Anda di halaman 1dari 18

3.

Perencanaan Manajemen
Energi

3.1 Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu:

a) menjelaskan hakikat perencanaan program manajemen energi


b) menjelaskan tahapan permulaan dalam program manajemen
energi
c) menjelaskan tahapan audit dan analisis program manajemen
energi
d) menjelaskan tahapan implementasi program manajemen energi

3.2 Perencanaan Program

Inisiatif untuk memulai program dapat berasal dari mana saja.


Salah satu contoh hal itu dapat berasal dari pejabat manajemen puncak
(CEO - Chief Executive Officer) yang bertanggungjawab terhadap
informasi dari pemasok energi untuk perusahaan bahwa perusahaan
kemungkinan mengalami pemangkasan pasokan. Contoh lain yaitu
kenaikan biaya energi dapat menciptakan insentif finansial untuk
memulai program.

37
Tabel 3-1 Langkah Perencanaan untuk Menyusun Program
A. Tahap Inisiasi
1. Komitmen manajemen terhadap program manajemen energi
2. Penunjukan kordinator manajemen energi
3. Membentuk komite manajemen energi dari perwakilan departemen &
bagian utama pabrik/mesin

B. Tahap Audit & Analisis


1. Tinjauan historis pola pemakaian energi dan bahan bakar
2. Surve sepintas (walk-through) bangunan fasilitas
3. Analisis awal, tinjauan gambar, lembar data, spesifikasi peralatan
4. Menyusun rencana audit energi
5. Melakukan audit energi bangunan, meliputi: (a) proses dan (b) peralatan
& fasilitas
6. Menghitung pemakaian energi tahunan berdasarkan hasil audit

7. Membandingkan dgn catatan historis


8. Tahap analisis & simulasi utk opsi manajemen energi (perhitungan teknis,
neraca kalor & massa, perhitungan teroritis efisiensi, analisis & simulasi
komputer)
9. Analisis ekonomis terhadap opsi manajemen energi (biaya siklus-hidup,
tingkat pengembalian, rasio manfaat-biaya)

C. Tahap Implementasi
1. Menetapkan tujuan efektivitas energi bagi organisasi & bagian
pabrik/mesin
2. Menentukan kebutuhan investasi modal & prioritasnya
3. Menyusun pengukuran & prosedur laporan. Memasang peralatan
pemantau & perekam yg dibutuhkan
4. Membakukan prosedur pelaporan rutin bagi manajer & memublikasikan
(Gambar perjalanan energi)
5. Membina kesadaran berkelanjutan & keterlibatan personil
6. Memberikan tinjauan & evaluasi periodik seluruh program manajemen
energi

38
Suatu perhimpunan pada sekelompok rumah sakit sangat
mengenali bahwa program manajemen energi dapat mengurangi biaya
operasional. Barangkali lebih penting bahwa program seperti tersebut
layak bagi rumah sakit untuk mengendalikan biaya sehingga
mempunyai implikasi politis, sekalipun biaya energi merupakan
sebagian kecil dari total biaya operasional. Kemungkinan awal
program berasal dari bagian perawatan atau produksi, bila karyawan
lapangan memedulikan peluang penghematan energi.

Suatu program barangkali sudah saatnya tepat untuk dimulai,


tanpa mempersoalkan inisiatif itu berasal dari manajemen puncak atau
didorong naik dari ujung operasi perusahaan. Program yang telah
terencana dengan layak berdasarkan kriteria teknis dan ekonomis patut
dilaksanakan tanpa terkendala faktor awal gagasan.

3.3 Tahap Inisiasi

Ketika keputusan telah ditetapkan untuk memulai program,


manajer energi harus menempuh langkah-langkah untuk menjamin
penerimaan dan keberhasilan. Langkah pertama bergantung ukuran dan
kerumitan perusahaan, mungkin menyusun komite manajemen energi
dengan utusan dari setiap bagian atau departemen pengguna energi.
Utusan dari bagian pembukuan merupakan tambahan yang baik.
Selanjutnya manajer energi perlu menjelaskan kepada para kepala

39
bagian atau penyelia di lapangan tentang kebutuhan program baik dari
segi pasokan maupun segi ekonomis. Berikutnya giliran komite
mengambil langkah untuk memberitahukan karyawan produksi tentang
kebutuhan program dengan penekanan pada upaya mengurangi
pemborosan daripada sekadar “mematikan lampu”.

Presiden Direktur
Moch. Johansyah

Pengawas Kordinator
Tulus Budiman Haris Pasaribu

Divisi Plastik Divisi Elektronik Divisi Logam Teknik & Pembangkit Listrik

Manajer: Manajer: Manajer: Pengawas: Pengawas:


Lukas Very Candra Markam Widodo Karto Adi Sasmito Yanuar Darmojo Karyo Edi Sumarah

Komite Manajemen Energi


Ketua: Haris Pasaribu
Anggota: Tulus Budiman
Lukas Very Candra
Markam Widodo
Karto Adi Sasmito
Yanuar Darmojo
Karyo Edi Sumarah

Gambar 3-1 Gambar Organisasi Manajemen Energi

Sebagi contoh gambar-3.1 memperlihatkan Gambar organisasi


manajemen energi suatu industri dengan tiga divisi tama. Pemimpin

40
membentuk komite manajemen energi yang terdiri dari kordinator
manajemen energi yang ditunjuknya dan perwakilan dari setiap divisi
perusahaan, bagian teknik dan perawatan pabrik, serta pusat
pembangkit tenaga.

Tujuan komite seperti itu untuk mengordinasikan perencanaan,


memberikan gagasan dan pandangan baru, serta menjamin setiap
tindakan pada satu bagian pabrik tidak berdampak pada bagian lain.

Pendekatan sama dapat diterapkan untuk suatu kota. Misalnya,


ketika terjadi embargo minyak, suatu kota mengalami keterbatasan
bahan bakar minyak dan terpaksa melakukan program pemangkasan
listrik di sektor rumah tangga, sektor komersial, sektor industri. Ketika
kota dihadapkan pada masalah demikian, wali kota membuat komite
konservasi antardepartemen (gambar-3.2). Komite bertemu secara
berkala mengkaji dan mengusulkan peraturan dan undang-undang
baru, mengenalkan sistem pelaporan energi kepada berbagai
departemen di kota, mendorong audit energi pada gedung publik, serta
mendukung konsep-konsep manajemen energi lainnya

41
Wali Kota
Totok Binawanto

Manajer Energi Kota


Muslim Baramuli

Utusan Departemen Kota Anggota Publik


Dinas Gedung Umum Caraka Bagus Suwito
Dinas Keamanan Bangunan
Dinas Pemadam Kebakaran
Dinas Kepolisian
Dinas Kebersihan Kota
Dinas Perawatan Jalan dan Lampu
Dinas Perpustakaan Daerah
Dinas Taman dan Parkir
Dinas Bandar Udara
Dinas Pelabuhan
Dinas Air Minum
Dinas Kebudayaan

Gambar 3-2 Komite Konservasi Energi Antar-departemen

3.4 Tahap Audit dan Analisis

Setelah tahap inisiasi selesai, tahap berikutnya melibatkan


penentuan dimana dan bagaimana energi digunakan. Hal ini
memerlukan langkah-langkah berikut:

1) Tinjauan historis penggunaan energi


2) Audit energi
3) Analisis teknis
4) Analisis ekonomis

42
Pertama kali ditinjau dulu metoda dan tujuan analisis historis
penggunaan energi. Surve historis dapat dikumpulkan dari rekening
PLN, rekaman pabrik, statistik produksi, atau sumber data lain yang
tersedia. Tujuannya yaitu untuk memahami kecenderungan
penggunaan energi jangka pendek dan jangka panjang; berapa basis
acuan penggunaan energi untuk program manajemen energi
diharapkan akan memodifikasinya. Seperti apakah pola penggunaan
energi di masa lalu dan seberapa jauh hal itu bermakna untuk program
manajemen energi.

Pandangan terhadap jenis kecenderungan berikut akan berguna


bagi manajer energi:

a) Apakah riwayat penggunaan energi bertambah atau berkurang?


(Tinjaulah lima tahun terakhir)
b) Apakah ada variasi musim dalam penggunaan energi? (Puncak
musim kemarau atau hujan)
c) Seberapa lengkapkah basis data yang ada? (Penggunaan energi
pada seluruh pabrik, pada setiap divisi, dst)
d) Seperti apakah kecenderungan biaya energi pada masa lalu?
(Inflasi tahunan sepuluh persen ataukah berapa)
e) Apakah ada variasi temporer penggunaan energi? (pada jam-
kerja dan diluar jam-kerja; akhir pekan dan hari kerja; dst)

43
Energi 1 fasa
(kWh x 103)
600

400

200

0
Jan
Feb

Jun

Sep
Mrt

Mei

Jul
Agt

Okt
Apr

Des
Nov
(a) Penggunaan listrik satu fasa di industri

Energi 3 fasa
(kWh x 103)
600

400

200
M…

N…

0
Feb

Sep
Mrt

Jul
Agt

Okt
Apr

Des
Jan

Jun

(b) Penggunaan listrik tiga fasa di industri


Gas Alam
60
(Therms x103)
50
40
30
20
10
0
Mrt

Agt

Okt
Apr
Feb

Jun

Sep

Nov
Des
Mei

Jul
Jan

(c) Penggunaan gas alam di industri


Gambar 3-3 Histori Penggunaan Energi pada Industri

44
Suatu contoh memberikan gambaran sebagian pokok tersebut.
Gambar-3.3 menyajikan riwayat penggunaan energi pada pabrik kecil.
Tampak ada puncak listrik musim kemarau dan puncak gas musim
hujan. Orang mungkin bertanya “Apakah hal itu bertalian dengan
penggunaan energi untuk proses ataukah untuk pengondisi udara?”
Puncak musim kemarau dapat disebabkan keluaran pabrik lebih besar
atau jam kerja lebih lama. Atau mungkin itu disebabkan penggunaan
pengondisi udara. Ini mencerminkan wilayah untuk penyelidikan lebih
lanjut.

Biasanya sangat berguna menyimak hubungan riwayat


penggunaan energi terhadap kondisi cuaca dan terhadap ukuran
produktivitas. Jenis konstruksi bangunan tertentu pada musim tertentu
cenderung mengikuti temperatur sekitarnya. Jika demikian, energi
untuk pengondisi udara ruangan bertalian dengan jumlah hari suhu
pendinginan dan pemanasan.

Jika analisis tersebut tepat, perbandingan penggunaan energi


dengan data cuaca untuk lima tahun terakhir dapat memberikan
gambaran komponen penggunaan energi pengondisi ruangan.
Seringkali berguna membuat hubungan riwayat penggunaan energi
terhadap ukuran produktivitas. Hal ini tidak saja memberikan
informasi berguna bagi penilaian kerja pabrik atau proses tertentu,
namun juga dapat memberikan data pembanding antara dua pabrik atau
lebih. Kecuali keduanya terletak pada lokasi yang mempunyai iklim

45
sama, perlu hati-hati membandingkan tanpa mempertimbangkan
dampak cuaca pada penggunaan energi.

Indeks energi dapat dijumpai pada berbagai urusan. Indeks


tipikal yaitu kandungan energi (MJ/kg) untuk logam, kimiawi, semen,
atau konsumsi energi (per-penumpang atau per ton-kilometer) untuk
sistem transportasi. Indeks lain untuk memenuhi kebutuhan khusus;
misal di restoran, penggunaan energi per-sajian menu; di hotel,
penggunaan energi per-hari-tamu; di rumah sakit, penggunaan energi
tahunan per-hari pasien atau per-tempat tidur pasien.

Kadangkala indeks energi tidak tampak kecenderungannya


langsung pada data historis. Gambar-3.4 menyajikan total penggunaan
energi dan penggunaan energi per-karyawan untuk fasilitas penelitian
besar milik pemerintah. Garis putus-putus memperlihatkan total
penggunaan yang berkurang sedikit sampai tahun 2007 kemudian
bertambah pada 2008. Garis utuh memperlihatkan penggunaan energi
per-karyawan. Cukup menarik bahwa selama perioda lima tahun yang
diperlihatkan, jumlah program penelitian yang dilakukan pada fasilitas
tersebut berkembang signifikan, sehingga karyawan bertambah. Jika
dampak kegiatan program yang bertambah, keuntungan program
manajemen energi lebih menarik.

Selain mengungkapkan pola dan kecenderungan tertentu


penggunaan energi, kajian historis memberikan landasan
pembandingan terhadap audit energi dan pekerjaan berikutnya.
Sebenarnya kajian historis itu sendiri tidaklah memberikan cukup
informasi untuk merumuskan program manajemen energi yang efektif.

46
Beberapa fasilitas perlu instrumen pengukuran untuk memberikan
rincian penjabaran penggunaan energi di seluruh pabrik.

800

700

600

500

400

300
2003 2004 2005 2006 2007 2008
10xGBTU/thn MBTU/orang-thn

Gambar 3-4 Penggunaan Energi per-Kapita

Informasi rinci pada audit energi diperoleh untuk setiap


peralatan, sistem pencahayaaan, sistem pemanasan, ventilasi dan
pendinginan, dan proses. Ini dapat dilakukan berdasarkan proses demi
proses atau berdasarkan gedung atau fasilitas. Hasil audit dapat
digunakan untuk menandai wilayah utama penggunaan energi dan
merumuskan program manajemen energi. Selama audit, penggunaan
peralatan dan beban tertentu (jam per-hari, per-minggu, per-bulan)
diukur atau ditaksirkan. Dengan menggabungkan semua beban, total
penggunaan energi bulanan dapat dihitung dan dibandingkan dengan
catatan historis. Persetujuan tidaklah harus sempurna, namun
perbedaan-perbedaan utama haruslah diselidiki untuk menentukan
sumber dan memastikan bahwa hal-hal utama tidak terlewatkan atau

47
penggunaan ditaksirkan berlebbihan. Pilihan untuk penggunaan energi
lebih efisien ditandai selama audit, dan diselidiki lebih lanjut selama
tahap analisis dan teknis.

Analisis teknis dan ekonomis dilakukan untuk setiap “peluang


manajemen energi” (EMO – Energy Management Opportunities) dan
satu yang menjanjikan dipilihn untuk diterapkan. Prioritas dapat
disusun, berdasarkan harapan tingkat keuntungan ekonomis,
ketersediaan dan keterbatasan bahan bakar, kebutuhan produksi.

Langkah terakhir pada program yaitu menetapkan tujuan


pemakaian energi dan prosedur pelaporan untuk kegiatan lanjutan. Ini
memungkinkan tinjauan keberhasilan proyek yang telah dilaksanakan
dan juga memberikan landasan bagi evaluasi ulang semua proyek
lama, sebagian mungkin cocok jika harga energi naik.

3.5 Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan aspek paling kritis dari


keseluruhan program, karena ini merupakan tujuan utama setiap upaya
manajemen energi. Hal yang diinginkan yaitu perusahaan sekarang
melakukan tindakan-tindakan yang telah diidentifikasikan oleh
manajer energi.

Satu persyaratan tahap implementasi yaitu perusahaan


disiapkan melakukan investasi yang perlu untuk memulai penghematan
energi. Sangat berguna mengelompokkan peluang manajemen energi
yang dikenali menjadi tiga kelompok:

48
1) Pilihan operasi dan perawatan
2) Pilihan penyehatan kembali dan modifikasi
3) Pilihan desain baru atau konstruksi utama

Ini dapat dipandang sebagai tuntutan untuk meningkatkan skala


investasi modal, mulai dari nol sampai minimal untuk perubahan
pemeliharaan, lebih banyak untuk pilihan yang memerlukan konstruksi
baru.

Salah satu pendekatan efektif bagi manajer energi untuk


berurusan dengan manajemen puncak yang peduli investasi yaitu
menyarankan bahwa peluang manajemen energi yang lebih dulu
dilakukan yaitu operasi dan perawatan. Ini biasanya tidak memerlukan
investasi modal; kebutuhan sumber secara terbatas dapat dialihkan dari
dana operasional dengan suatu cara yang demikian. Langkah
berikutnya yaitu mengupayakan manajemen menyetujui adanya
penghematan yang dihasilkan dari langkah pertama penerapan.
Penghematan ini kemudian dapat menjadi titik awal untuk menerapkan
langkah lanjutannya dalam perencanaan.

Biasanya pendekatan itu tidaklah perlu. Bila kemungkinan


untuk menghemat uang dan energi sepenuhnya dipahami, perubahan
seperlunya dilakukan. Memang kriteria untuk menentukan investasi
yang cocok sangatlah beragam.

Bagi industri yang terbatas akses modal investasinya, mungkin


mencari periode balik modal selama setahun atau kurang. Perusahaan

49
lebih besar dengan akses modal mungkin nyaman dengan periode dua
atau tiga tahun. Dinas pemerintah tertentu barangkali menganggap
layak periode tiga sampai sepuluh tahun. Manajer energi perlu
menyusun kriteria yang dapat diterima oleh manajemennya di awal
proses.

Beberapa langkah lain penting pada tahap implementasi. Secara


ringkas dapat disebutkan sbb:

a) Menyusun tujuan efektivitas energi untuk berbagai departemen,


bagian, atau perseorangan
b) Menetapkan prosedur pelaporan
c) Mendorong kesadaran dan keterlibatan karyawan berkelanjutan
d) Memberikan evaluasi dan tinjauan berkala seluruh program
manajemen energi

Pokok-pokok tersebut sudah tak asing lagi dan tak perlu


diperjelas lebih lanjut. Dua hal pertama mencerminkan konsep
manajemen pokok dan setiap orang hanya bekerja efektif jika,

(1) mereka mengetahui hal-hal yang mereka dukung untuk


dilakukan,
(2) mereka menerima umpan balik yang menyatakan seberapa
baik telah melakukannya.

Misal pada gambar-3.5 diperlihatkan manajer energi sebuah


toko serba ada yang besar melacak penggunaan energi pada toko yang
diawasinya. Ia memberikan setiap manajer toko dengan tujuan, yang
dinyatakan dalam watt listrik per-satuan luas ruang penjualannya. Ia

50
melaporkan balik kepada para manajer penggunaan untuk tahun
basisnya (2003), penggunaan aktual selama dua tahun terakhir,
penggunaan tahun yang sedang berjalan. Semua itu dilukiskan pada
sasaran bulanan yang diatur untuk mencerminkan variasi musim.
Tabel-3.2 melaporkan biaya dan kWh bulanan serta tahun-yang
bertalian.

Pelacakan Energi pada Toserba

500

450

400
Watt/m2

350

300

250

200
Mrt

Mei

Jul
Apr

Des
Jan

Feb

Jun

Sep

Nov
Agt

Okt

2003 2005 2006 2007 Target

Gambar 3-5 Pelacakan Energi pada Toserba Besar

51
Tabel 3-2 Pelacakan Energi pada Toserba Besar
Bln Indikator Target Capaian
Bln 9,000 11,000
kWh
Thn 9,000 11,000
Jan
Bln 8,100,000 9,900,000
Rp
Thn 8,100,000 9,900,000
Bln
kWh
Thn
Feb
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Mar
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Apr
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Mei
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Jun
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Jul
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Agu
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Sep
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Okt
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Nov
Bln
Rp
Thn
Bln
kWh
Thn
Des
Bln
Rp
Thn

52
Pokok ketiga perlu ditekankan karena sangat bergantung
manusianya yang percaya pada keajaiban teknis yang dianggapnya
dapat menghemat semua energi dan uang. Pengalaman menunjukkan
bahwa peralatan lebih efisien dan perbaikan proses hanyalah setengah
dari perjuangan. Unsur manusianya sangat penting, dan seringkali
dilewatkan begitu saja. Sesunguhnya sedikit perbedaan seberapa
efisien peralatan dan mesin jika karyawan operasional,

(1) tidak memahami perlunya efisiensi,


(2) tidak memercayai perlunya efisiensi,
(3) tidak mengetahui cara mengoperasikan peralatan baru yang
diperbaiki.

Pada akhirnya program harus berhasil. Hal itu harus ditinjau secara
berkala untuk menentukan kekuatan dan kelemahannya. Hal itu juga perlu
luwes, sanggup menyesuaikan kondisi ekonomis yang berubah (inflasi energi
dan bahan bakar) dan kebutuhan program yang berubah (tambahan gedung
baru, gedung lama dirobohkan).

Sejalan perkembangan waktu, hal-hal mudah telah dilakukan,


kemudian mencari penghematan-penghematan baru yang utama. Program
selanjutnya dialihkan ke serangkaian fokus pencarian operasi yang efektif
biaya. Tampakanya harga energi akan naik selama beberapa dasa warsa yang
memberikan tantangan berkelanjutan bagi manajer energi yang profesional.

53
3.6 Rangkuman

Suatu program manajemen energi yang efektif harus diawali


dengan adanya komitmen pihak manajemen. Langkah selanjutnya
yaitu memperkembangkan suatu rencana untuk tindakan-tindakan
berikutnya. Kajian historis pola penggunaan energi memberikan
landasan untuk audit energi serta studi dan analisis teknis lebih lanjut.
Kriteria ekonomis yang cocok harus ditetapkan pada awal program
guna mengevaluasi kemungkinan proyek manajemen energi. Program
pelatihan, kesadaran karyawan, dan informasi merupakan hal penting.
Keberhasilan setiap program banyak bergantung pada motivasi
manusia dan juga teknologi yang digunakan.

3.7 Evaluasi

1) Jelaskan hal-hal apa saja yang mendorong perencanaan program


manajemen energi!
2) Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap inisiasi program
manajemen energi!
3) Jelaskah langkah-langkah yang diperlukan pada tahap audit dan
analisis program manajemen energi!
4) Jelaskah hal-hal yang perlu dilakukan untuk implementasi program
manajemen energi!

54

Anda mungkin juga menyukai