Anda di halaman 1dari 12

ATTENDING & EMPATI

Dosen Pengampu:
Mufida Istanti, M.Pd

Disusun Oleh:
Afifah Fitriah
NIM: 200101060128
Siti Qomariah
NIM: 200101060269
M. Dinda Ray Fine HR
NIM: 200101060252
Siti Maryam
NIM: 200101060346
A. Pengertian Attending (perhatian)

Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa


attending adalah cara yang menunjukan bagaimana konselor menyiapkan
diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian
kepada klien sehingga klien merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh
konselor.
Dengan kata lain attending adalah ketrampilan/ teknik yang digunakan
konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa
dihargai dan merasa dibimbing dengan suasana yang kondusif sehingga
klien bebas mengekspresikan/mengungkapkan pikiran ataupun tingkah
lakunya.
Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor
yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa
lisan dan kontak mata.
Perilaku attending yang ditampilkan konselor turut akan mempengaruhi
kepribadian klien seperti:
1. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending
memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa
harga diri ada atau meningkat.
2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien,
karena klien merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk berbicara,
dan merasa terlindungi secara emosional.
3. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor
adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan
perasaannya.
Pada kegiatan proses konseling juga banyak ditemuai konseli yang tidak
mampu mengungkapkan perasaan, pekiran dan pengalaman yang sedang
dialaminya. Konseli merasa tidak mampu mengungkapkan apa saja yang
sedang dihadapinya karena berbagai alasan.
B. Keterampilan Attending Dalam Konseling

Keterampilan attending yang ditunjukkan dalam konseling itu pada


dasarnya ada 3 komponen yaitu; kontak mata, nonverbal (bahasa tubuh)
, dan verbal (bahasa lisan) itu sangat diperlukan dan harus seimbang
dan dikuasai oleh guru bimbingan dan konseling.
a. Kontak Mata

Dalam melakukan kontak mata hal yang harus diperhatikan yaitu, misalnya
pada saat pembicaraan berlangsung konselor dengan cara melihat klien pada
waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus
dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan spontan yang
mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien.
Adapun dalam melakukan kontak mata ini jangan sampai melakukan hal-hal
yang membuat klien merasa tidak nyaman misalnya;
1. konselor tidak melihat ke arah klien,
2. menatap klien untuk secara tetap dan tidak memberikan klien untuk
membalas tatapan,
3. mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien melihat konselor,
4. menatap klien terus-menerus dengan mata melotot.
b. Nonverbal (bahasa tubuh)

Bahasa tubuh konselor merupakan hal yang sangat penting dalam


konseling agar klien merasa nyaman dan tidak canggung apabila
dirinya disambut dengan baik. Dalam teknik ini perlu diperhatikan dan
dilakukan cara-cara yang membuat klien merasa aman dan dihargai.
(1) duduk dengan badan menghadap klien artinya sikap tubuh yang
menunjukkan keterlibatan percakapan, (2) melakukan gerakan yang
nyaman dan alami, (3) Tangan diatas pangkuan atau berpegangan
bebas atau sesekali digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang
sedang dikomunikasikan secara verbal, (4) mimik muka seperti senyum
spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman
dan kerutan dahi sebagai tanda tidak mengerti, (5) badan tegak lurus
tanpa kaku dan sesekali condong kearah klien untuk menunjukkan
kebersamaan dengan klien.
c. Verbal (bahasa lisan)

Seorang konselor harus memperhatikan kualitas bicaranya kepada


kliennya, khususnya klien yang sedang dikonseling. Konselor harus
memperhatikan dan menjaga bagaimana berbicara yang mudah
dipahami klien, menggunakan bahasa yang mudah di pahami, tidak
berbelit-belit, dan menggunakan bahasa sesuai dengan tempat tinggal
atau budaya klien, tentunya konselor harus menyesuaikan.
C. Pengertian Empati

Empati adalah suatu istilah umum yang dapat digunakan untuk pertemuan,
pengaruh dan interaksi di antara pribadi dengan pribadi. “Empati” berasal dari
kata Yunani “pathos”, yang berarti perasaan yang mendalam dan kuat yang
mendekati penderitaan.
Secara harfiah, empati adalah seseorang masuk ke dalam diri orang lain dan
menjadi orang lain agar merasakan dan menghayati orang lain, maka akan
timbul penilaian bahwa orang tersebut mustahil bisa melakukan hal tersebut.
Empati terjadi pada saat seorang manusia berbicara (satu sama lain). Tidak
memungkinkan untuk memahami individu lain jika tidak memungkinkan pula
untuk mengidentifikasikan diri dengan lawan bicara. Dengan demikian empati
itu adalah bagaimana seorang konselor dapat menyatukan dirinya dengan
seorang klien baik perasaaan, pengalaman maupun pemahaman.
D. Tujuan Empati

Adapun tujuan dari empati yang digunakan oleh konselor adalah agar
calon konselor mampu memasuki dunia dalam klien melalui ungkapan-
ungkapan empati baik itu empati primer maupun empati tingkat tinggi
yang menyentuh perasaan klien.
Latihan berempati melibatkan kemampuan memasuki dunia konseli
melalui ungkapan-ungkapan empati yang sekiranya dapat menyentuh
perasaan dan memperlihatkan pada konseli akan kepedulian kita pada
mereka.
Akibatnya adalah klien menjadi rasional dalam menghadapi masalah
sehingga melahirkan rencana-rencana yang realistis untuk
mengatasinya.
E. Cara Berempati

Empati berbeda dengan simpati, simpati bisa dikatakan sebagai perasaan


peduli terhadap perasaan orang lain, tetapi simpati tidak sedalam empati. Ada
dua cara agar konselor mampu menghadirkan empati terhadap orang lain:
a) Menuliskan perasaan positif atau negatif, apabila kita mengalami perasaan
positif atau negatif, segera rekam dengan menulisnya dalam diri atau menulis
di blog. Rekaman itu bisa berguna bagi orang lain yang membacanya ketika ia
mengalami hal yang sama, sehingga diharapkan bisa sedikit membantu
mereka.
b) Mendengarkan curhat, biasakan mendengarkan curhatan dari orang lain
sampai selesai dan penuh perhatian. Semakin banyak mendengarkan cerita,
masalah, dan perasaan dengan orang lain, maka perasaan kita akan semakin
kaya.
c) Membayangkan kejadian pada diri kita, bayangkan tentang sesuatu yang
akan kita rasakan apabila mengalami perasaan atau kondisi yang sedang
dialami orang lain. Dengan begitu, muncul emosi yang sama, baik positif
maupun negatif, entah itu marah, sedih, maupun gembira.
Lakukan dengan nyata bahwa kita berempati
a) Berhati-hati dalam ucapan atau perbuatan, pikirkan
perilaku dan
perkataan kita sebelum melakukan atau mengucapkannya
kepada orang lain.
b) Mulailah dari diri sendiri, j angan
menyuruh orang lain melakukan
sesuatu yang kita sadari sendiri malas atau tidak
melakukannya.
c) Memberikan bantuan berikan
aksi nyata dengan menyatakan
sesuatu yang bisa kita lakukan untuk membantu seseorang.
F. Jenis-Jenis Empati

Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku


attending, mustahil terbentuk empati. Ada dua macam empati adalah
sebagai berikut :
a) Empati primer/ Primery Emphaty (PE), yaitu suatu perasaan bagaimana
masuk ke dunia dalam klien merasakan apa yang diarasakan, dan
dnegan perilaku attending. Jadi bentuk empati yang hanya berusaha
memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar
klien dapat terlibat dan terbuka.
b) Empati tingkat tinggi yang lebih akurat/ Advanced Accurate Emphaty
(AAE), yaitu konselor memberi empati yang lebih mendalam dan
mengena sehingga pengaruhnya terasa lebih mendalam pada diri klien,
dan pada gilirannya lebih membangkitkan suasanan emosional klien.

Anda mungkin juga menyukai