Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA GORONTALO


(Studi Kasus Badan Keuangan Kota Gorontalo)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam


mengikuti ujian Sarjana Ekonomi

Oleh

FIDYAWATI HIYALI
NIM: 921417134

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam penerimaan Negara, pajak merupakan salah satu sumber yang

utama. Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya didalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan

sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk

pengeluaran pembangunan. Pemerintah Daerah harus dapat mengupayakan

peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri sehingga akan

memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk

berbagai kegiatan pembangunan maupun lain-lain. Untuk merealisasikan

pelaksanaan Otonomi Daerah yang optimal maka pembiayaan pemerintah daerah

tergantung terhadap peranan Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah menjadi modal dalam pelaksanaan otonomi

daerah. Semakin tinggi PAD yang dimiliki, maka semakin tinggi pula

kemampuan suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan daerahnya. Sebaliknya,

semakin rendah Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki, maka semakin rendah

pula kemampuan suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan daerahnya. Hal

ini berarti pemerintah daerah harus lebih berusaha untuk menggali potensi

yang berasal dari sumber-sumber PAD, agar nantinya kontribusi terhadap

Pendapatan Asli Daerah semakin meningkat dan pendanaan untuk

penyelenggaraan pembangunan dapat terpenuhi (Marinda, 2017). Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Asli Daerah


merupakan penerimaan yang bersumber dari hasil daerah itu sendiri, terdiri

dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan

untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dan

memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan. Sumber keuangan yang berasal

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting dibandingkan dengan

pendapatan lain daerah. Hal ini dikarenakan Pendapatan Asli Daerah dapat

digunakan sesuai dengan keinginan dan inisiatif daerah tersebut, sedangkan

bentuk dari pemberian pemerintah (non PAD) sifat penggunaannya lebih

terikat (tidak bebas) (Ariyanti, & Yudhaningsih, 2020).

Salah satu cara untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat

dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengurangi dominasi sumbangan

pemerintah pusat yaitu dengan memaksimalkan otonomi daerah dan

meningkatkan pembangunan melalui pemaksimalan pajak daerah. Pajak daerah

merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat

diandalkan untuk pembiayaan pembangunan daerah, peningkatan kualitas

pelayanan publik maupun untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah

(Marinda, 2017). Selain itu Salah satu cara Badan Keuangan Kota Gorontalo

dalam meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu dengan melakukan sosialisai

kepada beberapa wajib pajak tentang pentingnya membayar pajak, memudahkan

sistem pembayaran pajak seperti melalui sistem online, menerapkan sanki pajak

dan sejenisnya.
Tabel 1:
Realisasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Gorontalo Tahun 2016-2020

1,883,991,905
2,597,021,062
2020 20,596,438,929
53,234,174,896

1,391,649,258
3,968,492,689
2019 23,835,910,489
67,475,359,049
Lain-Lain PAD Yang Sah
1,091,232,685 Pengelolaan Kekayaan Daerah
2,486,911,214 Yang Dipisahkan
2018 12,969,509,810
Retribusi Daerah
61,771,957,483
Pajak Daerah
1,237,661,479
1,585,636,510
2017 13,655,177,324
60,657,343,915

780,404,501
1,401,966,083
2016 15,187,824,984
45,676,661,215

Kota Gorontalo memiliki sumber pendapatan daerah yang cukup banyak

yang berasal dari dana pajak daerah yang fungsinya agar dapat lebih

meningkatkan sistem dan mekanisme pembangunan daerah otonom. Pemerintah

Kota Gorontalo juga harus dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah

sebagai sumber penerimaan PAD. Pajak daerah memiliki peran yang penting

dalam membiayai pembangunan daerah karena pajak daerah dapat memberikan

sumbangan tertinggi kepada PAD, tanpa adanya pajak daerah kebutuhan akan

dana yang diperlukan untuk pembangunan daerah akan sulit terpenuhi. Untuk itu,

pemerintah Badan Keuangan Daerah Kota Gorontalo perlu mengambil langka-

langkah kebijakan dengan meningkatkan penerimaan pendapatan daerah

khususnya pajak daerah, permasalahan mengenai pajak daerah harus dapat


ditangani secara tepat agar pajak daerah dapat dimanfaatkan dengan baik Halim,

(2014:153).

Berdasarkan tabel diatas, dilihat dari semua komponen Pendapatan Asli

Daerah, pajak daerah yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya

dibandingkan dengan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Dalam tabel diketahui dalam kurun waktu

4 Tahun pajak daerah terus mengalami peningkatan yang baik yaitu sebesar

45.676.661.215 pada tahun 2016 serta tahun 2019 pencapaian tertinggi sebesar

67.475.359.049. hanya saja pada 1 tahun terakhir yaitu 2020 pajak daerah

mengalami penurunan sebesar 53.234.174.896. Dengan demikian masih ada

beberapa komponen pajak daerah yang masih terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya seperti pajak restoran, pajak hotel dan masih banyak potensi pajak

daerah yang dapat memegang peranan penting untuk meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, salah satu pajak daerah yang dapat diandalkan

dari sector perpajak adalah pajak daerah. Pemerintahan daerah akan berusaha

meningkatkan pendapatan daerah dengan memaksimalkan pajak daerah.Pajak

Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur : 1. Iuran dari


rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran

tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Berdasarkan Undang-Undang, pajak

dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan

pelaksanaannya. 3. Tanpa rasa timbal dari negara yang secara langsung dapat

ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara,

yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Jenis pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah menurut

Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah, yang ditetapkan untuk

Kota Gorontalo, terdiri dari Pajak Hotel,Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Parkir, Pajak Reklame, Pajak Air Tanah, Pajak Penerangan Jalan (PPJ), Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan (PBB-P2), Bea Perolehan HakTanah dan Bangunan (BPHTB).

Pendapatan suatu daerah merupakan sumber penerimaan yang

signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan disuatu daerah otonom.

Jumlah komponen pajak daerah dan kontribusi daerah sangat dipengaruhi

oleh banyaknya jenis pajak daerah yang diterapkan serta disesuaikan terkait

dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan di daerah

tersebut. Untuk menambah akan pendapatan suatu daerah diperlukannya

kontribusi yang salah satunya adalah dari pajak dimana sektor pajak sangat

berpengaruh besar terhadap pendapatan di suatu daerah, karena setiap

kontribusi pajak yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan akan


penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan sekaligus memperbesar kontribusinya

di suatu daerah tersebut.

Pengertian kontribusi, kata kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu

contribute, contribution yang artinya adalah keikutsertaan, keterlibatan,

melibatkan diri atau sumbangan. Maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah

berupa materi atau tindakan dimana hal yang bersifat materi misalnya seorang

individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama.

Sedangkan sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu

yang kemudian memberikan positif maupun negatif terhadap pihak lain (Nur

Fatin, 2018). Adapun pengertian lainnya yaitu Kontribusi pajak daerah merupakan

tingkat sumbangan pajak daerah terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah

yang dapat diketahui dari membandingkan penerimaan pajak dengan keseluruhan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam satu tahun anggaran (Afni & afif, 2018).

Tabel 2: Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD 2016-2020

2020 0.00%

2019

31.01%
2018

31.90%
2017

29.21%
2016

26.51%
0.00% 5.00% 10.00% 15.00%
20.00% 25.00%
30.00% 35.00%

Sumber: Badan Keuangan Kota Gorontalo


Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 2020 mengalami

penurunan, Namun hal ini dapat dimaklumi karena disebakan adanya pademi

covid 19 yang terjadi tahun 2020 sehingga kontribusi pajak daerah yang diperoleh

lebih kecil daripada pendapatan pajak daerah tahun sebelumnya. Dilihat pada 3

tahun terakhir yaitu 2016-2018 pajak daerah terus memberikan kontribusi yang

tinggi yaitu sebesar 26,51 % tahun 2016, 29,21 % tahun 2017 dan 31,90% tahun

2017, Namun pada tahun 2019 kontribusi pajak daerah juga mengalami

penurunan yaitu sebesar 30,01% Dan penurunan yang paling dibawah terjadi

pada tahun 2020 hanya memperoleh 22,40% kontibusi dengan hasil rata-rata

sebesar 29,66% dengan kategori sedang.

Pajak sangat berguna sebagai salah satu sumber untuk mempercepat

jalannya pembangunan. Kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak

sangatlah diperlukan sehingga penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan

bisa lebih maksimal sekaligus memantapkan pelaksanaan otonomi daerah. Salah

satu cara untuk mendukung optimalisasi penyerapan pajak daerah pemerintah

Kota Gorontalo, telah mengupayakan layanan ofline melalui kantor kasnya bank

sulut maupun online system pelaporan dan pembayaran daerah melalui e-Tax. Ini

merupakan langkah untuk melakukan pungutan pajak daerah dengan cara

penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi serta meningkatkan ketaatan

wajib pajak. Sistem ini juga memperkuat pengendalian dan pengawasan atas

pemungutan pajak daerah yang diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan,

ketapatan dan kecepatan pelayanan (https://bag-humas.gorontalokota.go.id).


Tabel 3: Efektivitas Pajak Daerah &PAD di Kota Gorontalo Tahun 2016-
2020

97.49% 99.90%
100.00%
87.42% 88.24% 92.96% 96.24%
90.00% 87.90% 89.97%
80.00%
70.00%
60.00% 64.60%
50.00%
90.11% Pajak Daerah
40.00%
30.00% PAD
20.00%
10.00%
0.00%
2016
2017
2018
2019
2020
Sumber : Badan Keuangan Kota Gorontalo

Untuk meningkatkan pajak daerah perlu dilakukan upaya efektivitas

penerimaan pajak daerah. Efektivitas akan mencerminkan keberhasilan atau

kegagalan dari suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Efektivitas yang

dimaksud adalah seberapa besar realisasi penerimaan pajak daerah berhasil

mencapai target yang seharusnya dicapai atau target yang diharapkan pada suatu

periode tertentu (Taras & Luh Gede, 2017).

Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa efektivitas pajak daerah di

Kota Gorontalo setiap tahunnya masih mengalami fluktuasi. Tahun 2016

presentase pajak daerah mengalami peningkatan yaitu sebesar 97,50% dan tahun

2017 sebesar 99,90%. Sedangkan tahun 2018 mengalami penurunan sebesar

88,25% dengan selisih penurunan 11,75% dari tahun sebelumnya 2017. Tahun

2019 mengalami peningkatan kembali dengan presentasi sebesar 89,97% dan

menurun kembali tahun 2020 sebesar 64,60% dengan rata-rata pendapatan yang

didapatkan sebesar 88,04%. Hal ini menunjukan keadaan sisi pendapatan kota
gorontalo masih naik turun terutama setelah adanya pademi covid 19 yang

melanda seluruh Indonesia termaksud Gorontalo dan ini menyebabkan ketidak

seimbangan pembangunan ekonomi di Kota Gorontalo berjalan dengan baik,

namun dalam hal ini efektivitas pajak daerah yang didapatkan sudah

dikategorikan cukup efektif dalam meningkatkan PAD.

Sedangkan pada tabel efektivitas Pendapatan Asli Daerah menunjukan

bahwa tingkat pencapaian yang didapatkan pada 5 tahun terakhir mengalami

peningkatan pertahunnya hanya saja di tahun 2017 mengalami penurunan sebesar

87,43% dengan selisih 11,33% dari tahun 2016. Dan mengalami peningkatan

kembali pada tahun 2018-2020 sebesar 87,90% tahun 2018, tahun 2019 sebesar

92,95% dan tahun 2020 sebesar 96,25%. dengan hasil rata-rata pendapatannya

sebesar 90,93% dengan kategori efektif.

Terkait dengan pengaruh kontribusi dan efektivitas pajak daerah terhadap

PAD telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya penelitian

oleh (Endra Gunawan 2018) yang telah meneliti tentang Pengaruh Efektivitas

Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Aceh Timur. Hasil penelitian menunjukan Efektivitas pajak daerah

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. dan Efektivitas pajak

daerah retribusi daerah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap PAD

Kabupaten Aceh Timur. Hal ini menunjukkan kinerja Pemerintah Kabupaten

Aceh Timur dinilai sangat baik, karena target pajak daerah yang ingin

dicapai terealisasikan.
Beda halnnya Penelitian yang dilakukan oleh (Amelia Putri & Khozin,

2020) tentang Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukan

efektivitas pajak daerah tidak berepengaruh signifikan terhadap pendapatan asli

daerah, dan kontribusi pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Bandung. Hal ini dikatakan bahwa tingkat efektivitas

penerimaan pajak daerah Kabupaten Bandung tahun 2015 sampai tahun 2019

sudah tergolong dalam kategori efektif karena rata-rata realisasi penerimaan pajak

daerah telah mencapai target tiap tahunnya. Sedangkan kontribusi penerimaan

pajak daerah di Kabupaten Bandung tahun 2015 sampai tahun 2019 tergolong

kategori baik dan berpengaruh terhadap PAD.

Dan terakhir penelitian yang dilakukan oleh (Sugiarto, 2018) tentang

Pengaruh Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2013-2016. Hasil

penelitian ini menunjukkan tingkat Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah tahun

2013-2016 bervariasi. Tingkat efektivitas tertinggi Pajak Daerah terjadi tahun

2016 dan terendah tahun 2014. Secara keseluruhan Kontribusi Pajak Daerah tahun

2013-2016 memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap PAD. Berdasarkan

permasalahan dan penelitian terdahulu dari latar belakang diatas, penulis tertarik

melakukan kajian penelitian dengan judul “Pengaruh Kontribusi Dan

Efektivitas Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kota

Gorontalo (Studi Kasus Badan Keuangan Kota Gorontalo)”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah kontribusi pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kota Gorontalo?

2. Apakah efektivitas pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kota Gorontalo ?

3. Apakah kontribusi pajak daerah dan efektivitas pajak daerah berpengaruh

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Gorontalo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kontribusi pajak daerah berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kota Gorontalo.

2. Untuk mengetahui efektivitas pajak daerah berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kota Gorontalo.

3. Untuk mengetahui kontribusi pajak daerah dan efektivitas pajak daerah

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di Kota Gorontalo.

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka manfaat dari penelitian ini

dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menambah pengetahuan bagi

penulis dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama


perkuliahan, untuk memahami mengenai permasalahan yang terjadi di

lapangan.

2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber

informasi tambahan untuk melaksanakan penelitian-penelitian

selanjutnya atau sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam

mendalami masalah pengelolaan pajak.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Bagi pemerintahan dan aparat pajak, sebagai bahan masukan dan

pertimbangan untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak daerah yang

mempunyai kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah, sehingga

berdampak positif bagi penyelenggaraan pembangunan daerah.

2. Bagi masyarakat, sebagai sarana dalam menambah wawasan masyarakat

tentang ilmu perpajakan di Indonesia serta diharapkan penelitian ini dapat

meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya membayar

pajak.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori

2.1.1 Grand Theory

a. Teori Stewardship

Teori stewardship menggambarkan situasi dimana manajemen tidak

dimotivasi oleh tujuan pribadi, tetapi untuk tujuan utama organisasi. Menurut

(Jefri, 2018) “teori stewardship adalah teori alternatif yang muncul dari

keberadaan teori agensi yang telah terlebih dahulu hadir dalam hubungan

principal dan agen dalam suatu perusahaan ataupun oraganisasi. Sifat dasar

manusia yang dapat dipercaya menjadi dasar terciptanya teori stewardship,

dimana diharapkan manajemen yang menjadi pengelola perusahaan

mendahulukan kepentingan perusahaan ataupun pemegang saham dari

kepentingan pribadinya dan memiliki asumsi bahwa bila kepentingan

perusahaan tercapai maka kepentingan pribadipun dapat terpenuhi.”

Menurut (Adnan et al., 2017) “Teori ini menggambarkan hubungan

yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Tercapainya

kesuksesan dalam sebuah organisasi dapat dicapai dengan cara

maksimalisasi utilitas principals dan manajemen”.

Berdasarkan penjelasan diatas maka disimpulkan bahwa teori ini lebih

mendahulukan kepentingan perusahaan dari pada kepentingan pribadinya.

Swelain itu teori stewardship juga dapat diterapkan dalam penelitian

akuntansi organisasi sektor publik seperti organisasi pemerintahan dan

non profit lainnya.


2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah,

selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah

pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan

digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masing-masing. berdasarkan pasal

6 Undang – Undang Nomor 33 tahun 2014 pendapatan asli daerah bersumber

dari : pajak daerah, restribusi daerah , hasil pengelolaan kekayaan daerah dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

PAD adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan

daerah dandikelola sendiri oleh pemerintah daerah.PAD merupakan tulang

pungung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan

ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang dapat diberikan oleh PAD

terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh PAD

terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah

terhadap bantuan pemerintah pusat.

Menurut Abdul Halim (2014), ada beberapa hal yang menyebabkan

rendahnya PAD yaitu: a) Banyaknya sumber pendapatan kabupaten/kota yang

besar tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi; b) BadanUsaha Milik Daerah

(BUMD) belum banyak memberikan keuntungan kepadapemerintah daerah

(pemda); c) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan


retribusi daerah; d) Adanya kebocoran-kebocoran; e) Adanya biaya pungutyang

masing tinggi; f) Banyak peraturan daerah (perda) yang belum disesuaikan

dandisempurnakan; g) Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan

retribusisangat rendah; h) Perhitungan potensi tidak dilakukan.

PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah

untukmendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah

sebagai perwujudan desentralisasi.Setiap daerah terus berupaya dalam

meningkatkan PAD melalui langkah-langkah yang tidak bertentangan dengan

peraturan. Dalam upaya meningkatkan PAD tersebut, menurut Undang-Undang

Nomor 33 tahun 2014, daerah dilarang: a)menetapkan Peraturan Daerah

tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; dan b)

menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas

penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor.

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 Pajak Daerah Sumber-sumber

pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut:

a) Pajak Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya

disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


b) Restribusi Daerah

Retribusi daerah, yaitu royalti atau retribusi untuk memperoleh

pekerjaan, usaha atau layanan pemerintah daerah terkait di daerah

menurut undang-undang Pajak daerah memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: yaitu biaya pelaksanaannya rendah, meskipun persyaratan

formal dan material harus dipenuhi, dapat langsung diberikan

penghargaan, tetapi ada pilihan lain untuk membayar atau tidak. Biaya-

biaya tersebut tidak menonjol. Retribusi daerah adalah biaya yang

dikembalikan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan

anggota masyarakat. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara

keseluruhan terdapat tiga puluh jenis retribusi yang dapat dipungut

oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan retribusi,

yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi

perizinan tertentu.

1) Retribusi Jasa Umum yaitu pelayanan yang disediakan atau

diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi

atau badan.

2) Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan.


3) Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan.

c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 mengklasifikasikan

jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci

menurut objek pendapatan yang mencangkup:

1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

2) Pembagian laba atas pentyertaan modal pada perusahaan milik

Negara/ BUMN.

3) Bagian laba atas penyertaan modal padaperusahaan milik

swasta/kelompok masyarakat.Lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan

pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis

pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas.

Pendapatan asli daerah lain yang sah bersifat terbuka bagi

pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan yang

menghasilkan kegiatan yang substantif berupa kegiatan yang

bertujuan untuk mendukung, memperluas atau memperkuat

kebijakan daerah di daerah tertentu.


c. Peranan Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dijelaskan bahwa pendapatan asli daerah adalah sumber penerimaan untuk

mendanai pembangunan daerah. Hasil perpajakan daerah dari departemen

perpajakan daerah akan membantu pemerintah dalam mengembangkan

kegiatan daerah dan berperan dalam mengurangi ketergantungan pemerintah

daerah kepada pemerintah pusat sesuai dengan tujuan pencapaian otonomi

daerah.

2.1.3 Perpajakan

a. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat

atas Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi Pajak adalah pembayaran wajib

oleh individu atau badan kepada Negara sesuai dengan hukum, tanpa

kompensasi langsung dan digunakan untuk keperluan Negara untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, dalam Mardiasmo (2016: 3)

mengemukakan: “Pengertian pajak adalah pembayaran oleh rakyat ke kas

negara menurut undang-undang (yang dapat ditegakkan), tanpa akses layanan

timbal balik (kontraprestasi), yang dapat langsung ditampilkan untuk

membayar pengeluaran umum”.


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak dipungut

berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta mempunyai aturan

dalam pelaksanaannya, dan pajak dapat dipungut oleh negara baik pemerintah

maupun daerah.

b. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2016: 4) Ada 2 fungsi pajak, yaitu:

1) Fungsi Anggaran (Budgatair) : Pajak berfungsi sebagai salah satu

sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannnya.

2) Fungsi mengatur (cregulerend) : Pajak berfungsi sebgai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi.

2.1.4 Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo (2016 : 14) pajak daerah adalah kontribusi wajib

kepada rah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak daerah

merupakan kontribusi peraturan pemerintahan daerah yang hasilnya digunakan

untuk membiayai pengeluaran daerah guna melaksanakan pembangunan,

penyelenggaraan pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat.


Berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah maka pajak daerah harus ditetapkan dengan

peraturan daerah dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan serta kebijakan pemerintah pusat. Pajak daerah memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

 Pajak daerah yang berasal dari pajak Negara yang diserahkan

kepada daerah.

 Penyerahannya harus masuk keas Negara.

 Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan Undang-Undang

dan aturan hukum lainnya.

 Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

 Pajak Derah memiliki sifat dapat dipaksaskan.

 Pajak dipungut kaerna adanya suatu kejadian yang dapat

dikenakan pajak.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 didalam pasal 2 ayat 2

Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Pajak Provinsi Dan Pajak

Kabupaten/Kota:

a) Pajak Provinsi, terdiri dari:

 Pajak kendaraan bermotor

 Beba balik nama kendaraan bermotor

 Pajak air permukaan


 Pajak rokok

b) Pajak Kabupaten/kota, terdiri dari:

 Pajak hotel

 Pajak restoran

 Pajak hiburan

 Pajak reklame

 Pajak penerangan jalan

 Pajak mineral bukan logam dan batuan

 Pajak parkir

 Pajak air tanah

 Pajak sarang burung wallet

 Pajak bumi bangunan pedesaan dan perkotaan

 Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib pajak wajib

membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau

dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan pera turan

perundangundangan perpajakan. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban

perpajakan berdasarkan ketetapan kepala daerah dibayar dengan menggunakan

surat ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang dipersamakan berupa

karcis dan nota perhitungan. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban

perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan surat pemberitahuan pajak


daerah, surat ketetapan pajak daerah kurang bayar, dan/atau surat ketetapan

pajak daerah kurang bayar tambahan (Mardiasmo, 2016) .


2.1.5 Kontribusi Pajak Daerah

Pengertian kontribusi, kata kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu

contribute, contribution yang artinya adalah keikutsertaan, keterlibatan,

melibatkan diri atau sumbangan. Maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah

berupa materi atau tindakan dimana hal yang bersifat materi misalnya seorang

individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama.

Sedangkan sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu

yang kemudian memberikan positif maupun negat if terhadap pihak lain. selain itu

adapun pengertian kontribusi menurut masyarakat awam (Nur Fatin, 2018).

kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah

memberikan sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Analisis

kontribusi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kontribusi yang diberikan dari penerimaan retribusi daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah . Besar kontribusi ini dapat dicari dengan

membandingkan penerimaan retribusi daerah dengan penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Semakin besar nilai kontribusinya menunjukkan semakin

besar pula peranan retribusi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli

daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi

merupakan sumbangan yang digunakan untuk mengukur besarnya hasil yang

diberikan pendapatan asli daerah. Kontribusi pajak daerah terhadap


Pendapatan Asli Daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Mahmudi, (2015 :143):

Kontribusi = Realisasi Pajak Daerah x100%

Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Dibawah ini adalah tingkat kontribuasi dalam mengukur kontribusi

keuangan daerah otonom yang digolongkan kedalam beberapa kriteria,

yaitu:

Tabel 4 : Kriteria Kontribusi Presentase Pajak Daerah

Presentase Kriteria
0% - 10% Sangat Kurang
10% - 20% Kurang
20% - 30% Sedang
30% - 40% Cukup Baik
40% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

2.1.6 Efektivitas Pajak Daerah

Efektivitas mengacu pada tingkat pencapaian hasil yang direncanakan sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas merepresentasikan sukses atau

gagalnya pencapaian tujuan. Jika suatu organisasi berhasil mencapai tujuannya,

maka dikatakan organisasi tersebut telah beroperasi secara efektif. Hal yang

paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa efektivitas tidak menunjukkan

berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini. Biayanya bisa melebihi

anggaran, dan bisa dua kali atau bahkan tiga kali lipat dari anggaran. Efektivitas

hanya dapat memeriksa apakah rencana atau aktivitas tertentu telah mencapai
tujuan yang ditetapkan (Ngantung, 2016). Adapun rumus cara untuk mengukur

efektivitas pemungutan pajak daerah adalah sebagai berikut Mahmudi, (2015 :

143):

Efektivitas = Realisasi Pajak Daerah x 100%

Target Pajak Daerah

Dibawah ini adalah tingkat efektivitas dalam mengukur efektivitas keuangan

daerah otonom yang digolongkan kedalam beberapa kriteria, yaitu :

Tabel 2.1.
Kriteria Efektivitas Pajak Daerah

Presentase Kriteria

>100% Sangat efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup efektif

<60% Tidak efektif


Sumber : Depdagri,

Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

Tingkat efektivitas pajak daerah dapat dihitung dengan

membandingkan antara realisasi penerimaan pajak penerangan jalan dengan

target penerimaan pajak penerangan jalan. Apabila perhitungan efektivitas

pajak daerah menghasilkan angka atau persentase mendekati atau melebihi

100%, maka pajak daerah semakin efektif atau dengan kata lain kinerja
pemungutan daerah Kota Gorontalo semakin baik. Dalam penelitian ini yang

dipertimbangkan dalam menentukan efektivitas hanya pencapaian target.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Sebagai tolak ukur dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat penerimaan pajak daerah

dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5 : Penelitian Terdahulu

No Nama & Tahun Judul Hasil


1. Atriana Menaung, & Pengaruh Kontribusi Hasil penelitian menujukan bahwa
Djuraidj Rumiki Pajak Daerah Terhadap kontribusi pajak daerah
(2018) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif signifikan
Di Kabupaten Kepulauan terhadap pendapatan asli daerah
Sangihe di Kabupaten Kepulauan
Sangihe.
2. Rina Amelia Putri Pengaruh Efektivitas dan Hasil penelitian menunjukan
Wahyuni & Khozin Kontribusi Pajak Daerah efektivitas pajak daerah tidak
Arief (2020) Terhadap Pendapatan berepengaruh signifikan terhadap
Asli Daerah Kabupaten pendapatan asli daerah, dan
Bandung kontribusi pajak daerah
berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Bandung.

3. Dendy Syaiful Assessing Local Tax Hasil penelitian menunjukkan


Akbar,Yat Rospia Contributions To Local bahwa pajak daerah berepengaruh
Brata, Elin Herlina Own Revenue: Evidence signifikan terhadap PAD, dan
Bennym In One Region In kontribusi pajak daerah
Prawiranegara, Indonesia berpengaruh signifikan terhadap
Faizal Haris Eko Pendapatan Asli Daerah.
Prabowo (2019)

4. Emilia Kadi Uma Pengaruh Kontribusi Hasil penelitian menujukan bahwa


(2019) Pajak Daerah Dan kontribusi pajak daerah
Retribusi Daerah berpengaruh positif signifikan
Terhadap Pendapatan terhadap pendapatan asli daerah
Asli Daerah Kota di daerah Yogyakarta.
Yogyakarta
5. Kukuh Sugiarto Pengaruh Efektivitas Hasil penelitian ini menunjukkan
(2018) Dan Kontribusi Pajak tingkat Efektivitas dan Kontribusi
Daerah Terhadap Pajak Daerah tahun 2013-2016
Pendapatan Asli Daerah bervariasi. Tingkat efektivitas
(Pad) Kabupaten/Kota tertinggi Efektivitas Pajak Daerah
Provinsi Jawa Timur terjadi tahun 2016 dan terendah
Tahun 2013-2016 tahun 2014. Secara keseluruhan
Kontribusi Pajak Daerah tahun
2013-2016 memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap PAD.
6. Endra Gunawan Pengaruh Efektivitas Hasil penelitian ini menunjukan
(2018) Penerimaan Pajak bahwa efektivitas pajak daerah
Daerah dan Retribusi memiliki pengaruh yang
Daerah Terhadap signifikan terhadap Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah Asli Daerah Kabupaten Aceh
Kabupaten Aceh Timur Timur
7. Daniel Nababan, Annalisis Contribution Hasil penelitian menunjukan pajak
Ivan Gumilar and Effectiveness of daerah berpengaruh terhadap
Sambas Putra (2018) Local Taxes Toward pendapatan asli daerah, dan
Original Regional efektivitas pajak daerah
Income at Bandung City berpengaruh terhadap Pendapatan
Asli Daerah. Dan kontribusi pajak
daerah berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatn Asli Daerah.
8. Didik Hadiyanto, The Effect Of Local Hasil penelitian menunjukkan
Susiwo, Siti Taxes, Regional bahwa pajak daerah berpengaruh
Patimah, Hermin Retribution, And Other signifikan terhadap Pendapatan
Nainggolan, Legal Districtown Asli Daerah, dan retribusi pajak
Riihfenti Ernayani Source Revenues On daerah berpengaruh signifikan
(2020) The Increase Of District terhadap PAD.
Own Source Revenue .
Rismayanti, & The Effect Of Local Tax Hasil penelitian menunjukkan
9. Khairil Anwar And Population On bahwa pajak daerah berpengaruh
(2018) Local Original Revenue signifikan terhadap Pendapatan
In Bireuen District In Asli Daerah di Kabupaten Bireuen
2007-2016 dan Kependudukan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Bireuen.

Akhmd Fitroh, The Effectiveness And Hasil penelitian menunjukan


10. Isfariyanto, M. Contribution Of Local bahwa persentase tertinggi pada
Yahdi , Sochib Stie Taxes To Local pajak daerah yang memberikan
Gamang Lumajang Revenue kontribusi terhadap Pendapatan
(2020) Asli Daerah yaitu pajak
penerangan jalan dan pajak PBB-
P2 atau pajak bumi dan bangunan
perkotaan dan perdesaan.
Sumber : Data Diolah 2021

2.3 Kerangka Pikir Penelitian


Menurut Undang-undang No 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah yang selanjutnya disebut kontribusi wajib pajak kepada daerah

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebsar-besarnya kemakmuran

rakyat. Imlementasi Undang-Undang tentang otonomi daerah dan desentralisasi

fiscal membawa kosenkuensi pada kemandirian daerah dalam mengoptimalkan

penerimaan daerahnya. Optimalisasi penerimaan daerah ini sangat penting bagi

daerah dalam rangka menunjang pembiayaan pembangunan secara mandiri dan

berkelanjutan. Sumber penerimaan daerah yang dapat menjamin

keberlansungan pembangunan di daerah dapat diwujudkan dalam bentuk

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sedangkan kemampuan keuangan daerah ini biasnya diukur dari besarnya

presentase/kontribusi Pendapatan Asli Derah (PAD) terhadap anggaran

pendapatan daerah maka, pihak pemerintah daerah Kota Gorontalo berupaya

untuk meningkatkan PAD dengan cara menggali sumber-sumber pendapatan

daerah yang dimiliki.

Di Kota Gorontalo target dan realisasi pajak daerah belum berjalan secara

maksimal sedangkan kontribusi pajak daerah perlu untuk ditingkatkan lagi.

Penerimaan daerah di Kota Gorontalo perlu selalu ditingkatkan mengingat

jumlah target yang ditetapkan lebih besar setiap tahunnya dan realisasinya

relative lebih menurun. Kesenjangan antara target dan realisasi yang

didapatkan menyebabkan kecilnya jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah


sebagai sumber pembiayaan pembangunan, yang berimplikasi kepada para

pengambil keputusan yang sulit melakukan perencanaan sumber pembiayaan

yang lebih baik, sehingga upaya percepatan pelaksanaan pembangunan dapat

terhambat dan otonomi daerah tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

melihat dari fenomena tersebut bahwa pentinya pajak bagi suatu daerah,

terutama dalam menyongkong pembangunan daerah itu sendiri merupakan

pemasukan dana yang sangat potensial karena besarnya penerimaan pajak akan

meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas

politik dan dalam pembangunan suatu daerah. Berdasarkan penjelasan tersebut

maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Apakah Kontribusi Dan Efektivitas Pajak Daerah Dapat Berpengaruh Terhadap


Pendapatan Asli Daerah Di Kota Gorontalo?

Dasar Teori Penelitian Terdahulu


Menurut (jefri, 2018) “teori stewardship adalah teori Emilia Kadi Uma (2019). Hasil penelitian
alternatif yang muncul dari keberadaan teori agensi menujukan bahwa kontribusi pajak daerah
yang telah terlebih dahulu hadir dalam hubungan berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan
principal dan agen dalam suatu perusahaan ataupun asli daerah di daerah Yogyakarta.
oraganisasi. Kukuh Sugiarto (2018). Hasil penelitian ini
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Pasal 1 menunjukkan tingkat Efektivitas dan Kontribusi
ayat (15) tentang Pemerintahan Daerah menyatakan Pajak Daerah tahun 2013-2016 bervariasi. Tingkat
bahwa “Pendapatan daerah merupakan semua hak efektivitas tertinggi Efektivitas Pajak Daerah terjadi
daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan tahun 2016 dan terendah tahun 2014. Secara
bersih pada tahun anggaran yang bersangkutan”. keseluruhan Kontribusi Pajak Daerah tahun 2013-
2.4 Hipotesis
Menurut Mardiasmo (2016 Penelitian
: 14) pajak daerah adalah 2016 memberikan kontribusi yang cukup baik
kontribusi wajib kepada rah yang terutang oleh orang terhadap PAD.
pribadi atau badan yang bersifat memaksa Rina Amelia Putri Wahyuni & Khozin Arief
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak (2020). Hasil penelitian menunjukan efektivitas
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan pajak daerah tidak berepengaruh signifikan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya terhadap pendapatan asli daerah, dan kontribusi
kemakmuran rakyat. pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung.

Kontribusi Pajak Daerah (X1)

Pendapatan Asli Daerah (Y)

Efektivitas Pajak Daerah (X2)


2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta empires yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirek (Sugiono. 2015:99).

Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis, serta kerangka pemikian diatas,

maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H1: Kontribusi pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.

H2: Efektivitas pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.

H3:Kontribusi dan efektivitas pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah.
BAB III

METEDEOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Keuangan Kota Gorontalo yang terletak di

Jl. Nani Wartabone No.03, Ipilo, Kota Timur, Kota Gorontalo 96133. Alasan

memilih lokasi penelitian ini karena, Badan Keuangan Kota Gorontalo merupakan

salah satu instansi yang berada didalam naungan pemerintah Kota Gorontalo yang

berkedudukan sebagai Badan Daerah dan memepunyai tugas membantu kepala

badan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan waktu penelitian

ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan.

3.2 Pendekatan dan Desain Penelitian

3.2.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian

data berdasarkan jumlah atau banyaknya yang dilakukan secara objektif untuk

memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan

prinsip-prinsip umum Nikolaus Duli (2019: 3). Menurut (Sugiyono, 2015: 23)

definisi metode penelitian kuantitatif adalah sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.


3.2.2 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan peneliti

untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis

penelitian Creswell (2016: 22). Desain dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian

(X1)

Kontribusi Pajak Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah


(X2)

Efektivitas Pajak Daerah

3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Menurut Cooper dan Schindler (2003: 20)

merupakan karakteristik, sifat, dan atribut yang diukur melalui simbol yang diberi

nilai dan mencakup beberapa jenis seperti berkelanjutan, kontrol, keputusan,

dependen, dichotomous, diskrit, dummy, extraneous, independen, intervening, dan

moderating. Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Berikut

penjelasan dari kedua variabel tersebut:


1) Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas atau menurut Sugiyono (2015: 63) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat. Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya Cooper dan Schindler

(2003: 21) menyatakan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang

dimanipulasi oleh peneliti sehingga menyebabkan efek atau perubahan pada

variabel dependen. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kontribusi

pajak daerah (X1), efektivitas pajak daerah (X2).

2) Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas Sugiyono (2015: 64). Akan tetapi Cooper dan

Schindler (2003: 21) menyatakan bahwa variabel dependen sebagai variabel yang

diukur, diramalkan, atau dikontrol oleh peneliti. Adapun variabel terikat pada

penelitian ini yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y).

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat

atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Sugiyono (2015: 64).

Tabel 6 : Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Indikator Skala


1. Kontribusi Kontribusi digunakan Rasi
Pajak untuk mengetahui o
Daerah sejauh mana pajak
(X1) daerah memberikan Kontribusi= Realisasi Pajak Daerah x 100%
sumbangan dalam Realisasi PAD
penerimaan
Pendapatan Asli Mahmudi (2015 : 143)
Daerah.

2. Efektivitas .Efektivitas Rasio


Pajak mengacu pada Efektivitas = Realisasi x 100%
Daerah tingkat pencapaian Target
(X2) hasil yang
direncanakan sesuai Mahmudi (2015 : 143)
dengan tujuan yang
ditetapkan.
3. Pendapatan Menurut Undang- Rasi
Asli Undang No.32 PAD = Realisasi PAD x 100% o
Daerah (Y) Tahun 2004 Pasal 1 Target PAD
ayat (15)
menyatakan bahwa Mahmudi (2015 : 143)
“Pendapatan daerah
adalah semua hak
daerah yang diakui
sebagai penambah
nilai kekayaan
bersih dalam periode
tahun anggaran yang
bersangkutan”.
Sumber : Data Diolah 2021

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generelisasi yang terdiri atas:obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono (2015: 62).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh data berupa laporan target dan realisasi

penerimaan pajak daerah dan PAD dari tahun 2016 sampai dengan 2020.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian menggunakan tekhnik penarikan sampel secara

penuh (total sampling) dimana semua jumlah populasi dijadikan sampel. Sampel

dalam penelitian ini adalah berupa keseluruhan laporan tahunan target dan
realisasi pajak daerah dan PAD di Kota Gorontalo dari tahun 2016 sampai dengan

2020 dengan menggunakan data time series.

3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data

yang telah dikumpulkan sebelumnya dan telah menjadi dokumentasi pihak Badan

Keuangan Kota Gorontalo. Data sekunder ini diperoleh melalui berbagai sumber

resmi baik yang dipublikasikan maupun tidak. Adapun jangka waktu pengamatan

selama 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2016-2020.

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghimpun data yang diperlukan maka digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015: 239) dokumentasi ditujukan untuk memperoleh

data langsung dari tempat penelitian yaitu Badan Keuangan Kota

Gorontalo, meliputi buku-buku yang relavan, peraturan-peraturan,

laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relavan

penelitian.

2. Study Kepustakaan

Study Kepustakaan merupakan mempelajari beberapa literature, artikel,

jurnal dan buku-buku, yang berhubungan langsung dengan penelitian ini.

kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teori


tentang kontribusi pajak daerah, efektivitas pajak daerah dan Pendapatan

Asli Daerah.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu cara yang digunakan dalam

menganalisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis data

ini digunakan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca serta diinterprestasikan agar dapat menjawab hipotesis yang

peneliti lakukan.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan

yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk

memecahkan suatu masalah. Berikut adalah langkah-langkah dalam

menganalisis data pajak daerah yang telah diperoleh :

a. Menentukan besarnya kontribusi

Menurut Mahmudi, (2015 :143):, cara mengetahui seberapa besar

kontribusi pajak daerah terdapat penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kontribusi = Realisasi Pajak Daerah x100%

Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Tabel Kriteria Kontribusi Presentase Pajak Daerah

Presentase Kriteria
0% - 10% Sangat Kurang
10% - 20% Kurang
20% - 30% Sedang
30% - 40% Cukup Baik
40% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

b. Menentukan besarnya efektivitas

Hal ini mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk

menutupbiaya memungut pajak bersangkutan (Devas, 1989). Efektivitas yaitu

mengukur perbandingan antara realisasi penerimaan pajak daerah dengan

target yang akan dicapainya. Adapun rumus cara untuk mengukur efektivitas

pemungutan pajak daerah adalah sebagai berikut Mahmudi, (2015 :143):

Efektivitas = Realisasi Pajak Daerah x 100%

Target Pajak Daerah

Tabel
Kriteria Efektivitas Pajak Daerah

Presentase Kriteria

>100% Sangat efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup efektif

<60% Tidak efektif


Sumber : Depdagri,

Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

2. Metode Analisis Statistic Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode analisis statistic deskriptif yaitu data-data yang diperoleh kemudian

dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan dengan


tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variable independen terhadap

variable dependen dalam penelitian. Pada penelitian ini analisis statistic

deskriptif diperlukan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari data

yang akan digunakan, dilihat dari nilai rata – rata (mean), median,

maximum,dan minimum.

3.7 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada

analisis regresi berganda. setidaknya ada empat uji asumsi klasik yaitu uji

normalitas, uji multikenolaritas, uji autokorelasi, dan uji heterokedasitas. Uji

asusmsi klasik dilakukan untuk menghasilkan estimator yang tidak biasa dengan

variabel minimum (Best Linier Unbiased Estimator=BLUE), yang berarti model

regresi tidak mengandung masalah. berikut ini uji asumsi klasik yang harus

dipenuhi oleh model regresi:

3.7.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal Ghozali (2018 : 27-31). Demikian juga Basuki

dan Prawoto (2016: 108) menyatakan bahwa uji normalitas berguna untuk

menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari

populasi normal.Salah satu cara menguji normalitas data yaitu dengan melakukan

uji Kolgomorov Smirnov yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai

probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan taraf signifikan 0,05 Ghozali

(2018:103).
3.7.2. Uji Multikoleniaritas

Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda (Multicollinearity) adalah adanya

hubuingan linear antara peubah bebas X dalam Model Regresi Ganda Basuki dan

Prawoto (2016: 104). Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya Ghozali

(2018: 163) menyatakan bahwa uji multikoleniaritas dilakukan dengan tujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen. Jika Hubungan linear antar peubah bebas X dalam Model Regresi

Ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas

ganda sempurna (perfect multicollinearity).

3.7.3. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

t-1. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan uji

DurbinWatson (DW). Metode untuk mendeteksi autokorelasi melalui uji

Durbin-Watson (DW test), di mana membandingkan nilai DW dengan DW tabel

Ghozali (2018: 110).

3.7.4. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas Ghozali (2018: 134). Demikian

juga dengan Basuki dan Prawoto (2016:104) menyatakan bahwa

heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua

pengamatan pada model regresi. Cara mengetahui ada tidaknya gejala


heterokedastisitas maka dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap

variable independent.

3.8. Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiono (2015: 96) menyatakan hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta

yang empires. Untuk mengetahui sebrapa besar pengaruh variable bebas terhadap

variable terikat, maka diperlukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis statistic

yang digunakan yaitu:

Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu Analisis regresi linear

berganda atau Multiple Regression dengan SPSS. Teknik analisis ini digunakan

untuk mengetahui pengaruh variabel terikat (Y) yaitu Pendapatan Asli Daerah,

sedangkan variabel bebasnya terdiri dari : Kontribusi Pajak Daerah (X1) dan

Efektivitas Pajak Daerah (X2). Dengan persamaan yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝑌 = 𝛽 + 𝑏₁𝑋₁ + 𝑏₂𝑋₂ + 𝑒

Keterangan :

Y = Pendapatan Asli Daerah

β = Konstanta

b1. b2 = Koefisien masing-masing variabel independen

X₁ = Kontribusi Pajak Daerah


X2 = Efektivitas Pajak Daerah

e = Variabel pengganggu/error

3.8.1. Uji Statistik T (Parsial)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang

dimasukkan dalam model regresi secara individu terhadap variabel dependen

Ghozali (2018: 170). Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya Basuki

dan Prawoto (2016: 88) menyatakan bahwa uji T digunakan untuk mengetahui

apakah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat apakah

bermakna atau tidak. Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap

hasil uji hipotesis adalah berdasarkan tingkat signifikan sebesar 0,05 yang

merupakan profitabilitas kesalahan sebesar 5%. Apabila nilai t hitung > dari t

tabel, maka variabel bebasnya memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel

terikat Basuki dan Prawoto (2016: 88).

3.8.2. Uji Statistik F (Simultan)

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen yang dimasukan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap

variabel dependen Ghozali (2018: 172). Demikian juga dengan Basuki dan

Prawoto, (2016:87) menyatakan bahwa uji F digunakan untuk mengetahui apakah

seluruh variabel bebasnya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

bermakna terhadap variabel terikat. Kriteria yang dipakai untuk membuat

keputusan terhadap hasil uji hipotesis yaitu berdasarkan tingkat signifikan sebesar

0,05 yang merupakan profitabilitas kesalahan sebesar 5%. Apabila nilai f hitung
> dari f tabel, maka variabel bebasnya memberikan pengaruh yang bermakna

terhadap variabel terikat Basuki dan Prawoto (2016: 170).


3.8.3. Koefisien Determinasi atau R Square (R2)

Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel

independen mampu menjelaskan variabel dependen Ghozali (2018: 172). Tidak

jauh berbeda dari pendapat sebelumnya Basuki dan Prawoto (2016: 169)

menyatakan bahwa koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa

besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel

independen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti independen mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1.1. Sejarah Umum Badan Keuangan Daerah Kota Gorontalo

Badan Keuangan Kota Gorontalo berbentuk berdasarkan peraturan daerah

No.5 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah dan

peraturan Walikota Gorontalo No.49 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan

organissi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan Keuangan Kota Gorontalo.

Pembentukan Badan Keuangan untuk membantu Kepala Daerah dalam

melakasanakan urusan pemerintahan dibidang keuangan yang menjadi

kewenangan Daerah Kota Gorontalo dan tugas pembantuan yang diberikan

kepada daerah Kota Gorontalo. Badan Keungan dibawah dan bertanggung jawab

kepada Walikota Gorontalo melalui Sekretaris Daerah Kota Gorontalo. Kepala

Badan Keuangan dalam melaksanakan tugasnya wajib menyelenggaran

koordinasi, integrasi, dan singkronisasi baik dilingkungan masing-masing maupun

antar satuan organisasi sesuai dengan tugas masing-masing. Dalam melaksanakan

tugas, Badan Keuangan menyelenggarakan fungsi: 1) Merumuskan kebijakan

sesuai dengan lingkup tugasnya, 2) Melakasnakan kebijakan sesuai dengan

lingkup tugasnya, 3) Melaksanakan evaluasi dan pelporan sesuai dengan lingkup

tugasnya, 4) Melaksanakan adminitrsai badan sesuai dengan lingkup tugasnya

dan, 5) Meaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh kepala daerah terkait dengan

tugas dan fungsinya.


4.1.1.2. Visi dan Misi Badan Keuangan Daerah Kota Gorontalo

Visi

“Menjadikan Insitusi Pengelola Keuangan dan Aset yang inovatif”

Misi

1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daearah.

2. Meningkatkan kapasitas SDM dan didiplin aparatur dalam pelaksanaan

tugas.

3. Meningkatkan koordinasi dengan mitra kerja baik antar SKPD dan

lembaga lain yang bekerja sama.

4. Meningkatkan pelayanan adminitrasi yang akuntabel guna mendukung

pencapaian sasaran kinerja.

5. Memantapkan pelaksanaan adminitrasi yang akuntabel guna mendukung

pencairan sasaran kinerja.

4.1.2. Hasil Analisis Data

4.1.2.1. Statistik Deskriptif Variabel

Penelitian ini dilakukan pada PemerintahKota Gorontalo dengan data yang

digunakan adalah data sekunder tentang Kontribusi Pajak Daerah (X1),

Efektivitas Pajak Daerah (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (Y) selama kurun

waktu lima tahun berturut-turut yaitu 2016-2020 sehingga data yang digunakan

adalah data timeseries.

Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dilakukan interpolasi, karena

data yang ada hanya 5 tahun yang berarti kurang untuk pengujian data
menggunakan paremetrik. Setelah dilakukan interpolasi maka data yang terbentuk

sebanyak 25 data observasi.

Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan pengujian statistik

deskriptif melalui pengolahan data statistik yang terdapat dalam data sekunder

yang telah dikumpulkan. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,

minimun, sum,range, kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2011: 19). Hasil

pengujian statistik deskriptif untuk masing-masing variable sebagai berikut.

Tabel 4.1: Hasil Statistik Deskriptif

Sample: 2016 2020

E-PAD K-PD E-PD

 Mean  0.909300  0.282060  0.880440


 Median  0.901200  0.292100  0.899700
 Maximum  0.962500  0.319000  0.999000
 Minimum  0.874300  0.224000  0.646000
 Std. Dev.  0.036902  0.038439  0.139942
 Skewness  0.487180 -0.625652 -1.057217
 Kurtosis  1.773630  1.994884  2.687644

 Jarque-Bera  0.511117  0.536671  0.951749


 Probability  0.774484  0.764651  0.621341

 Sum  4.546500  1.410300  4.402200


 Sum Sq. Dev.  0.005447  0.005910  0.078335

 Observations 25  25  25

Sumber: Hasil Data olahan E-Views 10, 2021


Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa dari 25 data observasi yang

digunakan sebagai objek dalam penelitian, berikut interpretasi datanya.

1. Pendapatan Asli Daerah (Y) yang dihitung berdasarkan efektivitasnya

diperoleh nilai terendah (minimum) sebesar 0,8743 atau sebesar 87,43%.

Sedangkan nilai tertinggi (maximum) 0,9625 atau 96,25%. Adapun nilai rata-

rata (Mean) pada Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 0,9093 atau sebesar

90,93%dengan nilai standar deviasi 0,036902. Nilai rata-rata Pendapatan Asli

Daerah yang lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasi

mengindikasikan bahwa nilai rata-rata tersebut merupakan representasi yang

baik untuk menggambarkan seluruh data Pendapatan Asli Daerah di Kota

Gorontalo selama periode penelitian yaitu 2016 – 2020.

2. Kontribusi Pajak Daerah (X1) diperoleh nilai terendah (minimum) sebesar

0,2240 atau sebesar 22,40%. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) 0,3190 atau

sebesar 31,90%. Adapun nilai rata-rata (Mean) pada Kontribusi Pajak Daerah

yaitu sebesar 0,2820 atau sebesar 28,20% dengan nilai standar deviasi

0,038439. Nilai rata-rata Kontribusi Pajak Daerah yang lebih besar

dibandingkan dengan nilai standar deviasi mengindikasikan bahwa nilai rata-

rata tersebut merupakan representasi yang baik untuk menggambarkan seluruh

data Kontribusi Pajak Daerah di Kota Gorontalo selama periode penelitian

yaitu 2016 – 2020.

3. Efektivitas Pajak Daerah (X2) diperoleh nilai terendah (minimum) sebesar

0,6460 atau sebesar 64,60%. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) 0,9990 atau

sebesar 99,90%. Adapun nilai rata-rata (Mean) pada EfektivitasPajak Daerah


yaitu sebesar 0,8804atau sebesar 88,04% dengan nilai standar deviasi

0,129942. Nilai rata-rata Efektivitas Pajak Daerah yang lebih kecil

dibandingkan dengan nilai standar deviasi mengindikasikan bahwa nilai rata-

rata tersebut bukan merupakan representasi yang baik untuk menggambarkan

seluruh data EfektivitasPajak Daerah di Kota Gorontalo selama periode

penelitian yaitu 2016 – 2020.

Kemudian untuk hasil yang lebih optimal dapat disajikan hasil tiap

variabel kontribusi pajak dearah, efektivitas pajak daerah, dan pendapatan asli

daerah periode 2016-2020 sebagai berikut ini.

Tabel 4.2: Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah


Di Kota Gorontalo
Tahun Realisasi Pajak Daerah Realisasi PAD Kontribusi Kriteria
(%)
2016 45.676.661.215 172.315.775.595 26,51% Sedang
2017 60.657.343.915 207.661.191.122 29,21% Sedang
2018 61.771.957.483 193.669.456.785 31,90% Cukup Baik
2019 67.475.359.049 217.583.653.390 31,01% Cukup Baik
2020 53.234.174.896 237.696.707.283 22.40% Sedang
Rata-Rata 29,66% Sedang

Sumber: data diolah tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas dari hasil dilihat bahwa rata-rata kontribusi pajak

daerah di Kota Gorontalo tahun 2016-2020 adalah sebesar 29,66% dan terletak

pada kriteria sedang. Hal ini menunjukan bahwa kontribusi pajak daerah dalam

meningkatkan kemandirian daerah untuk peningkatan PAD masih sangat kecil

dan masih dibawah dari 50%. Kontribusi pajak daerah yang paling rendah terjadi

pada tahun 2020 yaitu sebesar 22.40% disebabkan adanya pademi covid 19 yang

terjadi diseluruh dunia termaksud di Gorontalo. Hal ini menunjukan bahwa


perlunya perhatian semua pihak dalam meningkatkan kontribusi pajak daerah dan

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, agar daerah mampu mencapai

kemandirian atas otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat dan dapat

memakmurkan masyarakat pada daerah tersebut. Berikut tingkat pengukuran

kriteria kontribusi Pajak Daerah.

Tabel 4.3: Kriteria Kontribusi Presentase Pajak Daerah

Presentase Kriteria
0% - 10% Sangat Kurang
10% - 20% Kurang
20% - 30% Sedang
30% - 40% Cukup Baik
40% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

Tabel 4.4: Efektivitas Pajak Daerah Di Kota Gorontalo

Tahun Target Realisasi Pajak Efektivitas Kriteia


Pajak Daerah Daerah (%)
2016 46.850.000.000 45.676.661.215 97,50% Efektif
2017 60.721.671.497 60.657.343.915 99,90% Efektif
2018 70.000.000.000 61.771.957.483 88,25% Cukup Efektif
2019 75.000.000.000 67.475.359.049 89,97% Cukup Efektif
2020 82.400.000.000 53.234.174.896 64,60% Kurang Efektif
Rata-Rata 88,04% Cukup Efektif
Sumber: data diolah tahun 2021

Berdsarkan tabel diatas dapat dilihat perhitungan dari efektivitas pajak

daerah Kota Gorontalo. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata efektivitas

pajak daerah Kota Gorontalo tahun 2016-2020 adalah sebesar 88,04% dan terletak

pada kriteria cukup efektif, hal ini menunjukan bahwa pemungutan pajak daerah

sudah berjalan dengan cukup baik. Meskipun masih terdapat beberapa tahun
jumlah pemungutan pajak daerahnya yang masih berkategori cukup dan kurang

efektif. hal ini disebabkan terjadinya fluktuasi pendapatan daerah ditiap tahunnya

dan pendapatan tertinggi bukan berasal dari pajak daerah melainkan berasal dari

lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Berikut tingkat pengukuran kriteria

efektivitas Pajak Daerah.

Tabel 4.5: Kriteria Efektivitas Pajak Daerah

Presentase Kriteria
>100% Sangat efektif
90%-100% Efektif Sumber :
80%-90% Cukup efektif Depdagri,
<60% Tidak efektif
Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

Tabel 4.6: Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Di Kota Gorontalo


Tahun Target Realisasi (%) Kriteria
2016 191.207.291.450 172.315.775.595 90,12% Efektif
2017 237.521.987.575 207.661.191.122 87,43% Cukup Efektif
2018 220.343.322.064 193.669.456.785 87,90% Cukup Efektif
2019 234.085.938.965 217.583.653.390 92,95% Efektif
2020 246.960.765.850 237.696.707.283 96,25% Efektif
Rata-Rata 90,93% Efektif
Sumber: data diolah tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata efektivitas

Pendapatan Asli Daerah di Kota Gorontalo dari tahun 2016-2020 yaitu sebesar

90,93% dengan kriteria efektif. Hal ini dapat disimpulkan bahwasanya realisasi

PAD yang didapatkan sudah meningkat setiap tahunnya walaupun pendapatannya

belum samapai melampaui atau melewati target 100% namun hal ini pemerintah

sudah terbilang efektif didalam pemungutan Pendapatan Asli Daerah. Nilai

efektivitas yang paling kecil terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 87,43% dengan

kriteria cukup efektif, hal ini menujukan bahwa Kota Gorontalo masih perlu
melakukan peningkatan pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang telah

dianggarkan agar realisasi PAD tersebut dapat mencapai target yang telah

ditargetkan. Berikut tingkat pengukuran kriteria Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 4.7: Kriteria Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Presentase Kriteria
>100% Sangat efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup efektif
<60% Tidak efektif
Sumber : Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. A., Arifuddin, A., & Haliah, H. (2017). Pengaruh Budgetary Slack

terhadap Kinerja SKPD dengan Komitmen Organisasi dan Kapasitas

Individu sebagai Variabel Moderasi. Patria Artha Journal of Accounting

& Financial Reporting, 1(2), 135–146.

Akbar, D. S., Brata, Y. R., Herlina, E., Prawiranegara, B., & Prabowo, F. H. E.

(2019). Assessing Local Tax Contributions to Local Own Revenue:

Evidence in One Region in Indonesia. Journal of Media Research,

Accounting, Auditing & Information, 19(1), 1-18.

http://dx.doi.org/10.25105/mraai.v19i1.3881.

Ariyanti, D., & Yudhaningsih, R. (2020). Analisis Efektivitas Dan Kontribusi

Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kendal Tahun

2014-2018. Jurnal Aktual Akuntansi Keuangan Bisnis Terapan

(Akunbisnis), 3(1), 65-79.

Akhmad Fitroh Isfariyanto, M. Yahdi, S. stie Wdya G. L. (2020). The

Effectiveness and Contribution of Local Taxes To Local Revenue. Journal

Progress Conference, 3(1), 22–26.

Abdul Halim. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Salemba Empat :

Jakarta.

Anggoro, D. D. (2017). Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. UB Press.

Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis regresi dalam penelitian ekonomi

danbisnis : dilengkapi aplikasi spss dan eviews. PT Rajagrafindo Persada.


Creswell, J. W. (2016). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

campuran. Pustaka Pelajar.

Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2003). Bussiners research method

internasional edition. McGraw- Hill.

Duli Nikolas. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. Deepubliss.

Fitra Halkadri. (2016).Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Kota Padang Setelah Dikeluarkannya

Undang-Undang Otonomi Daerah. Jurnal Praktik Bisnis, 5(1),51-66.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 25.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunawan, E. (2018). Pengaruh efektivitas penerimaan pajak daerah dan retribusi

daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Timur. Jurnal

EMT KITA, 2(1), 28-37.

Hadiyatno, D., Susiswo, S., Patimah, S., Nainggolan, H., & Ernayani, R. (2020).

The Effect Of Local Taxes, Regional Retribution, And Other Legal

District Own Source Revenues On The Increase Of District Own Source

Revenue. Humanities & Social Sciences Reviews, 8(1), 426-431.

Jefri, R. (2018). Teori Stewardship dan Good Governance. Jurnal Riset Edisi

XXVI, 4(3), 14–28.

Mahmudi. (2015). Manajemen Keungan Daerah (1st ed.). Erlangga.

Mardiasmo. (2016). Perpajakan edisi terbaru 2016. C.V Andi Offset.

Menaung, A., & Rumiki, D. (2018). Pengaruh Kontribusi Pajak Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah

Ekbank, 1(1).

Marinda, A. P. (2017). Analisis Efektivitas Pajak Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Pada Kota Malang 2012-2016 (Studi

Kasus Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang). Jurnal Ilmiah

Mahasiswa, 5(2).

Nababan, D., & Putra, I. G. S. (2018). Contribution and effectivetes of local taxes

toward original regional income at Bandung City. International Journal of

Engineering and Technology(UAE), 7(34), 204–207.

https://doi.org/10.14419/ijet.v7i4.34.23889

Nur Fatin. (2018). Pengertian Kontribusi. Retrieved May 25, 2021, from

https://seputarpengertian.blogspot.com/2018/07/pengertian-

kontribusi.html

Ngantung, N. M. (2016). Analisis Peran Pajak Penerangan Jalan Umum Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Tomohon. Journal EMBA, 4(3), 32–43.

Noorain, A., & Syarifuddin Yahya, A. (2018). Analisis Efektivitas dan Kontribusi

Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Batu (Studi

Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu Provinsi Jawa Timur). Jurnal JE

& KP, 2, 89-104.

Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan rand d. Alfabeta.

Sugiarto, K. (2018). Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur


Tahun 2013-2016. Jurnal Simki Economic, 2(11), 2-15.

Sundari, R., & Agustiningrum, M. (2016). Pengaruh Kontribusi Pajak Daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kota di Provinsi Jawa Barat.

Jurnal Akuntansi, 8(1), 18-27.

Suryanto, Bambang Hermanto, Poni Sukaesih Kurnianti, M. R. (2018). Strategy

of Increasing of Local Tax Revenues in Bandung City. 141(ICOPOSDev

2017), 318–323. https://doi.org/10.2991/icoposdev-17.2018.66.

Taras, T., & Artini, L. G. S. (2017). Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. E-

Jurnal Manajemen, 6(5), 2360-2387.

Uma, E. K. (2019). Pengaruh Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta (Studi Kasus Pada

Pemerintah Kota Yogyakarta Periode 2013-2016). Jurnal Akuntansi Pajak

Dewantara, 1(1), 46-55.

Wahyuni, R. A. P., & Arief, K. (2020). Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi

Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Bandung. Indonesian Accounting Research Journal, 1(1), 98-107.

Yanti, R., & Anwar, K. (2020). Analysis Of The Effect Of Local Tax And

Population On Local Original Revenue In Bireuen District In 2007-2016.

Journal of Malikussaleh Public Economics, 1(2), 30-34.

Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (15) tentang Pemerintahan


Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah dan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang No 6

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai