Dosen Pengajar :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
SARANA BERFIKIR ILMIA tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah FILSAFAT
ILMU. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada BAPAK “MAINUMUN FUADI,
S,Ag., M.Ag.”selaku Dosen Bidang Studi Enterpreneurship yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia makhluk yang berakal, akal membedakan manusia dengan
makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan bahkan jin dan malaikat. Manusia
mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan hidupnya dalam kehidupan sehari-
hari dengan menggunakan akalnya. Manusia dapat membuat peralatan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia membuat peralatan
bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan begitu saja, tetapi telah melalui proses
pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi
pembentukan pengetahuan. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki manusia dapat
membuat peralatan tersebut.
Berpikir benar memerlukan sarana atau alat berpikir. Sarana ini bersifat
pasti, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah
tersebut. Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir merupakan suatu
keharusan, karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan ilmiah yang baik (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:97). Penguasaan
sarana ilmiah sangat penting bagi ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan
ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah membantu
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
berpikir menurut kerangka berpikir yang benar maka diperlukan pengetahuan
tentang sarana berpikir ilmiah dengan baik pula. Manusia mempelajari ilmu agar
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
kehidupannya. Dengan ilmu yang telah dipelajarinya manusia dapat meningkatkan
kemakmuran hidupnya.
3
Suatu obyek dapat dilambangkan dengan bunyi tertentu. Misalnya, suatu
alat berbentuk runcing yang diisi tinta dan digunakan untuk menulis dilambangkan
dengan bunyi ”pena”. Untuk melambangkan warna yang sama dengan darah
digunakan bunyi ”merah”. Dari kedua kata tersebut (pena dan merah) dapat dibuat
sebuah kalimat bermakna menjadi ”Andi membeli sebuah pena merah”.
a. Simbol-simbol
b. Simbol-simbol vokal
c. Simbol-simbol vokal arbitrer
d. Suatu sistem yang terstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
e. Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul
satu sama lain
4
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam
mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu
pernyataan dengan jelas maka seseorang harus menguasai bahasa yang baik.
(Suriasumantri, 2003:182)
5
pengetahuan kepada orang lain. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik maka
harus menggunakan bahasa yang terbebas dari unsur emotif. Unsur emotif dalam
bahasa hanya akan mengacaukan komunikasi ilmiah sehingga pesan yang
disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh penerima. Komunikasi simbolik
yang bebas dari unsur emotif dapat mencegah salah informasi.
Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang
yang memiliki arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan satu
kata saja. Selain itu, ada kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit dilepaskan dari
emosional seseorang. Ada makna-makna tertentu yang dapat ditambahkan pada
makna sebenarnya sebagai akibat emosional seseorang.
6
Logika merupakan kumpulan kaidah-kaidah yang memberi jalan (system)
berpikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima oleh orang lain.
Logika akan memberi suatu ukuran (norma) yakni suatu anggapan tentang benar
dan salah terhadap suatu kebenaran. Ukuran kebenarannya adalah logis (Sumarna,
2008:141).
7
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika. Dua cara
itu adalah induktif dan deduktif. Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan
rasional. Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang
bersifat umum rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di
lapangan (Sumarna, 2008:150)
Kedua jenis logika berpikir tersebut bukanlah dua kutub yang saling
berlawanan dan saling menjatuhkan. Kedua jenis logika berpikir tersebut
merupakan dua buah sarana yang saling melengkapi, maksudnya suatu ketika
logika induktif sangat dibutuhkan dan harus digunakan untuk memecahkan suatu
masalah, dan pada saat lain yang tidak dapat menggunakan logika induktif untuk
memecahkan masalah maka dapat digunakan logika deduktif. Seseorang yang
sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua jenis logika berpikir tersebut,
tetapi dapat menggunakan satu logika berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan
kemampuan individunya.
Dengan matematika, sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa dapat
dihilangkan. Lambang yang digunakan dalam matematika lebih eksak dan jelas,
8
lambang-lambang tersebut tidak bisa dicampuri oleh emosional seseorang, suatu
lambang dalam matematika jelas hanya mengandung satu arti sehingga orang lain
tidak dapat memberikan penafsiran selain dari maksud pemberi informasi.
Misalnya, seseorang yang mengatakan: “Saya punya satu orang adik perempuan”,
orang lain dapat menerima bahwa orang itu mempunyai satu adik, tidak mungkin
orang lain akan mempunyai penafsiran bahwa orang itu mempunyai dua atau tiga
orang adik.
9
Suriasumantri (2003:225), “Statistika harus mendapat tempat yang sejajar
dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang
merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik”. Orang yang ingin
mampu melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik tidak boleh memandang sebelah
mata terhadap statistika. Penguasaan statistika sangat diperlukan bagi orang-orang
yang akan menarik kesimpulan dengan sah. Statistika harus dipandang sejajar
dengan matematika. Kalau matematika merupakan sarana berpikir deduktif maka
orang dapat menggunakan statistika untuk berpikir induktif. Matematika dan
statistika sama-sama diperlukan untuk menunjang kegiatan ilmiah yang benar
sehingga akan menghasilkan suatu pengetahuan yang benar pula.
10
Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian merumuskan suatu
hipotesis untuk dilakukan verifikasi dan uji coba terhadap data dan keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Berdasarkan pengkajian-pengkajian terhadap data dan
keadaan di lapangan tersebut dapat dirumuskan suatu kesimpulan yang nantinya
menjadi sebuah teori atau hukum ilmiah. Artinya, kesimpulan yang ditarik
bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi telah melalui tahap-tahap berpikir
tertentu dengan melibatkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.
11
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Statistika tidak boleh dipandang sebelah mata oleh orang yang ingin mampu
melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Penguasaan statistika sangat
diperlukan bagi orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan sah. Statistika
harus dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika merupakan sarana
berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan statistika untuk berpikir induktif.
Berpikir deduktif dan berpikir induktif diperlukan untuk menunjang kegiatan ilmiah
yang benar sehingga akan menghasilkan suatu pengetahuan yang benar pula.
12
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
13