Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irvan Sudirman

NPM : 170410180044

1. Perubahan sosial adalah pergerakan suatu kondisi masyarakat menuju arah yang lebih baik
ataupun arah kurang baik, tergantung pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat saat itu.
2. Berikan penjelasan perubahan sosial dari ketiganya
- Marx berpendapat bahwa perubahan sosial tercipta akibat adanya pertentangan antar
kelas atau konflik. Dalam contoh yang diberikan dalam bukunya “Das Capital”, Marx
melihat konflik antara 2 kelas sosial, yaitu kaum borjuis dan kaum proletar. Dimana
kaum borjuis adalah orang yang kaya dan punya uang sedangkan kaum proletar adalah
para buruh, baik buruh pabrik, buruh, bangunan, buruh kantoran, juga buruh lainnya.
- Pendekatan Weber terhadap perubahan sosial akan lebih jelas kita lihat dalam
uraiannya, mengenai lahirnya kapitalisme, seperti yang ditulis dalam bukunya yang
terkenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Inti uraian Weber mengenai
kapitalisme ialah adanya suatu orientasi pemikiran rasional di kalangan masyarakat
terhadap keuntungan-keuntungan ekonomis. Menurut Weber, suatu masyarakat dapat
disebut masyarakat kapitalis apabila warga masyarakatnya secara sadar bercita-cita
untuk mendapatkan keuntungan atau kekayaan, dan hal ini dianggap sebagai sesuatu
yang bersifat etis. Artinya masyarakat memberikan legitimasi atau pengakuan bahwa
hal itu sifatnya etis dan baik, sehingga menjadi nilai yang Legitimated atau disepakati
sebagai faktor pengikat integrasi kehidupan masyarakat mereka.
- Menurut Durkheim setiap masyarakat diikat oleh suatu nilai kebersamaan, yang
kemudian dikenal dengan konsep solidaritas. Dalam masyarakat yang tahap
perkembangannya masih sederhana, ikatan solidaritas dalam masyarakat masih di
dominasi oleh faktor-faktor emosional yaitu rasa kekeluargaan yang sangat tinggi
antara sesama warga masyarakat. Oleh karena itu warga masyarakat yang bersangkutan
mempunyai pandangan hidup yang sama. Mereka diikat oleh suatu jiwa atau hati nurani
kolektivitas masyarakat termasuk aktivitas perekonomiannya yang belum mengenal
pengkhususan atau spesialisasi. Masalah-masalah yang timbul di antara mereka secara
otomatis atau mekanistis akan dirasakan sebagai masalah bersama, yang juga dihadapi
atau dipecahkan bersama-sama secara gotong royong. Pembagian kerja yang terjadi
hanya dirasakan pada perbedaan usia dan jenis kelamin. Warga masyarakat yang lebih
tua diposisikan sebagai pemimpin atau paling tidak sebagai penasihat yang bijaksana,
sedangkan wanita diharapkan berkonsentrasi dalam urusan rumah tangga.
- Menurut Durkheim, fakta sosial adalah semua cara bertindak, berpikir, dan merasa
yang ada diluar individu, bersifat memaksa, dan umum.
- Tindakan sosial yakni tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subjektif
bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain.
- Tindakan sosial yang bersifat rasional adalah tindakan sosial yang sumbernya datang
dari hasil pemikiran logis
- Dalam analisisnya tentang kesadaran kolektif, Durkheim mengonsepnya dalam empat
variabel, yakni volume, intensitas, determinasi, dan religiusitas versus konten sekular.
Volume menunjuk pada derajat nilai-nilai, kepercayaan, dan aturan tentang kesadaran
kolektif yang dibagikan oleh anggota masyarakat. Intensitas mengindikasikan
perluasan ke kesadaran kolektif yang memiliki kekuatan untuk membimbing tindakan
dan pikiran seseorang. Determinasi menunjuk pada derajat kejelasan komponen dalam
kesadaran kolektif. Konten berkaitan dengan perbandingan agama dan simbolisme
sekular. (Turner, 1981).Masyarakat yang memiliki volume, intensitas, dan determinasi
yang tinggi serta rasio konten agama yang tinggi (menekankan komitmen dan
kecocokan untuk mendiktekan kekuatan sakral), ia golongkan sebagai masyarakat
dengan solidaritas mekanik (mechanical solidarity). Sementara masyarakat dengan
volume, intensitas, dan determinasi yang rendah serta rasio secular yang lebih tinggi
karena lebih menekankan individualitas, ia golongkan sebagai masyarakat dengan
solidaritas organik (organic solidarity).

3. Di desa saya, permasalahan muncul ketika teratak (atap atau tenda besar yang biasa
digunakan untuk acara pernikahan atau pun kematian seseorang) sudah rusak akibat
termakan usia. Selain itu, organisasi kepemudaan tidak memiliki cukup dana untuk
membeli teratak yang baru. Kemudian kami---organisasi kepemudaan---melakukan rapat
atau pertemuan besar dari seluruh pemuda di desa untuk mendiskusikan langkah-langkah
yang akan kami terapkan untuk menghimpun dana. Kami bersepakat untuk mengadakan
ronda dan jimpitan (kegiatan mengambil barang berupa uang recehan yang dimasukkan di
dalam sebuah wadah kecil pada setiap rumah). Lalu ada juga kesepakatan tentang sanksi
bagi seseorang yang tidak melaksanakan tugas atau perannya dengan baik. Dalam hal ini,
persoalan yang ada di desa saya berasal dari ketidaksediaan uang kas yang cukup untuk
membeli teratak desa. Sebagaimana adaptation atau institusi ekonomi menggambarkan
sistem dalam kehidupan bermasyarakat sangat bergantung pada fenomena-fenomena
konkret yang sedang terjadi dalam lingkungannya (Kevin Nobel, 2020: 89). Permasalahan
yang konkret (ekonomi) ini akan berdampak pada persoalan yang lainnya. Kemudian,
pemuda desa mengadakan sebuah pertemuan besar untuk mendiskusikan langkah-langkah
yang tepat untuk menghimpun dana sekaligus sebagai kegiatan sosial rutin yang ada di
desa. Pertemuan ini mencerminkan goal-attainment atau sistem politik untuk
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan-tujuan masyarakat dan
memobilisasi para aktor dan sumber-sumber daya menuju tujuan itu (Ritzer & Stepnisky,
2019: 276). Dengan kata lain, pertemuan yang diadakan oleh seluruh pemuda di desa ini
adalah suatu wujud solusi bagi persoalan di desa melalui konsensus yang dibentuk dari
serangkaian diskusi dalam mengarahkan perkembangan masyarakat sekaligus berupaya
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Meski begitu, rencana yang disepakati oleh pemuda desa
tidak akan bertahan lama tanpa adanya unsur legalitas atau hukum---integration. Parsons
menjelaskan bagaimana hukum (integration) berfungsi untuk membuat sebuah ikatan yang
lebih kuat dalam mengatur pola perilaku bermasyarakat (Kevin Nobel, 2020: 90).
Sebagaimana dalam konsep "sanksi" berdasarkan kesepakatan para pemuda berfungsi
sebagai unsur yang memberikan ikatan dan memperkuat konsensus yang telah disepakati
bersama agar bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Tanpa adanya sanksi ini,
kegiatan jimpitan sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama tidak akan bertahan lama.
Selain itu, fungsi dari legalitas hukum ini berfungsi sebagai upaya untuk melestarikan
sistem sosial dan memaksa para aktor untuk bersikap konformis terhadap hukum-hukum
tersebut. Kemudian, agar sistem ini tetap berjalan sebagaimana mestinya, maka para aktor
atau pemuda desa menginternalisasi nilai dan norma serta budaya yang ditularkan melalui
proses sosialisasi. Kegiatan sosial berupa jimpitan dan ronda malam tentu akan semakin
memperkuat ikatan sosial di antara para anggotanya sekaligus menghidupkan nilai-nilai
budaya yang dulu sempat terhenti. Inilah fungsi dari latency (budaya). Dalam Teori
Sosiologi (Ritzer & Stepnisky, 2019: 276), disebutkan bahwa "sistem kepercayaan
menangani fungsi latensi dengan menularkan kebudayaan (norma-norma dan nilai-nilai)
kepada para aktor dan memungkinkan mereka menginternalisasinya". Hal inilah yang
mendorong para pemuda untuk memberikan makna dan motivasi bagi tindakan sosialnya.
4. Teori Comte, menyatakan seakan-akan manusia positivis adalah tahap perkembangan
terakhir dari manusia, padahal tidak. Pemikiran Teologis, Metafisik, dan Positivis bisa
hadir di dalam diri manusia secara bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai