Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Fisika Dasar II

Oleh:

Nama : Devy Ayu Rhamadhani


NIM : 191910801016
Jurusan : Teknik Perminyakan
Asisten : Vina

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik magnet merupakan bidang yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
beberapa aspek, listrik dan magnet memiliki beberapa persamaan dan juga perbedaan.
Dalam listrik, dikenal adanya muatan positif dan muatan negatif dimana keduanya
saling tarik-menarik, begitu juga dengan magnet yang memilikikutub positif dan juga
kutub negatif. Prinsip kerja inilah yang banyak digunakan dalam beberapa alat dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala yang ditimbulkan oleh magnet adalah induksi
elektromagnetik. Contoh alat yang menggunakan prinsip elektromagnetik adalah
travo, dimana fungsi travo adalah untuk menurunkan dan menaikan tegangan.
Sebuah magnet yang diletakkan dekat dengan sebuah koil yang disambungkan
dengan galvanometer dengan keadaan diam, maka pada galvanometer terbaca tidak
terdapat arus pada rangkaian tersebut. Akan tetapi jika magnet yang diletakkan dekat
sebuah koi tersebut digerakkan mendekat dan menjauhi koil tersebut maka pada
galvanometer akan terbaca arus pada rangkaian. Oleh sebab itu dilakukan percobaan
induksi elektromagnetik dengan menggunakan Hukum Faraday.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum kali ini yaitu:
a. Bagaimana fenomena induksi elektromagnetik yang terjadi?
b. Bagaimana hubungan kecepatan gerak magnet (mendekati/menjauhi kumparan)
dengan besar ggl induksi yang ditimbulkan pada kumparan?
c. Bagaimana hubungan jumlah lilitan kumparan dengan besar ggl induksi yang
ditimbulkan pada kumparan?

1.3 Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini yaitu:
a. Menunjukkan fenomena induksi elektromagnetik.
b. Menentukan hubungan kecepatan gerak magnet (mendekati/menjauhi kumparan)
dengan besar ggl induksi yang ditimbulkan pada kumparan.
c. Menentukan hubungan jumlah lilitan kumparan dengan besar ggl induksi yang
ditimbulkan pada kumparan.

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu:
a. Mengetahui fenomena induksi elektromagnetik.
b. Memahami hubungan antara kecepatan gerak magnet (mendekati/menjauhi
kumparan) dengan besar ggl induksi yang ditimbulkan pada kumparan.
c. Memahami hubungan jumlah lilitan kumparan dengan besar ggl induksi yang
ditimbulkan pada kumparan.
BAB 2. DASAR TEORI
2.1 Induksi
Sebuah percobaan yang dilakukan Faraday-Henry menemukan bahwa ketika
batang magnet dimasukkan ke dalam lilitan kawat, terjadi arus yang terukur oleh
galvanometer, namun arus tersebut setelah beberapa saat kemudian hilang. Hal yang
sama terjadi ketika batang magnet dikeluarkan dari lilitan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perubahan medan magnet yang konstan menimbulkan listrik yang
disebut dengan induksi elektromagnetik atau induksi magnetik. Menurut Hukum
Biot-Savart, sebuah kawat berarus dapat menimbulkan medan magnet di sekitarnya
sesuai dengan aturan tangan kanan. Medan magnet adalah ruang di sekitar magnet
atau ruang yang masih memungkinkan adanya interaksi magnet. Medan magnet
merupakan daerah di sekitar magnet yang terdapat gaya-gaya magnet. Medan magnet
merupakan besaran vektor disebut dengan vektor induksi magnet B. Medan magnet
dilukiskan dengan garis-garis yang arah garis singgungnya pada setiap titik garis-
garis induksi magnet menunjukkan arah vektor induksi magnet. Banyaknya garis
magnet dinamakan dengan fluks magnet (𝜙), sedangkan banyaknya garis induksi
magnet per satuan luas dinamakan rapat fluks magnet (Dosen-dosen Fisika, 2012).
Penemuan Oersted mengenai hubungan listrik dan magnet, yaitu bahwa suatu
muatan listrik dapat berinteraksi dengan magnet ketika muatan itu bergerak.
Penemuan itu membuktikan teori tentang “muatan” magnet, yaitu bahwa magnet
terdiri dari muatan listrik. Selanjutnya, dari hasil percobaan menggunakan kompas
dapat diketahui bahwa medan magnet melingkar di sekitar kawat berarus dengan arah
yang dapat kita tentukan dengan aturan tangan kanan. Hal ini dapat dilakukan seperti
menggenggam kawat dengan tangan kanan sehingga ibu jari menunjuk arah arus.
Arah putaran genggamna keempat jari menunjukkan arah medan magnet. Secara
matematis, kuat medan magnet di suatu titik di sekitar kawat berarus listrik dapat
dihitung dengan persamaan:
𝑖
B=k (2.1)
𝑎
dimana
B = Induksi magnetik (T)
k = Konstanta
i = Kuat arus (A)
a = Jarak (m)
(Zemansky, 2012).

2.2 Gaya Lorentz


Gaya pada muatan dalam pengaruh medan magnet adalah Gaya Lorentz.
Medan magnet merupakan garis-garis gaya yang keluar dari kutub utara menuju
kutub selatan. Gaya magnetik ini terjadi jika sebuah partikel bermuatan q bergerak
dengan kecepatan v dalam pengaruh medan magnet B. Maka akibat pergerakan
muatan ini akan timbul gaya magnetik F yang besarnya:
│F│ = q(v×B) (2.2)
│F│ = qvB sin 𝜃 (2.3)
Arah dari gaya magnetik adalah sesuai kaidah tangan kanan 2 adalah tegak lurus
terhadap bidang yang dibentuk vector v dengan B. Dimana arah ibu jari menunjukkan
kecepatan muatan v dan arah keempat jari yang lain menunjukkan medan magnet B,
sedangkan telapak tangan terbuka menunjukkan arah gaya magnetik F (Ishaq, 2007).
Gaya Lorentz pada penghantar juga bergantung pada faktor kuat medan
magnet, besar arus listrik dan panjang penghantar sehingga Hukum Lorentz juga
dapat dirumuskan menjadi:
│F│ = B×i×L (2.4)
dimana
F = Gaya Lorentz (N)
B = Medan magnet (T)
i = Arus listrik (A)
L = Panjang penghantar (m)
Gambar 2.1 Kaidah Tangan Kanan
(Sumber: Bueche, 2006)
Arah Gaya Lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jari-jari tangan
kanan diatur sedemikian rupa sehingga ibu jari tegak lurus terhadap telunjuk dan
tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet B diwakili oleh
telunjuk dan arah arus listrik i diwakili oleh ibu jari, maka arah Gaya Lorentz F
ditunjukkan oleh jari tengah (Bueche, 2006).

2.3 Hukum Faraday


Fluks magnetik merupakan jumlah garis medan magnet yang lewat melalui
luasan yang telah diketahui sebelumnya. Fluks magnetik (𝜙m) adalah perkalian
medan magnetik B dengan luasan A yang dibatasi dengan rangkaian. Secara
matematis, fluks magnetik dapat dinyatakan sebagai:
𝜙m = B×A (2.5)
Satuan fluks magnetik adalah Tesla/m2 atau biasa yang disebut dengan Weber.
Persamaan 2.1 merupakan fluks magnetik yang disebabkan medan magnet tegak lurus
dengan permukaan luasan dan jika medan magent tidak tegak lurus terhadap
permukaan luasan maka fluks magnetik dinyatakan sebagai:
𝜙m = B×A cos 𝜃 (2.6)
dan apabila fluks magnetik melalui sebuah kumparan dengan jumlah lilitan pada
kumparan dinyatakan N, maka secara matematis fluks magnetik dinyatakan sebagai:
𝜙m = N×B×A cos 𝜃 (2.7)
Suatu ggl akan sebanding dengan laju perubahan fluks yang diinduksikan
dalam rangkaiannya. Ggl yang diinduksi oleh fluks magnetik yang berubah dapat
dianggap terdistribusi di seluruh rangkaiannya. Ggl induksi dalam suatu simpal
terjadi ketika fluks magnetik yang melalui simpal tersebut berubah. Gaya per muatan
satuan merupakan medan listrik E, yang dalam hal ini diinduksi oleh fluks yang
berubah tadi. Ggl dalam rangkaian merupakan integral tertutup medan listrik di
sekeliling rangkaian tertutup sama dengan kerja yang dilakukan per muatan satuan.
Secara matematis, dinyatakan sebagai:

𝜀 = ∮ E.dl (2.8)
Ggl induksi sama dengan integral tertutup medan listrik di sekeliling rangkaian
tertutup dan juga sama dengan laju perubahan fluks magnetik yang diinduksikan
dalam rangkaian. Sehingga dapat dituliskan menjadi:
𝑑𝜙𝑚
𝜀 = ∮ E.dl = − (2.9)
𝑑𝑡
Persamaan 2.5 inilah merupakan Hukum Faraday, dimana Hukum Faraday
menyatakan bahwa tegangan gerak elektrik induksi dalam sebuah simpal tertutup
sama dengan negatif dari kecepatan perubahan fluks magnetik terhadap waktu yang
melalui simpal tersebut. Tanda negatif dalam Hukum Faraday berkenaan dengan arah
ggl induksinya yang kemudian dinyatakan dalam Hukum Lenz (Tipler, 2008).
Hukum Lenz digunakan untuk menentukan arah suatu arus induksi atau
ggl induksi (tegangan gerak elektrik induksi). Hukum ini dikemukakan oleh H.F.E.
Lenz (1804-1865) yang merupakan ilmuwan Jerman. Hukum Lenz menyatakan
bahwa arah sebaran efek induksi adalah sedemikian rupa sehingga menentang
penyebab efek itu. Dalam hukum ini, penyebab efek adalah fluks yang berubah-ubah
dimana fluks tersebut melalui sebuah rangkaian stasioner yang ditimbulkan oleh
sebuah medan magnetik yang berubah-ubah. Selain itu juga dapat dikarenakan gerak
konduktor yang membentuk rangkaian. Dan penyebab efek dalam Hukum Lenz dapat
berupa penggabungan dari kedua alasan fluks berubah-ubah. Pengubahan fluks dalam
sebuah rangkaian stasioner menyebabkan arus induksi menimbulkan medan
magnetiknya sendiri. Medan yang ditimbulkan ini berlawanan dengan medan semula.
Dan jika perubahan fluks disebabkan karena gerak konduktor maka arah gaya medan
magnetik pada konduktor berlawanan dengan gerak konduktor tersebut. Sehingga
gerak konduktor yang menyebabkan arus induksi akan ditentang (Young, 2002).

Gambar 2.2 Magnet yang didekatkan pada kumparan


(Sumber: Haliday, 1996)
Jika kutub U magnet didekatkan pada kumparan AB, maka akan terjadi
pertambahan garis gaya magnet arah BA yang dilingkupi kumparan. Sesuai dengan
Hukum Lenz, maka akan timbul garis gaya magnet baru arah AB untuk menentang
pertambahan garis gaya magnet tersebut. Garis gaya magnet baru arah AB
ditimbulkan oleh arus induksi pada kumparan. Jika kutub U magnet batang
dijauhkan, maka akan terjadi kebalikannya (Haliday, 1996).

2.4 Sifat dari Magnet


Suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet.
Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Gejala
kemagnetan dan kelistrikan berkaitan sangat erat. Sifat kemagnetan tidak hanya
ditimbulkan oleh bahan magnetik tapi juga arus listrik. Pada tahun 1819, Oersted
menemukan bahwa di sekitar arus listrik terdapat medan magnet. Berdasarkan sifat
magnet bahan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Ferromagnetik yaitu bahan yang sangat mudah dipengaruhi medan magnetik
karena mempunyai resultan medan magnet yang besar, sehingga apabila bahan
diberi medan magnet dari luar maka elektron-elektronnya akan mengusahakan
dirinya untuk menimbulkan medan magnet atomis tiap-tiap atom atau molekul
searah dengan medan magnet luar. Hal ini dikarenakan momen magnetik spin
elektron. Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik
sangat kuat. Contoh bahan ferromagnetik adalah baja, kobalt, nikel. Walaupun
demikian bahan tadi dapat hilang sifat kemagnetannya apabila mencapai suhu
tertentu..
b. Paramagnetik yaitu bahan yang dapat dipengaruhi oleh medan magnet luar, tetapi
tidak semudah bahan ferromagnetik. Bahan yang resultan medan magnet
atomisnya tidak nol namun resultan medan magnet dalam bahan nol. Hal ini
disebabkan karena gerakan atom acak sehingga medan magnetnya saling
meniadakan. Sebagaian besar magnet atomisnya, mengikuti arah medan magnet
luar. Contoh bahan paramagnetik yaitu antara lain mangan, platina, alumunium.
c. Diamagnetik yaitu bahan yang sangat sulit dipengaruhi oleh medan magnet luar.
Bahkan apabila diberi pengaruh medan magnet dari luar, resultan medan
atomisnya akan membentuk arah yang melawan arah medan magnet luar.
Sehingga medan magnet atomis masing-masing atom nol. Jika magnet ini
dimasukkan ke dalam medan magnet luar akan menimbulkan induksi magnet
yang lebih kecil dibandingkan bahan paramagnetic. Contohnya adalah bismuth,
timbal, air raksa, emas, air, dan tembaga (Haliday, 1996).
BAB 3. METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain:

a. Beberapa pegas identik


Fungsinya untuk membuat magnet bergerak relatif terhadap penampang
kumparan.
b. Magnet batang
Fungsinya untuk membuat medan magnet.
c. Penjepit
Fungsinya untuk menjepit magnet.
d. Galvanometer
Fungsinya untuk mendeteksi arus listrik.
e. Kabel-kabel penghubung
Fungsinya sebagai penghubung arus listrik.
f. Stopwatch
Fungsinya untuk mengukur waktu.
g. Statif danklem
Fungsinya sebagai penahan pegas dan magnet agar tetap menggantung.

3.2 Desain Eksperimen


3.2.1 Variabel Eksperimen
Variabel eksperimen yang terdapat pada praktikum kali ini yaitu:
a. Menentukan hubungan antara kecepatan perubahan fluks magnet dengan ggl
induksi yang dihasilkan.
1. Variabel bebas: simpangan magnet vertikal.
2. Variabel terikat: periode isolasi, skala simpangan dan arah jarum galvanometer.
3. Variabel kontrol: jumlah pegas.
b. Menentukan hubungan antara jumlah lilitan kumparan dengan ggl induksi yang
dihasilkan.
1. Variabel bebas: jumlah pegas.
2. Variabel terikat: periode isolasi, skala simpangan dan arah jarum galvanometer.
3. Variabel kontrol: jumlah lilitan kumparan.
3.2.2 Prosedur Eksperimen
a. Menentukan hubungan antara kecepatan perubahan fluks magnet dengan ggl
induksi yang dihasilkan.

Mulai

- Disusun sistem massa-pegas menggunakan 3 buah


pegas identik, statip, magnet batang dan penjepit.

- Dicatat jumlah lilitan kumparan dan skala hasil


penunjuk jarum galvanometer.
- Diberi simpangan kecil (2 cm) secara vertikal pada
magnet batang dan kemudian dilepaskan.
- Dicatat skala simpangan maksimum jarum
galvanometer beserta arah simpangannya.
- Dilakukan langkah percobaan 3 dan 4 sebanyak 5 kali.

- Dicatat semua data dalam tabel pengamatan.

- Dilepaskan satu pegas dari sistem dan diatur kembali


ketinggian magnet batang sehingga tepat berada di atas
penampan kumparan.
- Dilakukan percobaan seperti pada langkah 3, 4, dan 5.

- Diulangi langkah 3, 4 dan 5 tapi hanya menggunakan


satu pegas saja.
Hasil
b. Menentukan hubungan antara jumlah lilitan kumparan dengan ggl induksi yang
dihasilkan.

Mulai

- Disusun alat seperti pada modul tapi hanya


menggunakan satu pegas. Dicatat lilitan kumparan yang
digunakan.
- Dilakukan percobaan seperti langkah 3, 4, dan 5 pada
percobaan.
- Diganti kumparan dengan kumparan yang jumlah lilitan
2N, dimana N adalah jumlah lilitan kumparan yang
pertama.
- Dilakukan percobaan seperti langkah 2 di atas.
- Dilakukan percobaan seperti langkah 3 tapi
menggunakan kumparan dengan jumlah lilitan 3N.

Hasil

3.3 Metode Analisis Data

Berikut hasil analisis data pada praktikum Induksi Elektromagnetik yaitu:

a. Periode osilasi (1/s)


𝑡
T= (3.1)
𝑛
b. Frekuensi osilasi
2
𝜔= (3.2)
𝑇
c. Kecepatan maksimum magnet
v = 𝜔 ×A (3.3)
d. GGL induksi
𝜀 = N×v (3.4)
e. GGl induksi rata-rata
1
𝜀̅ = ∑𝑛𝑖=1 𝜀𝑖 (3.5)
𝑛
f. Ralat GGl induksi menggunakan standar deviasi
√∑(𝜀𝑖−𝜀)²
∆𝜀 = (3.6)
𝑛−1
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil menentukan hubungan antara kecepatan perubahan fluks magnet
dengan ggl induksi yang dihasilkan.

Tabel 4.2 Hasil menentukan hubungan antara jumlah lilitan kumparan dengan ggl
induksi yang dihasilkan.

4.2 Pembahasan

Praktikum pada percobaan kali ini adalah induksi elektromagnetik. Induksi


elektromagnetik adalah fenomena timbulnya arus listrik dikarenakan perubahan fluks
magnetik. Fluks magnetik sendiri merupakan banyaknya garis gaya magnet yang
menembus suatu bidang. Medan magnet merupakan suatu daerah yang berada di
sekitar magnet yang masih dapat merasakan adanya gaya magnet. Sebatang magnet
apabila diletakkan dalam suatu ruang maka akan terjadi suatu perubahan dalam ruang
ini. Perubahan yang terjadi yaitu berupa setiap titik pada ruangan terdapat medan
magnetik. Arah medan magnet dapat didefinisikan sebagai arah yang ditunjukkan
oleh kutub utara jarum pada kompas ketika ditempatkan dititik tersebut. Praktikum
ini dilakukan menggunakan galvanometer. Pada praktikum ini terdapat dua percobaan
yaitu percobaan menentukan hubungan antara kecepatan perubahan fluks magnet
dengan ggl induksi yang dihasilkan, dan percobaan menentukan hubungan antara
jumlah lilitan kumparan dengan ggl induksi yang dihasilkan. Pada percobaan pertama
terdapat tiga perlakuan yaitu bervariasinya jumlah pegas. Jumlah pegas yang
digunakan antara lain 3 buah, 2 buah, dan 1 buah. Setiap perlakuan dilakukan
sebanyak 5 kali, dan waktu 30 sekon. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 jumlah pegas
berpengaruh terhadap banyaknya jumlah gerak osilasi. Jika jumlah pegas semakin
sedikit, maka jumlah gerak osilasi akan semakin banyak. Hal ini dibuktikan dari nilai
Periode (T) yang semakin mengecil ketika jumlah pegas dikurangi. Seperti yang
sudah kita ketahui bahwa setiap perlakuan menggunakan waktu 30 sekon, berarti
jumlah gerak osilasi berpengaruh terhadap periode yakni semakin besar gerak osilasi,
maka semakin kecil nilai periode. Dari hasil tabel 4.1 menunjukkan juga bahwa
jumlah pegas berpengaruh terhadap ggl induksi, dimana semakin sedikit jumlah
pegas maka semakin besar nilai ggl induksi. Hal ini disebabkan karena jika jumlah
pegas semakin sedikit maka kecepatan keluar masuk magnet ke dalam kumparan
semakin cepat, dan bila kecepatan keluar masuk magnet semakin cepat maka akan
menghasilkan tegangan yang besar. Tegangan yang besar akan menghasilkan ggl
induksi yang besar pula.
Magnet berosilaisi di atas kumparan memiliki kecepatan maksimum yang
berbeda-beda pada setiap percobaannya dengan perhitungan menggunakan rumus
2𝜋
𝑣= . Percobaan pertama menggunakan pegas dengan jumlah lilitan yang sama di
𝑇

setiap variasi pegasnya. Percobaan ini menggunakan 3 variasi jumlah pegas yang
berbeda yaitu 1, 2, dan 3. Jumlah pegas yang berbeda ini menyebabkan kecepatan
maksimum magnet berbeda-beda. Pada percobaan ini kecepatan yang paling tinggi
yaitu ada variasi jumlah pegas 1 yaitu 21,6032 sedangkan yang paling rendah yaitu
variasi jumlah magnet 3 yaitu 12,56. Percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak jumlah pegas maka kecepatan magnetnya menurun. Percobaan kedua yaitu
dengan menggunakan 3 variasi jumlah lilitan yang berbeda yaitu 250, 500 dan 1000.
Percobaan ini jumlah lilitan 250 memiliki kecepatan maksimum magnet yang lebih
tinggi daripada yang lainnya yaitu 21,6032, sedangkan 2 variasi yang lain
kecepatannya sama yaitu 21,5195. Hal ini dapat diketahui bahwa jumlah lilitan yang
lebih sedikit berpotensi kecepatan maksimum magnetnya lebih besar.
Percobaan kedua adalah menentukan hubungan antara jumlah lilitan
kumparan dengan ggl induksi yang dihasilkan. Dalam percobaan ini hanya
menggunakan 1 variasi jumlah pegas saja, namun menggunakan 3 variasi jumlah
kumparan yakni 250 lilitan, 500 lilitan, dan 1000 lilitan. Percobaan ini diulangi 5 kali
untuk setiap variasi, dan waktu 30 sekon untuk setiap pengulangan. Hasil 13
percobaan ini dapat dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa
jumlah lilitan kumparan berpengaruh terhadap hasil ggl induksi, dimana semakin
banyak jumlah lilitan maka semakin besar pula nilai ggl induksi. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak jumlah lilitan maka tegangan yang dihasilkan akan semakin
besar pula. Sehingga antara jumlah lilitan berbanding lurus dengan tegangan yang
dihasilkan, dan tegangan yang besar akan menghasilkan ggl induksi yang besar pula.
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat diketahui jika kecepatan fluks
magnet berpengaruh terhadap hasil ggl induksi, dimana semakin besar kecepatan
fluks magnet semakin besar nilai ggl induksi. Hal ini disebabkan karena dengan fluks
magnet semakin cepat maka tegangan yang dihasilkan semakin besar, bila tegangan
semakin besar maka nilai ggl induksi semakin besar pula. Dalam kondisi apapun,
GGL akan diinduksi dalam rangkaian tersebut yang sama dengan besar laju
perubahan fluks magnetiknya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Jumlah pegas berpengaruh terhadap banyaknya jumlah gerak osilasi. Jika jumlah
pegas semakin sedikit, maka jumlah gerak osilasi akan semakin banyak.
b. Jumlah pegas berpengaruh terhadap ggl induksi, dimana semakin sedikit jumlah
pegas maka semakin besar nilai gglinduksi.
c. Jumlah lilitan kumparan berpengaruh terhadap hasil ggl induksi, dimana semakin
banyak jumlah lilitan maka semakin besar pula nilai ggl induksi.
d. Semakin cepat perubahan laju fluks magnetik , makin besar GGL induksi yang
timbul.
e. Timbulnya GGL induksi disebabkan oleh garis gaya magnet yang berubah yang
dilingkupi oleh kumparan.
f. Besar simpangan jarum pada galvanometer disebabkan oleh cepat atau lambatnya
kutub magnet digerakkan ke kumparan.

5.2 Saran
Adapun saran yang mungkin berguna untuk Praktikum Induksi
Elektromagnetik ini adalah praktikan sebaiknya memperhatikan rangkaian praktikum
agar tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi diakibatkan kesalahan rangkaian. Alat
dan komponen yang digunakan usahakan berfungsi dengan akurat agar pengambilan
data tidak terganggu dan tingkat keakuratan tinggi. Praktikan sebaiknya
memperhatikan kesehatan diri sendiri, semua data yang didapat dan praktikum akan
berjalan lancar jika praktikan dalam keadaan sehat sehingga bisa berkonsentrasi serta
fokus pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Bueche, F. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Dosen-dosen Fisika. 2012. Fisika I. Surabaya: Yasanika FMIPA ITS.

Haliday, D. 1996. Fisika Universitas II. Jakarta: Erlangga.

Ishaq, M. 2007. Fisika Dasar Elektisitas dan Magnetisme. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tipler, P. 2008. Physics for Scientist volume 2. New York: WH Freeman and
Company.

Young, H. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Zemansky, S. 2012. University Physics volume 13th. USA: Pearson Education.


LAMPIRAN

 TABEL PENGAMATAN

a. Menentukan hubungan antara kecepatan perrubahan fluks magnet


dengan ggl induksi yang dihasilkan.

No Banyak Pegas A t n N V- V+
.

1 3 buah 2 cm 30 30 250 50 50

2 3 buah 2 cm 30 29 250 40 40

3 3 buah 2 cm 30 30 250 50 50

4 3 buah 2 cm 30 31 250 50 50

5 3 buah 2 cm 30 30 250 50 50

6 2 buah 2 cm 30 37 250 50 50

7 2 buah 2 cm 30 38 250 50 50

8 2 buah 2 cm 30 37 250 60 60

9 2 buah 2 cm 30 38 250 50 50

10 2 buah 2 cm 30 36 250 50 50

11 1 buah 2 cm 30 52 250 50 50

12 1 buah 2 cm 30 51 250 50 50

13 1 buah 2 cm 30 51 250 40 40

14 1 buah 2 cm 30 52 250 50 50

15 1 buah 2 cm 30 52 250 50 50
b. Menentukan hubungan antara jumlah lilitan kumparan dengan ggl
induksi yang dihasilkan.
No. N A t n V- V+

1 250 2 cm 30 52 50 50

2 250 2 cm 30 52 50 50

3 250 2 cm 30 51 60 60

4 250 2 cm 30 52 50 50

5 250 2 cm 30 51 50 50

6 500 2 cm 30 50 100 100

7 500 2 cm 30 51 100 100

8 500 2 cm 30 52 110 110

9 500 2 cm 30 52 110 110

10 500 2 cm 30 52 100 100

11 1000 2 cm 30 51 220 220

12 1000 2 cm 30 50 220 220

13 1000 2 cm 30 53 210 210

14 1000 2 cm 30 51 210 210

15 1000 2 cm 30 52 210 210


 TABEL PERHITUNGAN

a. Perhitungan hubungan antara kecepatan perrubahan fluks magnet


dengan ggl induksi yang dihasilkan.

Banyak
No. A(cm) t n N V T
Pegas
1 3 buah 2 30 30 250 50 1 6,28 12,56 3140
2 3 buah 2 30 29 250 40 1,034482759 6,070666667 12,14133333 3035,333333
3 3 buah 2 30 30 250 50 1 6,28 12,56 3140 3140 74,01050976 3140 ± 74,01050976
4 3 buah 2 30 31 250 50 0,967741935 6,489333333 12,97866667 3244,666667
5 3 buah 2 30 30 250 50 1 6,28 12,56 3140
6 2 buah 2 30 37 250 50 0,810810811 7,745333333 15,49066667 3872,666667
7 2 buah 2 30 38 250 50 0,789473684 7,954666667 15,90933333 3977,333333
8 2 buah 2 30 37 250 60 0,810810811 7,745333333 15,49066667 3872,666667 3893,6 87,57041611 3893,6 ± 87,57041611
9 2 buah 2 30 38 250 50 0,789473684 7,954666667 15,90933333 3977,333333
10 2 buah 2 30 36 250 50 0,833333333 7,536 15,072 3768
11 1 buah 2 30 52 250 50 0,576923077 10,88533333 21,77066667 5442,666667
12 1 buah 2 30 51 250 50 0,588235294 10,676 21,352 5338
13 1 buah 2 30 51 250 40 0,588235294 10,676 21,352 5338 5400,8 57,32829435 5400,8 ± 57,32829435
14 1 buah 2 30 52 250 50 0,576923077 10,88533333 21,77066667 5442,666667
15 1 buah 2 30 52 250 50 0,576923077 10,88533333 21,77066667 5442,666667

b. Perhitungan hubungan antara jumlah lilitan kumparan dengan ggl


induksi yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai