Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIODEMIK

“Penyakit yang Disebabkan Oleh Serangga”

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-

Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Penyakit yang Disebabkan oleh Serangga” ini disusun guna memenuhi tugas yang

diberikan oleh Bapak Irma, AMK., S.KM., M.Ked. Trop. Pada mata kuliah

Biodemik di Universitas Halu Oleo. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini

dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Irma, AMK.,

S.KM., M.Ked. Trop. selaku dosen mata kuliah Biodemik. Tugas yang telah

diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya

tekuni. Saya juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sayaterima demi kesempurnaan

makalah ini.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………........…...ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………...., .............. 3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1. Serangga yang Dapat Menyebabkan Penyakit pada Manusia ........... 3
2.1.2. Nyamuk ................................................................................................. 3
2.1.3. Kecoa ..................................................................................................... 5
2.1.4. Kutu ...................................................................................................... 6
BAB III. PENUTUP............................................................................................. 9
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 9
3.2. Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10

2.1.1. Lalat ………………………………………………………. ............ 44

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Serangga ada dimana-mana, ini adalah suatu pernyataan yang benar karena

dengan cara perhtitungan apapun, baik dari segi jenis maupun dari segi jumlah.

Sampai saat ini, lebih dari satu juta species serangga sudah dikenal tetapi tidak

seorang pun tahu ada berapa jumlah sebenarnya yang ada dibumi, masih jutaan jenis

serangga yang belum dikenal, terutama serangga dari daerah tropis.

Serangga dapat dijumpai hampir di semua daerah permukaan bumi, baik di

tanah, udara, maupun di air tawar, atau dapat ditemukan sebagai parasit pada

makhluk hidup lain (Aziz, 2008). Serangga menjadi kelompok hewan yang

dominan di muka bumi dengan prosentase jumlah spesies hampir 80 persen dari

jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar

250.000 spesies terdapat di Indonesia (Meilin, 2016). Serangga dapat bersifat

sebagai hama,predator, parasitoid, atau musuh alami.

Sebagai organisme yang paling banyak jumlahnya di bumi, tidaklah

mengherankan bahwa serangga dapat ditemukan di hamper semua bagian bumi,

bahkan di tempat yang semula diperkirakan tidak ada serangga yaitu salju di benua

antartika, mata air panas di Amerika ternyata serangga juga masih dapat ditemukan,

dan hanya satu tempat dimana serangga tidak dapat ditemukan yaitu

air laut.

Gangguan kenyamanan terutama disebabkan oleh hama permukiman,

khususnya nyamuk, lalat, lipas, dan semut. Berbagai penyakit disebarluaskan oleh

vektor seperti malaria, demam berdarah dengue, filariasis, dan chikungunya adalah

1
penyakit-penyakit yang membahayakan kesehatan manusia, karena dapat berakibat

fatal bila tidak segera diatasi. Kendala yang ada terutama dihadapi di bidang

entomologi kesehatan pada umumnya, kurangnya kepakaran dan dengan akibat

kurangnya informasi tentang bioekologi merupakan tantangan yang harus segera

ditangani. Peningkatan penelitian dan intensitas sosialisasi peranan entomologi

kesehatan dalam pembangunan bangsa perlu dilakukan.

Beberapa jenis serangga dapat menimbulkan penyakit seperti tifus (demam

tifoid), disentri, diare, kolera, difteri, infeksi mata, seperti konjungtivitis, dan pes.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Serangga apa saja yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia?

2. Penyakit apa saja yang disebabkan oleh serangga?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui serangga apa saja yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia

2. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang disebabkan oleh serangga

1.4. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Dapat megetahui serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia


2. Dapat mengetahui penyakit yang disebabkan oleh serangga.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Serangga yang Dapat Menyebabkan Penyakit pada Manusia

2.1.1. Lalat

Lalat merupakan jenis serangga berordo Diptera. Lalat berordo Diptera yang

banyak ditemukan di Indonesia yaitu Subordo Cyclorrapha yang memiliki ciri

antena aristaform, memiliki 3 segmen dan terdapat arista dengan palpus 1 segmen.

Dalam satu kali siklus hidup, dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu 8

sampai 10 hari pada suhu 300C. Hal ini perlu diperhatikan untuk daerah tropis,

karena lalat berkembangbiak secara cepat dan Indonesia merupakan negara dengan

iklim tropis yang sangat mendukung bagi perkembangan lalat (Sukmawati et al,

2019).

Cara lalat menularkan penyakit adalah dengan membuang kotoran di atas

makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh telur atau larva lalat. Saat

makanan yang sudah terkontaminasi tersebut termakan oleh manusia, dari situlah

penularan penyakit terjadi. Penyakit yang disebakan oleh lalat diantaranya; disentri

akibat peradangan usus, dan diare yang tercatat sebagai penyebab utama kematian

balita, dan juga membunuh lebih dari 1.5 juta orang per tahun (Anonim,

2020).

2.1.2. Nyamuk

Nyamuk merupakan sejenis serangga yang memiliki lebih 2500 spesies

termasuk Anophels, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia,

3
Cliseta, dan Haemagoggus. Pada jenis-jenis tersebut seringkali ditemukannya virus

virus penyakit dan mudahnya perkembangan nyamuk mengakibatkan banyaknya

virus yang tersebar terutama di pemukiman yang kumuh dan jauh dari kata bersih.

Pada umumnya nyamuk betina lebih sering menghisap darah daripada nyamuk

jantan karena nyamuk betina memerlukan protein dari darah untuk berkembangbiak

dan dari situlah penyebaran virus penyakit yang di bawa oleh nyamuk. Sebagian

nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa berbahaya seperti Malaria,

Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Chikungunya (Maryana et al, 2019).

Penyebaran penyakit oleh nyamuk seringkali tidak disadari sebelum terasa

parah dan Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengenal lebih dini gejala-gejala

yang timbul sehingga kita dapat mencegah dan dapat penanganan lebih dini sebelum

virus pada penyakit tersebut berkembang. Proses identifikasi dibutuhkan untuk

menentukan penyakit yang sesuai dengan gejala-gejala yang dirasakan oleh si

penderita (Maryana et al, 2019).

Nyamuk memang paling umum dikenal suka menggigit manusia. Namun hal

yang perlu Anda ketahui saat nyamuk menggigit dan mengisap darah, serangga ini

juga ikut menularkan penyakit yang kemudian disebarkan lewat aliran darah

kebagian tubuh lainnya. Adapun penyakit-penyakit yang disebarkan oleh serangga

diantarang; demam dengue (DD), dan demam berdarah dengue

(DBD), malaria, chikungunya, serta filariasis (kaki gajah) (Anonim, 2020).

4
2.1.3. Kecoa

Kecoa merupakan salah satu hamapemukiman yang dapat berperan sebagai

vektor penyakit yang paling umum ditemukan di tempat tinggal di seluruh dunia.

Kecoa dianggap sebagai pengganggu kesehatan karena kedekatannya dengan

manusia dan umumnya berkembang biak mencari makan di daerah yang kotor,

seperti tempat sampah, saluran pembuangan dan septitank. Makanan kecoa dari

makanan yang masih dimakan manusia sampai dengan kotoran manusia. Kecoa

mempunyai perilaku mengeluarkan makanan yang baru dikunyah atau

memuntahkan makanan dari lambungnya, karena sifat inilah mereka mudah

menularkan penyakit pada manusia. Tinja kecoa dilaporkan mengandung asam

kynurenat, asam xanturenat, dan 8-hydroxyquinaldat acids senyawa ini dilaporkan

bersifat mutagenik dan karsinogenik (Eki, 2017).

Kecoa terbukti dapat memberikan kontribusi untuk memperburuk kesehatan

keluarga Anda. Hal ini dikarenakan kecoa pembawa jutaan bakteri dan agen infeksi

yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, dari diare hingga keracunan makanan.

Kecoa diketahui dapat menyebabkan alergi, pada daerah tropis seperti Asia

Tenggara kejadian alergi terhadap kecoa lebih tinggi daripada kejadian alergi

tehadap pollens (serbuk sari) dan house dust (debu rumah). Jenis alergen yang

paling banyak menimbulkan hasil positif adalah kecoa (32,9%) (Dewi, 2016).

Kecoa merupakan salah satu indikator dalam baik atau buruknya sanitasi di

Indonesia karena menurut Permenkes No 48 standar keselamatan dan kesehatan

kerja perkantoran dalam pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit

5
kriteria indeks kecoa maksimal 2 ekor/plate (20x20m) dalam pengukuran 24 jam

(Kemenkes, 2016). Menurut Permenkes No 60 standar dan persyaratan kesehatan

lingkungan kerja industri kriteria angka rata-rata indeks populasi kecoa (Periplaneta

americana) tiap malam yang ditangkap menggunakan sticky trappaling rendah ≤ 1

dan paling tinggi > 1 (Kemenkes, 2016).

2.1.4. Kutu

Kutu kepala atau dikenali sebagai Pediculus humanus capitismerupakan suatu

hewan parasit yang dikenali sebagai ektoparasit.Kutu kepala ini sering ditemukan

pada rambut dan kulit kepala. Kutu kepala ini juga mudah dijangkiti dan ditularkan

dengan hanya melalui kontak secara fisikal.Di Indonesia, diperkirakan ramai anak

yang mengalami masalah kutu kepala ini.Kutu kepala yang tidak memillik sayap ini

tidaklah mampu menyebabkan masalah kesehatan serius,namun kutu

kepala(Pediculus humanus capitis)yang merupakan serangga kecil yang mengisap

darah manusia melalui kulit kepala ini bisa mengganggu dan menyababkan iritasi

karena menimbulkan rasa gatal terus-menerus di kepala, Antara tanda utama

seseorang diinfestasi oleh Pediculus adalah dengan sering menggaruk kepala

humanus capitis (Sulaiman dan Pratiwi, 2018).

Siklus hidup kutu kepala dimulai dengan adanya peletakan telur yang

ditempelkan pada rambut kepala. Telur akan menetas menjadi nimfa setelah sekitar

3 hingga 4 hari, kemudiaan nimfa akan mengalami tiga kali pengupasan kulit

sehingga menjadi kutu dewasa. Apabila terjadi perkawinan diantara kutu jantan dan

betina, serangga betina akan meletakkan telurnya sebanyak 7–10 telur (nits) setiap

hari setelah 24 jam perkawinan. Kutu kepaladapat hidup mencapai 30 hari dengan

6
mengisap darah manusia. Jika tanpa darah kutu hanya bisa bertahan dalam waktu

15 hingga 20 jam. Apabila seseorang merasakan gatal sehingga menggaruk kepala,

ini adalah proses nimfa dan kutu dewasa mengisap darah di kepala mereka.

Kebiasaanya, kutu hanya bisa hidup sekitar 1–2 hari diluar kepala sedangkan

telurnya dapat bertahan sehingga 10 hari (Sulaiman dan Pratiwi, 2018).

Kutu parasit pada manusia mempunyai tiga macam jenis, yang pertama adalah

Pediculus humanus capitis(kutu kepala), kedua adalah Pediculus humanus

humanus(kutu badan) dan ketiga adalah kutu kemaluan yaitu Pthirus pubis(Borror

et al,2016).

Pediculosis capitis adalah penyakit kulit kepala akibat infestasi obligat

spesies Pediculus humanus capitis yang termasuk famili Pediculidae.1Pediculus

capitis menggigit kulit sehingga menimbulkan rasa gatal, infeksi, dan tidak percaya

diri karena dijauhi teman-temannya.2Pediculosiscapitisterjadi 41 kali lipat lebih

sering pada anak perempuan dibanding dengan anak laki-laki dan paling sering

ditemukan pada anak usia 9-16 tahun.Hal ini karena anak-anak sering melakukan

kontak kepala dengan temannya saat bermain.3Penyakit ini sering menyerang anak

perempuan dikarenakan memiliki rambut yang panjang dan sering memakai

aksesoris rambut (Islami et al, 2020).

Pediculosis capitis menginfeksi manusia diseluruh duniadan prevalensi

terbanyak terutama pada anak-anak.Berdasarkan penelitian tahun 2011 di Kota

Sanadaj, Provinsi Kurdistab, Iran ditemukan 4,7% terinfeksi Pediculosis capitis

pada usia 10-12 tahun.5 Prevalensi Pediculosis capitis di Bangladesh ditemukan

59,67% usia 1-7 tahun (Islami et al, 2020).

7
Keluhan utama yang ditimbulkan oleh Pediculosis capitis berupa rasa gatal

yang hebat, terutama pada daerah oksiputdan temporal serta dapat meluas ke

seluruh kepala. Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk

(Handoko, 2007).Jika tidak diobati infestasi Pediculus humanus var. capitisini

dapat menimbulkan berbagai dampak pada penderitanya, antara lain yaitu anemia.

Anak-anak yang terinfestasi juga mengalami gangguan tidur di malam hari karena

rasa gatal dan sering menggaruk (Lukman et al, 2018).

8
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini yaitu seragga yang menyebabkan penyakit yaitu

lalat, penyakit yang disebakan oleh lalat diantaranya disentri akibat peradangan

usus, dan diare nyamuk, Penyakit yang disebabkan seperti demam dengue (DD),

dan demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, serta filariasis. Kecoa

dapat menyebabkan alergi, dan kutu penyakit yang disebabkan yaitu anemia. dan

mengalami gangguan tidur di malam hari karena rasa gatal dan sering menggaruk.

3.2. Saran

Saran dari penulisan makalah ini yaitu perlu adanya penanggulangan

seranggaserangga agar penyakit yang disebabkan bisa dihindari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Meilin, A and Nasamsir 2016,‘Seranggadan Peranannya dalam Bidang Pertanian


dan Kehidupannya’,Jurnal Media PertanianVol 1(1) 18-28

Islami, A. C., Natalia, D., Zakiah, M. 2020. Efektivitas Penyuluhan Menggunakan


Media Audiovisual Terhadap Personal Hygiene Dan Angka Kejadian
Pediculosis Capitis Pada Santri Putri Madrasah Tsanawiyah (Mts) Di
Pondok Pesantren X Kecamatan Mempawah Timur. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan (JNIK). Vol 3 (1) 29-43
Sulaiman, A. H. B., Pratiwi, R. 2018. Review Artikel:Uji Efektivitas Sampo Dari
Minyak Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) Sebagai Antikutu Di Rambut.
Farmaka. Vol 16 (1) 1-14

Lukman, N., Armiyanti, Y., Agustina, D. 2018. HubunganFaktor-Faktor Risiko


Pediculosis capitis terhadap Kejadiannya pada Santri di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum Kabupaten Jember. Journal of Agromedicine and Medical
Science. Vol 4 (2) 102-109

Sukmawati, N. L., Ginandjar, P., Hestiningsih, R. 2019. Keanekaragaman Spesies


Lalat Dan Jenis Bakteri Kontaminan Yang Dibawa Lalat Di Rumah Pemotongan
Unggas (Rpu) Semarang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal) Vol 7 (1) 252-259

10
11

Anda mungkin juga menyukai