Anda di halaman 1dari 13

REVITALISASI KEARIFAN LOKAL

Dosen Pengampu

Nasrullah Hidayat, M.Sc

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Yuzika Alfira 0309182050

Fitra Ramadhani 0309182062

Iqbal Halim 0309182093

Mellysa Pristika Nanda 0309183138

TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya serta kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul Revitalisasi Kearifan Lokal.

Tugas ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan kita semua. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, kami mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman
kami masih terbatas.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini dengan senang hati penulis terima. Kami
berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami
khususnya.

Tanjung Balai, 17 Juli 2021

Penulis

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Konsep Kearifan Lokal ............................................................. 3


B. Titik Tolak Kearifan Lokal ....................................................... 4
C. Kearifan Lokal Menghadapi Tantangan Kebudayaan ................. 5
D. Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Masyarakat ........................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................ 8

A. Simpulan ..................................................................................... 8
B. Saran ........................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya yang


beragam. Sebagai negara kepulauan, kehidupan masyarakatnya pun menjadi
sangat multikultur. Kesadaran budaya multikultur, tentunya harus sudah tertanam
pada diri individu sejak diri agar terhindar dari sikap fatalistic. Tujuannya adalah
agar konflik sosial yang sering terjadi di tengah – tengah masyarakat dapat
diminimalisir dan bahkan teratasi.

Revitalisasi merupakan proses secara sistematik dan metodologi untuk


menggiatkan kembali potensi – potensi setempat dalam rangka pelestarian
kebudayaan yang penting menghadapi perubahan zaman. Revitalisasi budaya
sebagai suatu pekerjaan besar, bukan sekedar kegiatan menggali peninggalan
tradisi untuk kemudian melestarikannya. Melainkan bahwa kearifan lokal yang
tersimpan dalam warisan budaya Indonesia digunakan sebagai pencerah dalam
mendampingi dan mewarnai karakter bangsa.

Kearifan lokal dapat didefenisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal


yang mengandung kebijakan hidup dan pandangan hidup yang mengakomodasi
kebijakan. Di Indonesia kearifan lokal tidak hanya berlaku secara lokal pada
budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas
etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Pada umumnya
etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun –
temurun diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain
dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore) dan manuskrip.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep kearifan lokal?
2. Bagaimana titik tolak kearifan lokal?
3. Bagaimana kearifan lokal menghadapi tantangan perubahan kebudayaan?
4. Bagaimana kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kearifan lokal.
2. Untuk mengetahui titik tolak kearifan lokal.
3. Untuk mengetahui kearifan lokal menghadapi tantangan perubahan
kebudayaan.
4. Untuk mengetahui kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah pengetahuan dasar yang didapat dari hidup seimbang
dengan alam. Hal ini terkait dengan budaya di masyarakat yang diskumulasikan
dan diteruskan. Kebijaksanaan pengalaman yang diperoleh dari kehidupan.
Kearifan lokal merupakan akumulasi pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh
dan berkembang dalam sebuah komunitas yang merangkum perspektif teologis,
kosmologis dan sosiologis. Kearifan lokal bersandar pada filosofi, nilai - nilai,
etika dan perilaku yang melembaga secara tradisional untuk mengelola sumber
daya alam dan manusia, dirumuskan sebagai formulasi pandangan hidup sebuah
komunitas mengenai fenomena alam dan sosial yang mentradisi dalam suatu
daerah. Pandangan hidup tersebut menjadi identitas komunitas yang
membedakannya dengan kelompok lain. 1

Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam


konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara
lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional. Di Indonesia
kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai
bidang kehidupan (tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata
lingkungan dan sebagainya). Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu. Dalam perspektif historiografi, kearifan
lokal dapat membentuk suatu sejarah lokal. Sebab kajian sejarah lokal yaitu studi
tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan
sekitar tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek
kehidupan.

Awal pembentukan kearifan lokal dalam suatu masyarakat pada umunya


belum diketahui secara pasti. Pada umunya kearifan lokal mulai sejak masyarakat
belum mengenal tulisan (prasejarah). Tradisi pra aksara ini yang kemudian
1
Musanna, “Artikulasi pada Guru Berbasis Kearifan Lokal untuk Mempersiapkan Guru Yang
Memiliki Kompetensi Budaya”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. XVIII No. III, hlm. 333-
334.

3
melahirkan tradisi lisan. Secara histografi tradisi lisan banyak menjelaskan
tentang masa lalu suatu masyarakat atau asal – usul suatu komunitas. Dalam
perkembangannya tradisi lisan ini dapat menjadi keyakinan suatu masyarakat.

Kearifan lokal tidak terlepas dari budaya, mengenai cara pandang hidup
masyarakat setempat yang berhubungan dengan keyakinan, produktivitas,
pekerjaan, makanan pokok, kreativitas, nilai dan norma. Faktor global yang
membawa pergeseran nilai – nilai budaya dan sosial juga mempengaruhi pola
tindakan yang dilakuan generasi muda saat ini.2 Di sinilah kearifan lokal menjadi
relevan dan penting. Sebuah bangsa yang besar dan terhormat adalah bangsa
Inodnesia yang diikat oleh identitas kebangsaan, bahasa dan tanah tumpah darah
Indonesia (NKRI) dan disatukan oleh Bhinekka Tunggal Ika. Penanaman nilai
kearifan lokal dilakukan dengan pembelajaran sejarah yang menghubungkan
materi dengan kebudayaan daerah.

Revitalisasi kearifan lokal merupakan strategi untuk menghidupkan kembali


tradisi dan falsafah hidup yang sudah lama bersemayam di tengah masyarakat.
Gerakan revitalisasi ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran tokoh
agama dan tokoh adat. Perlibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama di tingkat
lokal bisa mencegah bila terjadinya radikalisme.3

B. Titik Tolak Kearifan Lokal

Secara umum, kearifan lokal dapat dimaknai sebagai gagasan – gagasan


setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam kearifan lokal,
terkandung pula kearifan budaya lokal. Jadi, demikian kearifan budaya lokal ialah
pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan,
norma dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam
jangka waktu yang lama. Ciri – ciri kearifan lokal sebagai berikut :

- Mampu bertahan terhadap budaya luar.

2
Leo Agung, “The Development of Local Wisdom-Based Social Science Learning Model with
Bengawan Solo as the Learning Source” Journal of Social Science, Vol.4 No. 4, hlm. 52.
3
Nat J. Colleta dan Umar Kayam, Kebudayaan dan Pembangunan, Sebuah Pendekatan Terhadap
Antropologi Terapan di Indonesia (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 122.

4
- Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur – unsur budaya luar.
- Kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.
- Kemampuan mengendalikan.
- Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem pengetahuan


masyarakat lokal / pribumi yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik
karena hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari sejarah, ethnografi
kehidupan mereka. Pragmatis karena seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil
olah pikir dalam sistem pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah
sehari – hari. Kearifan lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik
dengan budaya tertentu dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu.4

C. Kearifan Lokal Menghadapi Tantangan Perubahan Kebudayaan

Kemajuan teknologi dan mobilitas fisik misalnya telah dilengkapi dengan


mobilitas sosial dan intelektual yang jauh lebih padat dan intensif. Media
komunikasi yang semakin canggih telah menyebabkan masyarakat terintegrasi ke
dalam suatu tatanan yang lebih luas, dari yang bersifat lokal menjadi global.
Kondisi ini justru melahirkan kegamangan karena teknologi secara radikal
mengubah cara hidup, cara pikir dan pola relasi antar sesama. Perubahan
kebudayaan menujukkan adanya suatu periode transisional pola – pola ekonomi,
sosial dan kultural yang terus berubah dan membentuk kontur masa depan,
mengindikasikan, struktur perasaan yang gamang dari serangkaian praktek
kultural.

Barker menyebutkan contoh penampilan dan status budaya pop yang


dipercepat oleh media elektronik mempertegas terbukanya sekat – sekat yang
menambah kegamangan. Beberapa hal yang mempertegas kegamangan ini sebagai
berikut :

- Hilangnya tapal – tapal batas.


- Tidak ada lagi batas waktu dan jarak.

4
Michael R. Dove, Sistem Perladangan di Indonesia, Suatu Studi Kasus Dari Kalimantan Barat
(Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1988), hlm. 100.

5
- Kehidupan dikendalikan oleh pasar global.
- Tidak ada kepastian dan kejelasan hidup.
- Kecenderungan menuju individualisme yang semakin besar dan sukar
untuk dibalik kembali.
- Kecenderungan tradisi – tradisi besar menafsir tradisi – tradisi kecil.
- Adanya kompetensi.
- Kewenangan, administrasi dan birokrasi telah di desakralisasi.

Memahami kebudayaan harus dimulai dengan mendefenisikan ulang


kebudayaan itu sendiri, bukan sebagai kebudayaan generik (yang merupakan
pedoman yang diturunkan) tetapi sebagai kebudayaan diferensial (yang
dinegosiasikan dalam keseluruhan interaksi sosial). Pikiran ini menggaris bawahi
pemahaman bahwa kebudayaan bukan suatu warisan turun – temurun dibagi
bersama atau dipraktekkan secara kolektif tetapi menjadi kebudayaan yang lebih
bersifat situasional yang keberadaannya tergantung kepada karakter kekuasaan
dan hubungan – hubungan yang berubah dari waktu ke waktu. Upaya kearifan
lokal untuk menghadapi tantangan perubahan kebudayaan adalah dengan
menyikapi kebudayaan secara diferensial.5

Mempertahankan kearifan lokal tidaklah mudah. Hegemoni globalisme


terutama hegemoni medsos tanpa disadari sudah menjadi bagian dari hidup. Ada
kecederungan mengendurnya nilai – nilai moral akibat dari kemauan iptek pada
satu sisi dan pada sisi lain tumbuh kesadaran tentang pentingnya nilai – nilai
tersebut. Dikotomi tentang mengendurnya nilai – nilai dan kesadaran akan
pentingnya nilai – nilai kearifan lokal mesti disikapi dengan bijak. Kegamangan
berada pada posisi dikotomi melahirkan sebuah sikap baru untuk kembali pada
kearifan lokal sebagai jati diri dan melanjutkan kebudayaan secara diferensial.
Selain masyarakat pemilik kearifan lokal pemerintah juga diharapkan ikut ambil
bagian untuk bertanggung jawab. Melalui kebijakan dan strategi kebudayaan
pemerintah menjadi salah satu mitra penting bagi pendukung kebudayaan dan
kearifan lokal agar eksistensinya tetap terjaga.

5
Abdullah Iwan, Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010),
hlm. 60.

6
D. Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Masyarakat

Adapun bentuk – bentuk kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat adalah


kerukunan beragama dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan
dari budaya. Bentuk – bentuk kearifan lokal dapat berupa budaya (nilai, norma,
etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat dan aturan – aturan khusus). Nilai –
nilai leluhur terkait kearifan lokal meliputi cinta kepada Tuhan, alam semesta
beserta isinya. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang dan peduli, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah.
Kearifan lokal diungkapkan dalam bentuk kata - kata bijak (falsafah) berupa
nasehat, pepatah, pantun, syair dan folklore.6

Kearifan lokal merupakan tata aturan tidak tertulis yang menjadi acuan
masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan berupa tata aturan yang
menyangkut hubungan antar sesama manusia misalnya dalam interaksi sosial baik
antar individu maupun kelompok yang berkaitan dengan hirarki dalam
kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan, tata karma dalam kehidupan sehari
– hari. Tata aturan menyangkut hubungan manusia dengan alam, binatang,
tumbuh – tumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam.

6
Haryanto Sindung, Dunia Simbol Orang Jawa (Yogyakarta : Amara Books, 2013), hlm. 368.

7
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kearifan lokal adalah pengetahuan dasar yang didapat dari hidup seimbang
dengan alam. Hal ini terkait dengan budaya di masyarakat yang diskumulasikan
dan diteruskan. Kebijaksanaan pengalaman yang diperoleh dari kehidupan.
Kearifan lokal merupakan akumulasi pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh
dan berkembang dalam sebuah komunitas yang merangkum perspektif teologis,
kosmologis dan sosiologis.

Revitalisasi kearifan lokal merupakan strategi untuk menghidupkan kembali


tradisi dan falsafah hidup yang sudah lama bersemayam di tengah masyarakat.
Gerakan revitalisasi ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran tokoh
agama dan tokoh adat. Perlibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama di tingkat
lokal bisa mencegah bila terjadinya radikalisme.

Ciri – ciri kearifan lokal sebagai berikut :

- Mampu bertahan terhadap budaya luar.


- Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur – unsur budaya luar.
- Kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.
- Kemampuan mengendalikan.
- Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Perubahan kebudayaan menujukkan adanya suatu periode transisional pola


– pola ekonomi, sosial dan kultural yang terus berubah dan membentuk kontur
masa depan, mengindikasikan, struktur perasaan yang gamang dari serangkaian
praktek kultural. Upaya kearifan lokal untuk menghadapi tantangan perubahan
kebudayaan adalah dengan menyikapi kebudayaan secara diferensial.

Adapun bentuk – bentuk kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat adalah


kerukunan beragama dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan
dari budaya. Bentuk – bentuk kearifan lokal dapat berupa budaya (nilai, norma,

8
etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat dan aturan – aturan khusus). Nilai –
nilai leluhur terkait kearifan lokal meliputi cinta kepada Tuhan, alam semesta
beserta isinya.

B. Saran

Revitalisasi kearifan lokal merupakan strategi untuk menghidupkan kembali


tradisi dan falsafah hidup yang sudah lama bersemayam di tengah masyarakat.
Jadi, sebagai penerus generasi bangsa sebaiknya kita membangun kembali
kearifan lokal yang ada di sekitar kita sebab hal ini sangat berguna untuk kita
semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo. 2015. The Development of Local Wisdom-Based Social Science


Learning Model with Bengawan Solo as the Learning Source. Journal of Social
Science. Vol.4 No. 4.

Colleta, Nat J. dan Umar Kayam. 1987. Kebudayaan dan Pembangunan, Sebuah
Pendekatan Terhadap Antropologi Terapan di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.

Dove, Michael R. 1988. Sistem Perladangan di Indonesia, Suatu Studi Kasus


Dari Kalimantan Barat. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Iwan, Abdullah. 2010. Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta :


Pustaka Belajar.

Musanna. 2012. Artikulasi pada Guru Berbasis Kearifan Lokal untuk


Mempersiapkan Guru Yang Memiliki Kompetensi Budaya. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Vol. XVIII No. III.

Sindung,Haryanto. 2013. Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta : Amara Books.

iii

Anda mungkin juga menyukai