Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah,
cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap
dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.

Jenis-jenis Hikayat
Adapun jenis-jenis hikayat ini terdiri atas 3 jenis, diantaranya jenis hikayat berdasarkan isinya berdasarkan
asalnya dan berdasarkan nilai historis. Penjelasan ringkasnya seperti berikut ini.

Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, hikayat dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Rekaaan, misalnya Hikayat Malim Dewa.


2. Jenis Sejarah, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai dan lain sebagainya.
3. Jenis Biografi, misalnya Hikayat Abdullah, Hikayat Sultan Ibrahim bin Adam dan lain sebagainya.
Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, hikayat dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh Melayu Asli, misalnya Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Si Miskin dan lain sebagainya.
2. Pengaruh Jawa, misalnya Hikayat Indera Jaya dan Hikayat Panji Semirang.
3. Pengaruh Hindia, misalnya Hikayat Sri Rama dan Hikayat Sang Boma
4. Pengaruh Arab-Persia, misalnya Hikayat Seribu Satu Malam dan lain sebagainya.

Berdasarkan Nilai Historis


Berdasarkan nilai historis, hikayat dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Hikayat berunsur Hindu, misalnya Hikayat Mahabharata dan Hikayat Sri Rama.
2. Hikayat berunsur Hindu-Islam, misalnya Hikayat Si Miskin dan Hikayat Jaya Lengkara.
3. Hikayat berunsur Islam, misalnya Hikayat jenis 1001 Malam (Abu Nawas).

Ciri-ciri Hikayat
Ciri-ciri hikayat dapat dibedakan menjadi 9 yaitu :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan
dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah

Macam-macam Hikayat berdasarkan


Unsur-unsur Hikayat
Sebagai prosa narasi, hikayat dibentuk oleh unsur alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat dan
untuk lebih jelasnya silahkan simak penjelasan kami berikut :

Alur (plot)
Merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Secara umum, jalan
ceritanya terdiri atas bagian- bagian berikut: pengenalan situasi cerita (exposition), pengungkapan peristiwa
(complication), menuju pada adanya konflik (rising action), puncak konflik (turning point), dan penyelesaian
(ending).

Tema
Merupakan Inti  atau ide dasar sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh pengarangnya dengan
memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, dan latar. Tema merupakan pangkal tolak
pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.
Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut.
1. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
2. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui
3. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh,
4. Penggamabaran lingkungan kehidupan tokoh,
5. Penggambaran tata kebahasaan tokoh,
6. Pengungkapan jalan pikiran tokoh,
7. Penggambaran oleh tokoh lain.

Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri
atas dua macam:
1. Berperan langsung sebagai orang pertama, atau sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang
bersangkutan.
2. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.

Latar (setting)
Latar (setting) adalab keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya suatu cerita. Latar tersebut bisa
bersifat faktual atau imajiner.

Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
melalui karyanya. Amanat biasanya tersimpan rapat dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi
cerita. Oleh karena itu, untuk menemukarinya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melairikan
harus 

Contoh Hikayat
Hikayat Yong Dolah

YONG DIKEJAR HARIMAU

“Padà suatu hari saàt yong istrahat sehàbis berburu dihutan, tibà-tiba ada seekor hàrimau jantan mendekati
yong dàn siap untuk menerkàm. Cepat-cepat yong berlàri, dalam kejar-kejaràn itu, jarak antarà yong dan
harimau hanya tinggàl satu meter sajà. Disaat harimau lengàh, cepat-cepat yong memanjàt pohon pinàng.”
Yong diam sejenak

“Setelah lamà yong tunggu diatàs pohon pinang yang kebetulàn berbuah lebàt itu, harimau tàk kunjung pergi.
Naik daràh yong, yong gego (goncàng) pohon pinàng itu sampài berguguran buahnyà menimpa harimàu,, eee
harimàu bergeming, tàk kunjung pegi”

“Yong lihàt harimau tak màu pergi, yong guncàng lagi pohon pinàng itu sekuat-kuatnyà, kali ini yong heràn,
kenapà harimau berlàri terbibit-birit, setelàh yong periksà, rupanyà buah pinàng yong copot sebiji dàn
mengenài kepala harimau. Oleh karenà itulah harimàu lari tunggang langgang”

Maknanyà : kalau pergi berburu haruslàh membawa senjata yàng lengkap, ketika berjumpà binatang buas bisà
untuk membelà diri. Tidak perlu memànjat pohon.

Yong dolàh adalah seorang Legendà dari kotà Bengkalis yang sangàt populer di provinsi Riàu dengan cerita
dongengnya yàng penuh maknà. Kini beliàu telah wafàt. Namun telatàh almarhum tidak pernàh lekang
dimakàn masa, tetàp selalu dikenàng oleh masyarakat Kabupàten Bengkalis.
HIKAYAT PANJI SEMIRANG

Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri dari Baginda Raja Nata yang
amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan bertunangan dengan Raden Inu Kini telah terdengar
beritanya oleh Galuh Ajeng . Mendengar berita ini Galuh Ajeng sangat teriris hatinya dan menangislah ia
mlihat keadaan ini. Melihat hal ini Paduka Liku yang tak lain adalah ayah dari galuh ajeng sangat
menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia melihat tingkah laku putrinya tersebut.

Tidak hentinya rasa benci, dengki, serta dendam di dalam hati Paduka Liku sehingga ia berencena untuk
membunuh Galuh Cendera Kirana serta Paduka Nata. Ia meracuni makanan yang hendak mereka makan yang
mana makanan tersebut telah dipersiapkan oleh dayang-dayang istana. Agar jikalau Galuh Cendera Kirana
mati maka pastilah putrinya Galuh Ajeng yang kelak menggantikan posisi Galuh Cendera Kirana untuk
ditunangkan dengan Raden Inu Kini begitu pula dengan Raja Nata yang apabila mati, kelak Raja Liku yang
akan menggantikan posisinya.

Dan pada saat tersebut Raja Liku meminta tolong kepada saudaranya yang juga menteri untuk mencarikan
baginya seorang yang pandai membuat guna guna untuk mengguna-gunai raja nata serta putrinya. Setelah di
dapatkan dari pencarian yang panjang oleh saudaranya tersebut, disampaikanlah kepada Raja Nata apa-apa
yang harus dilakukannya kini sesuai dengan psean dari ahli guna-guna tersebut.

Hikayat Abu Nawas – Ibu Sejati


Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.

Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki
anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya
yang menjadi ibu bayi itu.

Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda
pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat
halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid
justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda
berputus asa.

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir
menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai
hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan.
Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo dengan pedang di tangan. Abu
Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.

“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” kata kedua perempuan itu saling memandang. Kemudian Abu
Nawas melanjutkan dialog.

“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi
itu kepada yang memang berhak memilikinya?”

“Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.

“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau
mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata.” kata Abu Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.

“Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan
itu.” kata perempuan kedua. Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas
segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang
tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan
Abu Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasehat hakim
kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi rakyat biasa.
Hikayat Bunga Kemuning

Dahulu kala ada seorang raja yang memiliki 10 orang puteri yang diberi nama Puteri Jambon, Puteri Jingga,
Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Ungu, Puteri Kelabu, Puteri Biru, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan
Puteri Kuning.Istri raja meninggal dunia setelah melahirkan Puteri Kuning. Ke-9 puteri sangat manja dan
nakal, berbeda dengan si bungsu Puteri Kuning yang ramah dan baik hati.

Suatu hari raja hendak pergi jauh. Ke-9 puterinya meminta oleh-oleh yang mewah, namun Puteri Kuning hanya
memint ayahnya kembali dengan selamat.

Ketika sang raja pulang, ia memberi Puteri Kuning sebuah kalung batu hijau. Puteri Hijau merasa cemburu, ia
bersama saudaranya yang lain memukul kepala Puteri Kuning hingga ia meninggal. Tanpa sepengetahuan
orang-orang istana, ke-9 puteri mengubur Puteri Kuning.

Mengetahui puteri bungsunya hilang, sang raja mencarinya, namun pencariannya tak membuahkan hasil.

Suatu hari tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning.Karena tanaman tersebut nampak seperti
Puteri Kuning, maka sang raja menamainya Puteri Kemuning.

Anda mungkin juga menyukai