Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Penggunaan Bahasa yang Santun dalam Meningkatkan Keterampilan

Berbahasa Siswa?

Adhara Jasid (18016001)


adharajasid@gmail.com

Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan ide,
gagasan, serta pikiran kedalam bentuk lisan dan tulisan. Bahasa digunakan sebagai alat seseorang
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan gaya bahasa mencerminkan sifat dan
karakter seseorang. Hal ini dikarenakan dalam berbahasa tiap-tiap orang memiiki kebebasan
dalam menggunakan pilihan kata atau diksi yang mengandung arti-arti sesuatu, sehingga maksud
dari penggunaan bahasa tersebut dapat tersampaikan kepada orang lain. (Putri Silvia Wina et al,
2018)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam berbahasa salah satunya adalah
mengenai kesantunan berbahasa. Kesantunan ini selalu digunakan dalam bertutur kata dengan
sesama anggota masyarakat lainnya yang harus disertai tata krama dan sopan santun. Syahrul
(2008:14) menyatakan kesantunan menghubungkan bahasa dengan aspek-aspek kehidupan
struktur sosial sekaligus kode-kode perilaku dan etika. Dalam hal ini posisi kesantunan yang
penting itu sebagai penghubung antara bahasa dan realitas sosial di mana kesantunan sebagai
bentuk penggunaan bahasa selalu dipasangkan dengan hubungan sosial dan peran sosial.
Kesantunan bertutur merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik dan berbicara.
Penutur berbahasa Indonesia sekarang kurang memperhatikan maksim sopan santun dalam
bertutur. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan penutur yang meliputi beberapa faktor
yakni prinsip sopan santun dalam berbahasa, prinsip kerja sama dalam berbahasa dan konteks
berbahasa. Kesantunan bertutur merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat
meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam komunikasi, penutur dan
petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk
menjaga keharmonisan hubungan. (Sumarsono, 2010:148 dalam Ramadhan et al, 2019).
Kesantunan bertutur adalah kesopanan dan kehalusan dalam menggunakan bahasa ketika
berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan. Bahasa yang digunakan penuh dengan adab tertib,
sopan santun dan mengandungi nilai-nilai hormat yang tinggi (Rina, 2017:559). Kesantunan
berbahasa juga merupakan cara yang digunakan oleh penutur di dalam berkomunikasi agar mitra
tutur tidak merasa tertekan, tersudut, atau tersinggung dan dimaknai sebagai usaha penutur untuk
menjaga harga diri, atau wajah, penutur atau pendengar (Markhamah, 2011:153). Kesantunan
berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan
emosional penuturnya karena didalam komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut
menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan
hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap terjaga apabila masing- masing
peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan (Alfiati, 2015:19). Pentingnya kesantunan
dalam bertutur yaitu dapat menciptakan komunikasi yang efektif antara penutur dan mitra tutur
(Rakasiwi, 2014:3). Sedangkan Ode (2015:5), menjelaskan “kesantunan sebagai perilaku yang
diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika dan merupakan fenomena kultural, sehingga
apa yang dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang
lain.” Artinya kesantunan merupakan aspek kebahasaan yang amat penting karena dapat
memperlancar interaksi antar individu. Dalam dunia sosiolinguistik kesantunan merupakan
sebuah istilah yang berkaitan dengan ‘kesopanan’, ‘rasa hormat’, ‘sikap yang baik’, atau
‘perilaku yang pantas’. (dalam Ramadhan et al, 2019)
Percakapan dalam pembelajaran kelas merupakan realitas komunikasi menggunakan
bahasa yang berlangsung dalam interaksi sosial, karena pada prinsipnya, percakapan tersebut
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial. Oleh sebab itu, percakapan
tidak lepas dari pengaruh sosial budaya. Hal itu sesuai dengan pandangan fungsional terhadap
bahasa bahwa bahasa sebagai sistem tanda tidak terlepas dari faktor eksternal, demografi, dan
sebagainya, dan berarti pula bahwa fungsi bahasa tidak saja untuk berkomunikasi, tetapi juga
menunjukkan identitas sosial bahkan budaya pemakainya (Brown dan Yule, 1986; Kartomiharjo,
1988; Ibrahim, l996 dalam Ramadhan et al).
Berdasarkan pandangan tersebut, penggunaan bahasa pada percakapan pembelajaran di
kelas merupakan fenomena sosial dan budaya yang tidak terlepas dari tradisi berbahasa
penuturnya. Hal itu dibenarkan oleh Brown (1980) karena siswa pada percakapan berbahasa tiap
pelaku tutur senantiasa dilatari oleh faktor sosial dan nilai budaya atau tradisi di sekitarnya.
Kebiasaan dapat bervariasi pada satu tempat dengan tempat lain, antara satu sosial budaya
bangsa dengan bangsa lain.
Referensi
A, D. Y., Syahrul, R., & Ratna, E. (n.d.). (2012). PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK N 1 BATUSANGKAR. 339–345.

Astuti, R., & Syahrul, R. (n.d.). (2012). Kesantunan berbahasa dalam talkshow “neo democrazy
di metro tv. (September 2012), 443–452.

Astuti, R., & Syahrul, R. (n.d.). (2012). Kesantunan berbahasa dalam talkshow “neo democrazy
di metro tv. , 443–452.

Elfia Sukma. (2003). Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi.

Elfia Sukma dan Ahmad Johari Sihes. (2016). JURNAL GRAMATIKA Jurnal Penelitian Bahasa
dan Sastra Indonesia V2.i1 (1-11). 1, 1–11.

Gani, E., Syahrul, R., Halawa, N . (2019). KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM
TINDAK TUTUR. (21).

Hidayati, V., Syahrul, R., & Ratna, E. (n.d.). (2012). PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENULIS NARASI EKSPOSITORIS BERBANTUAN MIND MAPPING SISWA KELAS
VII . 2 SMP NEGERI 2.

Putri, S. W., Gani, E., Syahrul, R., Bahasa, P., Universitas, I., & Padang, N. (2019)
PENGGUNAAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TALK SHOW MATA
NAJWA EDISI “ 100 HARI ANIES-SANDI MEMERINTAH JAKARTA .” (21).

Rahmatina & Elfia Sukma. (2015). Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan
Menggunakan Strategi Mind Map di Sekolah Dasar.

Sukma, E. (2007). PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS V SD


NEGERI SUMBERSARI III MALANG DENGAN STRATEGI PEMETAAN PIKIRAN

Syahrul. R. (2008). REPRESENTASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR BERBAHASA


INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS ( KAJIAN ETNOGRAFI
KOMUNIKASI ). (1), 120–136.

Anda mungkin juga menyukai