Anda di halaman 1dari 3

Sistem ABC

Seringkali suatu perusahaan dihadapkan kepada masalah penyimpanan dan pemeliharaan persediaan
yang berbeda-beda. Dalam kondisi seperti ini manajemen harus memberikan prioritas pengendalian
yang ketat kepada jenis persediaan yang dimilikinya.

Agar pengendalian efisien, maka persediaan tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Klasifikasi ini
dibagi menjadi tiga, yang disebut dengan analisis ABC. Analisis ABC adalah metode dalam manajemen
persediaan (inventory management) yang berfungsi untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi
mempunyai nilai investasi yang tinggi.

Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto. Hukum Pareto
menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki
dampak terbesar (80%).

Analisis ABC bertujuan untuk mengetahui item mana yang harus mendapat perhatian lebih
dibandingkan dengan item yang lainnya. Sedangkan nilai yang dimaksud dalam analisis ABC ini bukan lah
harga persediaan per unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan
dengan harga per unitnya.

Berikut merupakan besaran masing-masing kelas:

1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari  total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang. Persediaan yang termasuk dalam
kelas ini memerlukan perhatian yang tinggi dalam pengadaannya karena dalam kelas ini
memerlukan perhatian tinggi dalam pengadaannya karena berdampak biaya yang
tinggi. Pengawasan harus dilakukan secara intensif.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang,
tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.  Sehingga dalam penanganannya
diperlukan teknik pengendalian persediaan yang moderat.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang,
tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang. Kelas ini hanya memerlkan teknik
pengendalian yang sederhana, pengendalian hanya dilakukan sesekali saja.

Contoh:

Suatu perusahaan dalam proses produksinya menggunakan 10 item bahan baku. Kebutuhan persediaan
selama satu tahun dan harga bahan baku per unit seperti dalam tabel berikut :

Tabel 1. Data Item Persediaan

Item Kebutuhan (unit/tahun) Harga (rupiah/unit)


H – 101   800      600

H – 102 3.000      100

H – 103    600   2.200


H – 104    800      550

H – 105 1.000   1.500

H – 106 2.400      250

H – 107 1.800   2.500

H – 108    780   1.500

H – 109    780 12.200

H – 110 1.000      200

Untuk membagi kesepuluh jenis persediaan tesebut dalam tiga kelas A, B, C maka dapat dilakukan
sebagai berikut :

Tabel 2 Analisis ABC dalam Persediaan

Item Volume Harga per Volume Nilai Nilai Kelas


tahunan unit tahunan kumulatif kumulatif
(unit) (ribu rp) (ribu rp) (persen)
 (rupiah)
1 2 3 4 5 6 7
H – 109    780 12.200 9.516 9.516 47,5 A

H – 107 1.800   2.500 4.500 14.016 70,0 A

H – 105 1.000   1.500 1.500 15.516 77,5 B

H – 103    600   2.200 1.320 16.836 84,1 B

H – 108    780   1.500 1.170 18.006 89,9 B

H – 106 2.400      250    600 18.606 92,9 C

H – 101    800      600    480 19.086 95,3 C

H – 104    800      550    440 19.526 97,5 C

H – 102 3.000      100    300 19.826 99,0 C

H - 110 1.000      200    200 20.026 100,0 C


Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa :

1. Kelas A memiliki volume tahunan rupiah sebesar 70,0% dari total persediaan, yang terdiri dari 2
item (20%), yaitu item H-109 dan H-107.
2. Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 19,9% dari total persediaan, yang terdiri
dari item 3 (30%) persediaan.
3. Kelas C memiliki nilai volume tahuna rupiah sebesar 10,1% dari total persediaan, yang terdiri
dari 5 item (50%) persediaan

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa analisis ABC memiliki kelebihan yaitu:

1. Dapat membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien

2. Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan cost benefit yang besar
bagi perusahaan

3. Dapat memanfaatkan modal kerja (working capital) sebaik-baiknya sehingga dapat memacu
pertumbuhan perusahaan

4. Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi

Namun sistem ABC juga memiliki kelemahan yaitu hanya didasarkan pada satu kriteria saja seperti
jumlah konsumsi/penggunaan spare part selama satu tahun. Padahal seiring dengan perkembangannya
kriteria lain seperti biaya inventory, criticality dari part, substitutability, frekuensi pemakaian per tahun,
kelangkaan part (scarcity), ketahanan part (durability), lead time pemesanan, commonality, dan masa
kedaluarsa (obsolescence) juga merupakan hal lain yang menjadi pertimbangan dalam
mengelompokkan inventory (termasuk spare part).

Anda mungkin juga menyukai