Anda di halaman 1dari 157

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

EFEKTIVITAS PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM DENGAN POSISI

TANGAN PENOLONG, CARA MENERAN DAN POSISI IBU BERSALIN

DI PUSKESMAS KARANGAN 2018

Disusun Oleh :

NIA SURYANI
NPM : 07170100173

Disetujui Untuk diajukan dalam sidang skripsi

Jakarta, 22 Desember 2018

Dosen Pembimbing

(Latief Sri Sulistyawati, SKM)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

Efektivitas Pencegahan Ruptur Perineum Dengan Posisi Tangan Penolong, Cara


Meneran Dan Posisi Ibu Bersalin
Dipuskesmas Karangan 2018

Disusun Oleh :

NIA SURYANI
NPM : 07170100173

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jakarta, 22 Desember 2018

Mengesahkan,

Pembimbing Penguji

(Latief Sri Sulistyawati, SKM) (Meinasari Kurnia Dewi, S.ST. M.Kes)


Mengetahui,
Kepala Departemen Vokasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(Hidayani, A.Md.Keb, SKM, MKM)

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :

Nama : Nia Suryani

NPM : 07170100173

Progrram Studi : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan

Menyatakan Bahwa Skripsi Saya Yang Berjudul :

EFEKTIVITAS PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM DENGAN POSISI TANGAN

PENOLONG, CARA MENERAN DAN POSISI BERSALIN DIPUSKESMAS KARANGAN

TAHUN 2018 adalah benar hasil karya sendiri dan tidak melakukan plagiat hasil karya

orang lain.

Apabila Saya Terbukti Melakukan Plagiat orang lain, Maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 22 Desember 2018

Nia Suryani

iv
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA, 2018

NIA SURYANI
07170100173

EFEKTIVITAS PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM DENGAN POSISI


TANGAN PENOLONG, CARA MENERAN DAN POSISI IBU BERSALIN
DI PUSKESMAS KARANGAN TAHUN 2018,
VIII BAB + 154 halaman + 22 tabel + 14 gambar + 12 lampiran + 3 grafik.

ABSTRAK

Robekan jalan lahir merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada
hampir semua persalinan pervaginam. Peningkatan mutu pelayanan perlu
dilakukan agar dapat mencegah timbulnya ruptur perineum dan komplikasinya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pencegahan ruptur perineum
dengan posisi tangan bersalin, cara meneran dan posisi ibu bersalin di Puskesmas
Karangan Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan desain eksperimen dengan pendekatan posttest only control group
design. Subyek di ambil sebanyak 60 sampel menggunakan accidental sampling.
Uji normalitas menggunakan uji shapiro wilk dan Pengumpulan data berupa data
primer dan uji yang digunakan adalah uji U Mann-Whitney. Dari hasil uji U
Mann-Whitney didapatkan nilai P value ½ a (2-tailed) dari Posisi Tangan
Penolong: 0,768, Cara Meneran: 0,871 dan Posisi Bersalin: 0,16. Kesimpulan dari
penilitian ini bahwa pencegahan rupture perineum efektiv dilakukan pada posisi
bersalin dengan nilai P value 0,16. Dengan ini tenaga kesehatan diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan untuk mencegah rupture perineum.

Kata Kunci: Posisi Tangan Penolong, Rupture Perineum


Referensi : 28 (2004-2018)

v
MIDWIVERY COURSES OF APPLIED UNDERGRADUATE PROGRAMS
HEALTH SCIENCE ACADEMY INDONESIA MAJU JAKARTA

UNDERGRADUATE THESIS, DECEMBER 2018

NIA SURYANI
07170100173

EFFECTIVENESS OF HAND POSITION, METHOD OF DELIVERY AND


POSITION OF MATERNITY TO PREVENT PERINEAL PERINEUM AT
KARANGAN HEALTH CENTER IN 2018
VIII chapter + 154 page + 22 table + 14 picture + 12 attachment + 3 grafic

ABSTRACT

Tearing of the birth canal is one of the causes of bleeding that occurs in almost
all vaginal deliveries. Improving the quality of services needs to be done in order
to prevent the occurrence of perineal perineum and its complications.
This study aims to determine the effectiveness of prevention of perineal perineum
with helper hand position, method of delivery and maternity position at Karangan
health center in 2018. This study was a quantitative study with experimental
research posttest only control group design. The subjects were taken as many as
60 samples using accidental sampling. Use normality test shapiro wilk and data
were collected in the form of primary data and the test used is the U Mann-
Whitney test. From the results of the U Mann-Whitney test, the value of P Value ½
a (2 tailed) obtained from the helper hand position: 0.768, method of delivery:
0.871 and maternity position: 0.16, the conclusion of this is the prevention of
effective perineal rupture carried at the maternity position with a P value of 0,16.
With this, to health workers are expected to improve services to prevent perineal
rupture.
Keywords: Helper Hand Position, Perineal Perineum
Reference : 28 ( 2004-2018)

vi
LEMBAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nia Suryani

Tempat Tanggal Lahir : Pontianak, 29 Mei 1994

Agama : Islam

Suku : Melayu

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

No. Telp : 082150292777

E-mail : ns.niasuryani@gmail.com

Alamat : Jl.Raya Karangan, Dusun Karya jaya RT/RW


003/003 Kecamatan Mempawah Hulu,
Kab.Landak, Kalimantan Barat

Riwayat Pendidikan

1. TK Budi Mulya : 1999 - 2000

2. SD Negri 01 Mempawah Hulu : 2000 -2006

3. SMP Negri 01 Mempawah Hulu : 2006-2009

4. SMA Negri 01 Mempawah Hulu : 2009-2012

5. AKBID AISYIYAH Pontianak : 2012-2015

Biodata Orang Tua

Nama Ayah : Roslan

Nama Ibu : Ami, S.Pd

Alamat : Jl.Raya Karangan, Dusun Karya jaya RT/RW : 003/003


Kecamatan Mempawah Hulu, Kab.Landak, Kalimantan Barat

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat penulis dapat

menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “ Efektivitas Pencegahan Ruptur

perineum Dengan Posisi Tangan Penolong, Cara Meneran dan Posisi Bersalin di

Puskesmas Karangan Tahun 2018”

Skripsi ini diajukan Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi

kebidanan program sarjana terapan dan memperoleh Sarjana Sains Terapan.

Dalam pembatasan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta.

2. Dr.Dr. dr. HM. Hafizurrachman, MPH Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

3. Dr. Sobar Darmaja, S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua 1 Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.

4. Astrid Novita, SKM, MKM, selaku Wakil Ketua II Dan Direktur Magister

Kesehatan Masyarakat.

5. Hidayani, A.Md.Keb, SKM, MKM, Selakuk Kepala Departemen Profesi dan

Vokasi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

viii
6. Latief Sri Sulistyawati, SKM selaku Dosen Pembimbing skripsi yang sudah

banyak membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua Dosen Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta

atas segala bimbingan dan pelajaran serta bantuan selama di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta

8. Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator Puskesmas Karangan yang telah

mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.

9. Orangtua ku Tercinta dan saudara atas dukungan, doa dan perhatian selama

ini baik moril maupun materil.

10. dr. Sandi yang sudah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Kepada Kakak – Kakak Tercinta Herliani,S.Pd, Fantri Umi Kalsum

S.Kep.Ners, Nurhamida S.Kep.Ners, dan Sumiati SKM.

12. Seluruh teman – teman mahasiswa DIV Kebidanan STIKIM Jakarta yang

tidak disebutkan satu persatu yang memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Dalam Penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dan jauh sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga penulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulisnya selanjutnya.

Jakarta

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN............................................................iv
LEMBAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
LAMPIRAN........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................14
1.1 Latar Belakang........................................................................................14
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................19
1.3 Pertanyaan Penelitian..............................................................................19
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................20
1.4.1 Tujuan Umum..................................................................................20
1.4.2 Tujuan Khusus.................................................................................20
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................20
1.5.1 Manfaat Teoritis...............................................................................20
1.5.2 Manfaat Metodologi.........................................................................21
1.5.3 Manfaat Praktisi...............................................................................21
1.6 Ruang Lingkup........................................................................................21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................23
2.1 Konsep Dasar Persalinan.........................................................................23
2.1.1 Pengertian Persalinan.......................................................................23
2.1.2 Tanda dan Gejala Mendekati Persalinan..........................................24
2.1.3 Tanda dimulainya persalinan...........................................................26
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan................................27

x
2.2 Posisi Tangan Penolong saat Menolong Melahirkan..............................30
2.2.1 Kala Pertama....................................................................................30
2.2.2 Kala Kedua..........................................................................................31
2.2.2 Kala Ketiga......................................................................................33
2.2.4 Kala Keempat......................................................................................35
2.2.5 Sintesa Posisi Tangan Penolong..........................................................38
2.3 Cara Meneran Ibu....................................................................................38
2.3.1 Dorongan pada Fundus........................................................................39
2.3.2 Ada 2 Cara Mengedan Yaitu:..............................................................40
2.3.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan.......................................................40
2.3.4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Meneran................................41
2.3.5 Sintesa Cara Meneran.........................................................................42
2.4 Posisi Ibu Bersalin...................................................................................42
2.5. Ruptur perineum.........................................................................................49
2.5.1 Anatomi dan Fisiologi Perineum..........................................................49
2.6.1 Tanda-Tanda Ruptur perineum............................................................55
2.6.2 Klasifikasi Ruptur perineum...............................................................56
2.6.3   Penanganan Ruptur perineum..............................................................57
2.6.4  Meminimalkan Derajat Ruptur perineum............................................58
2.6.5 Bahaya dan Komplikasi Ruptur perineum...........................................59
2.6.6   Perawatan Ruptur perineum................................................................60
2.6.7 Sintesa Ruptur perineum......................................................................61
2.6.8 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan................................................62
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN KERANGKA
ANALISA..............................................................................................................66
3.1 Kerangka Teori........................................................................................66
3.2 Kerangka Konsep....................................................................................67
3.3 Kerangka Analisis........................................................................................68
3.4 Definisi Operasional................................................................................70
3.5 Hipotesis..................................................................................................73
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................74
4.1 Jenis Penelitian........................................................................................74

xi
4.2 Pengembangan Instrumen.......................................................................74
4.3 Pengumpulan Data..................................................................................74
4.3.1 Gambaran Daerah Umum Penelitian...............................................74
4.3.2 Populasi dan Sampel........................................................................75
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel...........................................................78
4.3.4 Cara Pengambilan Sampel...............................................................78
4.3.5 Syarat Sampel..................................................................................79
4.4 Management Data....................................................................................79
4.4.1 Pengumpulan Data...........................................................................79
4.4.1.1 Langkah-Langkah Pengumpulan Data.............................................80
4.4.2 Pengolahan Data....................................................................................81
4.4.2.1 Deskripsi Data (Univariat).....................................................................81
4.4.2.2 Deskripsi Data Bivariat........................................................................82
4.4.3 Analisis Data....................................................................................82
4.4.4 Penyajian Data.......................................................................................84
BAB V GAMBARAN AREA PENELITIAN....................................................85
5.1 Visi dan Misi Puskesmas Karangan........................................................85
5.1.1 Visi.......................................................................................................85
5.1.2 Misi..................................................................................................85
5.2 Letak Geografis Puskesmas Karangan....................................................86
5.3 Demografi................................................................................................88
5.3.1 Jumlah Kelompok Penduduk Rental................................................88
5.3.2 Sarana Pendidikan............................................................................89
5.3.3 Sarana Pelayanan Kesehatan............................................................89
5.4 Profil Puskesmas Karangan.....................................................................90
5.4.1 Tenaga Formal.................................................................................90
5.4.2 Tenaga Informal...............................................................................90
5.4.3 Sasaran Program Kesehatan Ibu Anak sanmd.................................91
5.4.4 Pencapaian Program Kesehatan Ibu Anak.......................................92
BAB VI HASIL PENELITIAN...........................................................................93
6.1. Hasil Univariat........................................................................................93
6.1.1 Distribusi Sampel berdasarkan Derajat Perineum...........................93

xii
6.1.2. Distribusi Ruptur perineum Kelompok Posisi Tangan Penolong....94
6.1.3. Distribusi Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran...........95
6.1.4 Distribusi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Ibu Bersalin....96
6.1.5 Uji Normalitas..................................................................................97
6.1.7 Grafik Histogram.................................................................................99
6.2. Hasil Bivariat.........................................................................................101
6.2.1 Efektivitas Posisi Tangan dalam Mencegah Ruptur perineum......101
6.2.2 Efektivitas Cara Meneran dalam Mencegah Ruptur perineum......103
6.2.3 Efektivitas Posisi Bersalin dalam Mencegah Ruptur perineum.....104
BAB VII HASIL PEMBAHASAN....................................................................105
7.1 Keterbatasan Penelitian.........................................................................105
7.2. Teori Terkait Penelitian.............................................................................105
7.2.1. Distribusi Keefektivitasan Ruptur perineum Tangan Penolong....105
7.2.2 Distribusi Frekuensi Ruptur perineum cara meneran....................107
7.2.3 Distribusi Frekuensi Ruptur perineum Posisi Bersalin..................108
7.3. Hasil Penelitian, Bahan Sesuai Fakta Hasil Penelitian Sejenis.................109
7.3.1 Efektivitas Posisi Tangan dalam Mencegah Ruptur perineum......109
7.3.2 Efektivitas Cara Meneran dalam Mencegah Ruptur perineum......110
7.3.3 Efektivitas Posisi Bersalin dalam Mencegah Ruptur perineum.....112
7.3.4 Efektivitas Pencegahan Ruptur perineum Tahun 2018..................114
7.4 Implikasi Hasil......................................................................................116
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN........................................................118
8.1 Kesimpulan............................................................................................118
8.2 Saran......................................................................................................119
8.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya...............................................................119
8.2.2 Bagi Institusi Pendidikan...............................................................119
8.2.3 Bagi Tempat Penelitian..................................................................119
8.2.4 Bagi Profesi Bidan.........................................................................120
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................121

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan Normal
Tabel 3.4 Definisi Operasional
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian
Tabel 4.2. Pembagian kelompok dan jumlah sampel penelitian
Tabel 5.2 Luas Wilayah Menurut Desa Puskesmas Karangan Tahun 2017
Tabel 5.3.1 Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Landak Tahun 2017
Tabel 5.4.1 Tenaga Formal Puskesmas
Tabel 5.4.2 Tenaga Informal Puskesmas
Tabel 5.4.3 Sasaran Program Kesehatan Ibu Anak
Tabel 5.4.4 Pencapaian Program Kesehatan Ibu Anak
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Derajat Perineum
Tabel 6.2 Analisis Univariat Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Tangan
Penolong

Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Tangan
Penolong

Tabel 6.4 Analisis Univariat Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran

Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran

Tabel 6.6 Analisis Univariat Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Ibu Bersalin

Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Bersalin

Tabel 6.8 Hasil Uji Shapiro-Wilk Variabel Ruptur perineum di Puskesmas


Karangan Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak Kalimantan Barat
Tahun 2018

Tabel 6.9 Hasil Nilai Skewness dan Standar Error Skewness Variabel Ruptur
perineum di Puskesmas Karangan Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten
Landak Kalimantan Barat Tahun 2018

Tabel 6.10 Analisa Bivariat Ruptur perineum pada Variabel Posisi Tangan antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol

xiv
Tabel 6.11 Analisa Bivariat Ruptur perineum pada Cara Meneran antara
Kelompok Intrvensi dan Kontrol

Tabel 6.12 Analisa Bivariat Ruptur perineum pada Posisi Bersalin antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol

xv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 6.1 Grafik Histogram Variabel Ruptur perineum pada Kelompok Posisi
Tangan Penolong

Grafik 6.2 Grafik Histogram Variabel Ruptur perineum pada Kelompok Cara
Meneran

Grafik 6.3 Grafik Histogram Variabel Ruptur perineum pada Kelompok Posisi
Bersalin

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4.1 Posisi Terlentang saat melahirkan

Gambar 2.4.2 Posisi Berdiri saat melahirkan

Gambar 2.4.3 Posisi Berjalan saat melahirkan

Gambar 2.4.4 Posisi Duduk Tegak Saat Melahirkan

Gambar 2.4.5 Posisi Setengah Duduk saat melahirkan

Gambar 2.4.6 Posisi Merangkak Saat Melahirkan

Gambar 2.4.7 Posisi Menungging Saat melahirkan

Gambar 2.4.8 Gambar Posisi Berbaring miring kiri saat melahirkan

Gambar 2.4.9 Posisi Berjongkok saat melahirkan.

Gambar 3.1.1 Kerangka Teori faktor – factor yang berhubungan dengan terjadinya
Ruptur perineum pada ibu bersalin di RSU Dr. Pringadi Medan Periode januari –
desember tahun 2007
Gambar 3.1.2 Kerangka Teori Hubungan Posisi meneran pada ibu bersalin normal
dengan Ruptur perineum di BPM Trien di boyolali periode januari – April Tahun
2012
Gambar 3.1.3 Efektivitas posisi tangan penolong dalam pencegahan Ruptur
perineum Tahun 2013
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
Gambar 3.3 Kerangka Analisis

xii
LAMPIRAN

Lampiran 1 : ACC Judul Skripsi


Lampiran 2 : Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Balasan Dari Puskesmas
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi
Lampiran 6 : Lembar Cheklist
Lampiran 7 : Lembar Acc Proposal
Lampiran 8 : Lembar Uji Plagiat
Lampiran 9 : Lembar Hasil Pemeriksaan Prposal
Lampiran 10 : Hasil Data Mentah
Lampiran 11 : Hasil Pengolahan data SPSS
Lampiran 12 : Lembar Acc Skripsi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) menggambarkan keseluruhan jumlah

wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan

gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan atau

dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) dengan tidak

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. World

Health Organization (WHO) memperkirakan 900 perempuan meninggal

setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 98%

dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 87%

kematian ibu merupakan akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan dan

setelah persalinan.1

Informasi mengenai tingginya angka kematian ibu (AKI) bermanfaat

untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama

pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas resiko tinggi

(making pregnancy safer) program peningkatan jumlah kelahiran yang

dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalan penanganan

komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam

menyongsong kelahiran yang semuanya bertujuan untuk mengurangi angka

kematian ibu dan dapat meningkatkan derajat kesehatan reproduksi ibu.2

1
Satriyandari Y. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum. Journal of Health Studies;
2017: Vol. 1: No. 1.
2
Friyatmi, IA. Demografi & Kependudukan. Jakarta: Kencana; 2016.

14
15

Hasil sensus penduduk tahun 2010, angka kematian ibu Provinsi

Kalimantan Barat adalah sebesar 241 per 100.000 kelahiran hidup, sedang

untuk nasional sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa

angka kematian ibu di Kalimantan Barat telah menunjukan adanya penurunan

yang sangat signifikan, dimana dalam dua dasawarsa, pada tahun 2012 angka

kematian ibu di Kalimantan Barat berada di bawah angka nasional, baik

dibandingkan dengan hasil SDKI maupun Hasil Sensus Penduduk. Ibu

maternal di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2015 adalah sebesar 140

per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kasus

maternal yang terjadi pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Barat tercatat

sebanyak 98 kasus kematian ibu. Sehingga jika dihitung angka kematian ibu

maternal dengan jumlah kelahiran hidup tahun 2017 sebanyak 86.572 adalah

sebesar 113 per 100.000 kelahiran hidup.3

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama, 45% kematian ibu di

Indonesia. Angka kejadian perdarahan postpartum berkisar antara 6% sampai

17%, dimana frekuensi kejadian perdarahan postpartum menurut

penyebabnya yaitu: atonia uteri 50-60%, retensio placenta 16-17%, sisa

plasenta 23-24%, kelainan darah 0,4-0,9% dan ruptur perineum 4-5%.4

Robekan jalan lahir merupakan salah satu penyebab perdarahan yang

terjadi pada hampir semua persalinan pervaginam, baik itu persalinan yang

pertama maupun persalinan berikutnya dan robekan dapat mengenai mukosa

3
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017. Pontianak:
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat; 2018.
4
Priyantini M, Trisnawati Y. Efektivitas Posisi Tangan Penolong dalam pencegahan ruptur perineum pada persalinan
normal. Jurnal Kebidanan 2017; Vol. IX: No.01.
16

vagina, serviks, uterus dan perineum. Robekan vagina dapat terjadi akibat

peregangan jalan lahir yang terjadi secara berlebihan dan tiba-tiba saat janin

dilahirkan. Untuk itu setelah persalinan, bidan selalu melakukan pemeriksaan

jalan lahir untuk melihat adanya suatu robekan pada saat setelah persalinan .

Robekan perineum biasanya ringan tetapi kadang terjadi juga luka yang

terdapat didalam dan berbahaya yang menyebabkan perdarahan banyak.5

Berdasarkan penelitian Risma Dinawati hubungan cara meneran

dengan kejadian ruptur perineum tahun 2014 di klinik Nurhalima Deli

Serdang, Medan dari hasil analisis stastistic menggunakan pendekatan

dengan hasil uji chi-square dimana diperoleh probabilitas (0,000) <α (0,05)

berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan cara

meneran dengan kejadian Ruptur perineum di klinik Nurhalma Deli Serdang,

Medan.6

Sedangkan Penelitian yang dilakukan Hestri Norhapifah pengaruh

posisi bersalin lateral dan setengah duduk terhadap ruptur perineum

pada kala II di Yogyakarta analisis Penelitian ini menggunakan desain

quasi experiment dengan pendekatan post-test only nonequivalent control

group design. Responden penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok

intervensi (posisi bersalin lateral) dilakukan di empat Bidan Praktek Mandiri

(BPM) Kabupaten Sleman Yogyakarta, sedangkan pada kelompok kontrol

dilakukan di dua puskesmas rawat inap Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta.

5
Suryani. Faktor – faktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada persalinan normal. Jurnal Kesehatan 2013;
Vol. IV: No.1.
6
Siagian, D. Hubungan Cara Meneran Dengan Kejadian Rupture Perineum di Klinik Nurhalima Deli Serdang. Karya
Tulis Ilmiah. Medan: Akademi Kebidanan Audi Husada; 2014.
17

Terdapat pengaruh posisi bersalin lateral dalam mencegah terjadinya ruptur

perineum pada ibu primipara dimana didapatkan nilai RR sebesar 6,00 (95%

CI: 1,96-18,3). Posisi persalinan lateral berpeluang 6,00 kali lebih besar untuk

tidak mengalami ruptur perineum dibandingkan dengan posisi setengah

duduk.7

Posisi bersalin dapat menentukan kelancaran proses persalinan agar

mengurangi kejadian ruptur perineum. Posisi bersalin yang tidak nyaman bagi

pasien dapat mengakibatkan sakit punggung sehingga mengganggu ibu saat

meneran. Posisi telentang adalah posisi yang paling dianjurkan oleh penolong

tetapi posisi ini tidak nyaman bagi pasien.8 Beberapa ibu merasa bahwa

berbaring miring ke kiri/kanan membuat lebih nyaman dan efektif untuk

meneran. Posisi berbaring miring memudahkan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan dapat juga mengurangi resiko

terjadinya laserasi jalan lahir.9

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan pada

bulan februari 2018 di Puskesmas Karangan untuk jumlah ibu melahirkan

dari bulan Januari sampai desember pada tahun 2015 tercatat 225 orang. Dari

225 orang tersebut tercatat jumlah ibu yang mengalami Ruptur perineum

berjumlah 207 orang. Dari bulan januari sampai desember tahun 2016

terdapat jumlah ibu melahirkan 200 orang. Dari 200 orang tersebut tersebut

tercatat jumlah ibu yang mengalami ruptur perineum berjumlah 168 orang.

7
Norhapifah H. Pengaruh Posisi Bersalin Laternal dan Setengah Duduk Terhadap Ruptur Perineum Pada Kala II. Tesis.
Yogyakarta: Fakutas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta; 2017.
8
Wahyuni S. Hubungan Posisi Meneran Dengan Rupture Perineum di RB Kartini Putra Medika Klaten. Jurnal Involusi
Kebidanan. 2016; Vo. 6: No 11.
9
9 JNPK – KR. Pelatihan Klinik Asuhan Persaliann Normal. Jakarta: Kemenkes RI; 2008.
18

Dari bulan januari sampai desember tahun 2017 terdapat jumlah orang

melahirkan 160 orang. Dari 160 orang tersebut terdapat 140 orang ibu yang

mengalami ruptur perineum, saat dilihat ternyata banyak cara meneran ibu

yang belum tepat dan posisi ibu bersalin yang salah.10

Peningkatan mutu pelayanan perlu dilakukan agar dapat mencegah

timbulnya ruptur perineum dan komplikasinya.11  Bahaya dan komplikasi

ruptur perineum antara lain perdarahan, infeksi dan dispareunia (nyeri selama

berhubungan seksual). Ruptur perineum diklasifikasikan berdasarkan

derajatnya yaitu derajat 1, 2, 3 dan 4. Komplikasi perdarahan sering terjadi

karena ruptur perineum derajat 3 dan 4. Laserasi perineum dapat dengan

mudah terkontaminasi feses karena dekat dengan anus sehingga dapat

memicu infeksi. Jaringan parut yang terbentuk setelah laserasi perineum

dapat menyebabkan nyeri setelah berhubungan.12

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “EFEKTIVITAS PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM

DENGAN POSISI TANGAN PENOLONG, CARA MENERAN DAN

POSISI IBU BERSALIN DI PUSKESMAS KARANGAN TAHUN 2018”.

10
10 Puskesmas Karangan. Buku register ibu bersalin Puskesmas Karangan tahun 2017. Karangan: Puskesmas Karangan;
2018.
11
Fitriani, E. Asuhan Kebidanan Kompherensif Kehamilan Trimester III, Persalinan, nifas masa antara dan bayi baru
lahir pada Ny.C umur 20 tahun, Universitas Muhamadiyah Purwokerto, 2015.
12
12 Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo; 2012.
19

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

februari tahun 2018 didapatkan angka kejadian tahun 2015 di Puskesmas

Karangan pasien yang melahirkan berjumlah 225 orang dan mengalami

ruptur perineum sebanyak 207 orang (92%), tahun 2016 jumlah pasien

melahirkan 200 orang dan pasien yang mengalami ruptur perineum

berjumlah 168 orang (84%), tahun 2017 jumlah pasien yang melahirkan

sebanyak 160 dan yang mengalami ruptur perineum berjumlah 140 (87,5%),

dari hasil studi pendahuluan tersebut didapatkan masih tingginya angka

kejadian ruptur perineum karena didapatkan cara meneran yang salah dan

posisi bersalin yang kurang tepat maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adakah efektivitas pencegahan ruptur perineum dengan posisi

tangan penolong, cara meneran dan posisi ibu bersalin di Puskesmas

Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan

Barat tahun 2018.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas sehingga didapatkan rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu: adakah efektivitas pencegahan ruptur

perineum dengan posisi tangan penolong, cara meneran dan posisi ibu

bersalin di Puskesmas Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten

Landak,Kalimantan Barat tahun 2018 ?


20

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pencegahan ruptur perineum

dengan posisi tangan penolong, cara meneran, dan posisi ibu bersalin

di Puskesmas Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten

Landak Kalimantan Barat tahun 2018?

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui efektivitas pencegahan ruptur perineum

dengan posisi tangan penolong di Puskesmas Karangan,

Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak Kalimantan

Barat tahun 2018.

b. Untuk mengetahui efektivitas pencegahan ruptur perineum

dengan cara meneran ibu bersalin di Puskesmas Karangan,

Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak Kalimantan

Barat tahun 2018.

c. Untuk mengetahui efektivitas pencegahan ruptur perineum

dengan posisi ibu bersalin di Puskesmas Karangan, Kecamatan

Mempawah Hulu, Kabupaten Landak Kalimantan Barat tahun

2018.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah sebagai sumbangan selanjutnya.


21

1.5.2 Manfaat Metodologi

Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang efektivitas

pencegahan ruptur perineum.

1.5.3 Manfaat Praktisi

a. Bagi Puskesmas

Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan

mengenai efektivitas pencegahan ruptur perineum dan pemberian

konseling mengenai persiapan menghadapi persalinan.

b. Bagi Profesi Bidan

Hasil pengkajian ini diharapkan mampu menjadi bahan

masukan untuk bidan agar dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

ruptur perineum, dan memberikan informasi bagi masyarakat,

khususnya ibu nifas mengenai efektivitas pencegahan ruptur

perineum.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang efektivitas pencegahan ruptur

perineum dengan posisi tangan penolong, cara meneran dan posisi

bersalin di Puskesmas Karangan tahun 2018”. Penelitian ini akan

dilakukan pada ibu bersalin pervaginam. Lokasi penelitian akan

dilaksananakan di Puskesmas Karangan Kecamatan Mempawah Hulu


22

Kabupaten Landak, Kalimantan Barat tahun 2018. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan september 2018. Penelitian ini dilakukan karena

mengingat masih tingginya angka kejadian ruptur perineum di Puskesmas

karangan tahun 2015 terdapat 207 ibu atau ( 92 % ) ibu yang mengalami

ruptur perineum. Tahun 2016 terdapat 168 ibu atau ( 84 % ) ibu yang

mengalami ruptur perineum, dan pada tahun 2017 ibu yang mengalami

ruptur perineum sebanyak 140 ibu atau ( 87,5 % ) dari seluruh persalinan.

Desain penilitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif jenis

penelitian eksperimen dengan pendekatan post test only control group

design, langkah ke-1 penelitian diolah menggunakan program

komputerisasi yaitu melakukan uji nomalitas dengan menggunakan uji

shapiro wilk karena jumlah sampel dari penelitian ini ada 20 orang untuk 1

variabel, untuk mengetahui apakah data normal apa tidak, setelah

didapatkan data ternyata data tidak normal dilanjutkan langkah ke-2 yaitu

uji hipotesis menggunakan uji non parametrik u mann whitney untuk

mengetahui nilai signifikasi ada atau tidaknya efektivitas pencegahan

rupture perineum dengan posisi tangan penolong, cara meneran dan posisi

bersalin di Puskesmas Karangan tahun 2018. Tehnik pengambilan sampel

menggunakan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan data

primer dengan alat ukur yang berupa lembar cheklist dan data sekunder

dengan alat ukur rekam medik. Hasil penelitian ini menggunakan analisis

univariat dan bivariat dan kemudian diolah menggunakan program

program komputerisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang telah lahir sesuai dengan masa kehamilan dan dapat hidup

normal melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau

tanpa bantuan penolong persalinan.13 Persalinan normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu) lahir spontan disertai dengan lahirnya presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik dari ibu

maupun dari janin.14 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan (37 - 42 minggu) dan

dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

lain, dengan bantuan atau tanpa ada bantuan (dengan kekuatan ibu

sendiri).15

Menurut Yupita (2017) setelah usia kehamilan mencapai usia

lebih dari 37 minggu maka hal tersebut dianggap normal, maka hal

tersebut dianggap normal untuk melakukan persalinan. Persalinan

merupakan sebuah proses pengeluaran hasil konsepsi atau janin dan uri

untuk hidup ke dunia luar rahim. Dengan kata lain, persalinan

merupakan proses yang melibatkan bayi, plasenta, dan selaput ketuban.


13
Siagian RD loc.cit
14
Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya; 2009.
15
15 Ibid.

23
24

untuk keluar dari rahim ibu, Persalinan dilakukan dengan

bantuan atau dengan kekuatan sendiri (tanpa bantuan).

2.1.2 Tanda dan Gejala Mendekati Persalinan

Persalinan terjadi ditandai dengan gejala yang menyertainya. Ibu

hamil harus mengerti dan memahami sejumlah tanda dan gejala

mendekati persalinan. Berikut ini beberapa tanda dan gejala yang harus

dimengerti dan dipahami ibu hamil. Tidak semua tanda dan gejala

terjadi pada seorang ibu, namun bisa jadi seorang ibu mengalami

keseluruhan tanda dan gejala berikut ini:16

a. Terjadi Lightening

Lightening merupakan penurunan bagian presentasi bayi kedalam

pelvis minor. Lightening dapat dirasakan ibu hamil, kurang lebih

pada usia dua minggu sebelum persalinan. Kepala bayi biasanya

engaged setelah terjadi lightening disaat presentasi sevalik. Dengan

demikian, sesak nafas yang dirasakan oleh ibu hamil pada trimester

tiga menjadi berkurang. Mengapa demikian? sebab, masalah yang

terjadi pada kondisi tersebut akan menciptakan ruang baru abdomen

atas untuk ekspansi paru, tetapi kebanyakan ibu hamil akan merasa

menjadi sering buang air kecil, perasaan tidak nyaman akibat

tekanan panggul yang menyeluruh kram pada tungkai, dan

peningkatan statis vena.

b. Mengalami Perubahan Servik


16
Maharani DY. Buku Pintar Kebidanan & Keperawatan. Yogyakarta: Brilliant Books; 2017.
25

Tanda dan gejala yang dialami oleh ibu hamil mendekati persalinan

diantaranya adalah kondisi servik yang semakin matang.

Konsistensi servik menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit

penipisan, tanda dan gejala yang demikian harus diketahui ibu

hamil mendekati persalinan.

c. Terjadinya Persalinan Palsu

Persalinan palsu merupakan tanda dan gejala yang dialami ibu

hamil mendekati persalinan. Persalinan plasu mencakup proses

kontraksi uterus yang sangat nyeri. Kontraksi uterus tersebut

memberi pengaruh signifikan terhadap kondisi servik. Kontraksi

uterus tersebut dinamakn kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri,

yang telah terjadi sejak enam minggu kehamilan.

d. Mengalami Ketuban Pecah Dini

Umumnya, ibu hamil dalam kondisi normal, ketuban akan Pecah

pada akhir kala satu persalinan. Namun, ketuban pecah dini dapat

dialami 80% wanita hamil dan mengalami persalinan spontan dalam

24 jam.

e. Bloody Show

Bloody show atau plak lendir. Plak lendir disekresi servik sebagai

hasil proliferasi kelenjar lendir servik yang terjadi pada awal

kehamilan. Plak lendir tersebut menjadi sawar pelindung dan

penutup jalan lahir selama kehamilan.

f. Meningkatnya energi
26

Umumnya, ibu hamil mengalami peningkatan energi 24 hingga 48

jam sebelum terjadinya persalinan. Hal tersebut, tampak pada

semangat yang ditunjukan ibu hamil. Setelah beberapa minggu dan

hari merasa letih secara fisik dan kelelahan akibat kehamilan,

mendekati persalinan justru semangat menggebu.

g. Gangguan Saluran Pencernaan

Menjelang persalinan terjadi beberapa tanda dan gejala yang

berkaitan dengan gangguan pencernaan, diantaranya diare, kesulitan

mencerna dan mual muntah.

2.1.3 Tanda dimulainya persalinan

Setelah mengalami tanda dan gejala mendekati persalinan.

Berikut ini, yang harus diketahui oleh ibu hamil, yaitu tanda dimulainya

persalinan. Hal-hal yang harus dipahami mengenai tanda dimulainya

persalinan adalah sebagai berikut:

a. Pada akhir kehamilan, terjadi penurunan kadar progesterone

b. Pada akhir kehamilan, terjadi peningkatan kadar oxytosin

c. Pada akhir kehamilan, terjadi keregangan otot-otot uterus

d. Pada akhir kehamilan, terjadi penekanan pada pleksus ganglion

daerah belakang servik oleh bagian bawah janin

e. Pada akhir kehamilan, terjadi prostaglandin yang dihasilkan oleh

desidua merupakan tanda yang menjadi salah satu sebab

dimulainya persalinan.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


27

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan.

Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh ibu hamil. Beberapa

faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Faktor Kekuatan

Power dapat diartikan sebagai kekuatan yang mendorong keluarnya

janin dari Rahim melalui jalan lahir. Kekuatan tersebut terdiri dari

HIS, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafgarma, dan aksi

ligamamnet. Kontraksi tersebut terhimpun menjadi satu bekerja

sama dengan baik dan sempurna. Kekuatan utama yag bekerja

dalam proses persalinan adalah HIS dan tenaga mengejan ibu. Otot

polos bekerja dengan baik dan sempurna. Otot-otot Rahim yang

menguncup sehingga akan menjadi tebal dan lebih pendek ketika

kontraksi terjadi. Selanjutnya, kavum uteri lebih kecil mendorong

janin dan kantong amnion kearah bawah Rahim dan servik. Tenaga

mengejan ibu juga sangat membantu selain HIS.

b. Faktor Kondisi Janin

Passanger atau janin merupakan factor penting yang berpengaruh

dalam proses persalinan. Janin yang dimaksud terdiri atas sikap

janin, letak janin, dan bagian terendah. Penjelasan mengenai hal

tersebut adalah sebagai berikut

c. Sikap Janin
28

Sikap janin menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan

sumbu tubuh janin, misalnya bagaiman sikap fleksi yang terjadi di

kepala, kaki dan lengan

d. Letak Janin

Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin

dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin

dapat dikatakan letak longitudinal (preskep dan presbo), letak

lintang, serta letak obliq.

e. Bagian Terbawah

Bagian terbawah adalah istilah untuk menujukan bagian janin apa

yang paling bawah.

f. Faktor Jalan Lahir

Passage atau jalan lahir. Passage terdiri terdapat dalam dua bagian.

Bagian bagian tersebut antara lain sebagai berikut:

g. Bagian Keras

Bagian keras merupakan bagian yang terdiri atas tulang panggul

atau Os coxae, Os Sacrum, dan Os Cooxycgis dan Artikulasi atau

imphisis pubis, Artikulasi sakro - iliaka, dan Artikulasi sakro -

kosigiu. Dari tulang-tulang dasar dan Artikulasi yang ada maka

dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Bagian keras janin dapat dinamakan ruang panggul atau pelvis

mayor dan minor, pintu panggul atau pintu atas panggul, ruang
29

tengah panggul, pintu bawah panggul, dan ruang panggul yang

sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet

2. Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik

ruang tengah panggul yang melengkung ke depan.

3. Bidang-bidang terdiri atas Hodge satu, Hodge dua, Hodge tiga

dan Hodge empat.

4. Bagian Lunak. Bagian lunak yang berpengaruh terhadap

persalinan adalah SBR, Serviks Uteri dan Vagina.

h. Kondisi Psikis Ibu

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap proses persalinan terjadi akan

melibatkan kondisi pikis ibu. Kondisi psikis ibu yang akan

menghadapi persalinan sangat mempengaruhi daya kerja otot – otot

yang dibutuhkan dalam persalinan. Tenang dan sabarlah yang

sebaiknya dilakukan ibu hamil menjelang persalinannya. Gelisah,

cemas, dan kekhawatiran berlebih justru akan menghambat proses

persalinan.

i. Pendamping Persalinan

Dalam setiap persalinan, ibu hamil harus didampingi oleh orang

yang paham betul akan proses persalinan. Sebab, tidak semua ibu

hamil dapat menguasai dengan sempurna apa yang dinamakan

dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Terutama dalam

proses mengejan, ibu hamil harus tepat, agar tenaga keluar tidak

sia-sia.
30

2.2 Posisi Tangan Penolong saat Menolong Melahirkan

Ada beberapa tahap tahap dalam persalinan diantaranya ada kala

pertama (pembukaan Servik 1 cm - 10 cm), kala kedua (dari buka lengkap

sampai bayi lahir) kala tiga (kala Uri), kala empat (observasi).17

2.2.1 Kala Pertama

Kala pertama dalam persalinan diartikan sebagai permulaan

kontraksi persalinan sejati. Kala pertama ditandai dengan perubahan

serviks yang progesif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap atau

sebesar 10 cm. kala pertama sering dikatakan sebagai tahap pembukaan

serviks. Kala satu terdiri atas fase laten yang dimulai sejak permukaan

awal sampai dengan empat cm. fase laten berlangsung kurang dari

delapan jam. Sedangkan, fase aktif persalinan berlangsung ketika

pembukaan empat sampai dengan lengkap. Dalam proses ini, terjadi

penurunan bagian terbawah janin.18

Penanganan, bidan harus memberikan penanganan yang tepat

dalam membantu ibu hamil untuk melalui proses persalinannya. Hal-hal

yang harus dilakukan bidan dalam proses penanganan diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Memberi perhatian lebih kepada ibu, sebagai contoh apabila dalam

proses persalinannya ibu merasa kesakitan, maka bidan harus dapat

menghiburnya. Berbagai cara dapat dilakukan, yaitu dengan

mengalihkan perhatiannya ataupun dengan memberi support

17
Priyantini M dan Trisnawati Y loc.cit
18
Maharani DY loc.cit
31

kepada ibu tentang bayi yang dikandungnya untuk pertama kali

akan ia dilahirkan.

b. Makan dan minum tidak boleh dibatasi, hal ini agar ibu memiliki

cadangan energi yang mencukupi saat harus mengejan dikala kedua

persalinan.

c. Lakukan semua tindakan agar tetap menjaga privasi klien, klien

merasa aman, dan agar klien merasa dihormati selayaknya manusia.

d. Saat HIS berkurang, dapat ditawarkan berbagai posisi melahirkan

kala kedua yang akan dirasa cukup memberinya rasa nyaman.

e. Ajaklah ibu untuk memilih yang sesuai dengan keadaannya sertaa

diberikan konseling tentang kelebihan dan kekurangan berbagai

metode tersebut.

Tabel 2.1
Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan Normal

Parameter
Frekuensi fase latenFrekuensi Fase aktif
Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 menit Setiap 30 – 60
menit
Denyut Jantung Bayi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Sumber : Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin 2010

2.2.2 Kala Kedua

Kala kedua bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan sudah lengkap. Lengkap yang dimaksud

adalah kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
32

Penanganan kala kedua yang harus dilakukan oleh bidan pada kala

kedua ini diantaranya sebagai berikut:

a. Memberikan dukungan secara terus menerus kepada ibu tanpa

melupakan kebersihan diri yang harus terus dijaga bidan untuk

menginhdari diri dari infeksi

b. Episiotomi bukanlah prosedur rutin yang harus dilakukan oleh

bidan dalam menolong persalinan. Episiotomy hanya dilakukan

bila memang ada indikasi kuat untuk dilakukan episiotomi

Kemajuan dalam persalinan kala kedua. Berikut ini merupakan

kemajuan yang diperhatikan kala kedua:

a. Meminta ibu untuk meneran pada saat merasakan HIS, yaitu ketika

bidan sudah yakin bahwa ibu sudah pembukaan telah lengkap

(pembukaan 10 cm). Lengkap atau tidaknya dapat dilihat dari tanda

gejala kala dua yang tampak dan melalui pemeriksaan dalam yang

dilakukan bidan.

b. Bidan meletakkan tangan kirinya atau tangan yang tidak dominan

dikepala bayi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar kepala

bayi tidak keluar terlalu cepat.

c. Bidan meletakkan tangan kanan atau tangan dominan pada bagian

perineum. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar perineum

tidak robek.
33

d. Dengan menggunakan kain bersih dan kain kering bidan

membersihkan muka bayi saat kepala bayi sudah tampak diluar

secara keseluruhan.

e. Melakukan sanggah susur, yaitu tangan kanan menahan berat

tubuh bayi, sedangkan tangan kiti melakukan penysusuran disekitar

leher. Selanjutnya, punggung sampai kedua kaki, setelah itu jepit

kedua kaki menggunakan jari telunjuk, tengah dan manis. Lakukan

pertolongan persalinan dengan sanggah susur untuk mendeteksi

jika terjadi pengikatan tali pusat pada daerah leher bayi.

f. Letakan bayi baru lahir diperut ibunya sambil dibersihkan tubuh

bayi dari sisa air ketuban yang masih menempel pada tubuhnya

usahakan agar tubuh bayi tetap hangat.

g. Sebagian besar bayi, mulai bernafas pada waktu kurang 30 detik.

Apabila bayi tidak dapat bernafas normal, maka segera lakukan

resusitasi.

h. Klem tali pusat, jepit tali pusat mengguanakan penjepit tali pusat.

Kemudian, potong tali pusat dengan memperhatikan keselamatan

bayi dari goresan gunting.

2.2.2 Kala Ketiga

Pada tahap kala ketiga terdapat dua hal yang perlu

diperhatikan yaitu. Pentalakasanaan aktif pada kala ketiga atau

pengeluaran aktif plasenta yang membantu mengindari terjadinya


34

perdarahan pasca persalinan. Penata laksanaan aktif kala ketiga

meliputi tiga hal sebagai berikut:

a. Pemberian oksitosin dengan segera

b. Pengendalian tarikan pada tali pusat

c. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

Penanganan pada kala tiga dilakukan sebagai berikut:

a. Bidan melakukan palpasi uterus apakah ditemukan janin

kedua atau tidak.

b. Bidan memberikan oksitosin untuk merangsang uterus

berkontraksi yang juga memperceapat pelepasan plasenta.

c. Bidan melakukan inisisasi menyususui dini untuk melatih

rooting bayi serta mempercepat proses involusi uteri.

d. Bidan melakukan PTT atau penegangan tali pusat terkendali.

Tetap menjaga ketegangan dan untuk mengetahui sedini

mungkin plasenta telah lepas atau belum dari tempat

perlekatan. Apabila tali pusat makin bertambah panjang,

maka berarti plasenta sudah terlepas dan siap untuk

dilahirkan.

e. Plasenta dilahirkan sesuai anatomi jalan lahir yaitu ke bawah

dahulu, kemudian ke atas. Setelah plasenta tampak di vulva,

tangkap dengan dua tangan, putar searah dengan jarum.

f. Masasse uterus dengan cara memutarnya searah, agar

kontraksi berjalan dengan baik.


35

g. Apabila terjadi perdarahan hebat atau atonia uteri maka

lakukan sesuai protab yang ada.

2.2.4 Kala Keempat

Kala keempat merupakan menit ke-0 hingga dua jam setelah

persalinan plasenta berlangsung. Tahap ini merupakan masa kritis ibu.

Hal tersebut dikarenakan kebanyakan ibu melahirkan kehabisan darah

atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala

keempat. Bidan harus terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis

ibu terlawati. Adapaun penanganan di kala empat meliputi:

a. Bidan memeriksa ada laserasi akibat persalinan atau tidak. Apabila

ada maka bidan segera melakukan penjahitan sesuai dengan derajat

laserasi.

b. Bidan memeriksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama

dan setiap 20 - 30 menit pada satu jam kedua. Apabila tidak ada

kontraksi bidan melakukan masase uterus karena hal ini akan

menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akbiat

persalinan akan perlahan-lahan terhenti.

c. Bidan melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong

kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua

d. Bidan menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.

tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai.

e. Bidan membantu membersihkan perineum ibu dengan pakaian

bersih dan mengenakan tella pada ibu.


36

f. Bidan membantu melakukan inisiasi menyusui dini. Hal tersebut

dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus

berkontraksi.

Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya ruptur perineum

adalah melindungi perineum pada kala II persalinan saat kepala bayi

membuka vulva diameter (5-6 cm) yaitu saat diameter terbesar kepala

melewati vulva dengan menggunakan telapak tangan penolong. Tujuan

melindungi perineum adalah untuk mengurangi peregangan berlebihan.

Asuhan persalinan bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup

dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta dengan

intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan tetap terjaga pada tingkat yang optimal.19

Melindungi perineum harus dilakukan dengan benar, tidak benar

jika meletakan tangan penolong pada perineum dan menekannya,

karena dengan menekan akan memberikan stress pada perineum dan

menghalangi pandangan penolong.20

Beberapa tehnik telah diperkenalkan dalam melindungi

perineum yaitu pertama menurut APN (Asuhan Persalinan Normal) dari

JNPK-KR yaitu saat kepala bayi berada didepan vulva (5-6cm) letakkan

kain yang bersih dan kering yang dilipat di bawah bokong ibu, lindungi

perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari

19
JNPK–KR loc.cit
20
Varney H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2004.
37

pada sisi perineum dan empat jari pada sisi yang lain dan tangan yang

lain pada belakang kepala bayi. Belakang kepala bayi ditahan agar

posisi kepala bayi tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati

introitus dan perineum. Teknik melindungi perineum yang kedua adalah

posisi tangan menurut varney yaitu tangan untuk menahan vertex bayi

sama dengan perasat APN sementara tangan yang berada pada posisi

menopang perineum diatur dengan meletakkan ibu jari pada tingkat

garis tengah kunci paha pada sisi perineum letakan jari tengah anda

pada ketinggian kunci paha pada sisi yang lain. Berikan tekanan kearah

jempol dan jari anda kemudian kearah dalam terhadap setiap tengah

perineum.21

Manuver tangan dalam membantu pertolongan persalinan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

persalinan. Dalam manuver tangan yang dilakukan masing-masing

mempunyai alasan dan keuntungan. Beberapa dari dokter percaya

bahwa mengontrol kepala lebih baik dalam melindungi perineum, dan

sebagian juga berpendapat bahwa penting untuk menyangga perineum

dalam tambahan mengontrol kepala agar tercapai hasil yang sangat

maksimal. Menyangga perineum dilakukan dengan tidak meletakan

tangan pada perineum dan menekannya. Metode yang dilakukan adalah:

(1) Lindungi kepala bayi dengan menggunakan handuk/ duk kepala

bayi. (2) Letakan ibu jari anda dipertengahan dari salah satu sisi

perineum dengan jari telunjuk/ jari tengah disisi perineum yang


21
Priyantini M dan Trisnawati Y loc.cit
38

berlawanan. Secara hati-hati, tekanlah ibu jari telunjuk kearah bawah

dan dalam untuk mengendalikan peregangan perineum.

Dalam APN (JNPK-KR, 2008) saat kepala bayi berada didepan

vulva dan membuka vulva (5-6 cm) letakan kain yang bersih dan kering

yang dilipat sepertiga bagian dibawah bokong ibu. Lindungi perineum

dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering). Ibu jari pada

salah satu sisi perineum dan empat jari pada sisi yang lain dan tangan

yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar

posisi kepala tetap fleksi pad saat keluar bertahap melewati intoitus

vagina dan perineum.22

2.2.5 Sintesa Posisi Tangan Penolong

Pertolongan yang dilakukan oleh bidan dengan cara menahan

perineum yang dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara Asuhan

Persalinan Normal 58 langkah dan metode Varney agar tidak terjadi

robekan pada jalan lahir.

2.3 Cara Meneran Ibu

Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat dilakukan

yaitu23

a. Beritahu dan jelaskan kepada ibu agar meneran sesuai dengan dorongan

alamiahnya selama kontraksi

b. Tidak di anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran (atur nafas

jangan terengah-engah dan disesuaikan dengan kontraksi).


22
Priyantini M dan Trisnawati Y loc.cit
23
Prawirohardjo S loc.cit
39

c. Beritahu dan anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat

diantara kontraksi.

d. Saat ibu dalam posisi berbaring miring atau posisi setengah duduk, ibu

mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut

kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.

e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

2.3.1 Dorongan pada Fundus

Dorongan pada fundus meningkatkan resiko terjadinya distosia

bahu dan perineum uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba

melakukan dorongan pada fundus. Untuk mengkoordinasikan semua

kekuatan menjadi optimal, pada saat his dan meneran dapat dilakukan

hal-hal sebagai berikut:24

a. Pasien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat

menambah pembukaan pintu bawah panggul.

b. Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada,

sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.

c. His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya

optimal.

d. Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan dengan

demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan

lahir.

e. Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan

selanjutnya ditarik kembali untuk dipergunakan mengejan.


24
JNPK-KR loc.cit
40

2.3.2 Ada 2 Cara Mengedan Yaitu:

a. Wanita tersebut dalam posisi berbaring merangkul kedua pahanya

sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu

mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.

b. Sikap seperti tehnik diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri

atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu

kaki dirangkul, yakni kaki yang berada diatas. Posisi yang

menggulung ini memang fisiologis.

c. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.

2.3.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu:
a. Meneran hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pastikan

pembukaan sudah lengkap.

b. Pasien dengan posisi tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua

tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila

kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring.

c. Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup

mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his

masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila

his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.

2.3.4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Meneran

a. Menutup Mata
41

Lebih baik membuka mata dan arahkan pandangan kearah perut,

menutup mata saat mengejan akan membuat tekanan pada mata yang

menyebabkan mata menjadi merah dan baru hilang beberapa hari

kemudian.

b. Mengangkat Panggul

Hal ini bisa membuat robekan perineum lebih besar sehingga anda

akan banyak menerima jahitan.

c. Berteriak

Berteriak untuk melepaskan rasa sakit yang begitu hebat pada proses

persalinan tidak bagus karena selin menguras tenaga juga membuat

tenggorokan kering, buruk, serak, dan suasana menjadi panik.

d. Mengejan Sebelum Induksi

Lakukan bernafas pendek-pendek dan cepat sebelum pembukaan

lengkap dan ada instruksi, sembarangan mengejan selain membuang

tenaga percuma, mengejan tidak teratur juga menyebabkan jalan lahir

bengkak.

e. Menahan Mengejan

Terkadang menahan mengejan karena takut feses ikut keluar dari

anus.

f. Bernafas Serabutan

Teknik bernafas yang benar, menjadi sumber tenaga saat mengejan

dan mengurangi rasa sakit.25

25
Ningsih. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Prematur (Studi Kasus di RSUD Tugurejo
Semarang). Skripsi. Semarang 2016.
42

2.3.5 Sintesa Cara Meneran

Teknik meneran adalah salah satu cara yang dilakukan ibu

bersalin dalam melakukan proses persalinan normal dimana ibu

dipimpin oleh bidan dan bidan melakukan pemeriksaan dalam dan

dipastikan pembukaan sudah lengkap, saat ibu merasakan his yang

kuat dan saat his hilang ibu dianjurkan untuk melatih pernafasan dan

saat mulai his anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam secara rileks

ditarik dari hidung dan ditahan kemulut kemudian posisi dagu ibu

menempel ke dada, tangan ibu merangkul paha, mata di buka dan

lepaskan pernafasan seperti buang air besar, ulangi tindakan tersebut

berikan selalu motivasi kepada dan puji ibu saat proses meneran.

2.4 Posisi Ibu Bersalin

Menurut (Diah, 2014). Ada beberapa macam posisi yang dapat digunakan

pada saat bersalin diantaranya adalah:26

26
Roslena. Hubungan Antara Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan dengan Terjadinya Ruptur Perineum
Spontan Pada Persalinan Normal Di Rumah Sakir Ibu dan Anak Banda Aceh. 2014.
43

a. Posisi Terlentang

Posisi terlentang dapat menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih

lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat

mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Dan juga

menyebabkan beberapa hal seperti: Dapat menyebabkan hipotensi

karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior

serta pembuluh-pembuluh darah lain dapat menyebabkan jumlah

suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat

pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.

a. Buang air kecil tidak lancar / terganggu.

b. Mobilisasi ibu kurang bebas.

c. Ibu kurang bersemangat.

d. Resiko robekan pada jalan lahir akan bertambah.

e. Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

f. Rasa nyeri/sakit yang akan bertambah.

Gambar 2.4.1 Posisi Terlentang saat melahirkan


44

b. Posisi Berdiri

Manfaat dari posisi berdiri dapat membantu membuat kontraksi/ rasa

mules tidak begitu sakit, membantu janin segaris dengan sudut

panggul, dapat meningkatkan desakan untuk mengejan pada kala dua .

Gambar 2.4.2 Posisi Berdiri saat melahirkan

c. Posisi Berjalan-jalan

Manfaat dari posisi berjalan menyebabkan terjadinya perubah sendi

panggul, posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah

dan bila ibunya masih mampu untuk melakukannya, dapat

mempercepat turunnya kepala janin. Perhatian: dengan posisi ini dapat

menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.

Gambar 2.4.3 Posisi Berjalan saat melahirkan


45

d. Posisi Duduk tegak

Manfaat posisi duduk tegak agar memperlebar satu sisi panggul (satu

kaki diangkat keatas kursi) merangsang rotasi ubun-ubun posterior dari

janin, dapat juga dilakukan pada posisi berdiri atau berlutut.

Gambar 2.4.4 Posisi Duduk Tegak Saat Melahirkan

e. Posisi Setengah duduk

Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki

ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat

ibu nyaman.

Manfaat posisi setengah duduk adalah:

1. Posisi yang digunakan untuk pemeriksaan vagina (alat

kemaluan)

2. Dapat meningkatkan rasa nyeri pinggang

3. Merupakan posisi yang mudah dilakukan

4. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung

secara maksimal.
46

Gambar 2.4.5 Posisi Setengah Duduk saat melahirkan

f. Posisi Merangkak

Manfaatnya posisi merangkak adalah :

1. Membantu meredahkan sakit pinggang;

2. Dapat membantu janin kalau ada masalah dengan tali pusat ;

Membantu rotasi bayi dalam osiput posterior;

3. Memungkinkan panggul digerakan mengayun;

4. Meredakan tekanan pada wasir; Mengurangi desakan mengejan

yang terlalu dini

Gambar 2.4.6 Posisi Merangkak Saat Melahirkan


47

g. Posisi menungging

Manfaat posisi menungging adalah

1. Mendorong kepala bayi keluar dari panggul dari panggul selama

kontraksi,

2. Terkadang dianjurkan pada ibu saat persalinan dini jika kontraksi,

sering terjadi dan untuk mengurangi nyeri pinggang,

3. Mengurangi tekanan pada leher rahim yang bengkak

Gambar 2.4.7 Posisi Menungging Saat melahirkan

h. Posisi Berbaring miring

Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki

diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini

umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.

Manfaat berbaring miring adalah

a. Dapat mengurangi nyeri pinggang

b. Membantu menurunkan tekanan darah yang tinggi


48

c. Dapat mempercepat perkembangan persalinan bila dilakukan silih

berganti dengan berjalan-jalan

d. Meredakan tekanan pada wasir, dan peredaran darah balik ibu

dapat mengalir lancar

e. Pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui

plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses pembukaan akan

berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan

berlangsung lebih nyaman.

Gambar 2.4.8 Posisi Berbaring miring kiri saat melahirkan

i. Posisi Berjongkok

Biasanya ibu dengan posisi berjongkok di atas bantalan empuk yang

berguna menahan kepala dan tubuh bayi.

Manfaat posisi berjongkok adalah

a. Dapat meredakan nyeri pada pinggang

b. Dapat Memperlebar rongga panggul

c. Dapat meningkatkan rotasi dan turunnya kepala bayi yang lama


49

Gambar 2.4.9 Posisi Berjongkok saat melahirkan

j. Sintesa Posisi Bersalin

Posisi yang dipilih pasien saat melahirkan yang memberikan

kenyamanan pada pasien dan dianjurkan oleh penolong dalam

melakukan pertolong persalinan untuk meminimalisir terjadinya ruptur

perineum.

2.5. Ruptur perineum

2.5.1 Anatomi dan Fisiologi Perineum

Daerah perineum terletak diantara vagina dan rectum, sebagian

besar dibentuk oleh musculus bulbokavernosa dan musculus transversus

perinea. Musculus puborektalis dan spinchter ani externa memberikan

serabut otot tambahan pada daerah perineum.27

Spinchter ani secara keseluruhan berada di sebelah inferior dari

daerah perineum. Spinchter ani externa terdiri atas musculus skaletal

(otot lurik). Spinchter ani interna dimana letaknya saling tumpang

27
Prawiroharjo S loc.cit
50

tindih/sejajar dan berada di sebelah inferior dari musculus spinchter ani

externa, terdiri atas otot-otot polos dan langsung menyambung pada

otot-otot polos yang terdapat pada colon. Ukuran spinchter ani secara

keseluruhan yaitu sepanjang 3 sampai 4 cm.

a. Cavitas pelvis dibagi dua oleh diaphragma pelvis menjadi cavitas

pelvis utama di sebelah atas dan perineum di sebelah bawah. Bila

dilihat dari bawah dengan tungkai atas abduksi, perineum

berbentuk belah ketupat dan di anterior dibatasi oleh symphisis

pubica, di posterior oleh ujung os coccygeus, dan di lateral oleh

tuber ischiadicum.

b. Diaphragma pelvis dibentuk oleh musculus levator ani, musculus

coccygeus yang kecil, dan fascia yang meliputinya. Diaphragma ini

tidak komplet di anterior dapat memungkinkan lewatnya urethra

beserta vagina pada wanita.

c. Trigonum Analis

Trigonum analis dibatasi oleh ujung os coccygeus, sisi-sisinya oleh

tuber ischiadicum dan ligamentum sacrotubale, dapat terjadi

tumpang tindih dengan batas musculus gluteus maximus. Anus atau

lubang bawah canalis analis terletak di garis tengah, dan di pinggir

kanan dan pinggir kiri anus terdapat fossa ischioanalis. Kulit di tepi

anus dipersarafi oleh nervus rectalis inferior. Pembuluh limfe kulit

mengalirkan cairan limfe ke kelompok medial nodi inguinalis

superficialis.
51

d. Canalis Analis.

Panjang canalis analis kurang lebih 4 cm, berjalan ke bawah dan

belakang dari ampulla recti sampai anus. Kecuali saat defekasi,

dinding lateral canalis analis dipertahankan saling berdekatan oleh

musculus levator ani dan musculus spinchter ani.

e. Hubungan :

1. Posterior: di posterior berhubungan dengan corpus

anococcygeum, massa jaringan fibrosa yang terletak di antara

canalis analis dan os coccygeus.

2. Lateral : di lateral berhubungan dengan oleh fossa ischioanalis

yang berisi lemak.

3. Anterior : berhubungan dengan corpus perineale, diaphragma

urogenitale, dan bagian bawah vagina.

Struktur :

a. Tunica mucosa setengah bagian atas canalis analis berasal

dari endoderm usus belakang.

b. Tunica mucosa setengah bagian bawah canalis analis

berasal dari ektoderm proctodeum.

c. Pecten osis pubis menunjukkan tempat pertemuan

setengah bagian atas dengan setengah bagian bawah

canalis analis.
52

d. Tunica muscularis

e. Seperti pada bagian dari atas tractus intestinalis, tunica

muscularis terbagi atas stratum longitudinale di bagian

luar dan stratum circulare di bagian dalam.

f. Musculi spinchter ani

g. Canalis analis mempunyai musculus spinchter ani

internus yang bekerja secara involuntar dan musculus

spinchter ani externus yang bekerja secara voluntar.

h. Musculus spinchter ani internus, dibentuk oleh penebalan

otot polos stratum circulare pada ujung atas canalis

analis. Musculus spinchter ani internus diliputi oleh

lapisan otot lurik yang membentuk musculus spinchter ani

externus voluntary

i. Musculus spinchter ani externus, dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu:

 Pars subcutanea, mengelilingi ujung bawah canalis

analis dan tidak melekat pada tulang.

 Pars superficialis, bagian belakang melekat pada os

coccygeus dan bagian depan pada corpus perineal.

 Pars profunda, mengelilingi ujung atas canalis dan

tidak melekat pada tulang.

 Kedua pars puborectalis musculus levator ani

bergabung dengan pars profunda musculus spinchter


53

ani externus. Serabut musculus puborectalis pada

kedua sisi membentuk sebuah lengkung yang di depan

melekat pada kedua os pubis dan berjalan di

sekeliling junctio anorectalis, menarik junctio ke

depan sehingga canalis analis dan rectum membentuk

sudut yang tajam.

Stratum longitudinale tunica muscularis canalis analis

melanjutkan diri ke atas sebagai stratum longitudinale tunica

muscularis rectum. Otot tersebut membentuk selubung utuh di

sekitar canalis analis dan turun ke bawah pada batas di antara

musculus spinchter ani internus dan externus. Sebagian

stratum longitudinale melekat pada kedua tunica mucosa

canalis analis, sedangkan lainnya berjalan ke lateral ke dalam

fossa ischianalis atau melekat pada kulit perinealis.

Pada perbatasan di antara rectum dan canalis analis

(junction anorectalis), musculus spinchter ani internus,

musculus spinchter ani externus pars profunda, dan musculus

puborectalis membentuk cincin anorectalis dan dapat diraba

pada pemeriksaan rectal.

2.6 Definisi Ruptur Perineum


Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi

pada persalinan pervaginam. Tempat yang paling sering mengalami robekan


54

akibat persalinan ialah perineum. Robekan perineum umumnya unilateral,

namun dapat juga bilateral.28

Robekan pada diafragma urogenitalis dan musculus levator ani yang

terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat

terjadi tanpa adanya luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga

tidak ada kelihatan dari luar. Robekan demikian dapat melemahkan dasar

panggul, sehingga mudah terjadi prolapsus genitalis. Robekan perineum dapat

mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas

dari jaringan sekitarnya. Diagnosis perineum perinea ditegakkan dengan

pemeriksaan langsung. Pada tempat terjadinya perlukaan akan timbul

perdarahan yang bersifat arterial. Dengan dua jari di tangan kiri luka dibuka,

bekuan darah diangkat, lalu luka dijahit secara rapi.

Corpus perineale merupakan jaringan fibromuskular yang berbentuk

biji yang terletak di antara bagian bawah vagina dan canalis analis. Corpus

perineale difiksasi pada posisinya oleh insersio otot-otot perinealis dan oleh

perlekatan musculus levator ani. Pada perempuan struktur corpus perineale

jauh lebih besar dibandingkan laki-laki, dan berfungsi sebagai penyokong

dinding posterior vagina. Rusaknya corpus perineale akibat robekan saat

persalinan dapat diikuti dengan kelemahan yang menetap dari dasar pelvis.

Sedikit sekali perempuan yang dapat bebas dari cedera jalan lahir saat

persalinan. Masih sebagian besar mengalami sedikit cedera berupa abrasi

dinding posterior vagina. Persalinan spontan pada pasien yang tidak

28
28 PB-IDI. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Jakarta: PB-IDI; 2017.
55

mendapat bantuan dapat menyebabkan robekan hebat pada sepertiga bagian

bawah dinding posterior vagina, corpus perineale, dan kulit di atasnya. Pada

robekan yang hebat, laserasi dapat meluas ke belakang sampai canalis analis

dan merusak musculus spinchter ani externus. Pada kasus ini, penting sekali

dilakukan perbaikan dinding canalis analis, vagina, dan corpus perineale

yang akurat secepat mungkin.

Pada penatalaksanaan persalinan, bila diyakini bahwa perineum akan

robek sebelum kepala bayi keluar melalui ostium vaginae, dibuat insisi

melalui kulit perineum dengan arah mediolateral untuk menghindari

spinchter ani. Tindakan ini dikenal sebagai episiotomi. Persalinan sungsang

dan persalinan dengan forceps biasanya didahului dengan episiotomi.

2.6.1 Tanda-Tanda Ruptur perineum

Selama kala dua persalinan, ketika perineum mulai meregang

penolong persalinan pastikan bidan harus selalu mengamati keadaan

perineum secara hati-hati dan kontinu. Dengan pengalaman seorang

dokter maupun bidan seharusnya mampu melihat apakah ada ruptur

perineum yang akan terjadi. Adapun tanda yang menyebabkan

terjadinya robekan perineum adalah:

a. Kulit perineum mulai meregang dan tegang.

b. Saat darah mengalir dari liang vagina, ini sering megindikasikan

c. terjadinya robekan mukosa vagina.

d. Kulit perineum nampak pucat dan mengkilap.

e. Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek.


56

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan

kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut

berasal dari perlukaan jalan lahir.

2.6.2 Klasifikasi Ruptur perineum

Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat Ruptur

perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu:29

1. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah:

a. Mukosa Vagina

b. Komisura posterior

c. Kulit perineum

2. Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah

a. Mukosa Vagina

b. Komisura posterior

c. Kulit perineum

d. Otot perineum

3. Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah

a. Sebagaimana perineum derajat dua

b. Otot sfingter ani

4. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah
29
Kemenkes RI. Pelatihan Klinik Asuhan Persaliann Normal. 2008.
57

a. Sebagaimana perineum derajat tiga

b. Dinding depan rectum

2.6.3   Penanganan Ruptur perineum

Penanganan Ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan

dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan

memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah

vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan

menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat

dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup. Prinsip yang

harus diperhatikan dalam menangani Ruptur perineum adalah:30

1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir,

segera periksa perdarahan tersebut berasal dari adanya retensio

plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.

2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, bisa

dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada

jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan

jahitan pada robekan perineum :

a. Reparasi pertama dimulai dari titik pangkal robekan sebelah

dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis

demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.

b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka baik, tetapi apabila terjadi

30
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Jakarta: WHO Indonesia; 2013.
58

perdarahan segera dijahit dengan menggunakan benang catgut

secara angka delapan atau dengan jelujur.

c.  Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II

jika ditemukan adanya robekan tidak rata atau bergerigi harus

diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Mula

-mula otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.

Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.

Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit

perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.

d.  Robekan perineum tingkat III: penjahitan yang pertama pada

dinding depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal

dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik

sehingga bertemu kembali.

e.  Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani

yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus,

kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga

bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis

seperti menjahit robekan perineum tingkat I.

2.6.4  Meminimalkan Derajat Ruptur perineum

Menurut Mochtar (1998) persalinan yang salah adalah salah satu

sebab terjadinya Ruptur perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan

Persalinan Normal (2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan

perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan
59

seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau meminimalkan

robekan pada perineum. Cara-cara yang dianjurkan untuk

meminimalkan terjadinya Ruptur perineum diantaranya adalah:

1. Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), penolong meletakkan kain

yang bersih dan kering yang dilipat sepertiganya di bawah bokong

ibu dan menyiapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu, untuk

mengeringkan bayi segera setelah lahir

2. Melindungi perineum dengan satu tangan dengan kain bersih dan

kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan empat jari tangan

pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.

3. Menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada

saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.

4. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala, bahu,

dan seluruh tubuh bayi secara bertahap dengan hati-hati dapat

mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan

perineum.

2.6.5 Bahaya dan Komplikasi Ruptur perineum

a. Perdarahan pada Ruptur perineum dapat menjadi bahaya khususnya

pada perineum derajat dua dan tiga atau jika perineum meluas ke

samping atau naik ke vulva mengenai clitoris yang menyebabkan

keluarnya darah secara terus menerus.


60

b.  Laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses

karena dekat dengan anus. Infeksi juga dapat menjadi sebab luka

tidak segera menyatu sehingga timbul jaringan parut.

2.6.6   Perawatan Ruptur perineum

Lakukan perawatan khususnya perineum bagi wanita setelah

melahirkan mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah

infeksi dan meningkatkan penyembuhan. Prinsip-prinsip dasarnya

adalah sebagai berikut:

a. Lakukan pencegahan dengan kontaminasi dari rectum

b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma.

c. Membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan

bau.

Dengan menerapkan prinsip ini, prosedur yang disarankan pada ibu

adalah:

1. Mencuci tangan sesuai prasat.

2. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah

mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam

kantong plastik.

3. Berkemih dan BAB ke toilet

4.  Cuci tangan.

a) Persiapan alat dan bahan

1. Satu pasang handscoen

2. Gaas Steril
61

3. Kom berisi bethadine

4. Kapas Savlon

5. Nerbeken

a) Cara Kerja

1. Vulva Hygiene

2. Membantu ibu untuk mengambil posisi litotomi

3. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang

bersih yang mengalir.

4. Pakai sarung tangan disenfeksi tinggi atau steril.

5. Dengan menggunakan 1 kapas savlon, oleskan dari atas

ke bawah pada labia minora (dimulai dari bagian yang

terjauh dari petugas). Terakhir oleskan 1 kapas savlon

dari bagian sampai ke bawah vulva 1 kali.

b).  Vagina toilet

1. Gulungkan gaas bethadin pada jari telunjuk dan jari

tengah, kemudian oleskan ke dalam vagina dengan

memutar 360 derajat.

2. Kompres bethadine

2.6.7 Sintesa Ruptur perineum

Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi

lahir disebabkan oleh persalinan normal atau persalinan dengan

tindakan (episiotomi). Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum

yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput


62

darah, jaringan pada septum rectovaginal, otot-otot fasia perineum dan

kulit depan perineum.

2.6.8 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Pengertian Manajemen Kebidanan

b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosis kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

c. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan

d. Menurut Varney (2008) proses manajemen kebidanan dalam tujuh

langkah yang pada waktu tertentu dapat diperluas dan diperbaharui.

Hal ini mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan

evaluasi. Tujuh langkah itu adalah:31

 Langkah I : Identifikasi dan analisa Data

Melakukan Identifikasi dan analisa data (pengkajian)

pengumpulan data untuk menialai kondisi klien. Yang

termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan panggul, pemeriksaan fisik, serta catatan tentang

kesehatan yang lalu dan sekarang serta hasil pemeriksaan

laboratorium

 Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

31
Varney H loc.cit
63

Mengidentifikasi data secara spesifik ke dalam suatu rumusan

diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah

digunakan kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang

berbeda-beda. Problem klien menguraikan keadaan yang ia

rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering di definisikan oleh

bidan yang di fokuskan pada apa yang di alami oleh klien.

 Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor-

faktor potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan

pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil

menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu

yang mungkin terjadi.

 Langkah IV : Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus

selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini

menghasilkan data baru segera di nilai. Data yang muncul

dapat menggambarkan suatu keadaan darurat di mana bidan

harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

 Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan

antisipasi diagnosa dan problem serta meliputi data-data

tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif

bukan hanya meliputi kondisi klien serta konseling, bila perlu


64

mengenai ekonomi, agama, budya, ataupun masalah

psikologis.

 Langkah IV: Implementasi Asuhan Kebidanan

Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun

bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus

melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurabgi

waktu perawatn dan biaya perwatan serta akan meningkatkan

kualitas pelayanan kebidanan klien.

 Langkah VII: mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini

bidan harus melakukan pengamatan dan obsevasi terhadap

masalah di atasi seluruhnya, sebagian telahdipecahkan atau

mungkin timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan

evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk

menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang

dilakukan.

e. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Menurut Simatupang E.J (2006), metode empat pendokumentasian

yang disebut soap ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan

kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan hasil klien dalam

rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan kemajuan

yaitu:32

1) Subjektif (S)
32
Simatupang EJ. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2008.
65

Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh pasien

2) Objektif (O)

Apa yang dilihat dan di raba, dirasakan oleh bidan saat

melakukan pemeriksaan, serta pemeriksaan laboratorium.

3) Assesment (A)

Kesimpulan apa yang di buat berdasarkan data subjektif dan

objektif Sebagai hasil pengambilan keputusan klinis terhadap

klien tersebut.

4) Planning (P)

Apa yang dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi

terhadap keputusan klinis yang diambil dalam rangka

mengatasi masalah klinis klien atau memenuhi kebutuhan

klien.
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
KERANGKA ANALISA

3.1 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan bagan yang menujukan variabel-variabel

yang akan diteliti dan variabel yang berkaitan dengan penelitian tapi tidak

diteliti. Variabel-variabel yang terdapat dalam kerangka teori merupakan

ringkasan dari variabel-variabel yang diuraikan ditinjauan pustaka.33

Faktor Ibu
 Paritas
 Jarak kehamilan
 Cara meneran
 Usia
Factor janin
 Berat badan
 Presentasi janin
Factor persalinan
 Ekstaksi forcep
 Ekstraksi vakum
 Trauma alat
 Episiotomi

Ruptur perineum

33
Irmawartini, Nurhaidah. Metodologi penelitian bahan ajar kesehatan lingkungan. Jakarta: PPSDM Kemenkes; 2017.

66
Gambar 3.1.1 Kerangka Teori faktor – faktor yang berhubungan dengan
terjadinya Ruptur perineum pada ibu bersalin di RSU Dr. Pringadi Medan Periode
januari – desember tahun 2007
Sumber : Nasution N, 2011

67
68

Posisi Ibu Bersalin


Ruptur perineum

Gambar 3.1.2 Kerangka Konsep hubungan posisi meneran pada ibu bersalin
normal dengan ruptur perineum di BPM Trien di Boyolali periode januari – april
tahun 2012
Sumber : Anita Dewi L dan Suwinah, 2013

Posisi Tangan Penolong Ruptur Perineum

Gambar 3.1.3 Efektivitas posisi tangan penolong dalam pencegahan Ruptur


perineum Tahun 2013
Sumber : Mulyanti Priyantini dan Ely Eko Agustina, 2014

3.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti.34 Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu variabel independen

(bebas) yaitu posisi tangan penolong, cara meneran, dan posisi bersalin ibu

dan varibel dependen (terikat) yaitu ruptur perineum.

Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang

digunakan sebagai berikut :


34
Notoadmojo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
69

Variabel Bebas Variabel Terikat


Kelompok
Intervensi
Faktor Ibu
 Cara Meneran Ruptur perineum
 Posisi Ibu Bersalin
Faktor Penolong
 Posisi Tangan
Penolong

Kelompok
kontrol

Gambar 3.2 Kerangka Konsep


3.3 Kerangka Analisis

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat disimpulkan bahwa kerangka analisis:

R X1 O1
R X2 O2

R X3 O1
R X4 O2

R X5 O1
R X6 O2

Gambar 3.3 Kerangka Analisis


70

Keterangan:
R: Kelompok yang dipilih secara random
X1: Perlakuan Pencegahan Ruptur perineum Dengan Posisi Tangan
Menurut Varney
X2: Perlakuan Pencegahan Ruptur perineum Dengan Posisi Tangan
Menurut APN
X3: Perlakuan Pencegahan Ruptur perineum Dengan Penyuluhan Cara
Meneran
X4 : Perlakuan Pencegahan Ruptur perineum Dengan Tidak dilakukan
Penyuluhan Cara Meneran
X5: Perlakuan Pencegahan Ruptur perineum Dengan Posisi Bersalin
Dengan Lateral
X6 : Perlakuan Pencegahan Ruptur perineum Dengan Posisi Seetngah
Duduk
O1 : hasil posttest kelas eksperimen
O2 : hasil posttest kelas Kontrol
71

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.4 Definisi Operasional


N Variabel Definisi Definisi Alat Cara ukur Hasil ukur Skala
o konsep operasional ukur
1. Ruptur Ruptur Robekan Lembar Checklist 0 : Tidak Interval
perineum perineum yang terjadi Cheklist . terjadi
pada ibu adalah di perineum perineum
bersalin robekan pada saat 1 : Terjadi
yang persalinan perineum
terjadi derajat I dari
pada mukosa
perineum vagina,
yang komisura
biasanya posterior, dan
disebabka kulit perineum
n oleh 2 : Terjadi
trauma perineum
saat derajat II dari
persalina mukosa
n vagina,
(Maemun komisura
ah, 2005). posterior,
kulit perineum
sampai otot
perineum
3 : Terjadi
perineum
derajat III dari
mukosa
vagina,
komisura
posterior,
kulit
perineum,
otot perineum,
sampai otot
sfingter ani
4 : Terjadi
perineum
derajat IV dari
mukosa
vagina,
komisura
72

posterior,
kulit perineum,
otot perineum,
otot sfingter
ani sampai
dinding depan
rectum

2. Posisi Salah satu Bidan Lembar Checklist  Menurut Nominal


tangan upaya meletakkan Checklist . Varney:
Penolong untuk tangan yaitu
mencegah kanan atau tangan
terjadinya tangan untuk
Ruptur dominan menahan
perineum pada bagian verteks
Adalah perineum. bayi sama
melindun Hal tersebut dengan
gi dilakukan perasat
perineum untuk APN,
pada kala menjaga sementara
II perineum tangan
persalina agar tidak yang
n saat robek berada
kepala pada posisi
bayi menopang
membuka perineum,
vulva diatur
diameter ( dengan
5-6 cm ) meletakkan
yaitu saat ibu jari
diameter pada
terbesar tingkat
kepala garis
melewati tengah
vulva kunci paha
dengan pada sisi
menggun perineum,
akan letakkan
telapak jari tengah
tangan anda pada
penolong. ketinggian
Tujuan kunci paha
73

melindun pada sisi


gi yang lain,
perineum berikan
adalah tekanan
untuk kearah
menguran jempol dan
gi jari anda
peregang dan
an kemudian
berlebiha ke arah
n (JNPK- dalam
KR.2008 terhadap
). setiap
tengah
perineum
(Varney,
2004).
 Metode
APN
3. Cara Dorongan Cara Lembar Checklist  Dilakukan Nominal
Meneran pada meneran Cheklist . Penyuluha
fundus sangat n Cara
meningka menentukan meneran.
tkan untuk  Tidak
resiko keluar nya dilakukan
terjadinya bayi dan cara
distosia meneran meneran
bahu dan dilakukan
perineum saat HIS
uteri. terjadi dan
Cegah saat HIS
setiap berhenti ibu
anggota tidak
keluarga dianjurkan
yang untuk
mencoba meneran
melakuka
n
dorongan
pada
fundus
(JNPK-
KR.2008)
74

3.5 Hipotesis

Berdasarkan data diatas hipotesis yang diajukan adalah:

a. Terdapat perbedaan antara posisi tangan menurut Varney dan metode

APN dalam mencegah ruptur perineum

b. Terdapat perbedaan antara penyuluhan cara meneran dan tanpa

penyuluhan dalam mencegah ruptur perineum

c. Terdapat perbedaan antara posisi bersalin lateral dan setengah duduk

dalam mencegah ruptur perineum.


75

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain eksperimen

dengan pendekatan posttest only control group design. Desain tersebut

membagi subyek penelitian secara random ke dalam kelompok intervensi

dan kelompok kontrol, dengan pengukuran dilakukan sesudah diberikan

intervensi. Desain ini dipilih karena variabel terikat penelitian ini hanya bisa

diobservasi setelah perlakuan.35

4.2 Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian ini terdiri dari lembar cheklist untuk data

primer dan rekam medik untuk data sekunder

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Gambaran Daerah Umum Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Karangan Kecamatan

Mempawah Hulu. Penelitian dilakukan di Puskesmas ini karena

kejadian Ruptur perineum pada ibu bersalin tahun 2017 masih tinggi

yaitu sebesar 87,5%.36 Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan

September 2018.

35
Hastjarjo D. Ringkasan buku Cook & Campbell. Quasi- Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings.
Houghton Mifflin Co. 2008.
36
Puskesmas Karangan loc.cit
76

Kegiatan Apr Mei Juni Juli Agust Septemb Oktobe Novemb


il us er r er
Penyusuna X
n proposal

ACC X
Proposal

Pengumpul X
an data

Pengolahan X
dan analisis
hasil

Seminar X
hasil
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian

4.3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang

diteliti.37 Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

mengalami Ruptur perineum di Puskesmas Karangan.38 Jumlah populasi

pada penelitian ini berdasarkan data tahun 2017 di Puskesmas Karangan

yaitu sebanyak 140 kasus.

Sampel merupakan bagian dari polpulasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dalam

37
Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Jakarta: Alfabeta; 2016.
38
Puskesmas Karangan loc.cit
77

penelitian.39 Sampel dalam penelitian ini terdiri atas dikelompokkan

menjadi:

1. Sampel untuk mengetahui efektivitas posisi tangan dalam mencegah

perineum perineum. Sebagai kelompok perlakuan adalah posisi

tangan. menurut Varney, sedangkan sebagai kelompok kontrol yaitu

posisi tangan metode APN.

2. Sampel untuk mengetahui efektivitas cara meneran dalam

mencegah Ruptur perineum. Sebagai kelompok perlakuan adalah

kelompok yang diberi penyuluhan cara meneran, sedangkan sebagai

kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi penyuluhan.

3. Sampel untuk mengetahui efektivitas posisi bersalin dalam

mencegah Ruptur perineum. Sebagai kelompok perlakuan adalah

posisi bersalin lateral, sedangkan sebagai kelompok kontrol adalah

posisi bersalin setengah duduk.

Besar sampel untuk desain eksperimen ditentukan dengan

menggunakan rumus Federer.40 setiap variabel bebas terdiri atas 6

kelompok, maka diketahui t = 6

Rumus :

(n-1)(t-1) ≥ 15

(n-1)(6-1) ≥ 15

(n-1) (5) ≥ 15

39
Notoatmojo S loc.cit
40
Irmawartini, Nurhaedah loc.cit
78

n-1 ≥ 3 + 1

n≥4

Keterangan :

n : jumlah sampel tiap kelompok

t : Jumlah kelompok

Berdasarkan hasil perhitungan sampel dengan menggunakan rumus

Federer di atas maka didapatkan jumlah sampel minimal untuk tiap

kelompok sebesar 4 sampel (n≥4). Peneliti kemudian menetapkan

jumlah sampel untuk tiap kelompok sebanyak 10 sampel, sehingga

jumlah total sampel total untuk 6 kelompok dalam penelitian ini

sebanyak 60 sampel.

Tabel 4.2. Pembagian kelompok dan jumlah sampel penelitian


Variabel Kelompo Jumlah Keterangan
k sampel
Posisi Kontrol 10 Ibu bersalin dengan posisi tangan APN
Intervensi 10 ibu bersalin dengan posisi tangan menurut
bersalin
Varney
Posisi Kontrol 10 Ibu bersalin dengan posisi setengah duduk
Intervensi 10 Ibu bersalin dengan posisi bersalin lateral
meneran
Cara Kontrol 10 Ibu bersalin dengan penyuluhan cara
meneran meneran
Intervensi 10 Ibu bersalin tanpa penyuluhan cara
meneran

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik accidental sampling. Pemilihan sampel dengan


79

metode ini dilakukan seadanya berdasarkan kemudahan dalam

menemukan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada ibu yang

akan bersalin di Puskesmas karangan sampai memenuhi total sampel

yang diinginkan.41

Sampel selanjutnya dilakukan acak sistematik. Sampel yang

pertama datang akan diberikan nomor urutan dimulai dari urutan 1

sampai 6 untuk diundi mewakili masing-masing kelompok penelitian,

selanjutnya secara sistematis diambil sesuai kelipatan n+6.

Tabel 4.1 Daftar nomor urut pengambilan sampel


No. Daftar kelompok Nomor urut ke-
1. kelompok perlakuan posisi tangan 1,7,13,19,25,31,37,43,49,60
menurut Varney
2. kelompok kontrol posisi tangan metode 4,10,16,22,28,34,40,46,50,5
APN 9
3. kelompok perlakuan posisi meneran 2,8,14,20,26,32,38,44,51,58
lateral
4. kelompok kontrol posisi meneran 6,12,18,24,30,36,42,48,52,5
setengah duduk 7
5. kelompok perlakuan; kelompok yang 3,9,15,21,27,33,39,45,53,56
diberi penyuluhan cara meneran
6. kelompok kontrol; kelompok yang tidak 5,11,17,23,29,35,41,47,54,5
diberi penyuluhan 5

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan di Puskesmas Karangan dengan

menggunakan sampel ibu bersalin di Puskesmas Karangan. Sampel

yang telah dirandomisasi selanjutnya dilakukan intervensi dan kontrol.

Pengukuran dengan menggunakan alat ukur lembar cheklist dilakukan

41
Irmawartini, Nurhaedah loc.cit
80

setelah perlakuan untuk mengetahui efek dari intervensi. Lembar

cheklis yang telah lengkap selanjutnya akan dilakukan pengolahan data.

Ibu bersalin yang memenuhi kriteria penelitian diminta persetujuan dan

selanjutnya diikutsertakan dalam penelitian.

4.3.5 Syarat Sampel

a. Kriteria Inklusi

 Semua ibu bersalin dengan kondisi ibu dan janin dalam kondisi

sehat di Puskesmas Karangan

 Semua ibu yang akan partus atterm.

 Semua ibu yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian

b. Kriteria Eksklusi

 Ibu yang melahirkan bayi dengan berat ≥ 4000 gram

 Ibu dengan kehamilan dan persalinan risiko tinggi

 Pengisian data lembar ceklis yang tidak lengkap

 Ibu yang menolak ikut serta dalam penelitian

4.4 Management Data

4.4.1 Pengumpulan Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli (tanpa melalui perantara). Data primer dikumpulkan

berbentuk lembar cheklist pada awal penelitian yang dilakukan terhadap

sampel terkait efektivitas pencegahan ruptur perineum dengan posisi

tangan penolong, cara meneran dan posisi bersalin. Sampel dibagi


81

menjadi kelompok posisi tangan, cara meneran dan posisi bersalin.

Masing-masing kelompok akan dibagi lagi menjadi kelompok

perlakuan dan kontrol. Pengukuran derajat ruptur perineum pada

masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan melalui

lembar cheklist dengan skala pengukuran nominal. Penelusuran data

sekunder atau dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data

untuk memperoleh informasi dengan menyalin data yang telah tersedia

(data sekunder) ke dalam form isian yang disusun. Dalam penelitian ini

data sekunder berupa rekam medik digunakan untuk mendapatkan data

mengenai subyek penelitian seperti identitas, riwayat obstetrik, dan

riwayat penyakit.

4.4.1.1 Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Setelah proposal penelitian yang diajukan oleh peneliti

disetujui para pembimbing, peneliti mengajukan surat permohonan

penelitian ke kampus, kemudian meminta surat permohonan ijin ke

Puskesmas Karangan Kecamatan Mempawah Hulu, sebagai tempat

penelitian. Setelah semua disetujui peneliti mengumpulkan sampel

dari populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi sampel dan menggunakan teknik accidental sampling.

Data-data yang sudah ada selanjutnya akan dinput.

Langkah-langkah dalam menginput data adalah sebagai berikut:

a. Coding (Pengkodean Data)


82

Coding adalah merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka / bilangan kegunaan koding untuk

mempermudah kita pada saat analisis data dan juga pada entry

data.

b. Checking (Pengecekan Data)

Checking adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Dalam proses checking

ini saya meminta bantuan kepada teman untuk mengoreksi

kembali bila terdapat data yang salah.

c. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah di entry,

apakah ada kesalahan atau tidak, selanjutnya dilakukan

analisis data.

d. Data Bersih

Setelah di cleaning tidak ada yang belum terisi, kemudian

dengan menggunakan coding atau pengkodean agar data bisa

dimasukkan ke dalam program komputerisasi untuk

pengolahan data.

4.4.2 Pengolahan Data

4.4.2.1 Deskripsi Data (Univariat)

Analisis univariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mendapatkan distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Untuk


83

mengetahui presentase data diolah menggunakan program

komputerisasi.42

4.4.2.2 Deskripsi Data Bivariat

Data bivariat digunakan untuk melakukan pembuktian

perbandingan antara variabel independent dengan variabel

dependent. Penghitungan statistik bivariat efektivitas pencegahan

Ruptur perineum pada posisi tangan penolong, cara meneran dan

posisi bersalin pada kelompok perlakuan dan kontrol menggunakan

uji U Mann-Whitneyy. Uji U Mann-Whitney pada penelitian ini

digunakan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak

berpasangan dengan data skala nominal tidak berdistribusi normal.

Jika tingkat signifikan (2-tailed) < ½α (nilai α = 0,05, 1/2α = 0,025)

atau p value (2-tailed) < 0,025, maka Ho ditolak yang berarti ada

pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat dan jika p value (2-

tailed) > 0,025, maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh

variabel bebas dengan variabel terikat.

4.4.3 Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengolah

data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data

tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

42
Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
84

Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah dengan

melakukan prosedur sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian

yang terpilih mempresentasikan populasinya, maka biasanya

dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji

Shapiro Wilk. Dengan ketentuan jika signifikansi lebih besar dari

0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.43

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji

hipotesis. Jika data berdistribusi normal maka selanjutnya akan

dilakukan uji homogenitas dan uji hipotesis t independent. Namun

jika data tidak berdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan uji

hipotesi non parametrik yaitu uji U Mann-Whitney. Jika tingkat

signifikan (2-tailed) < ½α (nilai α = 0,05, 1/2α = 0,025) atau p value

(2-tailed) < 0,025, maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh

variabel bebas dengan variabel terikat dan jika p value (2-tailed) >

0,025, maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh variabel

bebas dengan variabel terikat.

4.4.4 Penyajian Data

Dalam penelitian ini hasil yang telah diperoleh akan disajikan dalam

bentuk penyajian data sebagai berikut :


43
Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
85

1. Naratif

Penyajian secara teks adalah penyajian data hasil penelitian dalam

bentuk kalimat.. Penyajian dalam bentuk teks merupakan gambaran

umum tentang kesimpulan tentang hasil pengamatan. Dalam bidang

kesehatan, penyajian dalam bentuk teks hanya digunakan untuk

memberi informasi.

2. Tabel

Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun menurut

kategori-kategori sehingga memudahkan dalam pembuatan analisis

data. Penyajian data dalam bentuk tabel bertujuan untuk memberikan

informasi dan gambar mengenai jumlah secara terperinci sehingga

memudahkan pengolah data dalam menganalisis data tersebut.


BAB V
GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1 Visi dan Misi Puskesmas Karangan

5.1.1 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas perawatan karangan adalah menjadikan puskesmas karangan

sebagai puskesmas perawatan yang bermutu, mandiri, dan tempat

rujukan bagi masyarakat.44

5.1.2 Misi

Untuk mencapai tidak terlepas dari visi diatas untuk mencapai

masyarakat mandiri dan berkualitas di Kecamatan Mempawah Hulu

maka dirumuskan misi untuk mencapai tujuan tersebut. Adapaun nilai

tersebut adalah

a. Memberikan pelayanan prima.

b. Meningkatkan pelayanan dasar, rujukan dan mengembangkan

pelayanan kesehatan spesialistik.

c. Menyelenggarakan pelayanan dasar paripurna bermutu dan

terjangkau.

d. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan

memberdayakan masyarakat.

Yang bertujuan untuk:

a. Terselenggaranya manajemen pelayanan kesehatan yang akuntabel

44
Puskesmas Karangan. Profil Puskesmas Karangan Tahun 2017. Karangan: Puskesmas Karangan; 2018

86
87

b. Terpenuhinya pelayanan kesehahatan secara adil dan berkualitas

c. Terwujudnya masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat.

5.2 Letak Geografis Puskesmas Karangan

Puskesmas Karangan adalah salah satu puskesmas yang berada di

wilayah Kecamatan Mempawah Hulu dengan Titik Koordinat N : 00 0 330

41,710 dan E : 1090 220 51,120 secara geografis Puskesmas Karangan

mempunyai Batasan wilayah binaan sebagai berikut:

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banyuke Hulu dan

Sengah Temila Kabupaten Landak

 Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Menjalin dan Sompak

Kabupaten Landak

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Samalantan dan

Monterado Kabupaten Bengkayang

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan menjalin Kabupaten

Landak dan Kecamatan Sadaniang Kabupaten Mempawah.

Luas Wilayah Puskesmas Karangan yang membawahi 17 Desa binaan

dengan Luas 495,63 KM245

45
Puskesmas Karangan loc.cit
88

Tabel 5.2 Luas Wilayah Menurut Desa Puskesmas Karangan Tahun 2017

No Desa Luas Wilayah


(km2)
1 KARANGAN 17,1
2 SAILO 42,4
3 PAHOKNG 35,5
4 MENTONYEK 14,1
5 SAMPURO 29,2
6 SALAAS 23,2
7 SABAKA 27,6
8 TUNANG 46,6
9 TIANG TANJUNG 29,6
10 GARU 29,5
11 BILAYUK 29,3
12 CAOKNG 30,7
13 SALUMANG 22,8
14 ANSOLOK 25,7
15 PARIGI 21,0
16 BABANT 36,2
17 SUNGE LAKI 34,3
JUMLAH 494,6
Sumber : Profil Puskesmas Tahun 2017
89

5.3 Demografi

5.3.1 Jumlah Kelompok Penduduk Rental

Tabel 5.3.1 Luas Wilayah Administrasi Pemerintahan, Jumlah


Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Landak Tahun 2017
NO DESA LUAS JUMLAH JUMLAH RATA- KEPADAT
WILAY PENDUDU RUMAH RATA AN
AH K TANGGAP JIWA/ PENDUDU
(km2) RUMAH K
TANGGA per km2
1 KARANGAN 17,1 2.500 762 3.28 146,37
2 SAILO 42,4 2.633 634 4.15 62,66
3 PAHOKNG 35,5 2.100 543 3.87 59,10
4 MENTONYEK 14,1 1.675 421 3.98 118,96
5 SAMPURO 29,2 1.430 436 3.28 48,97
6 SALAAS 23,2 2.206 519 4.25 95,42
7 SABAKA 27,6 2.048 410 5.00 74,12
8 TUNANG 46,6 4.198 956 4.39 89,78
9 T.TANJUNG 29,6 2.488 649 3.83 84,17
10 GARU 29,5 1.914 557 3.44 64,95
11 BILAYUK 29,3 1.442 359 4.02 49,23
12 CAOKNG 30,7 2.125 439 4.84 69,31
13 SALUMANG 22,8 1.306 314 3.83 57,31
14 ANSOLOK 25,7 1.344 265 5.07 52,28
15 PARIGI 21,0 1.347 278 4.85 64,23
16 BABANT 36,2 1.568 364 4.31 43,36
17 SUNGE LAKI 34,3 2.908 647 4.49 84,66
494 35.232 8.580 4.11 71
Sumber : Profil Puskesmas Tahun 2017

Komposisi Penduduk

a. Jumlah Penduduk Puskesmas Karangan

Registrasi Penduduk oleh BPJS akhir tahun 2017 mencapai 35.232

jiwa, yang meliputi penduduk laki – laki 18.503 (52,51 %) dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 16,729 jiwa (47,48 %)

jumlah rumah tangga 8.580.


90

b. Penyebaran Penduduk

Distribusi Penduduk wilayah kerja Puskesmas Karangan Tahun

2017 menurut umur dan jenis kelamin bahwa kelompok usia

ketergantungan lebih kecil sehingga dari usia produktif

pengembangan dibidang sosial dan ekonomi sudah cukup baik.

c. Kepadatan Penduduk

Luas wilayah sebesar 494,6 Km2 dengan penduduk 35.232 berarti

memiliki kepadatan 71 penduduk per Km2, ratio jenis kelaminnya

sebesar 110.60 yang berate tiap 110 penduduk laki – laki terdapat

100 penduduk perempuan. Rata – rata jiwa / rumah tangga sebesar

4,1 bearti tiap rumah tangga terdapat dari 4 ( empat ) orang.

5.3.2 Sarana Pendidikan

Jumlah sekolah dilingkungan DepDiknas Puskesmas Karangan

Kabupaten Landak akhir tahun 2017 meliputi sekolah TK Swasta

sebanyak 2 buah, SD Negri sebanyak 42 buah, SD Swasta sebanyak 4

buah MIN 1 buah, SLTP Negeri sebanyak 4 buah, SLTP Swasta

Sebanyak 7 buah, SMU Negri 1 buah, SMU Swasta sebanyak 3 buah,

SMK Negri 1 buah, SMK Swasta 1 buah.

5.3.3 Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan di Puskesmas terdiri dari 1 Ruangan Poly

Umum, 1 Ruangan Poly Gigi, 1 Ruangan Poly Lansia, 1 Ruangan

MTBS, 1 Ruangan Laboraturium, 1 Ruangan Apotik, 1 Ruangan


91

KIA/KB, 1 Ruangan Bersalin, 1 Ruangan nifas, dan 3 Ruangan Rawat

Inap, 5 Pustu, 5 Polindes, 2 Mobil Ambulace, dan 2 Motor Dinas.

5.4 Profil Puskesmas Karangan

5.4.1 Tenaga Formal

Tabel 5.4.1 Tenaga Formal Puskesmas


No Jabatan Jumlah
1 Dokter Umum 3 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Bidan 13 orang
4 Perawat 18 orang
5 Sanitarian 1 orang
6 Nutrisionis 1 orang
7 Perawat Gigi -
8 Kesehatan Masyarakat 3 orang
9 Apoteker -
10 Rekam Medis -
11 Analis Kesehatan -
12 Cleaning Service -
13 Supir Ambulance -
14 Administrasi 2 orang
15 Pekarya 3 orang
Jumlah 45 orang
Sumber : Profil Puskesmas Tahun 2017
5.4.2 Tenaga Informal

Tabel 5.4.2 Tenaga Informal Puskesmas


No Jabatan Jumlah
1 Dokter Umum -
2 Dokter Gigi -
3 Bidan 8 orang
4 Perawat 3 orang
5 Sanitarian -
6 Nutrisionis 1 orang
7 Perawat Gigi 1 orang
8 Kesehatan Masyarakat 2 orang
9 Apoteker 1 orang
92

10 Rekam Medis 1 orang


11 Analis Kesehatan 1 orang
12 Cleaning Service 1 orang
13 Supir Ambulance 1 orang
14 Administrasi -
15 Pekarya -
Jumlah 20 Orang
Sumber : Profil Puskesmas Tahun 2017
5.4.3 Sasaran Program Kesehatan Ibu Anak sanmd

Tabel 5.4.3 Sasaran Program Kesehatan Ibu Anak


N INDIKATOR PROGRAM KIA
O
1 K1
2 K4
3 PN FASYANKES
4 PN
5 KF 1
6 KF 2
7 KF3
8 PENANGAN KOMPLIKASI MATERNAL
9 KB AKTIF
10 KN 1
11 KN 3
12 PENANGAN KOMPLIKASI NEONATAL
13 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI
14 CAKUPAN KUNJUNGAN BALITA

Sumber : Profil Puskesmas Tahun 2017

5.4.4 Pencapaian Program Kesehatan Ibu Anak

Tabel 5.4.4 Pencapaian Program Kesehatan Ibu Anak


93

NO INDIKATOR PROGRAM PENCAPAIAN (%)


1 K1 99
2 K4 95
3 PN FASYANKES 94
4 PN 96
5 KF 1 93
6 KF 2 93
7 KF3 93
8 PEN KOMPLIKASI MATERNAL 77
9 KB AKTIF 75
10 KN 1 98
11 KN 3 93
12 PEN KOMPLIKASI NEONATAL 83
13 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI 94
14 CAKUPAN KUNJUNGAN BALITA 88

Sumber : Profil Puskesmas Tahun 2017


BAB VI
HASIL PENELITIAN

6.1. Hasil Univariat

6.1.1 Distribusi Sampel berdasarkan Derajat Perineum

Hasil univariat yang digunakan untuk mendeskripsikkan

variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah ruptur

perineum.

Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Derajat Perineum

No Derajat Perineum Frekuensi Persentase %


1 tidak perineum 27 45.0%
2 perineum derajat 1 15 25.0%
3 perineum derajat 2 18 30.0%
4 Perineum derajat 3 0 0%
5 Perineum derajat 4 0 0%
Total 60 100%
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2018)

Berdasarkan tabel 6.1 menunjukkan bahwa total jumlah kasus

pada penelitian ini sebanyak 60 sampel. Derajat perineum yang paling

banyak pada penelitian ini adalah Ruptur perineum derajat 2 sebanyak

18 sampel (30,0%). Perineum derajat 1 didapatkan sebanyak 15 sampel

(25%), sedangkan perineum derajat 3 dan 4 tidak ditemukan dalam

penelitian ini. Jumlah sampel yang tidak mengalami perineum sebanyak

27 sampel (45,0%).

94
95

6.1.2. Distribusi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Tangan


Penolong
Tabel 6.2
Analisis Univariat Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Tangan Penolong

Std.
Kelompok Mean Median Min - Max 95% CI
Deviasi
Posisi Tangan
0,75 0,00 0,91 0,00 – 2,00 0,32 – 1,18
Penolong
Sumber: hasil pengolahan data primer (2018)
Hasil analisis didapatkan skor rata-rata variabel Ruptur

perineum pada kelompok posisi tangan penolong adalah 0,75 dengan

95% CI (0,32 – 1,18), median 0,00, dan standar deviasi 0,91 serta skor

paling rendah 0,00 dan paling tinggi 2,00. Hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa rata-rata skor variabel Ruptur perineum pada

kelompok posisi tangan penolong mencakup keseluruhan populasi

sebesar 0,75, berada pada 95% Confidence Interval antara 0,32 sampai

dengan 1,18.

Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Tangan Penolong

Ruptur perineum n (%)


tidak perineum perineum
perineum derajat 1 derajat 2 Total
posisi tangan Varney 5 (25%) 2 (10%) 3 (15%) 10 (50%)
APN 6 (30%) 1 (5%) 3 (15%) 10 (50%)
Total 11 (55%) 3 (15%) 6 (30%) 20 (100%)
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2018)

Berdasarkan tabel 6.3 menunjukkan bahwa kejadian perineum

paling banyak terjadi pada posisi tangan menurut Varney yaitu

sebanyak 5 sampel, yang terdiri dari 3 kasus perineum derajat 2 dan 2


96

kasus perineum derajat 1. Sedangkan pada posisi tangan menurut APN

yaitu sebanyak 4 sampel, yang terdiri dari 3 kasus perineum derajat 2

dan 1 kasus perineum derajat 1.

6.1.3. Distribusi Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran

Tabel 6.4
Analisis Univariat Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran

Kelompok Mean Median Std. Deviasi Min – Max 95% CI


Cara Meneran 0,85 1,00 0,875 0,00 – 2,00 0,44 – 1,26
Sumber: hasil pengolahan data primer (2018)

Hasil analisis didapatkan skor rata-rata variabel Ruptur

perineum pada kelompok cara meneran adalah 0,85 dengan 95% CI

(0,44 – 1,26), median 1,00, dan standar deviasi 0,875, serta skor paling

rendah 0,00 dan paling tinggi 2,00. Hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa rata-rata skor variabel Ruptur perineum pada

kelompok cara meneran mencakup keseluruhan populasi sebesar 0,85,

berada pada 95% Confidence Interval antara 0,44 sampai dengan 1,26.

Tabel 6.5
Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran

Ruptur perineum n (%)


tidak perineum perineum
perineum derajat 1 derajat 2 Total
cara Penyuluhan 4 (20%) 4 (20%) 2 (10%) 10 (50%)
menera tidak 5 (25%) 1 (5%) 4 (20%) 10 (50%)
n penyuluhan
Total 9 (45%) 5 (25%) 6 (30%) 20 (100%)
Sumber: Hasil pengolahan olah data primer (2018)
97

Berdasarkan tabel 6.5 menunjukkan bahwa kejadian perineum

paling banyak terjadi pada kelompok yang mendapat penyuluhan cara

meneran yaitu sebanyak 6 sampel, yang terdiri dari 2 kasus perineum

derajat 2 dan 4 kasus perineum derajat 1. Sedangkan pada kelompok

yang tidak mendapat penyuluhan yaitu sebanyak 5 sampel, yang terdiri

dari 4 kasus perineum derajat 2 dan 1 kasus perineum derajat 1. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan derajat perineum 2 lebih banyak terjadi

pada kelompok yang tidak mendapat penyuluhan cara meneran (4

kasus) dibandingkan kelompok yang mendapatkan penyuluhan (2

kasus).

6.1.4 Distribusi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Ibu Bersalin

Tabel 6.6
Analisis Univariat Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Ibu Bersalin

Std.
Kelompok Mean Median Min - Max 95% CI
Deviasi
Posisi Ibu
0,95 1,00 0,826 0,00 – 2,00 0,56 – 1,34
Bersalin
Sumber: hasil pengolahan data primer (2018)

Hasil analisis didapatkan skor rata-rata variabel ruptur

perineum pada kelompok posisi ibu bersalin adalah 1,00 dengan 95%

CI (0,56 – 1,34), median 1,00, dan standar deviasi 0,826, serta skor

paling rendah 0,00 dan paling tinggi 2,00. Hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa rata-rata skor variabel ruptur perineum pada

kelompok posisi ibu bersalin mencakup keseluruhan populasi sebesar

0,95, berada pada 95% Confidence Interval antara 0,56 sampai dengan

1,34.
98

Tabel 6.7
Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Bersalin

Ruptur perineum n (%)


tidak perineum perineum
perineum derajat 1 derajat 2 Total
posisi Lateral 5 (25%) 5 (25%) 0 (0%) 10 (50%)
bersalin setengah 2 (10%) 2 (10%) 6 (30%) 10 (50%)
duduk
Total 7 (35%) 6 (30%) 7 (35%) 20(100%)
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2018)

Berdasarkan tabel 6.7 menunjukkan bahwa kejadian perineum

paling banyak terjadi pada posisi bersalin setengah duduk yaitu

sebanyak 8 sampel, yang terdiri dari 6 kasus perineum derajat 2 dan 2

kasus perineum derajat 1. Sedangkan pada posisi bersalin lateral yaitu

sebanyak 5 sampel, yang terdiri dari 5 kasus perineum derajat 1.

6.1.5 Uji Normalitas

Tabel 6.8
Hasil Uji Shapiro-Wilk Variabel Ruptur perineum di Puskesmas Karangan
Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak Kalimantan Barat Tahun 2018

No Kelompok p-value
1 Posisi Tangan Penolong 0,000
2 Cara Meneran 0,000
3 Posisi Ibu Bersalin 0,001
Sumber: hasil pengolahan data primer (2018)

Uji Shapiro-Wilk dilakukan untuk melihat data berdistribusi

normal atau tidak. Hasil uji Shapiro-Wilk variabel Ruptur perineum

pada kelompok posisi tangan penolong didapatkan p-value 0,000,


99

berarti < 0,05, maka disimpulkan variabel Ruptur perineum pada

kelompok posisi tangan penolong tidak berdistribusi normal. Hasil uji

Shapiro-Wilk variabel Ruptur perineum pada kelompok posisi bersalin

didapatkan p-value 0,001, berarti < 0,05, maka disimpulkan variabel

Ruptur perineum pada kelompok posisi bersalin tidak berdistribusi

normal. Selain itu hasil uji Shapiro-Wilk variabel Ruptur perineum

pada kelompok cara meneran didapatkan p-value 0,000, berarti < 0,05,

maka disimpulkan variabel Ruptur perineum pada kelompok cara

meneran tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas pada semua variabel didapatkan hasil data tidak

berdistribusi normal. Sehingga uji homogenitas tidak berlaku dan tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan uji t independent. Uji hipotesis yang

dilakukan selanjutnya adalah uji non-parametrik yaitu uji U Mann-

Whitney.
100

6.1.7 Grafik Histogram

Gr
afik 6.1
Grafik Histogram Variabel Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Tangan
Penolong
Sumber: hasil olah data primer (2018)

Hasil dari tampilan grafik 6.1 dapat dilihat bahwa data tidak mengikuti

grafik histogram, maka distribusi data variabel Ruptur perineum pada kelompok

posisi tangan penolong tidak berdistribusi normal.


101

Grafik 6.2
Grafik Histogram Variabel Ruptur perineum pada Kelompok Cara Meneran
Sumber: hasil olah data primer (2018)

Hasil dari tampilan grafik 6.2 dapat dilihat bahwa tidak

mengikuti grafik histogram, maka distribusi data variabel Ruptur

perineum pada kelompok cara meneran tidak berdistribusi normal.


102

Grafik 6.3
Grafik Histogram Variabel Ruptur perineum pada Kelompok Posisi Bersalin
Sumber: hasil olah data primer (2018)

Hasil dari tampilan grafik 6.3 dapat dilihat bahwa data tidak

mengikuti grafik histogram, maka distribusi data variabel ruptur

perineum pada kelompok posisi bersalin tidak terdistribusi normal.

6.2. Hasil Bivariat

Hasil bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara

variabel independen dengan variabel dependen, yaitu efektivitas posisi

tangan, cara meneran dan posisi bersalin dalam mencegah ruptur perineum

di Puskesmas Karangan.

6.2.1 Efektivitas Posisi Tangan dalam Mencegah Ruptur perineum

Tabel 6.10
Analisa Bivariat Ruptur perineum pada Variabel Posisi Tangan antara Kelompok
Intervensi dan Kontrol
103

Variabel Jumlah Mean Std. Std. p-value (2-


Deviation Error Mean
tailed)
Posisi tangan
Varney
(intervensi) 10 0,80 .919 .291 .768
APN (kontrol) 10 0,70 .949 .300
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2018)

Berdasarkan tabel 6.10 diatas didapatkan bahwa hasil mean

kejadian Ruptur perineum pada posisi tangan metode Varney mean =

0,80 (standar deviasi 0,80 dan stadar error mean 0,291) sebagai

kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan metode APN mean =

0,70 (standar deviasi 0,949 dan standar error mean 0,300), sehingga

dapat disimpulkan bahwa posisi tangan Varney tidak efektif dalam

mencegah Ruptur perineum.

Hasil penghitungan statistik melalui Uji U Mann-Whitney untuk

posisi tangan didapatkan nilai p value (2-tailed) = 0,768 > ½α = 0,025

maka hipotesis 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan posisi tangan metode Varney dan

APN dalam mencegah Ruptur perineum.


104

6.2.2 Efektivitas Cara Meneran dalam Mencegah Ruptur perineum

Tabel 6.11
Analisa Bivariat Ruptur perineum pada Cara Meneran antara Kelompok Intrvensi
dan Kontrol

Variabel Jumlah Mean Std. Std. p-value (2-


Deviation Error Mean
tailed)
Cara meneran
Penyuluhan
(intervensi) 10 0,80 .789 .249 .871
Tidak penyuluhan
(kontrol) 10 0,90 .994 .314
Sumber: Hasil Data Primer tahun 2018

Berdasarkan tabel 6.11 diatas juga didapatkan bahwa hasil mean

kejadian Ruptur perineum pada kelompok yang dilakukan penyuluhan

cara meneran mean = 0,80 (standar deviasi 0,789 dan standar error

mean 0,249) sebagai kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan

kelompok yang tidak dilakukan penyuluhan cara meneran mean = 0,90

(standar deviasi 0,994 dan standar error mean 0,314), sehingga dapat

disimpulkan bahwa penyuluhan cara meneran efektif dalam mencegah

ruptur perineum.

Hasil penghitungan statistik melalui uji mann-whitney untuk

posisi tangan dengan nilai p value (2-tailed) = 0,871 > ½ α = 0,025

maka hipotesis 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan posisi tangan metode varney dan

APN dalam mencegah ruptur perineum.


105

6.2.3 Efektivitas Posisi Bersalin dalam Mencegah Ruptur perineum

Tabel 6.12
Analisa Bivariat Ruptur perineum pada Posisi Bersalin antara Kelompok
Intervensi dan Kontrol

Variabel Jumlah Mean Std. Std. p-value (2-


Deviation Error Mean
tailed)
Posisi bersalin
Lateral
(intervensi) 10 0,50 0,527 .167 .016
Setengah duduk
(kontrol) 10 1,40 .843 .267
Sumber: Hasil Data Primer tahun 2018

Berdasarkan tabel 6.12 diatas didapatkan bahwa hasil mean

kejadian Ruptur perineum pada posisi bersalin lateral mean = 0,50

(standar deviasi 0,527 dan standar error mean 0,167) sebagai kelompok

intervensi lebih rendah dibandingkan posisi bersalin setengah duduk

mean = 1,40 (standar deviasi 1,40 dan standar error mean 0,843),

sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi bersalin lateral efektif dalam

mencegah Ruptur perineum.

Hasil penghitungan statistik melalui uji mann-whitney untuk

posisi tangan didapatkan nilai p value (2-tailed) = 0,016 < ½ α = 0,025

maka hipotesis 0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan posisi tangan posisi bersalin lateral dan

setengah duduk dalam mencegah ruptur perineum.


BAB VII
HASIL PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain, sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperiment posttest only

control group design yang hanya dapat di teliti setelah terjadinya Ruptur

perineum secara bergantian baik dengan kelompok intervensi maupun

kelompok kontrolnya.

2. Pada saat melakukan penelitian ini peneliti mendapat kesulitan dalam

melakukan intervensi dan kontrol pada kejadian ruptur perineum karena

harus diteliti satu persatu.

3. Bidan lebih banyak menggunakan teknik APN, selalu melakukan

penyuluhan tentang teknik cara meneran saat melakukan persalinan dan

selalu melakukan pertolongan persalinan dengan Posisi setengah duduk.

7.2. Teori Terkait Penelitian

7.2.1. Distribusi Frekuensi Keefektivitasan Pencegahan Ruptur perineum

dengan Posisi Tangan Penolong

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 20

orang sampel terdapat hasil penelitian dengan pencegahan ruptur

perineum dengan posisi tangan penolong yaitu nilai Mean 0,75, Median

0,00, SD 0,91, nilai minimum 0,00, nilai maksimum 2,00 dan nilai 95

% Confidence Interval for mean 0,32-1,18.

106
107

Pada kejadian pencegahan Ruptur perineum dengan posisi

tangan penolong yang diteliti dari 20 sampel, kita data melihat hasil

dari nilai mean atau rata – rata dari 20 sampel tersebut yaitu 0,75, nilai

median atau nilai tengahnya yaitu 0,00, nilai minimum atau nilai

terkecil dari 20 sampel tersebut yaitu 0,00, sedangkan nilai maksimum

atau nilai terbesar yaitu 2,00 dengan nilai 95 % CI yaitu 0,32-1,18.

Beberapa teknik telah diperkenalkan dalam melindungi

perineum yaitu pertama menurut APN (Asuhan Persalinan Normal) dari

JNPK- KR yaitu saat kepala bayi berada didepam vulva (5-6 cm)

letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat di bawah bokong ibu,

lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan

kering), ibu jari pada sisi perineum dan empat jari pada sisi yang lain

dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Belakang kepala bayi

ditahan agar posisi kepala bayi tetap fleksi pada saat keluar secara

bertahap melewati introitus dan perineum. Teknik melindungi perineum

yang kedua adalah posisi tangan menurut varney yaitu tangan untuk

menahan vertex bayi sama dengan perasat APN sementara tangan yang

berada pada posisi menopang perineum diatur dengan meletakkan ibu

jari pada tingkat garis tengah kunci paha pada sisi perineum letakan jari

tengah anda pada ketinggian kunci paha pada sisi yang lain. Berikan

tekanan kearah jempol dan jari anda kemudian kearah dalam terhadap

setiap tengah perineum.46

46
JNPK – KR loc.cit
108

7.2.2 Distribusi Frekuensi Keefektivitasan Pencegahan Ruptur perineum

dengan Cara Meneran

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 20

orang sampel terdapat hasil penelitian pencegahan ruptur perineum

dengan cara meneran yaitu nilai mean 0,85, median 1,00, sd 0,875, nilai

minimum 0,00, nilai maksimum 2,00 dan nilai 95 % confidence

Interval for mean 0,44-1,26.

Pada penelitian pencegahan Ruptur perineum dengan cara

meneran yang diteliti dari 20 sampel, kita data melihat hasil dari nilai

mean atau rata – rata dari 10 sampel tersebut yaitu 0,85, nilai median

atau nilai tengahnya yaitu 1,00, nilai minimum atau nilai terkecil dari

20 sampel tersebut yaitu 0,00, sedangkan nilai maksimum atau nilai

terbesar yaitu 2,00 dengan nilai 95 % CI yaitu 0,44-1,26.

Hal yang harus dilakukan pada saat meneliti cara meneran

terhadap ruptur perineum adalah

a. Beritahu dan jelaskan kepada ibu agar meneran sesuai dengan

dorongan alamiahnya selama kontraksi.

b. Tidak di anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran (atur

nafas jangan terengah-engah dan disesuaikan dengan kontraksi).

c. Beritahu dan anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat

diantara kontraksi.
109

d. Saat ibu dalam posisi berbaring miring atau posisi setengah duduk,

ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik

lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.

e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.47

7.2.3 Distribusi Frekuensi Keefektivitasan Pencegahan Ruptur perineum

dengan Posisi Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 20

orang sampel terdapat hasil penelitian pencegahan Ruptur perineum

dengan posisi bersalin yaitu nilai Mean 0,95, Median 1,00, SD 0,826,

nilai minimum 0.00, nilai maksimum 2,00 dan nilai 95 % confidence

interval for mean 0,56-1,34.

Pada penelitian pencegahan ruptur perineum dengan posisi

bersalin yang diteliti dari 20 sampel, kita data melihat hasil dari nilai

mean atau rata – rata dari 20 sampel tersebut yaitu 0,95, nilai median

atau nilai tengahnya yaitu 1,00, nilai minimum atau nilai terkecil dari

20 sampel tersebut yaitu 0,00, sedangkan nilai maksimum atau nilai

terbesar yaitu 2,00dengan nilai 95 % CI yaitu 0,56-1,34

Menurut (Diah, 2014). Ada beberapa macam posisi yang dapat

digunakan pada saat bersalin diantaranya adalah48

a. Posisi terlentang

b. Posisi Berdiri

c. Posisi berjalan – jalan

47
JNPK-KR loc.cit
48
Roslena loc.cit
110

d. Posisi duduk tegak

e. Posisi setengah duduk

f. Posisi merangkak

g. Posisi menungging

h. Posisi berbaring miring

i. Posisi berjongkok

7.3. Hasil Penelitian, Bahan Sesuai Fakta Berdasarkan Hasil Penelitian

Sejenis Yang Sama / Berbeda dan Opini Peneliti

7.3.1 Efektivitas Posisi Tangan dalam Mencegah Ruptur perineum

Hasil penelitian ini mendapatkan mean kejadian Ruptur

perineum pada posisi tangan metode varney mean = 0,80 (standar

deviasi 0,80 dan stadndar error mean 0,291) sebagai kelompok

intervensi lebih tinggi dibandingkan metode APN mean = 0,70 (standar

deviasi 0,949 dan standar error mean 0,300), sehingga dapat

disimpulkan bahwa posisi tangan varney tidak efektif dalam mencegah

Ruptur perineum.

Hasil penghitungan statistik melalui uji mann-whitney untuk

posisi tangan didapatkan nilai p value (2-tailed) = 0,768 > ½α = 0,025

maka hipotesis 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan posisi tangan metode Varney dan

APN dalam mencegah ruptur perineum.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Priyantini yang mendapatkan bahwa posisi tangan varney dan posisi


111

tangan APN tidak ada perbedaan yang bermakna,penelitian dengan

judul efektivitas posisi tangan penolong dalam pencegahan ruptur

perineum spontan pada kala ii persalinan di RSIA Bunda Arif

Purwekerto tahun 2013 dari hasil “ Analisis statistic menggunakan

pendekatan analisis unvariat dan uji u mann-whitney diperoleh angka

signifikan (nilai P ) = 0,550 dan nilai U = 33,000 karena nilai P > 0,05

dan Uh < Ut = 56,00 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna kejadian Ruptur perineum spontan dengan menggunakan

posisi tangan varney dan APN. Hal ini sesuai dengan teori dari

Henderson bahwa Ruptur perineum spontan dipengaruhi oleh banyak

factor, pimpin persalinan dan posisi melahirkan yang salah menurut

sejumlah penelitian merupakan factor salah satu penyebab Ruptur

perineum .49

Hasil penelitian diketahui bahwa kelompok pencegahan

perineum dengan posisi bersalin kelompok secara lateral (intervensi)

dibandingkan kelompok secara posisi setengah duduk (kontrol)

memiliki nilai mean difference yaitu 0,91 dengan sig. 0,786.

7.3.2 Efektivitas Cara Meneran dalam Mencegah Ruptur perineum

Hasil penelitian ini mendapatkan mean kejadian ruptur

perineum pada kelompok yang dilakukan penyuluhan cara meneran

mean = 0,80 (standar deviasi 0,789 dan standar error mean 0,249)

sebagai kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan kelompok yang

tidak dilakukan penyuluhan cara meneran mean = 0,90 (standar deviasi


49
Priyantini M, Trisnawati Y loc.cit
112

0,994 dan standar error mean 0,314), sehingga dapat disimpulkan

bahwa penyuluhan cara meneran efektif dalam mencegah Ruptur

perineum.

Hasil perhitungan statistik melalui uji u mann-whitney untuk

cara meneran yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak dilakukan

penyuluhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam mencegah

Ruptur perineum (nilai p value 2-tailed = 0,871 > ½ α = 0,025). maka

hipotesis 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan cara meneran yang dilakukan penyuluhan

dan yang tidak dilakukan penyuluhan dalam mencegah Ruptur

perineum.

Hasil penelitian serupa tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Risma Dinawati hubungan cara meneran dengan

kejadian ruptur perineum tahun 2014 di Klinik Nurhalima Deli

Serdang, Medan dari hasil “analisis stastistic menggunakan

pendekatan dengan hasil uji chi-square dimana diperoleh probabilitas

(0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rismawati.50

Hasil penelitian diketahui bahwa kelompok pencegahan

perineum dengan cara meneran yang dilakukan penyuluhan (intervensi)

dibandingkan kelompok cara meneran yang tidak dilakukan penyuluhan

(kontrol) memiliki nilai mean difference yaitu 0,875 dengan sig. 0,871.

50
Siagian D loc.cit
113

Menurut Notoatmodjo (2007) Disimpulkan bahwa perilaku

seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap kepercayaan, tradisi dan sebagainya

Dilihat dari manfaatnya cara meneran secara benar sangat

penting dalam kelancaran proses persalinan kala II. Jika semua ibu

bersalin menyadari pentingnya bimbingan meneran yang benar, maka

kasus ketidaklancaran persalinan kala II dapat menurun.

7.3.3 Efektivitas Posisi Bersalin dalam Mencegah Ruptur perineum

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa mean kejadian ruptur

perineum pada posisi bersalin lateral mean = 0,50 (standar deviasi

0,527 dan standar error mean 0,167) sebagai kelompok intervensi lebih

rendah dibandingkan posisi bersalin setengah duduk mean = 1,40

(standar deviasi 1,40 dan standar error mean 0,843), sehingga dapat

disimpulkan bahwa posisi bersalin lateral efektif dalam mencegah

Ruptur perineum.

Hasil penghitungan statistik melalui uji mann-whitney untuk

posisi tangan didapatkan nilai p value (2-tailed) = 0,016 < ½ α = 0,025

maka hipotesis 0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan posisi tangan posisi bersalin lateral dan

setengah duduk dalam mencegah Ruptur perineum.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Norhapifah yang

mendapatkan kejadian ruptur perineum pada kelompok posisi lateral

lebih sedikit yaitu 13 (41,9%) dibandingkan dengan kelompok posisi


114

setengah duduk yaitu 28 (90,3%). Selain itu terdapat pengaruh yang

signifikan pada posisi bersalin lateral terhadap kejadian ruptur perineum

dengan nilai p-value 0,00 dan RR sebesar 6,00 (95% CI : 1,96-18,3)

yang berarti posisi persalinan lateral memiliki resiko 6,00 kali lebih

besar untuk tidak mengalami perineum dibandingkan dengan posisi

setengah duduk.51

Hasil penelitian diketahui bahwa kelompok pencegahan

perineum dengan posisi bersalin dengan posisi lateral (intervensi)

dibandingkan kelompok posisi bersalin dengan posisi setengah duduk

(kontrol) memiliki nilai mean difference yaitu 0,875 dengan sig. 0,871

Posisi ibu selama persalinan sangat mempengaruhi keutuhan

dari perineum. Ibu bersalin dengan posisi lateral akan merasa lebih

rileks dan nyaman, selain itu juga mengurangi peregangan yang

berlebihan pada daerah perineum.52 Menurut Meyvis et al (dalam

Nurhapifah 2107), posisi miring membantu mengurangi tekanan pada

pembuluh darah balik ibu sehingga membuat peredaran darah balik ibu

lancar. Keadaan tersebut akan menyebabkan otot perineum dan vagina

menjadi lebih rileks, membuat proses pembukaan akan berlangsung

secara perlahan-lahan sehingga akan meminimalisir terjadinya resiko

laserasi pada perineumdan persalinan berlangsung lebih nyaman. Selain

itu menurut Simkin (dalam Nurhapifah, 2017) posisi bersalin lateral

51
Nurhapifah H. Pengaruh Posisi Bersalin Lateral dan Setengah Duduk terhadap Ruptur Perineum pada Kala II. Tesis.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta; 2017.
52
Turlina L, Ummah F. Masase Perneum dan Posisi Lateral dalam Mencegah Ruptur Perineum pada Primipara. STIKES
Muhammadiyah Lamongan: Lamongan; 2014.
115

merupakan posisi istirahat yang sangat baik dan tidak dipengaruhi gaya

tarik bumi sehingga dapat mengurangi peregangan yang berlebihan

pada perineum.

Menurut Fraser (dalam Nurhapifah, 2017) melahirkan dengan

posisi lateral ditinjau dari segi psikologis akan memberikan perasaan

tenang dan nyaman pada ibu sehingga dapat mengurangi rasa takut ibu

dalam menghadapi persalinan. Karena jika ibu mengalami perasaan

takut, cemas, khawatir dan panik saat persalinan maka hal ini dapat

membuat ibu menjadi stres ketika menghadapi proses persalinan.

Perasaan tidak nyaman seperti stres tersebut dapat membuat rasa sakit

yang dialami terasa semakin berat dan ibu semakin kehilangan

konsentrasi pada saat meneran. Hilangnya konsentrasi ibu dapat

mengakibatkan ibu meneran tidak terkontrol yang berdampak terjadinya

robekan perineum.

7.3.4 Efektivitas Pencegahan Ruptur perineum Dengan Posisi Tangan

Penolong, Cara Meneran Dan Posisi Bersalin di Puskesmas

Karangan Tahun 2018.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai mean

pada pencegahan Ruptur perineum dengan posisi tangan penolong

adalah 0,75 dengan standar devisiasi 0,91. Pada pencegan Ruptur

perineum dengan cara meneran nilai mean 0,85 dengan standar devisasi

0,875 Sedangkan pencegahan Ruptur perineum dengan posisi bersalin

nilai mean 0,95 dengan standar devisiasi 0,826.


116

Efektivitas adalah sebagai sesuatu yang dapat menunjukan

seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan terlebih

dahulu. Sedangkan menurut Hidayat (1989) efektivitas merupakan

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas,

dan waktu) telah tercapai. Dimana semakin besar presentase target yang

tercapai, maka semakin tinggi efektivitasnya.

Berdasarkan dari hasil penelitian tentang efektivtas pencegahan

ruptur perineum dengan posisi tangan, cara meneran, dan posisi bersalin

didapatkan hasil bahwa posisi bersalin lebih efektif dari posisi tangan

penolong, dan cara meneran. Perbedaan dapat dilihat dari nilai mean

atau nilai rata–rata pada setiap kelompok. Terdapat perbedaan yang

signifikan antara pencegahan ruptur perineum dengan posisi tangan

penolong, cara meneran dan posisi bersalin di puskesmas karangan

tahun 2018.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang paling besar

mempengaruhi pencegahan ruptur perineum adalah pada posisi bersalin

dengan hasil penelitian nilai P value 0,016. jika nilai P value < ½ α

bearti kesimpulannya Ho ditolak, ada perbedaan yang signifikan antara

pencegahan Ruptur perineum dengan posisi tangan bersalin, cara

meneran dan posisi bersalin di puskesmas Karangan tahun 2018.

Berdasarkan perhitungan nilai, diketahui nilai P Value dari

posisi tangan penolong 0,786 > 0,025 bearti nilai Ho diterima hasil

penelitian ini membuktikan bahwa posisi tangan penolong tidak efektif


117

dalam mencegah Ruptur perineum , nilai P Value dari Cara Meneran

0,871 > 0,025 bearti nilai Ho diterima hasil penelitian ini membuktikan

bahwa cara meneran tidak efektif dalam mencegah persalinan, nilai P

Value dari posisi bersalin 0,016 < 0,025 bearti nilai Ho ditolak

peneltian ini membuktikan ada perbedaan yang signifikan antara posisi

bersalin lateral dan posisi bersalin setengah duduk .

7.4 Implikasi Hasil

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada pencegahan Ruptur perineum dengan posisi bersalin di

Puskesmas Karangan Tahun 2018. Sedangkan perubahan yang tidak

signifikan terjadi pada penelitian pencegahan Ruptur perineum dengan

posisi tangan penolong dan cara meneran. Pencegahan perineum dengan

posisi bersalin lebih efektif dibandingkan dengan pencegahan Ruptur

perineum dengan posisi tangan dan cara meneran dikarenakan saat

persalinan trauma perineum dipengaruhi oleh berbagai factor risiko

diantaranya menurut penelitian yang dilakukan Norhapifah dengan judul “

Pengaruh posisi bersalin lateral dan setengah duduk terhadap kejadian

Ruptur perineum” melahirkan dengan posisi lateral ditinjau dari segi

psikologi akan memberikan perasaan tenang dan nyaman pada ibu sehingga

dapat mengurangi rasa takut ibu dalam menghadapi persalinan. Karena jika

ibu mengalami perasaan takut, cemas, khawatir daan panik saat persalinan.

Maka hal ini dapat membuat ibu menjadi stress ketika menghadapi proses

persalinan. Perasaan tidak nyaman seperti stress tersebut dapat membuat


118

rasa sakit yang dialami terasa semakin berat dan ibu semakin kehilangan

konsentrasi pada saat meneran. Hilangnya konsentrasi ibu dapat

mengakibatkan ibu meneran tidak terkontrol yang berdampak terjadinya

robekan perineum.

Hasil penelitian senada juga didapatkan dari Schimer et.al (2011)

dimana penelitian nya menjelaskan bahwa wanita yang menggunakan posisi

lateral pada persalinan dapaat mengurangi risiko edema pada vulva,

mengurangi risiko trauma pada perineum dan sedikit episiotomi

dibandingkan denfan wanita yang menggunakan posisi setengah duduk pada

persalinan.

Adanya peningkatan pencapaian keberhasilan pencegahan Ruptur

perineum dengan posisi tangan penolong, cara meneran, dan posisi bersalin

di puskesmas karangan dapat dilihat dari perbedaan nilai mean yang dapat

dilihat dari posisi tangan penolong nilai mean nya adalah 0,75, cara meneran

0,85 dan posisi bersalin 0,95.


BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan pada BAB

sebelumnya, maka sesuai dengan tujuan penelitian dapat diambil

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara posisi tangan Varney dan

APN dalam mencegah Ruptur perineum dengan nilai p 2-tailed = 0,768

> ½α = 0,025, dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok

yang diberi penyuluhan cara meneran dengan kelompok yang tidak

diberikan penyuluhan cara meneran dengan nilai p value (2-tailed) =

0,871 > ½ α = 0,025.

2. Perbedaan bermakna terdapat antara posisi bersalin lateral dan setengah

duduk dalam mencegah Ruptur perineum dengan p value (2- tailed) =

0,016 < ½ α = 0,025.

3. Pencegahan perineum dengan posisi bersalin lebih efektif dibandingkan

dengan pencegahan Ruptur perineum dengan posisi tangan dan cara

meneran dipengaruhi oleh berbagai factor risiko diantaranya posisi

lateral ditinjau dari segi psikologi akan memberikan perasaan tenang

dan nyaman pada ibu sehingga dapat mengurangi rasa takut ibu dalam

menghadapi persalinan. Karena jika ibu mengalami perasaan takut,

cemas, khawatir daan panik saat persalinan. Maka hal ini dapat

membuat ibu menjadi stress ketika menghadapi proses persalinan.

119
120

8.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka perlu dilakukan upaya untuk

meningkatkan pelayanan terhadap pencegahan Ruptur perineum dengan

posisi tangan penolong, cara meneran dan posisi bersalin untuk

mengurangi perdarahan, oleh karena itu peneliti menyampaikan salam

sebagai berikut:

8.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan

penelitian yang lebih mendalam dengan variabel yang berbeda, sampel

yang lebih banyak dan mencakup seluruh wilayah kerja. penelitian ini

tidak meghasilkan konsep metodologi yang baru, namun penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

8.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar terus membimbing dan mengajarkan ilmu-ilmu

yang bermanfaat kepada mahasiswa sebagai upaya untuk membentuk

generasi penerus yang tangguh dan kompeten dibidangnya.

8.2.3 Bagi Tempat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak

puskesmas untuk terus mempertahankan pelayanan kesehatan

khususnya dalam memberikan pelayanan pencegahan terjadinya Ruptur

perineum dengan posisi tangan, cara meneran dan posisi bersalin yang

sesuai dengan kebutuhan pasien.


121

8.2.4 Bagi Profesi Bidan

Untuk menerapkan ilmu yang pernah di dapatkan kedalam

situasi yang nyata dan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai

prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan MS. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika.

Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2018. Profil Kesehatan Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2017. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Barat. Pontianak

Fitriani E. 2015. Asuhan Kebidanan Kompherensif Kehamilan Trimester III,

Persalinan, nifas masa antara dan bayi baru lahir pada Ny.C umur 20

tahun. Universitas Muhamadiyah Purwokerto.

Friyatmi IA. 2016. Demografi & Kependudukan. Kencana. Jakarta

Hastjarjo D. 2008. Ringkasan buku Cook & Campbell. Quasi- Experimentation:

Design & Analysis Issues for Field Settings. Houghton Mifflin Co.

Irmawartini, Nurhaidah. 2017. Metodologi penelitian bahan ajar kesehatan

lingkungan. PPSDM Kemenkes. Jakarta.

JNPK – KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Kemenkes RI. Jakarta.

Maharani DY. 2017. Buku Pintar Kebidanan & Keperawatan. Brilliant Books.

Yogyakarta

Ningsih. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi

Premature (Studi Kasus di RSUD Tugurejo Semarang). Skripsi. Semarang.

Norhapifah H. 2017. Pengaruh Posisi Bersalin Laternal dan Setengah Duduk

Terhadap Ruptur perineum Pada Kala II. Tesis. Fakutas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

122
123

PB-IDI. 2018. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan

kesehatan tangkat pertama. PB-IDI. Jakarta.

Prawirohardjo S. 2012. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta.

Priyantini M, Trisnawati, Y. 2017. Efektivitas Posisi Tangan Penolong dalam

pencegahan Ruptur perineum pada persalinan normal. Jurnal Kebidanan.

Vol. IX No.01.

Puskesmas Karangan. 2018. Buku register ibu bersalin Puskesmas Karangan

tahun 2017. Puskesmas Karangan. Karangan.

Puskesmas Karangan. 2018. Profil Puskesmas Karangan tahun 2017. Puskesmas

Karangan. Karangan.

Roslena. 2014. Hubungan Antara Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik

Mengedan dengan Terjadinya Ruptur perineum Spontan Pada Persalinan

Normal Di Rumah Sakir Ibu dan Anak Banda Aceh. Banda Aceh.

Satriyandari Y. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan

Postpartum. Journal of Health Studies, Vol. 1, No. 1.

Siagian RD. 2014. Hubungan Cara Meneran dan Berat Badan Bayi dengan

Kejadian Ruptur perineum Pada Persalinan Normal di Klinik Nurhalma

Deli Serdang. KTI Akademi Kebidanan Audi Husada. Medan.

Simatupang EJ. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. EGC. Jakarta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta. Jakarta.

Surahman, Rachmat, M, Supardi, S. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi

Metodologi Penelitian. BPPSDM KEMENKES. Jakarta.


124

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.

Fitramaya. Yogyakarta.

Suryani. 2013. Faktor – faktor yang berhubungan dengan ruptur perineum pada

persalinan normal. Jurnal Kesehatan, Vol. IV, No.1.

Varney. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta.

Turlina L, Ummah F. 2014. Masase Perneum dan Posisi Lateral dalam

Mencegah Ruptur perineum pada Primipara. STIKES Muhammadiyah

Lamongan: Lamongan.

Wahyuni S. 2016. Hubungan Posisi Meneran Dengan Rupture Perineum di RB

Kartini Putra Medika Klaten. Jurnal Involusi Kebidanan. Vo. 6: No 11.

Klaten.

WHO. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar

dan rujukan. WHO Indonesia. Jakarta.


LAMPIRAN
Lampiran 1 : ACC Judul Skripsi
Lampiran 2 : Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 3 : Surat Ijin penelitian
Lampiran 4 : Surat Balasan Dari Puskesmas
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi
Lampiran 6 : Lembar Cheklist

LEMBAR CHEKLIST
EFEKTIVITAS PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM DENGAN POSISI
TANGAN PENOLONG, POSISI BERSALIN IBU DAN CARA MENERAN
DI PUSKESMAS KARANGAN TAHUN 2018

a. Identitas
Nama:
Umur:
Pendidikan:
Alamat:

No Variable Bebas (1-3) Variabel Keterangan


Terikat (4)
1. Posisi Tangan  Varney

 APN
2. Posisi Bersalin

3. Cara Meneran  Lateral

 Setengah Duduk

4. Rupture Perineum
 Dilakukan penyuluhan

 Tidak dilakukan penyuluhan

 Tidak Rupture

 Rupture Derajat 1

 Rupture Derajat II

 Rupture Derajat III

 Rupture Derajat IV
Keterangan :

0 : Tidak terjadi rupture


1 : Terjadi rupture derajat I dari mukosa vagina, komisura posterior, sampai kulit
perineum
2 :Terjadi rupture derajat II dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum sampai otot perineum
3 : Terjadi rupture derajat III dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, sampai otot sfingter ani
4 : Terjadi rupture derajat IV dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot sfingter ani sampai dinding depan rectum

Isi materi penyuluhan


1. Pada saat meneran ibu dianjurkan untuk meneran mengikuti dorongan
alamiahnya selama kontraksi.
2. Pada saat meneran ibu tidak boleh menahan nafas pada saat meneran.
3. Pada saat meneran ibu boleh beristirahat diantara kontraksi.
4. Pada saat meneran ibu tidak boleh mengangkat bokong untuk menghindari
terjadinya robekan pada jalan lahir ibu.
Lampiran 7 : lembar ACC Proposal
Lampiran 8 : Lembar Uji Plagiat
Lampiran 9 : Lembar Hasil Pemeriksaan Proposal
Lampiran 10 : Hasil pengolahan data mentah

Posisi Bersalin

No Variable bebas Variable terikat


Rupture Perinium
Lateral ( Intervensi) 0 1 2 3 4
1 Ny . S √
2 Ny. E √
3 Ny. K √
4 Ny. M √
5 Ny . F √
6 Ny. E √
7 Ny. Y √
8 Ny. K √
9 Ny.Z √
10 Ny.N √

Posisi Bersalin
No Variable bebas Variable terikat
Rupture Perinium
Setengan duduk ( Kontrol) 0 1 2 3 4
1 Ny . I √
2 Ny. L √
3 Ny. I √
4 Ny. Y √
5 Ny . M √
6 Ny. L √
7 Ny. R √
8 Ny. D √
9 Ny. A √
10 Ny.N √
Cara Meneran
No Variable bebas Variable terikat
Rupture Perinium
Tidak Dilakukan 0 1 2 3 4
Penyuluhan( Intervensi)
1 Ny . A √
2 Ny. R √
3 Ny. A √
4 Ny. K √
5 Ny . R √
6 Ny. M √
7 Ny. J √
8 Ny. W √
9 Ny.R √
10 Ny.T √

Cara Meneran
No Variable bebas Variable terikat
Rupture Perinium
Dilakukan Penyuluhan ( Kontrol) 0 1 2 3 4
1 Ny . S √
2 Ny. M √
3 Ny. N √
4 Ny. S √
5 Ny . W √
6 Ny. K √
7 Ny. M √
8 Ny. N √
9 Ny.K √
10 Ny.W √
Posisi Tangan Penolong
No Variable bebas Variable terikat
Rupture Perinium
Varney ( Intervensi) 0 1 2 3 4
1 Ny . N √
2 Ny. S √
3 Ny. E √
4 Ny. M √
5 Ny . M √
6 Ny. S √
7 Ny. H √
8 Ny. N √
9 Ny. U √
10 Ny. D √

Posisi Tangan Penolong


No Variable bebas Variable terikat
Rupture Perinium
APN ( Kontrol) 0 1 2 3 4
1 Ny . E √
2 Ny. M √
3 Ny. T √
4 Ny. L √
5 Ny . D √
6 Ny. E √
7 Ny. J √
8 Ny. N √
9 Ny. A √
10 Ny. T √
Lampiran 11 : Hasil Pengolahan Data SPSS
Descriptive Statistics

Std.

Minimu Maximu Deviatio Varianc

N Range m m Sum Mean n e Skewness Kurtosis

Statisti Statisti Statisti Statisti Std. Statisti Std. Statisti Std.

c c Statistic Statistic c c Error Statistic Statistic c Error c Error

ruptur 60 2 0 2 51 .85 .111 .860 .740 .299 .309 -1.596 .608

perineum

Valid N 60

(listwise)

ruptur perineum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak ruptur 27 45.0 45.0 45.0

ruptur derajat 1 15 25.0 25.0 70.0

ruptur derajat 2 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

ruptur perineum Mean .75 .204


pada kelompok
95% Confidence Interval for Lower Bound .32
posisi tangan
Mean
Upper Bound 1.18

5% Trimmed Mean .72

Median .00

Variance .829

Std. Deviation .910

Minimum 0
Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness .552 .512

Kurtosis -1.632 .992

Descriptives

Statistic Std. Error

ruptur perineum Mean .95 .185


pada posisi
95% Confidence Interval for Lower Bound .56
bersalin
Mean
Upper Bound 1.34

5% Trimmed Mean .94

Median 1.00

Variance .682

Std. Deviation .826

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness .098 .512

Kurtosis -1.518 .992

Descriptives

Statistic Std. Error

ruptur perineum Mean .85 .196


pada kelompok
95% Confidence Interval for Lower Bound .44
cara meneran
Mean
Upper Bound 1.26

5% Trimmed Mean .83


Median 1.00

Variance .766

Std. Deviation .875

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness .315 .512

Kurtosis -1.667 .992

Pengaruh posisi tangan terhadap kejadian ruptur perineum

a. Deskriptif

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


posisi
tangan N Percent N Percent N Percent

ruptur perineum varney 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

APN 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%


Descriptives

ruptur perineum

95% Confidence
Interval for Mean
Std. Between-
Deviatio Std. Lower Upper Minimu Maximu Componen
N Mean n Error Bound Bound m m t Variance

Varney 10 .80 .919 .291 .14 1.46 0 2

APN 10 .70 .949 .300 .02 1.38 0 2

Total 20 .75 .910 .204 .32 1.18 0 2

Mode Fixed .934 .209 .31 1.19


l Effects

Random .209a -1.90a 3.40a -.082


Effects

a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this


random effects measure.

posisi tangan * ruptur perineum Crosstabulation

Count

ruptur perineum

tidak ruptur ruptur derajat 1 ruptur derajat 2 Total

posisi tangan varney 5 2 3 10

APN 6 1 3 10

Total 11 3 6 20
b. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ruptur perineum .345 20 .000 .707 20 .000


pada posisi tangan

a. Lilliefors Significance Correction

c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas tidak dilakukan karena sebaran data tidak normal

d. Uji Hipotesis

Mann-Whitney Test
Test Statisticsb

ruptur perineum

Mann-Whitney U 46.500

Wilcoxon W 101.500

Z -.295

Asymp. Sig. (2-tailed) .768

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .796a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: posisi tangan

Pengaruh posisi bersalin terhadap kejadian ruptur perineum

a. Deskriptif

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

posisi bersalin N Percent N Percent N Percent

ruptur perineum lateral 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

setengah duduk 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Descriptives

posisi bersalin Statistic Std. Error

ruptur perineum lateral Mean .50 .167

95% Confidence Interval Lower Bound .12


for Mean
Upper Bound .88

5% Trimmed Mean .50

Median .50

Variance .278

Std. Deviation .527

Minimum 0

Maximum 1
Range 1

Interquartile Range 1

Skewness .000 .687

Kurtosis -2.571 1.334

setengah duduk Mean 1.40 .267

95% Confidence Interval Lower Bound .80


for Mean
Upper Bound 2.00

5% Trimmed Mean 1.44

Median 2.00

Variance .711

Std. Deviation .843

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -1.001 .687

Kurtosis -.665 1.334

posisi bersalin * ruptur perineum Crosstabulation

Count

ruptur perineum Total

tidak ruptur ruptur derajat 1 ruptur derajat 2

posisi bersalin lateral 5 5 0 10

setengah duduk 2 2 6 10

Total 7 7 6 20
b. Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ruptur perineum .225 20 .009 .803 20 .001

a. Lilliefors Significance Correction

c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas tidak dilakukan karena sebaran data tidak normal

d. Uji Hipotesis
Test Statisticsb

ruptur perineum

Mann-Whitney U 20.000

Wilcoxon W 75.000

Z -2.405

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .023a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: posisi bersalin

Pengaruh cara meneran terhadap kejadian ruptur perineum

a. Deskriptif

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

cara meneran N Percent N Percent N Percent

ruptur perineum penyuluhan 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

tidak penyuluhan 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%


Descriptives

ruptur perineum

95% Confidence
Interval for Mean
Std. Between-
Mea Deviatio Std. Lower Upper Minimu Maximu Componen
N n n Error Bound Bound m m t Variance

Penyuluhan 10 .80 .789 .249 .24 1.36 0 2

tidak penyuluhan 10 .90 .994 .314 .19 1.61 0 2

Total 20 .85 .875 .196 .44 1.26 0 2

Mode Fixed .898 .201 .43 1.27


l Effects

Random .201a -1.70a 3.40a -.076


Effects

a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this


random effects measure.

Descriptives

cara meneran Statistic Std. Error

ruptur perineum penyuluhan Mean .80 .249

95% Confidence Interval Lower Bound .24


for Mean
Upper Bound 1.36

5% Trimmed Mean .78

Median 1.00

Variance .622

Std. Deviation .789

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .407 .687

Kurtosis -1.074 1.334

tidak penyuluhan Mean .90 .314


95% Confidence Interval Lower Bound .19
for Mean
Upper Bound 1.61

5% Trimmed Mean .89

Median .50

Variance .989

Std. Deviation .994

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness .237 .687

Kurtosis -2.300 1.334

cara meneran * ruptur perineum Crosstabulation

Count

ruptur perineum Total

tidak ruptur ruptur derajat 1 ruptur derajat 2

cara meneran penyuluhan 4 4 2 10

tidak penyuluhan 5 1 4 10

Total 9 5 6 20
b. Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ruptur perineum .284 20 .000 .766 20 .000

a. Lilliefors Significance Correction

c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas tidak dilakukan karena sebaran data tidak normal

d. Uji Hipotesis
Test Statisticsb

ruptur perineum

Mann-Whitney U 48.000

Wilcoxon W 103.000

Z -.162

Asymp. Sig. (2-tailed) .871

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .912a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: cara meneran


Lampiran 12 : ACC Skripsi

Anda mungkin juga menyukai