Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman diskusi presentasi kelompok 7 ( Sediaan Cream )

Oleh : Puji Santoso ( 1913206037)

1. Suhu yang tepat untuk mengukur PH,dan langkah pengukuran PH pada sediaan krim
Pengukuran dilakukan pada suhu ±250° C, kecuali dinyatakan lain dalam masing masing
monografi (Ditjen POM, 1995 ). Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan alat bernama pH
meter. Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka krim harus
dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu
.Cara nya dengan Mencampur krim dan air dengan perbandingan 60g : 200 ml air, kemudian
diaduk hingga homogen dan dibiarkan agar mengendap. Setelah itu, pH airnya diukur dengan pH
meter. Nilai pH akan tertera pada layar pH meter (Widodo, 2003).
2. Penyebab stabilitas krim akan rusak?
Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan
komposisi, misalnya adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan. Pengenceran krim
hanya dapat dilakukan jika sesuai dengan pengenceran yang cocok yang harus dilakukan dengan
teknik aseptis (Syamsuni, 2005)
3. Tujuan dari dilakukannya uji daya lekat pada sediaan krim
Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim untuk melekat pada permukaan
kulit. Kemampuan daya lekat merupakan salah satu syarat krim dapat diaplikasikan pada kulit.
Daya lekat semakin besar maka waktu kontak antara krim dan kulit semakin lama, sehingga
absorbsi obat melalui kulit semakin besar.
4. Pengawet bekerja untuk mengawetkan, berbahaya atau tidak?
Berbahaya atau tidaknya tergantung formula pengawet dan takarannya. Salah satu contoh
pengawet berbahaya yang sering dipakai adalah : a. Gliserin Gliserin yang berasal dari hewan
atau sintetis dapat menyebabkan berbagai macam efek samping seperti iritasi. B. Formaldehida
5. Penyimpanan dan kelayakan krim
Penyimpanan krim yang baik, sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup disimpan dalam tabung
dan disimpan di tempat yang sejuk.
Kriteria krim yang tidak layak dipakai, yaitu:
a. Dalam formulasi mengandung bahan heralkohol
b. Tidak mencantumkan penyusun krim pemutih di dalam kemasan
c. Tidak mencantumkan label "dematology tested"
d. Tidak ada tanggal kadaluarsa
6. Basis krim merupakan bagian terbesar dari bentuk sediaan krim. Umumnya basis bertendensi
memperlambat absorpsi obat menembus epidermis dan permukaan mukosa selain itu, basis
krim juga berfungsi sebagai pembawa zat berkhasiat
7. Alasan pembuatan sediaan krim
Alasan pembuatan sediaan krim untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut jaringan dari
preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena emulsi yang dipakai pada kulit sebagai
obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a (minyak dalam air) atau emulsi a/m (air dalam minyak),
tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam
emulsi.
Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada fase luar yang
mengalami kontak langsung dengan kulit. Hal tersebut dapat menyebabkan kelarutan dalam air
dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat yang diemulsikan menentukan
banyaknya pelarut yang harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan.
8. Kelebihan dari basis absorbsi?
yaitu:
1. Berperan sebagai emolien meski daya penutupan terhadap kulit tidak seperti pada basis
berlemak
2. Basis ini dapat digunakan untuk mencampurkan larutan berair dan berlemak
3. Dibentuk dari kombinasi hidrokarbon dengan senyawa yang bersifat hidrofil (misal senyawa
yang mempunyai gugus polar, seperti sulfat, karboksil, hidroksil, sterol, sorbitan monostearat)
(Purnama, 2016)
9. Yang menjadi persyaratan sediaan krim sebagai obat luar adalah
1. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
2. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan
menjadi lunak serta homogen.
3. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau
cair pada penggunaan. (Widodo, 2013).
10. Cara untuk dapat mengetahui kehomogenitasan krim pada saat uji homogenitas
Bahwa uji homogenitas ini bisa kita lakukan dengan cara krim/salep dioleskan pada sekeping
kaca lalu diamati. Apabila warna merata dan tidak terdapat butir-butir halus pada sediaan
krim/salep dikatakan homogen (Hernani et al., 2012).
11. Persyaratan mutu sediaan krim
Sediaan krim yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan
USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Depkes RI.
Persyaratan mutu:
a. Aman
Aman artinya sediaan yang dibuat harus aman secara fisiologis maupun psikologis dan dapat
meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang belum
diformulasi. Bahan sediaan farmasi merupakan senyawa kimia yang mempunyai karakteristik
fisikokimia yang berhubungan dengan efek farmakologis.
b. Efektif
Efektif dapat diartikan sebagai sejumlah kecil obat yang diberikan pada pasien mampu
memberikan efek yang maksimal dan optimal. Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai,
sehari, dan selama pengobatan (kurun waktu) harus mampu untuk mencapai reseptor dan
menimbulkan respons farmakologis.
c. Stabil
Stabilitas fisika
Sifat sifat fisika seperti organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan viskositas tidak berubah.
(USP XII, p.1703)
Stabilitas kimia
Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan bentuk sediaan
(USP XII, p.1703). Sediaan dibuat pada pH 3 6 diharapkan tidak mengalami perubahan
potensi.
Stabilitas mikrobiologi
Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama waktu edar. Jika mengandung
pengawet, harus tetap efektif selama waktu edar. Mikroorganisme yang tidak boleh
ditemukan pada sediaan: Salmonella sp., E. coli, Enterobacter sp., P. aeruginosa, Clostridium
sp., Candida albicans (Lachman, p.468).
Stabilitas toksikologi
Pada penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas (USP XII, p.1703)
Stabilitas farmakologis
Selama penyimpanan dan pemakaian, efek terapetiknya harus tetap sama (USP XII p.1703).
12. Kestabilan dari krim
krim dikatakan stabil apabila bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan
kelembaban yang ada dalam kamar.
Kestabilan krim akan rusak bila terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan karena
perubahan suhu dan perubahan komposisi, disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim, jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain (Anonim, 1979).
13. Tujuan dibuat sediaan krim
Alasan pembuatan sediaan krim adalah untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut
jaringan yang mengandung bahan obat dan bukan obat, serta mendapatkan suatu sediaan yang
mengandung lebih dari 1 bahan aktif yang larut dalam air, yang berguna untuk mengobati/
merawat keadaan permukaan kulit.
Sumber : BIOFAR.ID

==============================Alhamdulillaah====================================

Anda mungkin juga menyukai