Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kimia analitik adalah ilmu kimia yang mendasari pemisahan-
pemisahan dan analisis bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan
bahan, baik secara kualitatif, kuantitatif, maupun secara struktur. Susunan
kualitatif merupakan komponen-komponen bahan, sedangkan susunan kuantitatif
adalah berapa banyaknya atau setiap komponen tersebut. Dalam ilmu kimia
analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas beberapa analisis
yaitu analisis volumetri, analisis gravimetric (Khopkar, 2003).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat
konstan)-nya. Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara
analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja
kita sebagai insiyur teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting (Khopkar
2003).
Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan.
Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu
maupun dari pelarutnya. Selain itu Analisa gravimetri merupakan suatu cara
analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang
didapat dari proses pemisahan analit dari zat-zat lain dengan metode
pengendapan. Zat yang telah diendapkan ini disaring dan dikeringkan serta
ditimbang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk
memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik
yang cukup dan wajib dimiliki seorang enginer (Khopkar, 2003).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas perlu adanya praktikum
mengenai analisis gravimetri untuk mengetahui proses dari analisis gravimetri itu,
selain itu dari praktikum ini dapat mengenal sejauh mana pemahaman mahasiswa
mengenai analisis gravimetri (Khopkar, 2003).
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengendapkan BaSO4 dan menentukan hasil persentase dari BaCl2
2. Menentukan persentase endapan
3. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri
4. mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Analis gravimetri adalah jenis analisis kuantitatif dimana
jumlah spesies dalam suatu material ditentukan dengan mengubah spesies ke
produk yang dapat diisolasi secara lengkap dan dapat ditimbang. Bagian terbesar
dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal
ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan
berat atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa
yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan,
metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (Khopkar, 1990).
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan
kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida
dan isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa organik pula ditentukan dengan
mudah secara grvimetri. Contoh-contohnya antara lain: penentuan kadar laktosa
dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar,
nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam
buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu cara
yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia  (Rivai, 1995).
Metode Gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri
reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:

A + p P → A a P p…………………………………………………..…(2.1)

“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien
reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat
kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan
beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan
reaktan pengandap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai
pengendapan yang sempurna  (Ibnu, 2004).
            Hasil AaPp biasanya merupakan zat dengan kelarutan yang kecil yang
dapat ditimbang dalm bentuk yang itu setelah dikeringkan atau yang dapat dibakar
menjadi senyawa lainnya dengan susunan yang diektahui dan kemudian
ditimbang. Misalnya kalsium dapat ditentukan secara gravimetri dengan
pengendapan dari kalsium oksalat dan pembakaran oksalat menjadi kalsium
oksida :  (Underwood, 1986).

Ca2 = C2O42-  →  CaC2O4 (p)………………………………………….(2.2)

CaC2O4 (p)  →  CaO (p) + CO2 (g) +CO (g)…………………………..(2.3)

Adapun kelebihan dari gravimetric dibandingkan dengan cara volumetric


adalah bahwa penyusunana yang dicari dapat diketahui pengotornya, sehingga ila
diperlakukan dapat dilakukan pembentukan. Adapun kekurangannya adalah
membutuhkan waktu yang cukup lama. Gravimetric merupakan penerapan jumlah
sampel melalui perhiungan berat zat, sehingga dalam gravimetri produk harus
selalu dalam bentuk padatan (solid) (Day and Underwood, 1999).
Menurut Underwood (1986), suatu pereaksi P berlebih biasanya
ditambahkan untuk menekan kelarutan endapan. Persyaratan berikut harus
dipenuhi agar suata cara gravimetri dapat berhasil :
1.      Proses pemisahan harus cukup sempurna hingga kuantitas analit yang
tidak mengendap secara analitik tidak ditemukan (biasanya 0,1 mg atau
kurang pada penentuan komponen-komponen utama dari suatu contoh
makro).
2.      Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus murni
atau hampir demikian. Jika tidak demikian hasil yang salah dapat
diperoleh.
Syarat kedua adalah lebih sukar bagi seorang analis untuk memenuhinya.
Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan endapan biasanya
dapat dikurangi dan jarang menyebabkan kesalahan yang bermakna.
Permasalahan untuk memperoleh endapan murni dan dapat disaring yang
merupakan kepentingan pokok. Banyak penelitian telah dilakukan tentang
pemebentukan dan sifat-sifat endapan, dan cukup penegetahuan telah diperoleh
yang memungkinkan seorang analis untuk memperkecil permasalahan
kontaminasi endapan.
Agar pengendapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai
hasil yang mendeteksi nilai yang sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria berikut:
1) proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung
sempurna; 2) endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya
dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dengan zat
pengotor (Ibnu, 2004).
2.2 Stoikiometri dalam Analisis Gravimetri
Menurut day and Underwood (1999), dalam prosedur gravimetric yang
lazim, suatu endapan ditimbang kemudian dari nilai ini akan dihitung berapa
bobot sampelnya. Maka persentase analit A adalah:
% Analit = (berat Analit / berat sampel) x 100 %..................................(2.4)
Menghitung bobot analit dalam sampel dihitung dan endapan sering
digunakan faktor gravimetri, faktor ini didefinisikan sebaga jumlah garam analit
dalam 1 gram (ekuivalennya 1 gram). Perkalian bobot endapan P dengan faktor
gravimetri memberikan banyaknya analit dalam gram sampel, maka
Bobot A = Bobot P x faktor gravimetri..………………………….…...(2.5)

% Analit = (Bobot P x faktor gravimetri/bobot sampel) x 100%...........(2.6)

2.3 Tahapan dalam Gravimetri


Menurut Underwood (1986), tahap-tahap dari percobaan gravimetri
adalah: 
1. Tahap Pengendapan
Pemisahan unsur murni (analit) yang terdapat dalam sampel dapat terjadi
melalui beberapa cara. Diantaranya yang terpenting adalah dengan cara
pengendapan, cara penguapan atau pengeringan (evolution), cara analisis
pengendapan dengan memakai listrik dan berbagai cara fisik lainnya.
2. Tahap Penyaringan
Tujuan penyaringan adalah untuk mendapatkan endapan yang bebas
(terpisah) dari larutan induk. Saringan yang digunakan tergantung dari sifat
endapan dan juga dari suhu pengerjaan selanjutnya. Kertas saring dipakai untuk
endapan yang gelatinus atau endapan lain yang akan dipijarkan pada suhu tinggi,
misalnya sampai suhu 12000C. Krus penyaring serta gelas sinter hanya
dipergunakan jika endapan nantinya hanya dipanasi pada suhu yang lebih rendah
dari 200oC.
3. Tahap Pencucian
Pencucian endapan dimaksudkan utuk membersihkan endapan dari cairan
induknya yang selalu terbawa. Adanya cairan ini pada pemanasan akan
meninggalkan bahan - bahan yang tidak mudah menguap, karenanya endapan
harus dicuci sebersih-bersihnya 
4.  Tahap Pengeringan
Pengeringan adalah proses pemanasan endapan pada suhu 100-1500C dan
digunakan untuk mengubah endapan yang basah menjadi bentuk timbang yang
kering. Contoh-contoh endapan yang diubah menjadi bentuk timbang dengan
pengeringan. Endapan yang akan dikeringkan biasanya dikumpulkan pada alat
penyaring kaca masir.

2.4 Pembentukan dan Sifat-sifat Endapan


Menurut Underwood (1986), bahwa suatu permasalahan dengan
kepentingan pokok dalam analisa gravimetri adaalah pembentukan endapan murni
dan dapat disaring. Keinsyafan terhadap permasalahan ini dapat diperoleh dari
memperlajari laju partikel yang terbentuk menjadi kumpulan-kumpulan cukup
besar untuk keluar dari larutan sebagai suatu endapan :
1. Koloid
Perhatikan pengendapan suatu garam AB, mulai dengan ion-ion A+ dan
B- dalam larutan dalam air. Ion-ion itu mempunyai diameter setingkat beberapa
satuan angstrom (10-8 cm). Jika dihasilkan kelarutan telah dilampaui, ion-ion
A+ dan B- mulai saling melekat, membentuk kisi hablur  dan tumbuh cukup besar
untuk ditarik ke dasar bejana oleh gaya gravitasi. Pada umumnya dapat dikatakan
bahwa satu partikel (bulat) harus mempunyai diameter lebih besar daripada sekitar
10-4 cm sebelum ia akan turun ke dasar larutan sebagai endapan. Selama proses
pertumbuhan partikel masuk ke dalam batas koloidal. Partikel dengan diameter
10-4 sampai 10-7 disebut koloid.

2. Kopresitipasi
Proses yang membawa serta ke bawah suatu zat yang biasanya terlarut, sewaktu
pengendapan dari endapan yang dikehendaki, disebut kopresitipasi. Apabila asam
sulfat ditambahkan kepada larutan barium klorida yang mengandung barium
nitrat. Dikatakan bahwa nitratnya telah mengalami kopresitipasi dengan sulfat.

3. Endapan Kristalin
Seperti barium sulfat, kadang-kadang menyerap zat pengotor kalau
partikelnya kecil. Jika partikel tumbuh ukurannya, zat pengotor mungkin menjadi
terkurung di dalam kristal. Jenis kontaminasi ini disebut oklusi untuk
membedakannya dari kejadian bila padatan tidak tumbuh mengelilingi zat
pengotor. Zat pengotor yang mengalami oklusi tidak dapat dihilangkan dengan
mencuci endapan.

4. Endapan Gumpalan
Zat pengotor pada permukaan partikel kecil biasanya dapat dicuci lepas,
karena partikel-partikel tidak erat terikat satu dengan lainnya, dan cairan pencuci
dapat menembus ke semua bagian dari gumpalan.

5. Endapan Berupa Gelatin


Partikel-partikel primer suatu endapan gelatinous berada dalam jumlah
lebih besar dan berukuran jauh lebih kecil daripada partikel endapan kristalin atau
endapan bergumpal. Luas permukaan yang dihadapkan kepada larutan oleh suatu
endapan adalah sangat besar. Sejumlah besar ini diserap tentunya, memberikan
bentuk gelatin kepada endapan, dan juga absorpsi ion asing dapat berlangsung
cukup luas. Karena partikel primer yang terflokulasi tidak tumbuh dengan mudah
menjadi kristal lebih besar, zat pengotor tidak dioklusi, seperti pada barium sulfat,
tetapi dengan cara absorpsi pada permukaan partikel yang sangat kecil itu (Day
and Underwood, 1986).

2.4 Faktor Gravimetri


Pada umumnya, dua hal yang perlu diingat pada penentuan faktor
gravimetrik. Pertama berat molekular (atau berat atom) analit merupakan
pembilang; berat zat yang ditimbang merupakan penyebut. Kedua, jumalah
molekul atau atom dalam pembilang penyebut harus secara kimia
ekivalen (Underwood, 1986).
            Menurut Vogel (1989), faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
analisis gravimetri adalah:
1. Endapan harus begitu tak larut sehingga tidak ada kehilangan yang cukup
besar ketika dalam tahap penyaringan. Dalam praktiknya  jumlah sisa
dalam larutan tidak melebihi 0,1 mg.
2. Sifat fisik endapan harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dipisahkan dari larutan dengan filtrasi, dan dapat dicuci bebas dari
pengotor yang larut. Kondisi tersebut mengharuskan ukuran  partikel
sedemikian rupa sehingga tidak lolos melalui media  penyaring, dan
bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh (atau setidaknya tidak
berkurang) oleh proses pencucian.
3. Endapan harus bisa diubah menjadi bahan murni, hal ini dapat dilakukan
dengan cara pengapian atau operasi kimia sederhana, seperti penguapan.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan Underwood, A.L.1986.Analisa Kimia Kuantitatif Edisi

kelima.Jakarta:Erlangga

Day, R.A., dan Underwood, A.L.1999.Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakrta

Ibnu,M.Sodiq dkk.2004.Kimia Analitik. Universitas Negeri Malang. Malang

Khopar, S.M.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta

Khopkar, S.M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta

Rivai,H.1995.Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia. Jakarta

Vogel, A.I.1990.Kimia Analisis Kuantitatif Organik. EGC. Jakarta


LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Perhitungan
1. Persentase BaSO4
Massa BaCl2 : 5 gram
Massa krus porselin kosong : 33,9443 gram
Massa BaSO4 + krus porselin : 34,3569 gram
Massa endapan :0,4126 gram

massa BaSO 4
% BaSO4¿ ×100 %
massa sampel
0,4126
¿ ×100 %
5
¿ 8,52 %
2. Persentase BaSO4
Ar Ba2+ 137 gram/mol
Mr BaSO4 233 grm/mol

Ar Ba
Massa Ba2+ ¿ ×massa BaSO 4
Mr BaSO 4
137
¿ × 0,4126
233
= 0,24 gram

¿
Persentase Ba2+ ¿ massa Ba 2+ massa BaSO 4 ×100 % ¿

0,24
¿ ×100 %
0,4126
= 58,16%
3. Persentase BaCl2
massa BaSO 4 × faktor gravimetri
%¿ ×100 %
massa sampel
0,4126 ×0,8181
= × 100 %
5
= 6,75%
LAMPIRAN B
PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan analisa secara gravimetric?


Jawab: : Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu. Analis gravimetri adalah jenis analisis
kuantitatif dimana jumlah spesies dalam suatu material ditentukan dengan
mengubah spesies ke  produk yang dapat diisolasi secara lengkap dan
dapat ditimbang. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang
dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
2. Mengapa suhu oven harus 110oC?
Jawab: karena range untuk memanaskan air atau zat cair hingga mendidih
berkisar antara 100-110oC, maka larutan sampel dipanaskan dengan suhu
tersebut.
3. Jelaskan cara menentukan berat endapan yang dikeringkan sampai
beratnya konstan?
Jawab: mula-mula larutan dipanaskan kemudian disaring menggunakan
kertas saring lalu dipijar menggunakan krus porselin hingga berubah
warna menjadi putih. Setelah proses prmijaran selesai, endapan akan
dikeringkan kembali menggunakan alat desikator. Selanjutnya ditimbang
menggunakan timbangan analitik hingga 3 kali atau mencapai konstan.

Anda mungkin juga menyukai