Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70.

p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

APLIKASI METODE MULTICHANNEL ANALYSIS OF SURFACE WAVE (MASW) SEBAGAI EVALUASI


TAPAK LOKAL SURABAYA
1
Novien Ghoziana Indanartha, 1Dwa Desa Warnana, 1Amien Widodo
1
Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil Lingkungan dan Kebumian Institut, Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
e-mail: dwa_desa@geofisika.its.ac.id

Abstrak. Keberadaan sesar aktif baribis-kendeng fold-thrust zone di Surabaya dapat berisiko
menyebabkan adanya potensi gempa bumi. Mayoritas wilayahnya merupakan endapan aluvium. Tingkat
kerusakan dan bahaya gempabumi sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi lokal. Beberapa kasus
gempabumi yang telah terjadi menunjukkan bahwa kerusakan lebih parah terjadi pada dataran alluvial
dibandingkan dengan daerah perbukitan. Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi tapak lokal yang
merupakan upaya pengurangan risiko bencana dengan menganalisis seluruh potensi bahaya pada suatu
daerah secara lengkap. Evaluasi tapak lokal dilakukan dengan mengukur parameter dinamis tanah yang
merupakan respon tanah terhadap gempa bumi yaitu kecepatan gelombang geser (Vs). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil pemodelan nilai Vs serta kondisi tapak lokal Surabaya. Penelitian
dilakukan di 45 titik di surabaya dengan metode multichannel analysis of surface wave karena ketepatan
dan resolusi yang tinggi pada struktur dekat permukaan. Penelitian ini menggunakan 24 geophone yang
disusun memanjang dengan jarak 4 m dan jarak offset 5 m. Akuisisi dilakukan dengan 5 kali shot dan
dilakukan dengan durasi stacking count 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Vs30 Surabaya
sebesar 176 m/s – 294 m/s merupakan kategori kelas C dan D berdasarkan Eurocode8. Sebaran hasil
pemodelan nilai Vs yang rendah yaitu 100-200 m/s mengalami penebalan dari arah Barat menuju ke
Utara dan dari arah Timur ke Selatan menujukkan nilai Vs yang rendah pada kedalaman 0-30 m.
Beradasarkan hasil pengolahan dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas daerah Surabaya khususnya
daerah Utara lebih berisiko terhadap efek gempa bumi.
Kata Kunci: MASW, Gempabumi, Vs

Abstract. The existence of an active baribical fault-kendeng fold-thrust zone in Surabaya can be at risk of
causing potential earthquakes. The majority of its territory is alluvium deposits. The extent of damage
and dangers of gempabumis is strongly influenced by local geological conditions. Several cases of
earthquakes that have occurred show that more severe damage occurred in alluvial plains compared
with hilly terrain. Therefore, it is necessary to evaluate the local site which is a disaster risk reduction
effort by analyzing all potential hazards in a region completely. Local site evaluation is done by
measuring soil dynamic parameters which is the earth response to the gempabumi that is the shear
wave velocity (Vs). This study aims to determine the results of Vs value modeling and the local site
conditions of Surabaya. The study was conducted at 45 points in Surabaya with multichannel analysis of
surface wave method due to the high accuracy and resolution of the near surface structure. This study
used 24 geophones arranged lengthwise with a distance of 4 m and a distance of 5 m offset. The
acquisition was carried out with 5 shots and carried out with stacking count duration 3 times. The results
showed that the value of Vs30 Surabaya of 176 m / s - 294 m / s is class category C and D based on
Eurocode8. Distribution of the result of modeling low Vs value that is 100-200 m / s experience
thickening from west to north and from east to south indicate low Vs value at depth 0-30 m. Based on
the results of processing can be drawn the conclusion that the majority of Surabaya area, especially the
North area more risk to earthquake effect.
Keyword: MASW, Gempabumi, Vs

PENDAHULUAN menghadapi risiko yang mungkin ditimbulkan. Oleh


Evaluasi tapak lokal merupakan upaya karena itu, kajian untuk mengetahui potensi
pengurangan risiko bencana pada suatu daerah bahaya di suatu daerah sangat penting dilakukan
dengan menganalisis seluruh potensi bahaya secara (B. Sunardi, 2012). Kajian dapat dilakukan melalui
lengkap. Pemahaman terhadap potensi bahaya pemodelan profil kecepatan gelombang geser (Vs)
dapat meningkatkan kapasitas persiapan
Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 59
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

yang digunakan untuk mengevaluasi kekakuan tersier/tua. Beberapa kasus gempabumi yang telah
lapisan paling atas tanah. terjadi menunjukkan bahwa kerusakan lebih parah
Selanjutnya, dalam desain gempa, kecepatan terjadi pada dataran alluvial dibandingkan dengan
gelombang geser merupakan parameter vital dalam daerah perbukitan (Nakamura, 2000). Hal ini
potensi likuifaksi dan penilaian amplifikasi tanah (B. dikarenakan batuan sedimen lunak mampu
Bessason, 2011; Chang, 2004). memperkuat getaran. Oleh sebab itu, diperlukan
Metode MASW (Multichannel Analysis Surface adanya usaha untuk meminimalisir dampak yang
Wave), merupakan salah satu metode seismik dapat ditimbulkan bencana gempa bumi.
dengan ketepatan dan resolusi yang tinggi pada Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
struktur dekat permukaan untuk pemodelan evaluasi tapak lokal surabaya dengan menanalisa
struktur geologi bawah permukaan bumi (Park dkk, perilaku dimanis tanah pada bawah permukaan
2002; Ismet dkk, 2006). MASW mampu dangkal. Analisa dapat dilakukan melalui
memberikan informasi tentang kecepatan pengukuran parameter dinamis tanah berupa
gelombang geser (Vs) 1D. Pemetaan nilai kecepatan kecepatan gelombang geser (Vs) menggunakan
gelombang geser (Vs) konvensional dengan metode metode MASW. Vs merupakan parameter penting
geofisika borehole memiliki kekurangan pada segi dalam analisis respon dinamis tanah terhadap
biaya dan waktu. Sedangkan Penelitian Vs gelombang gempa bumi (Luna, 2012)
menggunakan mikrotremor memiliki kekurangan Berdasarkan uraian di atas, tujuan yang hendak
karena data yang diperoleh berupa gelombang dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui
alami bumi sehingga rentan terpengaruh oleh noise persebaran nilai kecepatan gelombang geser (Vs)
atau gelombang yang tidak diinginkan baik akibat menggunakan metode Multichannel Analysis
aktivitas alam maupun manusia (Saenger, 2009). Surface Wave dan kodisi tapak lokal Surabaya.
Oleh karena itu, Metode MASW merupakan Adapun diskusi pada penelitian ini terbatas hanya
metode yang cocok untuk memberikan informasi pada pemodelan Vs hasil dari pengukuran lapangan
mengenai struktur dekat permukaan untuk menggunakan 45 titik metode MASW aktif. Batasan
mengetahui kondisi geologi lokal atau efek tapak lainnya adalah jenis litologi diasumsikan sama
lokal suatu daerah. dengan keterangan pada peta geologi lembar
Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Surabaya-Sapulu.
Timur, Indonesia. Kota ini memiliki kepadatan
penduduk yang cukup tinggi dengan jumlah GEOLOGI REGIONAL DAERAH SURABAYA
penduduk sebesar 2.848.583 jiwa pada tahun 2015 Daerah penelitian Surabaya termasuk kedalam
dengan luas wilayah 350,54 km2. Kota ini dilewati sebagian Peta Geologi Regional Lembar Surabaya-
oleh sesar aktif baribis-kendeng fold-thrust zone Sapulu oleh Sukardi tahun 1992 ditunjukkan dalam
yang memanjang mengarah Barat ke Timur di gambar 1. Daerah Penelitian terletak di tepi pantai
bagian Utara Pulau Jawa yaitu segment Surabya Utara Pulau Jawa dan berhadapan dengan Selat
sepanjang 25 Km dan segment Waru sepanjang 64 Madura serta Laut Jawa dengan koordinat 7°16′LU
Km dengan pergerakan 0,05 mm/tahun dan 112°43′BT. Kota Surabaya memiliki ketinggian
Magnitudo maksimum 6,5 (PUSGEN, 2017). Oleh tanah antara 0 – 20 meter di atas permukaan laut,
karena itu, Surabaya merupakan daerah yang sedangkan pada daerah pantai ketinggiannya
rawan akan terjadinya goncangan gempa bumi. berkisar antara 1–3 meter diatas permukaan laut.
Menurut peta geologi regional lembar Surabaya Sebagian besar Kota Surabaya memiliki ketinggian
oleh (Sukardi, 19992) mayoritas wilayah Surabaya tanah antara 0 – 10 meter (80,72 % atau sekitar
merupakan endapan aluvial, dan sisanya 26.345,19 Ha) yang menyebar di bagian Timur,
merupakan tanah hasil pelapukan batuan Utara, Selatan dan pusat kota (S. Bahri, 2012).

Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 60
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

Tengah bagian Utara mengarah menuju Jawa Timur


bagian Utara. Segment dari jalur sesar tersebut
yang melewati Surabaya adalah segment Surabya
sepanjang 25 Km dan segment Waru sepanjang 64
Km dengan pergerakan 0,05 mm/tahun dan
Magnitudo maksimum 6,5 seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1 (PUSGEN, 2017). Salah satu
fenomena geologi yang menarik di Surabaya adalah
pembelokan sungai pada area antara dua antiklin
yang tampak memiliki pergeseran lokasi. Hal
tersebut menjadi suatu indikasi adanya sesar yang
Gambar 1 Peta Geologi Daerah Penelitian (Sukardi, mengakibatkan sungai bergeser secara tidak wajar
1992 yang telah dimodifikasi oleh Novien, 2018) (Riyantiyo, 2017). Antiklin ditunjukkan pada gambar
1 yang memanjang dari Barat ke Timur.
Mayoritas wilayahnya berupa endapan alluvial
yang sisanya berupa tanah perbukitan rendah hasil METODE MASW
pelapukan batuan tersier/tua. Tanah endapan MASW (Multichannel Analysis of Surface Waves)
alluvial tersebut berupa sungai, rawa, delta, adalah metode dekat permukaan yang sering
endapan pantai, dan campuran dari endapan- dipakai karena bisa memberikan informasi
endapan tersebut. Endapan sungai yang didominasi kecepatan gelombang geser (Vs) untuk investigasi
oleh endapan pasir dengan sedikit lanau dan struktur dekat permukaan secara efektif, murah,
lempung, endapan rawa yang didominasi oleh efisien dan mudah dalam pengolahannya. Biasanya
butiran lanau-lempung dengan sedikit bahan untuk pengambilan data digunakan frekuensi
organik, dan endapan pantai yang didominasi oleh sumber 3-30 Hz dan menggunakan multichannel
endapan berukuran pasir halus yang mengandung perekam (geophone) yang disusun memanjang.
kerang. Endapan delta merupakan endapan Perekam yang digunakan bisa sejumlah 12 atau 24
percampuran antara endapan sungai, endapan dengan jarak antar perekam sama. (Park dkk,
rawa, endapan pantai sehingga lapisan tanah akan 2007).
berselang-seling. Wilayah Surabaya Timur, Utara Metode MASW sangat popular dalam
dan Selatan terbentuk dari endapan alluvial sungai identifikasi zona-zona rawan guncangan gempa
dan endapan pantai dan bagian tengah Kota bumi, dan diklasifikasi berdasarkan site class yang
Surabaya terbentuk oleh endapan Sungai Brantas mengacu pada nilai kecepatan gelombang shear
beserta cabang-cabang sungainya dan endapan (Vs30) oleh Eurocode 8 yang ditunjukkan pada
Sungai Rowo. Secara geologi Surabaya terbentuk tabel 1. MASW dapat dilakukan dalam 3 tahap yaitu
oleh batuan sedimen yang berumur Miosen sampai (1) akusisi; (2) ekstraksi kurva dispersi; (3) inversi
Plistosen. Batuan sedimennya adalah bagian dari kurva dispersi. Metode ini menghasilkan profil
lajur Kendeng dengan Formasi Lidah, Pucangan, kecepatan gelombang geser (Vs) 1D (Park dkk,
dan Formasi Kabuh. Batuan dasar untuk surabaya 2007).
merupakan formasi Lidah yang berumur Pliosen Bergantung pada cara gelombang permukaan
(pre-tertiary). Formasi ini berada pada kedalaman dihasilkan, terdapat 2 tipe MASW : aktif yaitu
250 – 300 meter (Sukardi, 1992; S. Bahri, 2012). rencana yang ditetapkan dengan sumber yang
Kota Surabaya dilewati oleh jalur baribis- berdampak seperti palu godam, weight drop,
kendeng fold-thrust zone yang memanjang sedangkan pasif dihasilkan oleh kultural dan alam
mengarah Barat ke Timur di Pulau Jawa. Sesar ini yang tidak berhubungan dengan survei seperti lalu
merupakan sesar aktif yang memanjang dari Jawa lintas dan gerakan tidal. Metode aktif MASW yang
Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 61
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

pertama dikenalkan merupakan model survei MASW. Untuk kemudian nilai Vs30 dipetakan dan
konvensional, mengumpulkan data pada sepanjang nilai Vs di modelkan menggunakan software
lintasan menggunakan sumber seismik aktif dan pemodelan.
susunan receiver lurus. Metode pasif menggunakan
gelombang permukaan yg dihasilkan oleh kultural ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dan alam seperti : petir, pergerakan arus, Hasil inversi data pengukuran MASW di
perubahan tekanan atmosfer, dan lain-lain. Metode lapangan menghasilkan niali kecepatan gelombang
MASW pasif dapat dibedakan menjadi dua yaitu geser (Vs) pada kedalaman 0-30 m. Berdasarkan
metode remote pasif dan metode roadside (Park hasil tersebut menujukkan adanya perbedaan nilai
dkk, 2007). pada 4 formasi di daerah Surabaya yaitu Formasi
Lidah (Tpl), Formasi Pucangan (Qtp), Formasi Kabuh
METODOLOGI PENELITIAN (Qpk), dan Formasi Alluvium (Qa). Setiap formasi
Lokasi penelitian tersebar di 45 titik pada daerah geologi memiliki kisaran nilai Vs30 yang berbeda.
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Berikut Formasi lidah merupakan formasi tertua di
merupakan peta lokasi penelitian : Surabaya, dimana formasi ini memliki kisaran nilai
Vs30 yang cukup tinggi dibandingkan formasi
lainnya yaitu 252 m/s – 294 m/s. Formasi Qtp
(Pucangan) memiliki rentan nilai Vs30 antara 235-
270. Formasi Qpk (Kabuh) memiliki nilai Vs30
antara 238-243 m/s dan Formasi Aluvium memiliki
rentan Vs30 antara 176-218 m/s. Formasi aluvium
memiliki nilai Vs30 yang rendah karena komposisi
penyusunnya merupakan kerikil, pasir, lempung
juga fosil kerang. Komposisi penyusunnya tersebut
memiliki nilai Vs < 175 m/s dan pasir kerikil
Gambar 2. Titik Lokasi Penelitian memiliki Vs antara 175-350 m/s. Sementara untuk
formasi Qpk dan Qtp yang tersusun atas batu pasir
Desain penambilan data dapat dilihat pada gambar dan formasi Tpl yang dominan batu lempung
3. Lintasan di setiap titik pengukuran sepanjang 102 sehingga nilai Vs30 nya cukup tinggi.
m dengan 24 geophone yang disusun memanjang. Nilai kecepatan gelombang geser (Vs)
Jarak antar geophone sebesar 4 m dan jarak offset perlapisannya berkisar antara 93 m/s - 676 m/s.
5 m. Sumber yang digunakan berupa palu seismik. Nilai Vs lapisan mencapai 300 m/s pada kedalaman
>30 m pada mayoritas titik pengukuran yang
berupa formasi alluvium. Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas penyusun batuan di surabaya
merupakan pasir, lempung dan kerikil. Sementara
untuk formasi Qpk dan Qtp yang tersusun atas batu
pasir dan formasi Tpl yang dominan batu lempung,
Gambar 3. Desain Akuisisi Penelitian. formasi ini memiliki nilai Vs diatas 350 m/s - 600
m/s.
Pengukuran lapangan menghasilkan luaran berupa Hasil nilai Vs30 tersebut menunjukkan bahwa
gelombang seismik. Data tersebut difilter formasi yang paling muda di Surabaya adalah
menggunakan bandpass filter. Selanjutnya, untuk formasi aluvium dengan nilai Vs paling rendah
mendapatkan nilai Vs30 dan profil Vs data lapangan dibanding formasi lain. Hal ini disebabkan karena
diinversi menggunakan software pengolahan pada endapan alluvium belum terjadi kompaksi
Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 62
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

sedangkan, formasi lidah memiliki nilai Vs cukup sekitar yang dikarenakan adanya dua antiklin yaitu
tinggi menggambarkan lapisannya cukup keras dan antiklin lidah dan guyangan. Pada daerah Surabaya
menunjukkan formasi paling tua. Hal ini selaras bagian Timur terdapat daerah dengan nilai Vs yang
dengan pernyataan dari sukardi tahun 1992 bahwa cukup tinggi.
batuan dasar untuk surabaya merupakan formasi Berdasarkan nilai Vs30, klasifikasi tanah di
Lidah yang berumur Pliosen (pre-tertiary). Formasi surabaya masuk dalam kategori kelas C dan D
yang paling tua seharusnya berada di paling bawah beradsarkan Eurocode8. Kategori kelas C yang
lapisan sehingga akan lebih kompak dari lapisan berada pada daerah Antiklin merupakan endapan
diatasnya namun karena adanya gaya arah vertikal, sand padat atau setengah padat yang tebal, gravel
membuat lapisan tanah bergerak keatas dan atau clay padat dengan beberapa puluhan hingga
membentuk antiklin. Maka lapisan paling tua akan ratusan meter. Endapan tanah berbutir kasar kasar
berada di tengah dan lapisan paling muda akan sedang atau tanah butiran halus menengah sedang.
berada di samping sehingga saat mengalami erosi Sedangkan kategori kelas D dengan niali kurang
lapisan paling tua akan berada di puncak antiklin. <180 m/s merupakan Endapan tanah berbutir kasar
dengan konsentris jelek atau tanah berbutir halus
yang mengandung konsentris yang buruk.
Hasil pemetaan pada gambar 4 menunjukkan
bahwa pada daerah antiklin lidah terdapat daerah
yang diapit nilai tinggi, hal ini disebabkan oleh
adanya patahan (Kotak warna hitam) sehingga
daerah tersebut termasuk zona lemah
dibandingkan daerah disampingnya.
Berikut merupakan pemodelan 3D hasil inversi
kecepatan gelombang geser (Vs) per lapisan di
daerah Surabaya :

Gambar 4. Hasil Pemetaan Nilai Vs30 Di Daerah


Surabaya

Hasil distribusi kecepatan gelombang geser pada


kedalaman 0-30 m (Vs30) di 45 lokasi di Kota
Surabaya ditunjukkan oleh gambar 4. Terdapat 5
zona berdasarkan klasifikasi kecepatan gelombang
geser (Vs30), yaitu pada zona 170-200 m/s ; 200-
220 m/s ; 230-247 m/s; 270-294 m/s. Gambar 5 Penampang 3D Vs dari arah Barat ke
Hasil pemetaan pada gambar 4 menunjukkan Utara (W-N)
bahwa mayoritas daerah surabaya merupakan Gambar 5 merupakan penampang 3D hasil
daerah bertanah lunak karena mayoritas pemodelan kecepatan gelombang geser dari arah
penyusunya merupakan formasi alluvium sehingga Barat ke Utara. Sisi bagian Barat memiliki nilai Vs
lapisannya belum terkompaksi. Kearah Utara yang tinggi dariabada sisi bagian Utara. Pada
menujukkan bahwa nilai Vs semakin rendah. Hal ini kedalaman >20m nilai Vs mencapai 400-500 m/s
mengindikasikan adanya sedimentasi yang tebal dan terdapat naikan (garis merah) yang
pada daerah Utara dikarenakan daerah pesisir. menunjukkan terdapat lapisan lebih keras yang
Sedangkan pada daerah Selatan sebelah Barat dan diindikasikan sebagai antiklin lidah. Kearah Utara
daerah Barat nilai Vs tinggi dibandingkan daerah menunjukkan adanya penurunan nilai Vs yang
Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 63
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

cukup signifikan, dikarenakan daerah uatara jenis tanah yang lunak memiliki Vs yang rendah,
merupakan formasi alluvium. dimana jenis tanah ini biasanya adalah sedimen
dengan umur masih muda dan belum terkompaksi
jika gelombang seismik melewati jenis tanah ini,
gelombang tersebut akan mengalami amplifikasi
yang cukup besar. Kegunaan kategori tanah
berdasarkan kecepatan gelombang geser dapat
diilustrasikan oleh kesamaan dalam pola distribusi
kerusakan dan kecepatan. Namun, beberapa efek
lain (kualitas bangunan, resonansi frekuensi) juga
harus dipertimbangkan. Selain itu, kerusakan
Gambar 6 Penampang 3D Vs dari arah Utara ke distribusi tidak dapat diprediksi sepenuhnya
Timur (N-E) dengan hanya menggunakan Vs30. Peta kondisi
tanah terperinci berdasarkan distribusi kecepatan
Pada sisi Utara ke arah Timur penampang Vs gelombang geser (Vs30) berada dalam EC8 standar
tidak terlalu menunjukkan perbedaan, ditunjukkan dan parameter geoteknik lainnya sangat penting
oleh gambar 4.5. Nilai Vs pada kedalaman 30 m untuk tidak hanya penyelesaian daerah perkotaan
berkisar antara 100-200 m/s. tetapi juga untuk situs seleksi dan studi evaluasi
Sebaran nilai Vs pemodelan 3D menujukkan keamanan situs.
bahwa sisi bagian Barat memiliki nilai Vs yang tinggi
dariapada sisi bagian Utara. Pada kedalaman >20m SIMPULAN
nilai Vs mencapai 400-500 m/s dan mengalami Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penurunan nilai Vs yang cukup signifikan kearah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan
Utara, dikarenakan daerah uatara merupakan terkait masalah yang dikemukakan sebagai berikut:
formasi alluvium. Terdapat naikan yang ditunjukkan
pada gambar 5 yang diindikasikan sebagai antiklin 1. Hasil pemetaan Vs30 menunjukkan bahwa
lidah. Pada bagian Timur nilai Vs cukup rendah klasifikasi tanah di surabaya masuk dalam
antara 100-250 m/s sampai kedalaman 40 m. Pada kategori kelas C dan D berdasarkan Eurocode8.
sisi Selatan dari arah Timur nilai Vs rendah berkisar Sedangkan sebaran nilai Vs dan G0 yang rendah
antara 100-250 m/s sampai kedalaman 40 m, yaitu 100-200 m/s pada hasil pemodelan
namun semakin ke Barat nilai Vs semakin tinggi mengalami penebalan dari arah Barat menuju
yaitu 300 m/s pada kedalaman 30 m. Dilihat dari ke Utara dan dari arah Timur ke Selatan
model 3D, terdapat 4 lapisan di daerah Surabaya, menujukkan nilai Vs relatif sama yaitu sekitar
namun mayoritas hanya terdiri dari 3 lapisan, 100-200 m/s pada kedalaman 0-30 m.
karena lapisan pertama dengan nilai Vs <100 m/s
hanya ada di sisi Utara dan Timur dan lapisan ini 2. Nilai Vs menujukkan jenis tanah, semakin
sangat tipis pada kedalaman maksimal 5 m. rendah nilai Vs maka tanah semakin lunak.
Berdasarkan pemetaan Vs30 dan pemodelan Vs Berdasarkan hasil pemodelan ditunjukkan
menggunakan metode multichannel analysis of bahwa daerah antiklin memiliki nilai Vs yang
surface wave di Surabaya menunjukkan bahwa lebih tinggi daripada daerah alluvium khususnya
kondisi lokal merupakan daerah bertanah lunak. daerah Utara, sehingga daerah antiklin lebih
Sehingga apabila terjadi gempa bumi maka, daerah tidak berisiko daripada daerah lainnya.
ini dapat berdampak besar terutama daerah Utara
dan Timur yang memiliki nilai Vs rendah. Hal ini
selaras dengan (Rasimeng, 2016). yang menyatakan
Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 64
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

UCAPAN TERIMA KASIH E. H. Saenger, S. M. Schmalholz, M.-A. Lambert, and


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dkk, “A passive seismik survey over a gas field:
Bapak Dr. Dwa Desa Warnana dan Dr. Ir. Amien Analysis of Low-Frequency Anomalies,”
Widodo, M.Si. selaku pembimbing penelitian ini. Geophysics, vol. 74, no. 2, p. 29–40., 2009.
Ucapan terima kasih pula kepada Firman N. D. Riyantiyo, “Identifikasi Patahan Lokal
Syaifuddin, S.Si., M.T. selaku pengarah dan pihak Menggunakan Analisa Mikrotremor (Studi
yang turut membiayai penelitian ini. Tidak lupa pula Kasus: Patahan Lokal Kali Surabaya),” 2017.
kepada Ibu Anik Hilyah S.Si., M.T.dan Bapak Firman PUSGEN, Peta Sumber dan Bahaya Gempa
Syaifuddin, S.Si., M.T. selaku penguji dari penelitian Indonesia Tahun 2017. Bandung: Tim Pusat Studi
ini atas segala masukan yang menambahkan Gempa Nasional, 2017.
kebaikan untuk penelitian ini. R. Luna and H. Jadi, “Determination of dynamic soil
properties using geophysical methods,” First Int.
DAFTAR PUSTAKA Conf. Appl. Geophys. NDT Methodol. to Transp.
A. Ismet Kanli, P. Tildy, Z. Prónay, A. Pinar, and L. Facil. Infrastruct., no. December, pp. 1–15,
Hermann, “Vs30 mapping and soil classification 2000.
for seismic site effect evaluation in Dinar region, S. Bahri and Madlazim, “Pemetaan Topografi,
SW Turkey,” Geophys. J. Int., vol. 165, no. 1, pp. Geofisika Dan Geologi Kota Surabaya,” J. Penelit.
223–235, 2006. Fis. dan Apl., vol. 2, no. 2, pp. 23–28, 2012.
B. Bessason and S. Erlingsson, “Shear wave velocity S. dkk. Rasimeng, “Analisis Kecepatan Gelombang
in surface sediments.,” Jökull, vol. 61, pp. 51–64, Geser (Vs30) Menggunakan Metode Seismik
2011. Multichannel Analysis Of Surface Wave (Masw)
B. Sunardi, J. Arifin, P. Susilanto, D. Ngadmanto, B. Untuk Menentukan Resiko Bencana Gempabumi
Nurdiyanto, and S. Shahzad, “Kajian Potensi Di Kota Bandar Lampung.,” in Prosiding Seminar
Bahaya Gempabumi Daerah Sumbawa Nasional Kebencanaan Ikatan Ahli Kebencanaan
Berdasarkan Efek Tapak Lokal,” J. Meteorol. dan Indonesia Bandung., 2016.
Geofis., vol. 13, no. December, pp. 131–137, Sukardi, “Geologi Lembar Surabaya & Sapulu, Jawa.
2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,”
C. B. Park, D. R. Miller, X. J., and I. J., “Multichannel Surabaya, 1992.
Analysis Of Surface Waves (MASW)—active and Y. Nakamura, T. Sato, and M. Nishinaga, “Local Site
passive method,” 2007. Effect of Kobe Based on Microtremor,” pp. 3–8,
C. B. Park, R. D. Miller, and H. Miura, “Optimum 2000.
field parameters of an MASW survey,” Proc. Soc.
Explor. Geophys. Japan Tokyo, pp. 22–23, 2002.
C. P. Lin, C. C. Chang, and T. S. Chang, “The use of
Masw Method in the Assessmentof Soil
Liquefaction Potential,” Taiwan, 2004.
------------------------

Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 65
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 63-70. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

Halaman Sengaja Dikosongkan

Artikel diterima 3 Juli 2018, Revisi 15 Agustus 2018, Online 31 Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4il 66

Anda mungkin juga menyukai