Anda di halaman 1dari 12

Kearifan lokal dalam

pelayanan kebidanan
TITIK ARIYANTI, S. SiT. M. Kes
Latar Belakang

• Peran sosial budaya merupakan kondisi yang sudah melekat dalam masyarakat
tertentu.
• Indonesia dengan geografi wilayah yang sangat luas memiliki tidak kurang dari
520 kelompok etnis dan memiliki kearifan lokal yang sangat beragam. Kondisi
ini membutuhkan cara-cara intervensi yang lokal spesifik dan tidak dapat
digeneralisasi secara nasional.
• Kearifan lokal suatu daerah perlu di kenal dan diketahui oleh petugas kesehatan
untuk mengembangkan layanan kesehatan kepada masyarakat, oleh karena
kearifan lokal tersebut merupakan faktor penentu keberhasilan program layanan
kesehatan masyarakat.
Kesehatan ibu hamil merupakan salah satu indikator status
kesehatan masyarakat. Masalah kelahiran dan kehamilan
berkaitan erat dengan unsur budaya di masyarakat.
Bila kita lihat dari bentangan wilayah, hampir semua
budaya dari Sabang hingga Merauke memiliki tradisi
dalam proses kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi.
DASAR
 Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Ibu yang sudah cukup
komprehensif
 Permenkes No. 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Bidang Kesehatan.
 Namun demikian, masih tampak adanya kesenjangan dalam implementasinya terutama
menyangkut inovasi-inovasi oleh Pemerintah Daerah (Provinsi, kabupaten/kota) yang saat ini
berhubungan dengan masalah otonomi daerah.
 Hasil-hasil penelitian menunjukkan, pengaruh faktor budaya dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan (faskes) ibu masih kuat pada beberapa etnis yang ada di Indonesia, pengaruh
budaya pada pemanfaatan layanan kesehatan Ibu.
 Pijat a mapat bulanan dan nujuh bulanan, kirak pada ibu hamil, pijat walik dadah pada ibu
nifas
 Kebiasaan ibu untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi karena larangan agama, larangan
suami dan adanya salah persepsi terhadap efek samping menjadi penghambat dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu.
 Perawatan tali pusat dengan menggunakan alat dan bahan tradisional (seperti sembilu-pisau
bambu untuk alat pemotong plasenta, abu gosok/kopi untuk obat antiseptik, dsb) masih
terjadi di Indonesia dan ini meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi.
Peran budaya dalam utilisasi pelayanan kesehatan ibu bagaikan pisau bermata dua;
menghambat disatu sisi dan juga mendukung disisi lainnya.
Kawin/hamil usia muda,
Pendidikan rendah dan tinggal di perdesaan sebagai faktor yang secara tidak langsung
mempengaruhi,
Pengetahuan ibu yang rendah,
Pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh orang tua/mertua dan masih adanya
tabu/kepercayaan yang berkontribusi negatif terhadap utilisasi pelayanan kesehatan ibu.
Kodrat perempuan dalam kehamilan dianggap hal biasa.
Sebagian masyarakat tidak mengerti akan risiko kesehatan ibu dan janin sehingga ibu
tetap bekerja seperti biasa ditambah masih adanya tabu bahwa kehamilan usia muda
harus disembunyikan dapat menambah risiko mengalami keguguran.
Memilih bersalin dengan dukun karena merasa lebih nyaman dan memiliki kelebihan
‘supra-natural’ memungkinkan proporsi dukun masih tetap banyak di wilayah tertentu.
Bidan dimanfaatkan untuk periksa hamil tetapi bersalin tetap dengan dukun merupakan
suatu fenomena yang harus diluruskan.
Masih banyaknya proporsi dukun di masyarakat tidak bisa
diabaikan, tetapi justru harus dapat diberdayakan dalam aspek
yang tidak bertentangan dengan medis, misalnya :
Menjadi pendamping ibu hamil (bila ibu hamil berkehendak),
Menemani ibu hamil di rumah tunggu,
Merujuk ibu hamil ke bidan,
Memberikan layanan non medis (misal: pijat/ritual) sehingga
dengan demikian kemitraan bidan-dukun merupakan bentuk
simbiose yang saling menguntungkan
Kepercayaan Dan Praktik Budaya Pada Masa Kehamilan
No Kebiasaan Pengaruh yang diyakini

1 Membawa benda-benda tajam seperti gunting, peniti menjaga ibu dan bayinya dari gangguan roh jahat
yang diikatkan pada baju atau dan makhluk halus
pakaian dalam ibu hamil
2 Banyak bergerak dan jalan jalan-jalan terutama pada supaya persalinannya lancar
pagi hari saat udara masih segar
3 Ibu yang hamil tua, dianjurkan untuk sering melakukan supaya janin yang di dalam kandungan cepat turun
gerakan menungging termasuk dan membuka jalan lahir serta
mengepel lantai dengan menggunakan tangan membuat persalinan lancar tanpa kesulitan.
4 Ibu hamil yang berambut panjang dianjurkan untuk supaya kelihatan rapi dan bersih
mengikat rambutnya

5 Dianjurkan untuk makan lebih banyak dan lebih sering, supaya ibu dan bayi yang dikandungnya sehat
banyak mengkonsumsi sayuran, buah-buahan, susu dan
makanan bergizi
6 Dianjurkan untuk makan daun galing yaitu tumbuhan Memperlancar proses persalinan
sejenis pakis yang mengandung banyak lendir

7 Dipijat Supaya bayi tidak turun ke bawah dan posisi bayi


tidak berubah
Pantangan/Larangan Yang Harus Diikuti Ibu Pada Saat Hamil

Memakai pakaian yang sobek bayinya akan cacat


Keluar dan jalan-jalan di malam hari akan diikuti dan diganggu oleh roh roh halus
Duduk di depan pintu susah pada saat melahirkan
Duduk di teras rumah dengan kaki berselonjor ke menghambat kelahiran sang bayi
tanah
Duduk di atas batu
Duduk di sembarang tempat menghambat kelahiran sang bayi
Melilitkan handuk di leher menghambat kelahiran sang bayi
Melihat orang yang sedang melobangi sesuatu tali pusat/ari-arinya melilit
Makan es ada bekas bolongan di telinga anak
menyebabkan besar saat bayi lahir mengalami
Makan bakso kesulitan
Ada gangguan di testis membesar
Makan jengkol bayi yang lahir akan bau
Makan nanas menyebabkan keguguran
Makan ikan asin mengakibatkan gatal pada ibu
Makan ikan tongkol dan sarden mengakibatkan perdarahan
Makan pisang mengakibatkan rahimnya keluar
Makan mie mengakibatkan rahimnya keluar
Makan nangka mengakibatkan rahimnya keluar
Memakan buah-buahan yang Mengakibatkan bayi yang akan
menyatu/berdempet dilahirkan kembar siam.
Upacara Adat selama Kehamilan

Mitoni. Upacara ini


Simbol dan makna
yang terkandung dalam upacara mitoni
Mitoni berasal dari
bertujuan memohon menunjukkan adanya hubungan secara
bahasa Jawa pitu yang
keselamatan saat vertikal dan horizontal.
berarti tujuh, sehingga
proses persalinan dan Hubungan
secara harfiah,
calon bayi dan ibu vertikal hubungan antara
mitoni merupakan
terhindar dari manusia dengan Tuhan dan makhluk
upacara adat yang
gangguan makhluk supranatural sebagai tempat meminta
dilaksanakan ketika usia
halus keselamatan.
kandungan tujuh
Hubungan horizontal
bulan
mengacu pada hubungan antar sesama
manusia, dimana mitoni merupakan
sarana untuk menjaga keharmonisan dan
ketentraman dalam masyarakat
Adat setelah melahirkan
Selamatan yang disebut dengan krayanan. Krayanan dalam Budaya Jawa disebut juga dengan
brokohan. Dalam budaya Jawa, upacara selamatan ini disebut juga dengan
brokohan yang berasal dari bahasa Arab barokah yang berarti berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Puputan, sebelum terlepasnya tali pusar, seorang bayi belum dianggap sebagai manusia
seutuhnya. Dengan melakukan sepasar bayi, orang tua berharap bayi akan terlindung
dari gangguan yang berasal dari manusia atau makhluk lain

Upacara adat atau selamatan yang dilakukan pada akhir masa nifas adalah selapanan,
mencukur rambut bayi, menggunting kuku bayi, mengurut bayi, dan walik dadah
(memijat perut ibu untuk mengembalikan posisi rahim. Bagi bayi perempuan yang
belum disunat pada waktu upacara sepasar
BAGAIMANA PROGRAM
KUNJUNGAN NIFAS

Melakukan kontrol/ kunjungan


minimal 4 kali, yaitu pada 6 jam, 6
hari, 2 minggu, dan 6 minggu setelah
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai