Laporan Pendahuluan CF Neds Femur (S) Praktek Klinis Ii Di Ruangan Ibst Rsud Kab. Buleleng
Laporan Pendahuluan CF Neds Femur (S) Praktek Klinis Ii Di Ruangan Ibst Rsud Kab. Buleleng
PRAKTEK KLINIS II
DI RUANGAN IBST RSUD KAB. BULELENG
OLEH:
WINDA PRABAWATI DAKUNDE
NIM 18D10111
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
FAKULTAS KESEHATAN
D – IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
2020/2021
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Fraktur adalah
rupturnya kontinuitas struktur dari tulang atau kartilago dengan tanpa disertai
subluksasi fragmen yang terjadi karena trauma atau aktivitas fisik dengan
tekanan yang berlebihan (Ningsih, 2011). Sedangkan menurut Linda Juall C.
dalam buku Nursing Care Plans and Documentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini
sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical
Surgical Nursing Suatu keadaan diskontinuitas jaringan struktural pada tulang
(Price 1985). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan
(Purnawan junadi 1982). Fraktur tulang adalah patah pada tulang. Istilah yang
digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis fraktur tulang antara lain fraktur
inkomplit, fraktur simple dan fraktur compound ( Elizabet J. Crowin, Phd,
MSN, CNP, 2008).
2. Etiologi
Menurut corwin (2000) penyebab fraktur dapat terjadi karena tulang
mengalami trauma, kelainan pathologis dan kelelahan / stress. Fraktur
pathologis terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis / infeksi Fraktur
stress terjadi pada tualang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang. a) Trauma langsung/ direct trauma, yaitu
apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang). b) Trauma
yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh dengan lengan
dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan. c)
Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis.
3. Tanda dan Gejala
a. Deformitas
b. Krepitasi
c. Fals movement ( gerakan palsu )
d. Bengkak
e. Nyeri
f. Hilangnya fungsi
4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait
A. Pemeriksaan Radiologi
1) X-Ray
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu
disadari bahwa permintaan xray harus atas dasar indikasi kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan lunak. Tipis
tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik
atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction. Sela sendi
serta bentuknya arsitektur sendi.
2) Tomografi : menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
3) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
4) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
5) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
B. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
C. Pemeriksaan Lain-lain
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi
3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Pereda Nyeri :
Jenis obat analgesic : morfin (), fentanyl (), tramadol (), ketorolac (),
2) Obat antiinflamasi nonsteroid
Obat anti radang jenis OAINS : dexametason (), ibuprofen (),
meloxicam (), cataflam ()
3) Antibiotic
4) Vaksin Tetanus
b. Penatalaksanaan Operatif
Prinsip penanganan fraktur secara umum, menurut Brunner and
Sudarth (2002) :
1) Imobilisasi : pemasangan spalk/pembidaian untuk mengurangi
pergerakan daerah fraktur
2) Reposisi : mengembalikan posisi tulang sesuai dengan anatomi dengan
fiksasi interna seperti pasang plat screw dan fiksasi eksterna seperti
pemaangan gips
3) Rehabilisasi : mengembalikan fungsi dari tulang yang patah dengan
fisioterapi.
B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an "tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun
1846.
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun
obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga
menghilangka kesadaran. Pada operasi operasi daerah tertentu seperti perut,
maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot
yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit,
namun obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan
tetapi juga menghilangka kesadaran. Pada operasi operasi daerah tertentu
seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan
juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar
(Ibrahim, 2000).
Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu
suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang
bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan
sehingga lebih mirip dengan keadaan pinsan. Anestesi digunakan pada
pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi
rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap
manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).
Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara
keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan
kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksasi otot (Kartika Sari, 2013).
b. Regional Anestesi
Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan
impuls saraf ke sistem saraf pusat pada kegunaan lokal dengan demikian
dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika
Sari, 2013).
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan (misalnya, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata).
Obat anestesi (misalnya, lidokain) menghambat konduksi saraf sampai
obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa nyeri dan
sentuhan, aktivitas motorik, dan otonom (misalnya, penggosongan
kandung kemih). Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur
minor pada tempat bedah sehari. Untuk menghilangkan rasa nyeri
pascaoperatif, dokter dapat memberi anestesi lokal pada area pembedahan.
3. Teknik Anestesi
a. General Anestesi
1) Anestesi Inhalasi
Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri diseluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi.
Rees dan Gray membagi anestesi menjadi 3 (tiga) komponen yaitu :
a) Hipnotika : pasien kehilangan kesadaran
b) Anestesia : pasien bebas nyeri
c) Relaksasi : pasien mengalami kelumpuhan otot rangka
2) Anestesi Volatile
Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar
yang sama yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat
anestetik kuat pada kadar rendah dan relatif mudah larut dalam lemak,
darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan
dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya
induksi, untuk mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi dari kadar
yang dibutuhkan. Bila stadium yang diinginkan sudah tercapai kadar
disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk
mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik lain yang kerjanya
cepat kemudian baru diberikan anestetik yang menguap.
3) Anestesi Intravena
Anestesia intrvena adalah teknik anestesia dimana obat-obat anestesia
diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik
atau analgetik maupun pelumpuh otot (Ting, 2007).
Indikasi Anestesi Intravena
a) Obat induksi anesthesia umum
b) Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
c) Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
d) Obat tambahan anestesi regional
e) Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP
sedasi)
Organism
masuk ke Serat C
dalam tubuh (nyeri diraskan terus menerus dan lama)
Korteks serebral
4. Evaluasi
No Problem Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Soerasdi E.,Satriyanto M.D., Susanto E. Buku Saku Obat-Obat Anesthesia
Sehari-hari. Bandung, 2010
Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi
Kedua. JakartaBagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002.
Zulhijah,diana,dkk."Asuhan Keperawatan Dengan Fraktur". Didalam
https://www.academia.edu/37578096/ASUHAN_KEPERAWATAN_KLIEN_
DENG
AN_FRAKTUR. Di unduh 06 Januari 2020.