Uji daya sebar pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang baik (Naibaho dkk., 2013). 2. Suatu salep dikatakan sudah homogen dengan melakukan uji homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan 0,1 gram salep pada permukaan gelas objek, sediaan salep dikatakan homogen apabila tidak terdapat butiran kasar pada gelas objek (Voigt, 1984). 3. Fungsi dari salep Menurut Anief, M., 2005, Manajemen Farmasi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Fungsi salep antara lain 1.sebagai bahan aktif pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit 2.Sebagai bahan pelumas pada kulit 3.Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit yang dengan larutan berair dan perangsang kulit 4. Berdasarkan ilmu resep vol.2 yg ditulis oleh Agustina saptaning R. Pemilihan dasar salep bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1. Khasiat atau tujuan pemakaian yang diinginkan 2. Sifat bahan obat yang dicampurkan 3. Ketersediaan hayati 4. Stabilitas 5. Dan ketahanan sediaan jadi. 5. Overdosis atau kelebihan dosis adalah gejala terjadinya keracunan akibat obat yang melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh. Setiap sediaan obat memiliki rentang dosis aman yang dapat dikonsumsi tubuh kita termasuk sediaan obat salep/ lotion. Kadar obat yang berlebih akan diserap tubuh melalui kulit sehingga dapat menimbulkan gejala seperti perasaan terbakar, tersengat, gatal, kemerahan, kering, mengelupas bahkan iritasi. Oleh karena itu, sesuaikan penggunaan salep sesuai anjuran dokter ya, jangan melebihi dosis yang dianjurkan. 6. Kerugian Basis Hidrokarbon yaitu : sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion. (Elmitra, 2017, Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid, Deepublish. Publisher, Yogyakarta, 155) 7. Ciri dari basis saleo hidrikarbon menurut farmakooe edisi 5 yaitu : 1. Sukar bercampur dengan air 2. Tidak dapat diabsobsi oleh kulit 3. Hanya bercampur dengan air dalam jumlah yang sedikit dengan kondisi yang sulit 4.dapat melekat pada kulit dalam waktu yang lama 5. Fungsi utamanya adalah efek emolien (melunakkan) kulit 6. Dapat mencegah penguapan air dan tidak mudah tercuci contoh : vaselin flavum,vaselin album,paraffin liquid, paraffin solida, basis salep putih (white ointment USP) terdiri dari vaseline album 95% cera alba 5% , basis salep kuning ( yellow ointment USP) terdiri dari cera flava 5% dan vaselin 95% 8. Cara pembuatan salep dengan peleburan Menurut farmasetika dasar Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada massa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat terjadi pemisahan. Balsam-balsam dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama maka akan keluar damarnya dan minyak atsiri akan menguap. 9. Contoh basis hidrokarbon Manurut Elmitra. 2017. Buku Dasar-dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. (Bab X, Krim, Hal. 116 – 136) Contoh basis hidrokarbon yaitu : vaselin kuning, vaselin putih, paraffin, minyak mineral, salep kuning, dan salep putih 10. Salep, mengandung basis lemak. Kerusakan salep yang utama adalah timbulnya bau tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Autooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida (F.G Winarno, 2004)