Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
KELOMPOK 3
Ni Nyoman Mirah Sri Gandari 2007521135 / 11
Mohamad Ardiansyah Wahyudin 2007521149 / 12
Ni Made Adelia Putri Diandra 2007521152 / 13
Pande Kadek Indra Mahardika 2007521161 / 14
I Gede Antara Wijaya Kusuma 2007521163 / 15
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari kesehatan bank.
1.3.2 Untuk mengetahui aturan kesehatan bank.
1.3.3 Untuk mengetahui pelanggaran aturan kesehatan bank.
1.3.4 Untuk mengetahui definisi dan tujuan penerapan rahasia bank.
1.3.5 Untuk mengetahui dasar hukum implementasi rahasia bank.
1.3.6 Untuk mengetahui pengecualian terhadap rahasia bank dan sanksi administratifnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Tahapan yang dilakukan dalam proses penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan
kertas kerja yang sudah ditentukan. Secara umum tahapan itu adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan formula dan indikator pendukung dalam rangka penilaian setiap komponen
yang tertuang dalam Matriks Perhitungan/Analisis Komponen setiap faktor.
b. Berdasarkan formula dan indikator tersebut, dilakukan proses analisis untuk menetapkan
peringkat setiap komponen dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan
Peringkat Komponen. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap berbagai indikator
pendukung dan atau pembanding yang relevan.
c. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian
dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor. Proses penetapan
peringkat setiap faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgement
yang didasarkan atas materialitas dan signifikansı dari setiap komponen.
d. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian, dilakukan proses analisis
untuk menetapkan peringkat komposit bank dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria
Penetapan Peringkat Komposit. Proses penetapan peringkat komposit bank dilaksanakan
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari setiap faktor.
Bank Indonesia dapat meminta direksi, komisaris, dan atau pemegang saham untuk
menyampaikan rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah perbaikan
dengan target waktu selama periode tertentu yang wajib dilaksanakan oleh bank apabila hasil
penilaian tingkat kesehatan bank menunjukkan bahwa satu atau lebih faktor penilaian memiliki
peringkat 4 dan atau peringkat 5. Action plan tersebut antara lain meliputi:
a. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak lainnya
apabila bank mengalami permasalahan faktor permodalan seperti kecenderungan
menurunnya KPMM sehingga diperkirakan akan di bawah ketentuan yang berlaku;
b. Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami
permasalahan faktor kualitas aset seperti meningkatnya jumlah kredit bermasalah sehingga
diperkirakan berpengaruh secara signifikan kepada faktor lain;
c. Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan
efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit apabila bank mengalamı
permasalahan manajemen seperti lemahnya penerapan pengendalian internal (internal
control);
d. Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas sehingga
perolehan laba menurun dan memengaruhi faktor lain secara signifikan;
e. Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya
apabila bank mengalami permasalahan likuiditas seperti menurunnya kecukupan likuiditas
(liquidity shortage) sehingga diperkirakan akan memengaruhi arus kas jangka pendek;
f. Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank dan atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas
terhadap risiko pasar seperti meningkatnya eksposur risiko suku bunga pada portofolio
banking book (interest rate risk in banking book) dan kemampuan modal untuk menyerap
potensi kerugian tersebut cenderung menurun.
Tujuan Penerapan
Pada dasarnya penerapan ketentuan tentang rahasia bank bertujuan untuk menjaga
terjaminnya rahasia tertentu dari nasabah yang berada di Bank. Hal ini dikarenakan dasar dari
setiap kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat
terhadap bank dan sebaliknya, maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan dengan baik,
dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat kepada
bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah yang ada di bank, baik itu data keuangan
maupun nonkeuangan, seperti data terkait jumlah kekayaan, biodata nasabah, data pinjaman,
dan lain sebagainya, yang mana jika kerahasiaan data ini tidak dapat dijamin oleh bank, maka
tentu masyarakat akan enggan untuk terlibat dengan bank, dan inilah tujuan mengapa ketentuan
tentang rahasia bank dicantumkan dalam undang-undang perbankan.
2.5 Dasar Hukum Implementasi Rahasia Bank
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah mencantumkan aturan
tentang rahasia bank dalam Bab 1 Pasal 1 Butir 16 dan Bab VII Pasal 40, 41, 42, 43, 44, 45,
dan Bab VIII Pasal 47. Adapun aturan tentang rahasia bank ini kemudian diubah seperti yang
tercantum dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992. Secara rinci, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut:
a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya
c. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi
d. Pihak terafiliasi adalah:
Segala dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan
bank.
Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat atau karyawan
bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain, akuntan publik, penilai,
konsultan hukum, dan konsultan lainnya.
Pihak yang menurut penilaian BI turut memengaruhi pengelolaan bank, antara lain,
pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas,
keluarga direksi, keluarga pengurus.
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.
3.1.2 Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS yang terdiri dari: permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.
3.1.3 Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank maka
berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Bank Indonesia dapat
mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan dasar agar Bank yang
bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara
umum.
3.1.4 Pengertian dari rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpananannya serta Nasabah
Investor dan Investasinya. Bank dan Pihak Terafiliasi wajib merahasiakan
keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpanannya serta Nasabah
Investor dan Investasinya. Pada dasarnya penerapan ketentuan tentang rahasia
bank bertujuan untuk menjaga terjaminnya rahasia tertentu dari nasabah yang
berada di Bank.
3.1.5 Secara rinci, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor
10 Tahun 1998 mengatur rahasia bank sebagai berikut: Rahasia bank adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya; Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya; Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak
terafiliasi.
3.1.6 Dalam keadaan tertentu sesuai undang-undang, terdapat pengecualian untuk
menyebarkan informasi data nasabah meliputi untuk kepentingan perpajakan,
penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN, kepentingan
peradilan dalam perkara pidana, perkara perdata antara bank dengan nasabahnya,
tukar-menukar informasi antarbank, atas permintaan dan persetujuan dari nasabah
penyimpan yang dibuat secara tertulis, dan dalam hal nasabah penyimpan telah
meninggal dunia.
Secara garis besar, bank yang melanggar kerahasiaan bank akan dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan Pasal 52 Perubahan Atas UU Perbankan. Sanksi
tersebut meliputi denda tunai/uang, teguran tertulis, penuturan singkat kesehatan
bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan
usaha tertentu, pemberhentian pengurus bank, dan pencantuman anggota,
pegawai, pengurus, serta pemegang saham dalam daftar orang tercela dibidang
perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. 2006. Bank dan lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat.