Anda di halaman 1dari 20

Etika Hukum dan Kebijakan Kesehatan

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:

1. Ade Lisma Harahap


2. Adelia Hasibuan
3. Susi Susanti Pohan
4. Yusminar Panggabean

PRODI S.1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARMAIS
PADANGSIDIMPUAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
bahasa Indonesia yang berjudul “Etika Hukum dan Kebijakan Kesehatan” ini. Kami
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan..

Padangsidimpuan, Nopember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Pengertian Etika..................................................................................2
B. Prinsip Etika Kesehatan......................................................................3
C. Hukum Kesehatan...............................................................................6
D. Perkembangan Hukum Kesehatan......................................................8
E. Hubungan Etika dan Hukum Kesehatan...........................................10
F. Kebijakan Kesehatan........................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................16
B. Saran.................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentu
atau komunitas. Aturan bertindak ini ditentukan oleh setiap kelompok masyarakat, dan
biasanya bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi, serta tidak tertulis.
Sedangkan hukum adalah aturan berperilaku masyarakat dalam suatu masyarakat atau
negara yang ditentukan atau dibuat oleh para pemegang otoritas atau pemerintah negara,
dan tertulis.
Baik etika maupun hukum dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan yang
sama, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, aman, dan damai. Oleh
sebab itu, semua anggota masyarakat harus mematuhi etika dan hukum ini. Apabila
tidak, maka bagi para pelanggar kedua aturan perilaku ini memperoleh sanksi yang
berbeda. Bagi pelanggar etika sanksinya adalah “moral”, sedangkan bagi pelanggar
hukum, sanksinya adalah hukuman (pidana atau perdata). Petugas kesehatan dalam
melayani masyarakat, juga akan terikat pada etika dan hukum, atau etika dan hukum
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, perilaku petugas kesehatan harus
tunduk pada etika profesi (kode etik profesi) dan juga tunduk pada ketentuan hukum,
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Apabila petugas kesehatan melanggar
kode etik profesi, maka akan memperoleh sanksi “etika” dari organisasi profesinya. Dan
mungkin juga apabila melanggar ketentuan peraturan atau perundang-undangan, juga
akan memperoleh sanksi hukum (pidana atau perdata).
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan etika kesehatan?
2. Apa saya hukum kesehatan?
3. Bagaimana kebijakan kesehatan?

C. Tujuan
Sebagai mahasiswa dan calon petugas kesehatan dapat memahami prinsip
bekerja berdasarkan etika profesi dan hukum kesehatan yang berlaku.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Menurut K. Berten, kata “etika” berasal dari bahasa yunani kuno, yakni Ethos
(bentuk kata tunggal) atau ta etha (bentuk kata jamak). Ethos berarti tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Sedangkan kata ta etha berarti adat kebiasaan. Namun, secara umum etika
dimengerti sebagai ilmu apa yang biasa kita lakukan. Etika sangat berkaitan dengan
moral dan akhlak, yang merupakan nilai luhur dalam tingkah laku dan juga
berhubungan sangat erat dengan hati nurani (Campbell et all., 2005; Rogers &
Braunack-meyer, 2009).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dirumuskan pengertian etika menjadi tiga,
pertama etika merupakan sistem nilai, yakni nilai-nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pegangan (landasan, alasan, rientasi hidup) seseorang atau kelompok orang
dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika kumpulan asas–asas akhlak (moral) atau
semacam kode etik. Ketiga, etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang
buruk. Hal ini terjadi apabila nilai-nilai, norma-norma moral, asas-asas akhlak (moral),
atau kode etik yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat menjadi bahan refleksi
(pemikiran) secara menyeluruh (holisti), sistematis, dan metodis.
Etika merupakan pemikiran kritis tentang berbagai ajaran dan pandangan moral.
Etika sering disebut filsafat moral, karena berhubungan dengan adat istiadat, norma-
norma, dan nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam suatu kelompok atau seseorang
untuk mengatur tingkah laku.
Dalam kehidupan sehari-hari, etika sangat penting untuk di terapkan. Begitu
pula dalam dunia kesehatan masyarakat. Beberapa orang mengartikan bahwa etika
kesehatan hanyalah sebagai konsep untuk dipahami dan bukan menjadi bagian dari diri.
Padahal etika kesehatan sangatlah penting dimiliki dan diterapkan setiap berhadapan
dengan pasien atau klien.
Etika kesehatan bertujuan mengatur bagaimana bertingkah laku dalam
memberikan jasa pelayanan kesehatan, menentukan aturan-aturan yang mengatur
bagaimana menangani suatu masalah yang berkaitan dengan etik agar tidak menjadi

2
suatu hal yang masuk ke ranah hukum atau menimbulkan efek hukuman bagi diri
sendiri maupun pasien atau klien.

B. Prinsip Etika Kesehatan


Filosofi moral etika kesehatan dijelaskan dalam Prinsip Dasar Etika Kesehatan
sebagai berikut:
1. Autonomy (otonomi)
Prinsip “Autonomy” (self-determination) yaitu prinsip yang menghormati hak-
hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination) dan
merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis.
Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan konsep Informed consent. Prinsip
otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara logis dan
membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Beberapa contoh prinsip otonomi adalah sebagai berikut :
a. Pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru dapat dilakukan atas
persetujuan dirinya.
b. Seorang warga menentukan sikap untuk ikut penyuluhan/kegiatan kesehatan
yang diselenggrakan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
2. Beneficience (Berbuat baik)
Prinsip Beneficience (berbuat baik) adalah prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang bertujuan untuk kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan dan
menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya. Dalam Beneficence
tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi
baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya.
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Contohnya dapat dilihat
sebagai berikut :
a. Dokter memberi obat gatal tetapi mempunyai efek yang lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat atas tindakannya tersebut.

3
b. Seorang sarjana Kesehatan Masysrakat ( SKM ) memberikan pelayanan kepada
seoarang pasien yang menderita penyakit TBC, maka SKM tersebut harus
mempertimbangkan dan berkonsultasi dengan ahlinya dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
3. Non Maleficience (tidak merugikan)
Prinsip tidak merugikan “Non-maleficence” adalah prinsip menghindari
terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk
keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “ above all do no
harm“. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik dan psikologis
pada klien atau pasien. Contoh:
a. Pendapat dokter dalam memberikan pelayanan tidak dapat diterima oleh pasien
dan keluarganya sehingga jika dipaksakan dapat merugikan pasien.
b. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) memberikan pelayanan yang
terbaik dalam usaha penyembuhan pencegahan tanpa merugikan masyarakat.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa merugikan
seseorang atau masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang
pasien harus dijaga. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh pasien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Contoh:
a. Seorang dokter maupun tenaga medis yang menangani pasien menjaga setiap
data informasi yang dimiliki dari pasien tersebut, baik itu nama, alamat, panyakit
yang diderita, dan sebagainya.
b. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) merahasiakan segala bentuk
data terkait dengan data survei yang bersifat pribadi (tidak dipublikasikan)
5. Fidelity (menepati janji)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada komitmen dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan

4
tenaga kesehatan terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan. Contoh:
a. Seorang dokter berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap rahasia
pasiennya, dan sampai kapanpun akan tetpa menjaga komitmennya untuk
menjaga kerahasiaan setiap pasiennya
b. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) menepati janjinya dalam usaha
peningkatan dan perbaikan kesehatan di masyarakat sesuai dengan program yang
telah dibuat.
6. Fiduciarity (kepercayaan)
Adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih pihak.
Kepercayaan dibutuhkan untuk komunikasi antara professional kesehatan dan pasien.
Seseorang secara hukum ditunjuk dan diberi wewenang untuk memegang aset dalam
kepercayaan untuk orang lain. Para fidusia mengelola aset untuk kepentingan orang lain
daripada untuk keuntungan sendiri. Contoh:
a. Seorang dokter dipercaya oleh pasiennya untuk melakukan operasi
pengangkatan sel kanker dalam tubuhnya.
b. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) diberi kepercayaan oleh
masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
7. Justice (keadilan)
Yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap
maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau pendistribusian
dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
tercapai yang sama rata dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Contoh:
a. Tenaga kesehatan medis tidak boleh diskriminatif dalam memberikan pelayanan
kesehatan antara pasien kelas III dan pasien VVIP.
b. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat ( SKM ) memberikan pelayanan
kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan jentik-jentik pada
semua lapisan masyarakat.
8. Veracity (Kejujuran)

5
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan
untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa pendapat yang mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya. Contoh:
a. Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya penyakit pasien namun tidak
dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarga pasien.
b. Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) meberikan informasi tekait
dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan transparan dan dapat dipertanggung
jawabkan.

C. Hukum Kesehatan
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup bermasyarakat. Pergaulan hidup atau hidup di
masyarakat yang sudah maju seperti sekarang ini tidak cukup hanya dengan adat
kebiasaan yang turun-temurun seperti sebelum lahirnya peradaban yang modern. Untuk
itu, maka oleh kelompok masyarakat yang hidup dalam suatu masyarakat atau negara
diperlukan aturan-aturan yang secara tertulis, yang disebut hukum.
Meskipun demikian, tidak semua perilaku masyarakat atau hubungan antara satu
dengan yang lainnya juga masih perlu diatur oleh hukum ynag tidak tertulis yang
disebut: etika, adat-istiadat, tradisi, kepercayaan dan sebagainya. Hukum tertulis,
dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1. Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek, anggota masyarakat yang satu
dengan yang lain dalam hubungan interrelasi.
Hubungan interrelasi ini antara kedua belah pihak sama atau sederajat atau
mempunyai kedudukan sederajat. Misalnya, hubungan antara penjual dan

6
pembeli, hubungan antara penyewa dan yang menyewakan. Di samping itu
hubungan dalam keluarga, termasuk perkawinan dan warisan juga dapat
digolongkan dalam hukum perdata.
2. Hukum pidana adalah mengatur hubungan antara subjek dan subjek dalam
konteks hidup bermasyarakat dalam suatu negara.
Dalam hukum pidana selalu terkait antara seseorang yang melanggar hukum
dengan penguasa (dalam hal ini pemerintah) yang mempunyai kewenangan
menjatuhkan hukuman. Dalam hukum pidana atau peraturan mengenai
hukuman, kedudukan penguasa/pemerintah lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat sebagai subjek hukum.

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan- peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak
dan kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian
terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan
internasional. Pengertian Hukum Kesehatan menurut berbagai sumber yaitu :
1. UU RI NO.23/1992 tentang Kesehatan
Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Hal tersebut menyangkut hak dan kewajiban
menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana,
standar pelayanan medik dan lain-lain.
2. Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI)
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut
hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
dalam segala aspek-aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medic,
ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum
kesehatan mencakup komponen–komponen hukum bidang kesehatan yang

7
bersinggungan satu dengan lainnya, yaitu Hukum Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum
Keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan
Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993)
3. Prof.H.J.J.Leenen
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung
pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum perdata, hukum
administrasi dan hukum pidana. Arti peraturan disini tidak hanya mencakup pedoman
internasional, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, namun ilmu pengetahuan dan
kepustakaan dapat juga merupakan sumber hukum.
4. Prof. Van der Mijn
Hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai kumpulan pengaturan yang
berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi. Hukum medis yang mempelajari hubungan
yuridis dimana dokter menjadi salah satu pihak, adalah bagian dari hukum kesehatan..

D. Perkembangan Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini berarti
hukum kesehatan adalah aturan tertulis mengenai hubungan antara pihak pemberi
pelayanan kesehatan dengan masyarakat atau anggota masyarakat. Dengan sendirinya
hukum kesehatan ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing penyelenggaraan
pelayanan dan penerima pelayanan atau masyarakat. Hukum kesehatan relatif masih
muda bila dibandingkan dengan hukum-hukum yang lain.
Perkembangan hukum kesehatan baru dimulai pada tahun 1967, yakni dengan
diselenggarakannya “World Congress on Medical Law” di Belgia tahun 1967. “(Etika
dan Hukum Kesehatan. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Halaman 44). Di Indonesia,
perkembangan hukum kesehatan dimulai dengan terbentuknya kelompok studi untuk
Hukum Kedokteran FK-UI dan rumah
Sakit Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982. Hal ini berarti, hampir 15
tahun setelah diselenggarakan Kongres Hukum Kedokteran Dunia di Belgia. Kelompok
studi hukum kedokteran ini akhirnya pada tahun 1983 berkembang menjadi
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI). Pada kongres PERHUKI yang
pertama di Jakarta, 14 April 1987. Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen

8
atau kelompok-kelompok profesi kesehatan yang saling berhubungan dengan yang
lainnya, yakni : Hukum Kedokteran, Hukum Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan,
Hukum Farmasi, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum
Kesehatan Lingkungan, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di kelompokkan
menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu:
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009
tentang Kesehatan
b. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
c. Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat
d. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
e. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
f. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
g. UU No. 38/2014 tentang Keperawatan
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan pelayanan Kesehatan
antara lain:
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya
Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab secara pidana bagi
tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan menyebabkan pasien mengalami cacat, gangguan fungsi
organ tubuh atau kematian akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata
Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya
Pasal 1365 KUHPerd. mengatur tentang kewajiban hukum untuk mengganti
kerugian yang dialami oleh pasien akibat adanya perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan
pelayanan terhadap pasien
c. Hukum Administrasi

9
Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan yang melanggar hukum
adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada pada pasien menjadi tanggung
jawab hukum dari penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional
a. Konvensi
b. Yurisprudensi
c. Hukum Kebiasaan
d. Hukum Otonomi
e. Perda tentang kesehatan
f. Kode etik profesi

E. Hubungan Etika dan Hukum Kesehatan


Hukum berbeda-beda untuk tiap-tiap Negara sedangkan etika dapat diterapkan
tanpa melihat batas Negara. Etika dan hukum kesehatan dalam dunia kesehatan
umumnya berbeda namun saling melengkapi, dimana hukum cenderung bersifat kaku,
lama dalam proses legalisasi, dan kurang menyeluruh kemudian norma etika akan
melengkapi kelemahan-kelemahan norma hukum sehingga mampu mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
meskipun Etika dan Hukum Kesehatan mempunyai perbedaan, namun mempunyai
banyak persamaannya, antara lain:
1. Etika dan hukum kesehatan sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya
hidup bermasyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Sebagai objeknya adalah sama yakni masyarakat baik yang sakit maupun yang
tidak sakit (sehat).
3. Masing-masing mengatur kedua belah pihak antara hak dan kewajiban, baik
pihak yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan maupun yang menerima
pelayanan kesehatan agar tidak saling merugikan.
4. Keduanya menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi, baik penyelenggara
maupun penerima pelayanan kesehatan.
5. Baik etika maupun hukum kesehatan merupakan hasil pemikiran dari para pakar
serta pengalaman para praktisi bidang kesehatan.

10
Sedangkan perbedaan antara etika kesehatan dan hukum kesehatan, antara lain:
1. Etika kesehatan hanya berlaku di lingkungan masing-masing profesi kesehatan,
sedangkan hukum kesehatan berlaku untuk umum.
2. Etika kesehatan disusun berdasarkan kesepakatan anggota masing-masing
profesi, sedangkan hukum kesehatan disusun oleh badan pemerintahan, baik
legislatif (Undang-Undang = UU, Peraturan Daerah = Perda), maupun oleh
eksekutif (Peraturan Pemerintah, Kepres. Kepmen, dan sebagainya).
3. Etika kesehatan tidak semuanya tertulis, sedangkan hukum kesehatan tercantum
atau tertulis secara rinci dalam kitab undang-undang atau lembaran negara
lainnya.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik kesehatan berupa tuntunan, biasanya dari
organisasi profesi, sedangkan sanksi pelanggaran hukum kesehatan adalah
“tuntunan”, yang berujung pada pidana atau hukuman.
5. Pelanggaran etik kesehatan diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Profesi
dari masing-masing organisasi profesi, sedangkan pelanggaran hukum kesehatan
diselesaikan lewat pengadilan.
6. Penyelesaiaan pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, sedangkan untuk
pelanggaran hukum pembuktiannya memerlukan bukti fisik.
F. Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan adalah serangkaian keputusan, rencana, dan tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik kesehatan dalam masyarakat. Ahli lain
menyebut kebijakan kesehatan sebagai kebijakan yang bertujuan memberi dampak
positif terhadap kesehatan populasi (de Leeuw:1989). Kata ‘kesehatan’ dan
‘masyarakat’ adalah kata-kata kunci dalam konsep ini.
Namun, keduanya mengandung cakupan makna yang begitu luas sehingga
kebijakan kesehatan tidak bisa diterangkan dalam sebuah konsep tunggal. Ada bentuk-
bentuk lain yang menyinggung keterkaitan kesehatan dengan kebijakan sehingga
membentuk beragam konsep kebijakan dengan kesehatan lainnya.. bentuk-bentuk
kebijakan kesehatan yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan Pelayanan Kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan adalah kebijakan yang berfokus pada pelayanan
kesehatan sebagai upaya terorganisir untuk mengobati atau merawat penyakit, keadaan

11
disabilitas, ataupun kecacatan (de Leeuw, Breton, Clavier:2014). Adapun, upaya-upaya
kesehatan tersebut dilakukan dengan mengatur dan meregulasi keberadaan tenaga
kesehatan profesional, kesediaan farmasi, pembiayaan sistem kesehatan, dan akses
terhadap fasilitas kesehatan. Pelayanan kesehatan berarti perawatan terhadap penyakit
yang berfokus pada kondisi individu, alih-alih populasi.
2. Kebijakan Tenaga Kesehatan
Kebijakan tenaga kesehatan mencakup kebijakan-kebijakan ataupun strategi
untuk mencapai angka, distribusi, dan kualitas tenaga kesehatan untuk mencapai tujuan-
tujuan kesehatan. Kebijakan tenaga kesehatan, contohnya, berupaya mengatasi
kekurangan dokter ataupun perawat. WHO sendiri menyebut dengan tegas, sistem
kesehatan hanya bisa berfungsi optimal dengan kehadiran tenaga kesehatan yang
mencukupi.
Pada 2016 WHO menerbitkan dokumen Global Strategy on Human Resources
for Health Workforce 2030 sebagai acuan bagi pembuat kebijakan negara-negara
anggota dalam merumuskan kebijakan tenaga kesehatan. Pemangku kepentingan yang
dimaksud dalam dokumen ini bukan hanya pemerintah, tetapi juga pemberi kerja,
asosiasi pekerja, institusi pendidikan, serikat pekerja, hingga masyarakat sipil.
3. Kebijakan Kesehatan Global
Kesehatan global merupakan area kesehatan yang berfokus pada isu-isu
kesehatan dunia (Mahendradhata:2020). Peristiwa kesehatan global umumnya
menyertakan kerja sama lintas negara, bersifat multidisipliner, dan bertujuan untuk
mencapai kesetaraan status kesehatan masyarakat dunia. Sementara, kebijakan
kesehatan global meliputi upaya-upaya kesehatan pemerintah dunia untuk membentuk
kebijakan kesehatan yang bersifat mendasar bagi masyarakat dunia.
Kebijakan kesehatan global memiliki prinsip yang khas, yakni ia memperhatikan
kebutuhan kesehatan masyarakat yang tinggal di planet bumi, alih-alih memperhatikan
negara tertentu. Implementasi kebijakan kesehatan global melibatkan aktor-aktor lintas
negara, mulai dari pemerintah domestik hingga masyarakat sipil. Beberapa ahli
menyebut, ‘karantina’, seperti yang terjadi selama periode pandemi Covid-19, adalah
bentuk kebijakan kesehatan global pertama.
Masyarakat dunia sudah melakukan kegiatan karantina sejak abad ke-14,
tepatnya ketika wabah pes melanda Eropa. Pada 1348 Pelabuhan Venesia, salah satu

12
pelabuhan terbesar di Eropa ketika itu, mengupayakan karantina untuk mencegah
penularan pes. Selanjutnya, pada 1377 di sebuah kota bernama Roguasa muncul
peraturan yang membatasi penumpang dari wilayah terjangkit pes tinggal di luar
pelabuhan kota untuk menghindari penyebaran penyakit.
Periode awal pelaksanaan karantina kesehatan bercirikan banyaknya pelabuhan
menetapkan peraturan unilateral untuk mencegah wabah bubonic pes pada abad ke-14.
Perjalanan wabah dan munculnya beragam kebijakan kesehatan global mendorong
WHO pada akhirnya menerbitkan International Health Regulation (IHR) pada 1969
untuk meregulasi respons dunia internasional terhadap suatu peristiwa kesehatan global.
4. Kesehatan dalam Kebijakan Luar Negeri
Umumnya, kebijakan luar negeri atau hubungan internasional adalah
seperangkat tujuan yang mengatur hubungan aktivitas ataupun interaksi antara satu
negara dengan negara lain. Kebijakan luar negeri juga bisa diartikan singkat sebagai
strategi pemerintah suatu negara ketika berurusan dengan negara lain.
Tujuan utama kebijakan luar negeri ialah memanfaatkan aktivitas diplomasi,
seperti perbincangan, pertemuan, ataupun perjanjian, untuk mengatasi persoalan-
persoalan internasional. Kesehatan adalah salah satu dimensi dalam kebijakan luar
negeri. Sebab, kehadirannya dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan kesehatan
global. Beberapa persoalan kesehatan memiliki dampak yang besar terhadap komunitas
internasional sehingga perlu dibicarakan melalui dialog antar-negara.
Beberapa permasalahan kesehatan dalam kebijakan luar negeri, seperti
munculnya perasaan takut masyarakat dunia akibat pandemi, menyebarnya patogen
penyakit-penyakit baru, hingga belum terbentuknya pandangan kesehatan sebagai hak
asasi manusia.
5. Kebijakan Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah bagian penting lain dari kesehatan. Kesehatan mental
adalah kondisi sejahtera ketika individu menyadari potensi dirinya, mampu menghadapi
stres, beraktivitas produktif, dan mampu berkontribusi positif bagi lingkungan
sekitarnya.
Karenanya, kesehatan mental mencakup beragam komponen, mulai dari
komponen emosi, psikologis, ataupun kesejahteraan sosial. WHO menjelaskan
kebijakan kesehatan mental sebagai pernyataan resmi pemerintah ataupun otoritas

13
setempat untuk menyediakan visi, nilai, prinsip, dan tujuan serta menyediakan
seperangkat tindakan untuk mencapai visi tersebut.
Adapun, pemangku kepentingan dalam kebijakan kesehatan mental adalah orang
atau organisasi yang memiliki ketertarikan mengembangkan kesehatan mental populasi.
Kelompok tersebut termasuk, di antaranya orang dengan penyakit mental, anggota
keluarga, pekerja profesional, pembuat kebijakan, dan pihak-pihak berkepentingan lain.
Dikarenakan kesehatan mental terpengaruh oleh berbagai determinan, mulai dari
aspek sosial, psikologis, hingga biologis, pemangku kepentingan perlu mempromosikan
dan melindungi kesehatan mental. Beberapa contoh kebijakan yang dianjurkan, seperti
menerapkan hukum dan kampanye anti-diskriminasi, mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan perlindungan sosial, melaksanakan program pencegahan stres, dan lain
sebagainya.
6. Kebijakan Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah salah satu jenis asuransi yang menanggung biaya
risiko akibat pengobatan. Kebijakan asuransi kesehatan umumnya mencakup biaya
pengobatan yang perlu dikeluarkan seseorang di masa depan. Skema tersebut biasanya
terdapat dalam perjanjian antara perusahaan asuransi dengan pelanggan yang
sebelumnya telah setuju menjamin pembayaran ataupun kompensasi biaya medis ketika
pelanggan mengalami sakit.
Kebijakan asuransi kesehatan dapat dipahami sebagai kontrak antara penyedia
asuransi, baik pemerintah ataupun perusahaan dengan individu ataupun instansi, seperti
kantor atau pemberi kerja lainnya. Ketentuan mengenai kontrak tersebut, umumnya bisa
diperpanjang, baik tahunan ataupun bulanan ataupun berlangsung seumur hidup dalam
beberapa kasus.
Dari segi perawatan yang diterima, jenis dan jumlah biaya perawatan kesehatan
ditentukan penyedia asuransi kesehatan yang biasanya tertulis dalam kontrak atau buklet
keanggotaan asuransi tersebut.
Sebenarnya, masih terdapat sangat banyak bentuk kebijakan kesehatan. Tetapi,
hal tersebut perlu diuraikan dalam catatan-catatan lain untuk memastikan informasi
tersampaikan komprehensif. Kesehatan merupakan hak, dalam artian ia harus selalu
diupayakan agar masyarakat dari beragam latar belakang dapat mencapai kondisi sehat.

14
Itu sebabnya, pemerintah, masyarakat sipil, maupun sektor swasta perlu terlibat
merumuskan kebijakan kesehatan. Kebijakan kesehatan yang baik di segala lini, tidak
menjamin setiap orang mencapai kondisi sehat, tetapi ia menjadi jalan yang memastikan
akses terhadap kesehatan tersedia bagi semua.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentu
atau komunitas. Aturan bertindak ini ditentukan oleh setiap kelompok masyarakat, dan
biasanya bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi, serta tidak tertulis.
Sedangkan hukum adalah aturan berperilaku masyarakat dalam suatu masyarakat atau
negara yang ditentukan atau dibuat oleh para pemegang otoritas atau pemerintah negara,
dan tertulis.
Prinsip Dasar Etika Kesehatan sebagai berikut Autonomy (otonomi),
Beneficience (Berbuat baik), Non Maleficience (tidak merugikan), Confidentiality
(kerahasiaan), Fidelity (menepati janji), Fiduciarity (kepercayaan), Justice (keadilan),
dan Veracity (Kejujuran).
Hukum kesehatan adalah semua ketentuaan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Oleh sebab itu,
hukum kesehatan mengatur dua kepentingan yang berbeda, yakni :
1. Penerima pelayanan, yang harus diatur hak dan kewajiban, baik perorangan,
kelompok atau masyarakat.
2. Penyelenggara pelayanan : organisasi dan sarana-prasarana pelayanan, yang juga
harus diatur hak dan kewajibannya.
Kebijakan kesehatan adalah serangkaian keputusan, rencana, dan tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik kesehatan dalam masyarakat. Ahli lain
menyebut kebijakan kesehatan sebagai kebijakan yang bertujuan memberi dampak
positif terhadap kesehatan populasi

B. Saran
Dalam profesi apa pun selalu ada etika dan hukumnya. Bagi yang melanggar
etika akan dikenakan sanksi moral dan bagi yang melanggar hukum akan dikenakan
sanksi hukum. Oleh sebab itu, sepatutnyalah petugas kesehatan untuk memahami etika
dan hukum kesehatan. Diharapkan juga semua petugas kesehatan senantiasa berpegang
teguh dan berperilaku sesuai dengan kehormatan profesinya..
DAFTAR PUSTAKA

16
Bertens, K. 2001. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Eko, Nurul. Yanti. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Siswanto,


Hadi. 2009. Etika Profesi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/03b7efe3b657eb67d4d2881
5d4e5cabb.pdf. diakses tanggal 08 Nopember 2021

https://cisdi.org/id/gva_event/apa-yang-dimaksud-dengan-kebijakan-kesehatan-ini-
penjelasan-dan-bentuk-bentuknya/ diakses tanggal 08 Nopember 2021

17

Anda mungkin juga menyukai