak sejenis (dissimilar) yang
menggunakan harga pasar sebagai dasar penentuan cost-nya.
4. Dividen saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham
yang sejenis dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila
distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba
ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham (stock
split).
1) Karakteristik Dividen Saham
Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan
8
merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aset
perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda
dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima
karena ada transfer kemakmuran (wealth) ke pemegang saham.
Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan
merupakan laba bagi penerimanya.Alasannya adalah bahwa laba
perseroan juga merupakan laba pemilik. Oleh karena itu,dividen
kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari
sesuatu yang memang sudah menjadi haknya.sehingga tidak ada
tambahan kemakmuran. Dividen sahan juga bukan merupakan laba
tetapi sekedar reklasifikasi ekuitas.
9
lama untuk membeli sejumlah saham saham (proporsional dengan
pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan
pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya hak beli saham
umurnya tidak lama dan harga beli saham dengan hak beli tersebut
biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. Oleh
karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar
sehingga timbul pendapat bahwa hak beli tersebut dikapitalisasi.
6. Opsi saham.
Opsi saham ini biasanya di gunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan
mereka pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan
karyawan (sebagai kompensasi tambahan). Banyaknya saham yang
dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pada saat hak opsi
diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian di masa mendatang
seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.
Opsi Saham Non Imbalan
Kalau opsi saham tersebut non imbalan, harga saham atau harga
pengambilan ditentukan sama dengan harga saham pada saat opsi
diberikan. Dengan demikian pada saat tersebut karyawan dianggap
tidak menerima manfaat atau penghasilan tambahan karena karyawan
akan membayar jumlah yang sama dengan jumlah yang harus dibayar
oleh non karyawan untuk saham bersangkutan di pasar saham
Opsi Saham Imbalan
Kalau program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi
saham non imbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi
saham imbalan. Misalnya saja, opsi saham ditawarkan hanya kepada
para eksekutif tertentu bukan pada seluruh karyawan.
7. Waran
Dalam PSAK No. 41, IAI mendefinisikan Waran adalah efek yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
10
harga dan jangka waktu tertentu (pasal 03). Pemegang waran dapat
membeli sejumlah saham dengan mengembalikan waran tersebut dan
membayar sejumlah uang kas tertentu. Waran berbeda dengan hak beli
saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:
6) Bila hak opsi tidak diambil kos waran tidak dapat ditarik kembali
oleh pemengang waran
11
2.4 Penurunan Modal Setoran
Pada umumnya lebih banyak faktor yang bersifat menaikan modal setoran daripada
yang menurunkan modal setoran. Alasannya adalah begitu modal disetor dan tertanam
dalam perusahaan maka modal tersebut akan menjadi investasi permanen dalam
perusahaan. Kalaupun pemegang saham mau melepas investasinya, maka pemegang
saham akan menjualnya ke pasar saham sehingga apa yang dilakukan pemegang saham
tidak mempegaruhi operasi ataupun posisi keuanagn perusahaan (Suwardjono,
2010:533).
Modal setoran tidak akan berkurang kecuali adanya pembayaran atau pembagian
deviden yang dapat dikatagorikan sebagai deviden likuidasi atau penarikan kembali
saham yang beredar secara permanen.
Saham treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali
untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakuka
penarikan kembali saham sebagai saham terasuri adalah:
a. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program
opsi saham. Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi saham.
Proporsi pemilikan saham yang masih beredar tidak berkurang dibandingakan
kalau digunakan saham baru.
b. Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam
transaksi penggabungan usaha.
12
Apabila saham treasuri tidak segera dijual maka kos pembelian tersebut tidak
dapat dianggap sebagai aset, tetapi akan diklasifikasikan sebagai pengurang
ekuitas pemegang saham secara keseluruhan.
13
Errors in financial statements result from mathematical mistakes, mistakes in
application of accounting principles, or oversight or misue of facts that existed at
the time the financial statements were prepared
Jadi, untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari
kesalahan hitung, kesalahan aplikasi, atau penerapan prinsip akuntansi, atau
kekhilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia dalam penyusunan
laporan keuangan. APB membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran
atau perubahan akuntansi. Perubahan taksiran muncul dari adanya informasi atau
perkembangan baru yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan
yang lebih mantap. Untuk disebut kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah
pakai informasi (Suwardjono, 2010:542).
Jumlah rupiah laba dan asset berkaitan yang mula-mula dilaporkan dalam
statemen keuangan periode yang lalu sebelum adanya perubahan tentunya akan
berbeda dengan jumlah rupiah seandainya perubahan tersebut telah dilakukan
dalam periode yang lalu dan bukan dalam periode sekarang atau berjalan. Salah
satu elemen yang terpengaruh adalah laba periode yang lalu (Suwardjono,
2010:545).
4. Kuasi-reorganisasi
Kuasi organisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK
No. 51 Pasal 9 mendeskripsikan pengertian Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi,
14
tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukan dengan menilai kembali
akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Selanjutnya ditegaskan bahwa kuasi-reorganisasi merupakan prosedur akuntansi
yang mengatur perusahaan untuk merestrukturisasi ekuitasnya dengan
menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajbannya, tanpa
melalui reorganisasi secara hukum. Dengan mekanisme ini, diharapkan perusahaan
dapat meneruskan usahanya secara lebih baik seperti baru mulai (fresh start) dengan
modal yuridis baru tanpa dibebani defisit (Suwardjono, 2010:550).
15
Urutan menerima distribusi asset:
Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagai kreditor yang
diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak
atas pajak terhutang.
b. Kreditor berjaminan. Pihak ini adalah pemegang obligasi atau kreditor lain yang
haknya dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
c. Kreditor takberjaminan. Pihak ini terdiri atas para kreditor yng tidak dijamin yang
terefleksi dalam utang usaha atau utang wesel baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
d. Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai
penyangga modal saham atau yuridis.
e. Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa kekayaan
yang berarti bahwa pemegang saham biasa harus menanggung lebih dahulu rugi
atau defisit.
16
perincian laba ditahan akan percuma.
2) Perincian atas dasar tujuan penggunaan
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos
cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained
earnings), dan cadangan umum. Perincian semacam itu sebenarnya
sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset
imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat. Klasfikasi
ini mendasarkan pada tujuan penggunaan laba ditahan sebagaimana
ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait.
Laba Komprehensif
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui
statement laba rugi dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statement laba
ditahan. Dalam hal ini, ada 2 pendekatan yang dapat dianut yaitu:
Dalam segi teknis tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara dua
pendekatan tersebut, namun perbedaannya sebenarnya terletak pada tujuan pemerolehan
kembali saham tersebut. Jika tujuannya adalah menjual kembali saham treasuri tersebut
17
kepada karyawan atau pihak khusus lainnya, maka konsep satu transaksi akan lebih
relevan. Namun jika tujuannya adalah untuk membeli saham para pemegang saham yang
tidak setuju dengan kebijakan perusahaan, maka pendekatan dua transaksi akan lebih
mengena. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba rugi
periodik dan pembagian deviden. Tetapi, terdapat faktor khusus lain yang dapat
mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu:
1. Penyusaian periode lalu
Suatu jumlah rupiah baru dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu
apabila jumlah tersebut:
a. Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung
dengan kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu.
b. Tidak timbul akibat peristiwa ekonomis yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan periode lalu. Artinya, persitiwa yang menimbulkan jumlah rupiah
telah terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlah atau waktu mengikatnya
bagi perusahaan.
c. Sangat bergantung pada ketetapan pihak selain manajemen. Artinya, jumlah
dan kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau
keputusan manajemen.
d. Tidak dapat ditaksir atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketetapan
tersebut.
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
a. Koreksi sebagai penyesuaian laba ditahan
18
Terdapat tiga alternatif atau metode yang diusulkan, yaitu:
a. Penyesuaian retroaktif
b. Penyesuaian sekarang
e. Kuasi-reorganisasi
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Makalah ini dapat dijadikan sumber belajar bagi teman-teman mahasiswa yang ingin
mempelajari tentang Ekuitas. Akan tetapi, alangkah lebih baik jika makalah ini tidak
dijadikan satu-satunya sumber belajar, karena sumber belajar dapat diperoleh dari mana
saja termasuk dari buku ataupun dari internet yang mana jika kita memiliki sumber
belajar yang banyak kita akan lebih menguasai suatu materi termasuk materi yang
dijelaskan di makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
21