Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR SEJARAH PERADABAN ISLAM:

KONTRIBUSI ISLAM DALAM REFORMASI PERADABAN DUNIA

Disusun Oleh:
Dzakir Muhammad Yafi AQ

IKATAN KELUARGA PONDOK MODERN (IKPM)


KAIRO, MESIR
2020
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

Abstrak

Dewasa ini, sejarah bagi sebagian orang hanyalah peristiwa masa lalu yang tidak ada kaitannya
dengan peristiwa masa kini. Sejarah hanyalah sebatas hafalan (memori) tentang peristiwa yang pernah
terjadi dan tentunya tidak akan terulang kembali. Perihal sejarah juga, sebagian lain menegaskan
bahwa realitas kehidupan selalu baru dan sangat tergantung kepada sang pembaharu yang
menciptakannya. Yang dimaksud dengan “baru” dalam perspektif ini bukan “lama” atau bukan lahir
dari yang sebelumnya. Apa yang terjadi di masa sekarang, bukan produk masa lalu dan terlepas dari
peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.1
Posisi sejarah di kalangan millenial terpinggirkan, karena hanya dianggap sebagai ilmu pelengkap,
bahkan posisi sejarah dipandang sebelah mata. Mempelajarinya tidak mendapatkan pahala dan
meninggalkannya bukan sebuah dosa, sungguh ungkapan yang miris. Padahal sejarah mendapatkan
posisi khusus di dalam Al-Qur’an, dia tidak hanya membahas tentang masa lalu, sejarah di dalam al-
Qu’an dapat menjadi uswah, ibrah, sumber kebenaran dan peneguh hati bagi umat Islam.
Dengan mengkaji sejarah, dapat diperoleh informasi tentang aktivitas peradaban Islam dari
zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran,
dan kebangkitan kembali peradaban Islam. Dari sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi
dalam peradaban Islam dengan segala ide, konsep, institusi, sistem, dan operasionalnya yang terjadi
dari waktu ke waktu. Jadi, sejarah pada dasarnya tidak hanya sekadar memberikan romantisme, tetapi
lebih dari itu merupakan refleksi histori.
Dalam sejarah peradaban umat manusia, proses tukar-menukar dan interaksi (intermigling)
atau pinjam meminjam konsep antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain memang senantiasa
terjadi, seperti yang terjadi antara peradaban Barat dan peradaban Islam. Dalam proses ini selalu
terdapat sikap resistensi dan akseptansi. Namun dalam kondisi dimana suatu peradaban itu lebih kuat
dibanding yang lain, yang tejadi adalah dominasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam Istilah
menurut Ibn Khaldun, "masyarakat yang ditaklukkan, cenderung meniru budaya penakluknya".
Dalam makalah kali ini penulis akan mendeskripsikan arti dari sejarah, peradaban dan Islam.
Kemudian dilanjukan dengan hubungan Al-Qur’an dan Hadis dengan peradaban, diskursus
kebudayaan dan peradaban, mengklasifikasi periode peradaban Islam, dan dilengkapi dengan
metodologi penulisan sejarah.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian keperpustakaan (library research), yaitu pengumpulan wawasan
ilmiah dan penjelasannya dengan menggunakan berbagai buku atau sumber tertulis.2

Kata Kunci: Sejarah, Kontribusi, Islam, Reformasi, Peradaban, Dunia.

1 Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia, Bandung: Mizan, 1995, hal. 19.
2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian, Jakarta: Arruz Media, 2011, hal. 161.

i
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 3

A. Pengantar Sejarah Peradaban Islam................................................................................................... 3

1. Definisi Sejarah, Peradaban, dan Islam .......................................................................................... 3

2. Diskursus Kebudayaan dan Peradaban .......................................................................................... 4

3. Peran Kebudayaan dan Peradaban dalam Kejayaan Islam ........................................................... 4

4. Hubungan Al-Qur’an dan Hadis dengan Peradaban ......................................................................5

B. Periode Sejarah Peradaban Islam ....................................................................................................... 6

1. Periode Klasik (610 M-1250 M) ....................................................................................................... 6

2. Periode Pertengahan (1250 M-1800 M) ......................................................................................... 8

3. Periode Modern (1800 M-Sekarang) .............................................................................................. 8

C. Kontribusi Islam dalam Reformasi Peradaban .................................................................................. 9

D. Metodologi Penulisan Sejarah ........................................................................................................... 11

BAB III ......................................................................................................................................................... 14

PENUTUP .................................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 15

ii
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilatarbelakangi oleh asumsi kebanyakan orang tentang tertinggalnya
peradaban Islam. Mereka menganggap bahwa ajaran Islam sangatlah kuno, dipandang sebelah mata,
dan tidak sesuai dengan era zaman sekarang. Berbeda jauh dengan peradaban Barat yang sudah sangat
maju, terutama dalam bidang teknologi dan sains.
Bahkan sebagian kalangan menyatakan bahwa Islam adalah agama yang disebarluaskan
dengan pedang dan melegalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Hal ini terjadi, karena minimnya
pengetahuan tentang sejarah peradaban Islam, disertai munculnya musuh-musuh Islam yang
memutarbalikkan fakta dan menyembunyikan kebenaran yang ada.
Tercatat dalam sejarah, kontribusi Islam sangatlah besar dalam reformasi peradaban dunia. Islam
lahir ditengah-tengah merosotnya akhlak, hilangnya keadilan, dan rusaknya peradaban di dunia. Islam
hadir rahmatan lil ‘alamin, bukan hanya untuk sebuah kaum, sebuah negara, melainkan untuk seluruh
dunia dan alam semesta. Maka dari itu, penting untuk mengetahui kebenaran dan mempelajari sejarah
peradaban Islam, khususnya kontribusi peradaban Islam dalam reformasi peradaban dunia.
Ketika peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat
eropa cenderung meniru atau belajar "berkiblat ke Islam". Namun, setelah penaklukan Baghdad oleh
bangsa Mongol, Islam kehilangan jatidirinya. Sejak era renaissance dan lemahnya kekuasaan politik
Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu (termasuk Islam) ke Barat. Hingga akhirnya
muncul pemahaman-pemahaman liberal, radikal, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu ada
pelurusan kebenaran sejarah peradaban Islam dengan kajian ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sejarah, peradaban, dan Islam?
2. Mengapa terjadi diskursus antara kebudayaan dan peradaban?
3. Apa peran kebudayaan dan peradaban dalam kejayaan Islam?
4. Apa hubungan Al-Qur’an dan Hadis dengan peradaban?
5. Bagaimana klasifikasi periode Sejarah Peradaban Islam?
6. Apa kontribusi Islam dalam reformasi peradaban?
7. Bagaimana metodologi penulisan sejarah?
8. Bagaimana konsep pandang Islam terhadap interpretasi sejarah?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi sejarah, peradaban, dan Islam.
2. Mengetahui diskursus kebudayaan dan peradaban.
3. Mengetahui peran kebudayaan dan peradaban dalam kejayaan Islam.
4. Mengetahui hubungan Al-Qur’an dan Hadis dengan peradaban.
5. Mengetahui klasifikasi periode Sejarah Peradaban Islam.
6. Mengetahui kontribusi Islam dalam reformasi peradaban.
7. Mengetahui metodologi penulisan sejarah.
8. Mengetahui konsep pandang Islam terhadap interpretasi sejarah.

1
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

D. Tinjauan Pustaka
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontribusi diartikan sebagai sumbangan. 3
Kontribusi dalam Bahasa Inggris yaitu contribute, contribution, yang artinya keikutsertaan,
keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Dalam hal ini, kontribusi dapat berupa hal atau
tindakan. Dengan berkontribusi, berarti individu tersebut berusaha meningkatkan efisiensi dan
efektifitas hidupnya. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang, yaitu pemikiran,
kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.4
Sedangkan reformasi berasal dari kata reformation dengan akar kata reform yang secara semantik
bermakna “make or become better by removing or putting right what is bad or wrong”. Reformasi
merupakan bagian dari dinamika masyarakat, dalam arti bahwa perkembangan akan menyebabkan
tuntutan terhadap pembaharuan dan perubahan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
Reformasi juga bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change wiyhout destroying) atau
perubahan dengan memelihara (to change while preserving). Dalam hal ini, proses reformasi bukanlah
proses perubahan yang radikal5 dan berlangsung dalam jangka waktu singkat, tetapi merupakan proses
perubahan yang terencana dan bertahap.6
Dari tinjauan etimologis di atas, secara terminologi “Kontribusi Islam dalam Reformasi Peradaban
Dunia” berarti keikutsertaan Islam dalam pembaharuan dan perubahan peradaban dunia secara
bertahap dan terencana, menuju dunia yang lebih baik dan berkembang.
Dengan demikian, reformasi bukan dimaksudkan sebagai upaya untuk melenyapkan,
menghilangkan atau menghapus dan membangun ulang kembali peradaban dunia, melainkan sebagai
upaya perubahan tanpa merusak dan perubahan dengan memelihara peradaban dunia.

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal. 592.
4 Anne Ahira, Terminologi Kosa Kata, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hal. 77.
5 Melenyapkan, menghilangkan atau menghapus sesuatu.
6 Pengertian reformasi, https://www.academia.edu/18196940/Pengertian_reformasi diakses pada Rabu, 25/11/2020, Pukul 11.11 CLT.

2
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar Sejarah Peradaban Islam


1. Definisi Sejarah, Peradaban dan Islam
Untuk mempertegas pemaknaan sejarah, kiranya terlebih dahulu perlu ditelusuri dari asal-usul
kata sejarah itu sendiri. ‘Sejarah’ dikatakan berasal dari kata Arab, ‘syajarah’, artinya ‘pohon’ dan
mengibaratkan “pohon kehidupan”. Dalam bahasa asing lainnya peristilahan sejarah disebut histore
(Prancis), geschichte (Jerman), histoire atau geschiedenis (Belanda), dan history (Inggris). Akar kata
history itu sendiri berasal dari historia (Yunani) yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam,
terutama mengenai umat manusia yang bersifat kronologis, sedangkan yang tidak bersifat kronologis
dipakai kata scientia atau science (Alfian, 1984: 3).
Sejarah adalah riwayat tentang kejadian-kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi
(fakta), yang diceritakan atau tertulis dan dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam perkembangannya,
sejarah hanya terbatas pada aktivitas manusia berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik)
yang disusun secara kronologis. Adapun ilmu sejarah merupakan ilmu yang berusaha menentukan
pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu (Gazalba, 1981: 2). Disiplin sejarah
sebetulnya sejajar dengan ilmu-ilmu sosial yang lain seperti sosiologi, ilmu politik, dan antropologi;
tetapi sejarah membicarakan masyarakat dengan selalu memperhatikan signifikansi ruang dan waktu. 7
Sementara, peradaban adalah cipta, rasa, dan karsa manusia yang berasal dari akal budi baik
lahir atapun bathin. Peradaban berasal dari kebudayaan dan merupakan hasil pengolahan akal budi
manusia. Dimana hasil pikir dan pengolahannya dimaksudkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
manusia.8
Islam secara bahasa merupakan mashdar dari kata aslama – yuslimu – islaaman yang berarti
“Berserah diri”. Islam sebagai penyebutan atas agama serta pemeluknya yang disebut Muslim. Islam
adalah agama kepuasan, keamanan, dan perdamaian. 9 Berdasarkan pengertian bahasa, pada kedua
istilah tersebut tercermin hakekat agama Islam, yakni “keadaan orang yang membikin perdamaian
dengan Tuhan dan dengan sesama manusia”, karena kata Islam secara esensial adalah “masuk dalam
perdamaian”.10
Menurut istilah, Islam adalah agama Allah SWT yang diwasiatkan dengan ajaran-ajarannya
sebagaimana pokok-pokok dan syariatnya kepada Nabi Muhammad Saw dan mewajibkan kepadanya
untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya. 11
Sejarah peradaban Islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan Islam
dalam perspektif sejarahnya. Disini dapat pula dikemukakan makna peradaban Islam dalam tiga
pengertiannya yang berbeda-beda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan
dalam suatu suatu periode kekuasaan Islam, mulai dari periode Nabi Muhammad SAW Sampai
perkembangan kekuasaan Islam sekarang; kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam

7 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hal. 2.
8 Dedi Supryadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 13.
9 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana, 2011, hal. 11.
10 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 51.
11 Mahmud Syaltout, Al-Islam Aqidah wa Syariah, Mesir: Dar Al-Qalam, 1996, hal. 9.

3
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

lapangan kesusastraan, ilmu pengetahuan, dan kesenian; ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan
Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam.
2. Diskursus Kebudayaan dan Peradaban
Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Tetapi dalam Bahasa
Inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut. Istilah civilization untuk
peradaban dan culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam Bahasa Arab dibedakan antara kata
Tsaqafah (kebudayaan), kata Hadharah (kemajuan), dan Tamaddun (peradaban).
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini
sering juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam
bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang
yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan “peradaban”. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan
tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis
dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam
seni, sastra, religi dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.
a) Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.
b) Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
c) Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah
peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan
indah.12
Sedangkan peradaban (civilization) dapat diartikan dalam hubungannya dengan
kewarganegaraan karena berasal dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti seorang
warganegara yang berkemajuan. Dalam hal ini peradaban diartikan sebagai suatu masyarakat manusia
yang sudah berkembang atau maju.
Suatu peradaban ditunjukkan dalam gejala-gejala lahir, misalnya Memiliki kota-kota besar,
masyarakat telah memiliki keahlian di dalam industri (pertanian, pertambangan, pembangunan,
pengangkutan dsb), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dalam kesenian yang indah-
indah. Adapun kebudayaan diartikan bersifat sosiologis di satu sisi dan antropologis di sisi lain. Istilah
kebudayan (culture) pada dasarnya diartikan sebagai cara mengerjakan tanah, memelihara
tumbuh2an, diartikan pula melatih jiwa dan raga manusia. Dalam latihan ini memerlukan proses dan
mengembangkan cipta, karsa, dan rasa manusia. Maka culture adalah civilization dalam arti
perkembangan jiwa.
3. Peran Kebudayaan dan Peradaban dalam Kejayaan Islam
Ibnu Khaldun menjelaskan tentang kebangkitan suatu peradaban, jika umat Islam ingin
membangun kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka.13

12 Azyumardi, Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, hal. 30.
13 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 27.

4
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

Menurut Ibnu Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen
penting yaitu, kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi,
kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer, dan kesanggupan berjuang
untuk hidup. Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen asas suatu peradaban. Suatu bangsa akan
beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemapuan intelektual tertentu.
Sebab kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan
wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf
kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun
supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting
bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu
pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup.14
Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan ilmu
pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan hal
itu tidak sepenuhnya salah, sebab ekonomi akan berperan meningkatkan taraf kehidupan. Namun,
sejatinya faktor materi dan ekonomi menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang
mengarahkan seseorang untuk memberi respon seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya
adalah faktor ilmu pengetahuan. Dari sini, kita melihat peran vital pendidikan sebagai jalan
kebangkitan peradaban Islam. Menurut satu versi, peradaban adalah kebudayaan yang sudah
berkembang dan maju.
4. Hubungan Al-Qur’an dan Hadis dengan Peradaban
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara
malaikat Jibril dengan lafaz dan maknanya dari Allah Swt yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Nas.15 Sedangkan Hadis adalah sabda (perkataan, Qawl), perbuatan (Fi’li),
ketetapan (taqri), dan sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw16
Al-Qur’an dan Hadis merupakan dasar yang membentuk perdaban Islam. Keduanya,
mensyariatkan untuk mempelajari setiap bidang ilmu pengetahuan, akidah, politik, ekonomi, dan
sebagainya yang meliputi peradaban Islam dalam setiap sisi kehidupan. Dari sanalah terpancar
kebahagiaan manusia secara peripurna.17
Peradaban Islam mencapai puncak kejayaan karena menerapkan hukum Islam, karena sumber
hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Hadis. Jika Islam tidak menjadikan keduanya sebagai
sumber rujukan segala masalah, maka peradaban Islam tidak akan maju.
Allah Swt telah menjelaskan kepada Rasul-Nya penjelasan dari Al-Qur’an yang masih global,
menafsirkan ayat-ayat yang masih samar, menentukan yang masih terdapat ihtimal (kemungkinan)
agar dalam penyampaian risalahnya menjadi jelas. Dengan demikian, Al-Qur’an sebagai landasan
utama dan Hadis sebagai penjelasnya.18
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tujuan dan manfaat mengetahui sejarah terdapat dalam
surat Yusuf ayat ke-111, yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat

14 Ibid.
15 Said Agil Husain Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cetakan kedua, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hal.
13.
16 Luqman Hakim, Imdad al-Mughits, Cetakan ketiga, Kairo: Daar Soleh, 2019, hal. 21.
17 Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, Palembang: Grafindo Telindo Press, 2009, hal. 18.
18 Raghib al-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, Jakarta: Pustaka Kautsar, 2014, hal. 14.

5
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
Dalam pandangan Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung dua kelompak
ajaran. Pertama, ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya kepada manusia.
Ajaran dasar yang demikian terdapat dalam kitab- kitab suci. Ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-
kitab suci itu, memerlukan pennjelasan tentang arti dan cara pelaksanaannya. Penjelasan-penjelasan
ini diberikan oleh pemuka-pemuka atau ahli-ahli agama. Penjelasan-penjelasan mereka terhadap
ajaran dasar agama adalah kelompok kedua dari ajaran agama. Kelompok pertama, karena merupakan
wahyu, dari Tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak bisa diubah.
Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan dan dengan demikkian hasil pemikiran pemuka atau
ahli agama, pada hakikatnya tidaklah absolut tidak mutlak benar, dan tidak kekal. Kelompok kedua ini
bersifat relatif, nisbi, berubah, dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.19
B. Periode Sejarah Peradaban Islam
Secara umum, sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periodesasi: klasik, pertengahan, dan
modern. Harun Nasution dalam bukunya Pembaharuan dalam Islam menjelaskan bahwa periodesasi
sejarah di perlukan karena beberapa alasan. Pertama, untuk mengetahui perkembangan maju
mundurnya umat Islam yang terjadi dalam sejarah. Kedua, terlepas dari problem generalisasi terhadap
kenyataan sejarah periodesasi sejarah itu pentingdalam rangka memberikan kemudahan dalam
menjelaskan hal-hal penting yang terjadi dalam sejarah Islam seperti kapan modernitasterjadi dalam
sejarah Islam. Ketiga, sebagai tambahan, dalam pandangan penulis, periodesasi sejarah di perlukan
untuk memberikan kategorisasi secara periodik agar memudahkan seseorang dalam mengkaji sejarah
Islam yang berlangsung lebih dari 15 abad lalu.20
1. Periode Klasik (610 M/13 SH-1250 M/648 H)
Periode klasik yaitu awal peradaban Islam di Timur Tengah, disebut juga sebagai periode “asal
mula”, yang merupakan era pembentukan peradaban Islam sejak masa turun Alquran sampai abad ke-
13 Masehi. Periode ini bermula sejak masa Nabi Muhammad Saw dan disusul dengan periode Islam
klasik yang ditandai dengan kemajuan kepustakaan Arab berbagai hasil pengajaran Islam, dan asal usul
peradaban Islam yang merupakan perpaduan dari tiga unsur kebudayaan (etnis-kesukuan, keagamaan,
dan aristokratik).
Perkembangan peradaban Islam dalam periode tersebut bercirikan perpaduan antara
peradaban Islam dengan pola-pola institusi imperium Timur Tengah, pola ekonomi, dan monoteistik
yang telah mapan sebelumnya. Perkembangan peradaban Islam itu telah menjadikan periode ini
sebagai era Islam mayoritas di Timur Tengah. Dalam periode ini pula umat Islam membentuk negara
baru dan sejumlah institusi kemasyarakatan (sekte teologi, mazhab hukum, dan kelompok sufi) dan
penyusunan pola hubungan antara rezim politik dan badan-badan keagamaan. Dalam periode ini
pertumbuhan masyarakat berlangsung dalam keselarasan institusi dan agama (Lapidus, I, 1999: ix).
Periode awal tersebut secara lebih rinci lagi dapat di bagi menjadi tiga fase besar: pertama, fase
penciptaan komunitas baru yang bercorak Islam di Arab sebagai hasil dari transformasi wilayah

19 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, hal. 14 -15.
20 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, hal. 12.

6
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

pinggiran dengan sebuah kemasyarakatan kekerabatan sebelumnya menjadi sebuah tipe monoteistik
Timur Tengah dan secara politik sebagai masyarakat sentralisasi; kedua, dimulai dengan penaklukan
Timur Tengah oleh masyarakat Arab Muslim. Dalam fase ini Islam merupakan agama dari sebuah
negara kerajaan dan kalangan elite perkotaan; ketiga, dapat dilihat dalam peran nilai-nilai Islam dan
kelompok elite Islam mengubah mayoritas masyarakat Timur Tengah.21 Periode Klasik dapat dibagi
menjadi dua fase, yaitu:
a) Fase Ekspansi, Integrasi dan Puncak Kemajuan (610 M/13SH-1000 M/390 H)
Pada fase ini yang erupakan zaman kemajuan, dimana zaman internasionalisasi Islam dari
Jazirah Arab ke Barat melalui Syam (Iran sekarang) dan ke timur hingga India. Ilmu pengetahuan
agama dan non-agama berkembang pesat, dan secara politik daerah-daerah Islam tunduk pada
khalifah pusat.
b) Fase Disintigrasi (1000 M/390 H-1250 M/648 H)
Kekhalifahan sebagai simbol keutuhan politik mulai runtuh dan di gantikan pemerintahan
otonom di berbagai kawasan. Islam mengalami puncak kemajuan pada masa pemerintahan Bani
Umayah dengan melakukan ekspansi pertama di Ibukota Syiria Damaskus. Dengan memakai Syiria
sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir, Irak, Ibukota Persia, Almadain. Jadi wilayah
kekuasaan Islam pada waktu itu sudah meliputi Jazirah Arabi, Palestina, Syiria, sebagian besar
wilayah Persia dan Mesir. Secara politik, daerah-daerah Islam tunduk pada Kekhalifahan pusat
seperti kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi
demikian cepat antara lain:
1) Islam tak hanya mengajarkan ajaran tentang Tuhan dengan manusia tapi juga mengajarkan
ajaran tentang manusia dengan manusia.
2) Semangat dakwah dan kegemaran berperang membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri
umat Islam.
3) Byzantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan.
4) Pertentangan aliran agama di wilayah Byzantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat.
5) Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah kaya yang dapat membantu penguasa Islam untuk
membiayai ekspansi.
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Umayyah,
akan tetapi lintas sejarah dalam politik Islam akan terlihat berbeda antara pemerintahan Bani Umayyah
dengan pemerintahan Bani Abbas. Terdapat beberapa dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri
dari pemerintahan Khilafah Abbasiyah yang pada saat itu memperlakukan kebijkan pembayaran upeti
di setiap propinsi dengan ketidakadilan nominal upeti. Kelompok-kelompok tersebut adalah
Buaihiyyah, Thuluniyah, Ghaznawiyah, Dinasti Seljuk, Abu Ali dan Idrisiyyah. Semuanya itu muncul di
daerah Persia, Turki, Mesir, Syiria, Bangsa Kurdi, dan Maroko.22

21 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 65-66.
22 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Loc. Cit.

7
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

2. Periode Pertengahan (1250 M/648 H-1800 M/1215 H)


Pada periode ini, Islam bukan hanya menjadi agama masyarakat Arab Timur Tengah,
melainkan juga telah menjadi agama masyarakat Asia Tengah dan Cina, India, Asia Tenggara, Afrika,
dan masyarakat Balkan. Proses penyebaran Islam itu ditandai dengan interaksi nilai-nilai Islam dengan
nilai-nilai kemasyarakatan setempat. Dalam periode ini pula berlangsung konsolidasi sejumlah rezim
Islam, terutama Usmani, Syafawi, Mughal, dan beberapa negara di Asia Tenggara, Afrika dan di wilayah
lainnya. Masing-masing sistem kekuasaan Islam ini mendasarkan kehidupan peradabannya pada
keyakinan, kultur, dan institusi sosial Islam yang berinteraksi dengan organisasi kemanusiaan, dengan
sistem produksi dan pertukaran ekonomi dengan bentuk-bentuk kekeluargaan, kesukuan, dan dengan
komunitas etnis nonIslam, atau dengan model-model kultur non Islam dan pra Islam. Pada periode ini
tampak aspek-aspek peradaban Islam timur tengah ditranspormasikan ke dalam sejumlah masyarakat
Muslim di wilayah-wilayah yang berbeda.23 Periode Pertengahan dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a) Fase Kemunduran (1250 M/648 H-1500 M/906 H)
Pada fase ini, desentralisasi dan disintegrasi meningkat, disertai perbedaan Sunni dan Syiah
bertambah nyata, demikian juga antar Arab dan Persia, kemudian dunia Islam terbagi menjadi dua;
yakni bagian Arab dan Asia Tengah. Selain itu, paham bahwa pintu ijtihad tertutup meluas di
kalangan Islam, perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sangat kurang, dan
kekuasaan Islam atas spayol hancur.
b) Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M/906 H-1800 M/1215 H)
Pada masa kemajuan, di tiga kerajaan terdapat kemajuan dalam bidang literatur dan arsitektur,
namun perkembangan pengetahuan secara umum masih sangat kurang. Pada masa kemunduran,
kekuatan militer dan politik menurun, hingga akhirnya Mesir di kalahkan perancis (Napoleon
Bonaparte) tahun 1798 M.
Kekalahan Islam di spanyol karena perang salib membuat kejayaan Islam di sapnyol runtuh,
bersamaan juga di fase ini, disintegrasi juga semakin meningkat, hal ini menyebabkan pemerintahan
yang pada saat itu terpusat menjadi menjadi otonomi karena kekecewaan atas pemerintah pusat.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol, bukan saja mengakhiri Khilafah
Abbasiyah tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam karena
Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam. Tiga kerajaan Islam yang mengalami
kemunduran dan kehancuran yaitu kerajaan Safawi, kerajaan Mughal dan kerajaan Usmani.24
3. Periode Modern (1800 M/1215 H-Sekarang)
Dalam periode ini umat Islam yang berbasis dominan di belahan dunia Timur berada dalam
suasana terkacaukan oleh campur tangan bangsa Eropa. Peradaban Islam dalam keadaan merosot
akibat kehancuran kekuatan imperium Muslim, kemundurun ekonomi, konflik internal keagamaan dan
kebangkitan politik serta ekonomi bangsa Eropa yang didukung oleh dominasi kultural mereka.
Keadaan seperti itu mendorong sejumlah pembaruan umat Islam di abad XIX. Dalam periode ini
perubahan sejarah diawali dengan gerakan-gerakan masyarakat Muslim yang mengarah pada gerakan-
gerakan modernisasi. Pada masing-masing wilayah pengaruh kekuatan Eropa terhadap gerakan
Muslim itu berbeda-beda, baik secara institusional maupun kultural. Perbedaan tersebut pada

23 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 66-67.
24 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Loc. Cit.

8
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

gilirannya melahirkan keragaman tipe masyarakat Islam kontemporer. Ciri menonjol dalam
perkembangan peradaban masyarakat Islam periode ini adalah peradaban yang merupakan produk
interaksi antara masyarakat Islam regional dengan pengaruh Eropa.
Didalam buku Metodologi Penelitian Sejarah Islam karya Dudung Abdurrahman
menyebutkan, bahwa periode transformasi modern peradaban Islam itu, secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga fase, yang sekaligus memperlihatkan beberapa gambaran umum yang berlaku di seluruh
kawasan Muslim.
Fase pertama, merupakan periode antara akhir abad XVIII sampai awal abad XX, yang ditandai
dengan hancurnya sistem kenegaran Muslim dan dominasi teritorial serta komersial Eropa. Dalam fase
ini elit politik, agama, dan kesukuan masyarakat Muslim berusaha menetapkan pendekatan keagamaan
dan ideologis baru bagi perkembangan internal masyarakat mereka.
Fase kedua, yaitu fase pembentukan negara nasional yang berlangsung setelah Perang Dunia I
sampai pertengahan abad XX. Dalam fase ini kalangan elit negeri-negeri Muslim berusaha
membawakan identitas politik modern terhadap masyarakat mereka dan berusaha memprakarsai
pengembangan ekonomi serta perubahan sosial.
Fase ketiga, ialah fase konsolidasi negara-negara nasional di seluruh kawasan Muslim. Fase
yang berlangsung sekitar pasca Perang Dunia II ini ditandai dengan pertentangan antara
kecenderungan terhadap perkembangan yang tengah berlangsung dan peran utama Islam. 25

Sedangkan Menurut Harun Nasution, pada periode modern ini dapat dibagi menjadi dua fase:
a) Kebangkitan Awal (1800 M/1215 H-1967 M/1386 H)
Pada fase ini disebut zaman kebangkitan awal umat Islam, karena munculnya kesadaran
pentingnya pembaharuan dalam Islam baik secara politik, militer, sosial budaya. Kemudian
munculnya semangat nasionalisme dan berakhirnya kekhalifahan Usmaniyah di Turki.
b) Kebangkitan Kedua (1967 M/1386 H-Sekarang)
Kekalahan Arab oleh Israel tahun 1967 M sebagai titik yang menentukan bagi kesadaran diri dan
kemudian memunculkan berbagai kritik diri (naqd dzati). Kemudian tumbuh dan berkembangnya
pemikiran-pemikiran fisiologis dan metedologis dalam rangka pembaharuan Islam di era
kontemporer.26
C. Kontribusi Islam dalam Reformasi Peradaban
Sejarah telah membuktikan, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta
sejarah yang tidak terbantahkan, bahkan banyak yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan bermula
dari dunia Islam yang kemudian mengalami transmisi (penyebaran) dan poliferasi (pengembangan)
ke dunia Barat yang sebelumnya dunia Barat dilanda dark ages (masa kegelapan) sehingga muncul
zaman enlightenment (yang cerah) di Eropa. Melalui dunia Islam mereka mendapat akses untuk
mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern, yang tidak merujuk sepenuhnya kepada
sumber-sumber Yunani melainkan kepada sumber-sumber Arab.
Masa kejayaan Bani Abbasiyah, tepatnya pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan anaknya al–
Ma’mun kondisi ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umun sangat berkembang pesat

25 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 67-68.
26 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Loc. Cit.

9
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

mulai ilmu fikih, tafsir, hadis, kalam, tasawuf, dan siyasah. 27 Sedangkan bidang ilmu pengetahuan
umum yang antara lain adalah imu filsafat, kedokteran, astronomi, farmasi, geografi, sejarah, dan
bahasa. Kemajuan peradaban dunia yang ditorehkan (dikembangkan) peradaban Islam tidak hanya di
bidang ilmu pengetahuan saja, tetapi budaya juga tidak luput dari dinamika peradaban Islam,
dikarenakan ajaran Islam bersifat sangat terbuka terhadap peradaban bangsa lain hingga membuat
Islam semakin maju dan tinggi dalam hal peradaban.
Pada abad ke-12, merupakan peradaban Islam yang tertinggi dari sepanjang tahun sebelumnya
sehingga banyak buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan filsuf Muslim
diterjemahkan kedalam bahasa Eropa, dimasa ini selain tercatat sebagai prestasi tertinggi yang pernah
diraih umat Islam28 juga tercatat sebagai masa awal kemunduran umat Islam sedangkan di Barat mulai
gemilang dengan kesadaran dan perhatian bangsa Barat terhadap ilmu pengetahuan dengan
menerjemahkan buku-buku hasil karya cendikiawan Muslim hingga akhirnya membuat pola
perubahan kiblat pengetahuan dari yang sebelumnya berkiblat kepada peradaban Islam menjadi
berkiblat kepada peradaban Barat yang sampai zaman sekarang cukup terasa.
Maka tida mengherankan, apabila disebutkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan umat Islam
sejak 14 abad silam turut mewarnai dan mereformasi peradaban dunia, bahkan pesatnya
perkembangan Islam ke Barat dan Timur membuat peradaban Islam dianggap sebagai peradaban yang
paling besar pengaruhnya di dunia yang dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
1. Keberadaan perpustakaan Islam dan lembaga-lembaga pendidikan/ keilmuan, yaitu Baitul
Hikmah, Masjid al-Azhar, Masjid Qarawiyyin dan sebagainya, yang mana tempat-tempat ini
merupakan pusat perkumpulan para intelektual Muslim untuk menyelenggarakan proses
pengkajian dan pengembangan ilmu dan sains.
2. Peninggalan karya intelektual Muslim, yaitu karya Ibnu Shina, Ibnu Haytam, Ibnu Hisyam,
imam Syafi‟i, imam Abu Hanifah, imam Malik bin Anas, imam ath-Thabari, Ar-Razi, Al-Kindy,
Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Abu Yazid al-Busthami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan masih
sangat banyak rentetan nama-nama ilmuan Muslim lainnya yang tidak memungkinkan untuk
dituliskan semuanya di kolom ini.
3. Penemuan-penemuan intelektual yang dapat mengubah budaya dan tradisi umat manusia,
yaitu penemuan kertas, karpet, kalender Islam, penyebutan hari-hari, seni arsitektur, tata
perkotaan, dan perekonomian.29
4. Pengaruh konsep iman, ihsan, dan takwa, yaitu keutamaan nilai-nilai iman, ihsan, dan takwa
yang merupakan kebudayaan asasi dalam Islam kemudian memanifestasi budaya silm
(tenang/ kondusif), salam (damai), salaamah dan (selamat). Dengan kata lain, dari konsep
iman melahirkan budaya amn (rasa aman) dan amanah (tanggungjawab terhadap amanat),
sedangkan dari konsep ihsan dan takwa melahirkan budaya hasanah (keindahan) dan husn
(kebaikan).

27 Muhamamd Iqbal, Rekontruksi Pemikiran Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, hal. 12-14.
28 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI Press, 1990, hal. 15-16.
29 Qutb Ibrahim Muhammad, al-Siyasah al-Maliyah li ‘Usman ibn ‘Affan Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyah al-‘Ammah, 1986, hal. 139.

10
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

D. Metodologi Penulisan Sejarah


Dudung Abdurahman, dalam bukunya ‘Metodologi Penelitian Sejarah Islam’ menjelaskan, bahwa
metode dalam penulisan sejarah, yaitu dengan menggunakan aturan dan prinsip sistematis untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan
sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. Hal ini juga selaras dengan pendapat Nugroho
Notosusanto, dalam bukunya ‘Norma-norma Dasar Penelitian Penulisan Sejarah’, metode sejarah
mempunyai empat langkah metode, yaitu Heuristik, Kritik Sumber (verifikasi), Interpretasi dan
Historiografi.
1. Metode Heurisktik (Pengumpulan Sumber)
Secara etimologi, kata heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein, artinya memperoleh.
Menurut G.J. Renier (1997: 113), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu.
Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali
merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memperinci bibiliografi, atau
mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.30
Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang
relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Heuristik diperoleh dari dari sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi yang melihat dengan mata kepalanya
sendiri dan mengalami sendiri peristiwa tersebut. Sumber sekunder yaitu kesaksian dari saksi
orang lain.31
2. Metode Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul, tahap yang berikutnya ialah
verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik sumber. Verifikasi berarti usaha untuk menilai,
menguji, serta menyeleksi sumber-sumber yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan sumber
yang autentik (asli). Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat otentisitas (keaslian sumber) dan
tingkat kredibilitas sehingga terhindar dari kepalsuan. Kritik sumber terdiri atas kritik intern dan
kritik ekstern.
Kritik intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk meneliti kebenaran isi dokumen atau
tulisan tersebut. Kritik intern digunakan untuk menguji sejauh mana kredibilitas sumber yang telah
terkumpul tersebut. Kritik intern lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen/sumber sejarah.
Misalnya dengan cara membandingkan sumber satu dengan lainnya.
Kritik ekstern adalah kritik sumber yang digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang
digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang digunakan dalam penulisan. Dalam hal ini
peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik
dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis maka harus diteliti
kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya,
hurufnya, dan segi penampilan luarnya yang lain.32

30 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 101.
31 Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian Penulisan Sejarah, Jakarta: Dephankam, 1971, hal. 35.
32 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 105.

11
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

3. Metode Interpretasi (Analisis Fakta Sejarah)


Interpretasi atau penafsiran sejarah sering kali disebut juag dengan analisis sejarah. Analisis
sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti
menyatukan. Namun keduanya, analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama di
dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 1995: 100). Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan
sinstesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama
dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh (Berkhofer,
dikutip Alfian, 1994).33
Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektifitas. Sebagian itu benar,
tetapi sebagian itu salah. Benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak dapat berbicara.
Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan darimana itu diperoleh. Itulah
sebabnya, subjektifitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari.34
Konsep Islam dalam memandang interpretasi sejarah, sebagaimana diungkapkan Al-Quran,
berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah. Secara tidak langsung hal ini menyiratkan
bahwa manusia berperan untuk menciptakan perubahan. Untuk itu perlu sekali menengok
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau karena sejarah memberikan mau’idzah
(pelajaran) yang membuat manusia sadar akan perannya sebagai aktor sejarah.
Selayang pandang konsep Islam terhadap interpretasi sejarah dalam buku “Sirah Nabawiyah
Ash-Shahihah” antara lain:35
a. Memperhatikan fakta yang terdapat dalam Al-Qur’an.
b. Penjelasan tentang motif perilaku Muslimin pada masa awal penyebaran Islam.
c. Evaluasi peradaban berkaitan dengan alasan beribadah kepada Allah Swt.
d. Menolak logika pembenaran interpretasi sejarah Islam.
e. Memakai istilah-istilah syariah dalam penulisan sejarah Islam.
Pada surat Al-Fatihah ayat 6-7. Menurut ayat tersebut umat terdahulu dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu: (1) Kelompok yang telah diberi nikmat oleh Allah; (2) Kelompok yang
dimurkai Allah; (3) Kelompok yang sesat. Kemudian Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan
bahwa kelompok pertama (yang diberi nikmat oleh Allah) adalah: para Nabi, shiddiqin, syuhada
dan orang shalih. Mereka yang mendapat nikmat adalah mereka yang berhasil menggabungkan
antara ilmu dan amal. Adapun kelompok kedua (kelompok yang dimurkai) adalah kelompok yang
mempunyai ilmu tetapi kehilangan amal, sehingga mereka dimurkai. Kelompok ini diwakili oleh
Yahudi. Sedangkan kelompok ketiga (kelompok yang sesat) adalah masyarakat Nasrani. Mereka
adalah orang yang kehilangan ilmu, dan senantiasa dalam kesesatan serta tidak diberikan hidayah
(Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah).
Konsep selanjutnya adalah bahwa sejarah dalam al-Quran memiliki historical law atau sunnah
tarikhiyyah. Yang dimaksud oleh historical law atau sunnah tarikhiyyah adalah hukum
kesejarahan yang berlaku di alam dan masyarakat, yaitu hukuman-hukuman Allah yang berupa

33 Ibid. hal. 111.


34 Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian Penulisan Sejarah, Loc. Cit.
35 Akram Dhiya’ Amri, Sirah Nabawiyah Ash-Shahihah, Cetakan ke-VI, Madinah, Maktabah Ulum wa Hikam, 1994, hal. 32-38.

12
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan. (al-Suyuthi dan al-
Mahalli, Maktabah Syamilah).36
4. Metode Historiografi (Penulisan Sejarah)
Historiografi secara harfiah berarti penulisan. Tahap ini merupakan penyajian atas berbagai
fakta yang telah terkumpul. Di tahap ini juga fakta-fakta sejarah diinterpretasikan dan kemudian
penulis menyampaikan sintesis yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dan disampaikan
dalam bentuk karya ilmiah atau tulisan. Historiografi juga merupakan tahapan akhir penulis untuk
menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan.37
Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung
sesuai dengan prosedur yang dipergunakannya tepat ataukah tidak; apakah sumber atau data yang
mendukung penarikan kesimpulannya memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai ataukah
tidak; dan sebagainya. Jadi, dengan penulisa itu akan dapat ditentukan mutu penelitian sejarah itu
sendiri.38
Menurut Louis Gotchalk dalam bukunya Mengerti Sejarah, metode sejarah adalah proses menguji
dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekontruksi yang imaginative
dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh prose situ disebut historiografi
(penulisan Sejarah).39
1. Metode Penggalian sejarah
a) Metode Lisan (interview), yaitu dalam pelacakan suatu obyek sejarah dilakukan dengan
interview.
b) Metode Observasi, dalam metode ini obyek sejarah diamati langsung. Jadi metode
observasi merupakan metode pengumpulan data, yakni penyelidikan yang dijalankan secara
sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian yang
dapat langsung ditangkap.40
c) Metode Dokumenter, metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam
segala catatan atau dokumen tertulis.
d) Biografi, Merupakan sejarah tentang perjalanan hidup seseorang. Misalnya biografi Ki
Hajar Dewantoro, Soeharto dan lain sebagainya41.
2. Metode Penulisan Sejarah
a) Metode Deskriptif, dengan metode ini digunakan untuk menggambarkan adanya
peradaban Islam tersebut, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa
Nabi Muhammad yang berhubungan dengan peradaban diuraikan sebagaimana adanya
dengan tujuan untuk memahami yang terkandung dalam sejarah tersebut.
b) Metode Komparatif, metode ini merupakan metode yang berusaha membandingankan
sebuah perkembangan peradaban Islam dengan peradaban Islam lainya. Dalam metode ini
dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi

36 Konsepsi Sejarah Menurut Islam, https://www.researchgate.net/publication/323986402_Konsepsi_Sejarah_Menurut_Islam,

diakses pada Jum’at, 27/11/2020, (23.11)


37 Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian Penulisan Sejarah, Loc. Cit.
38 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Op. Cit., hal. 114.
39 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 32.
40 Bimo walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: fak.psikologi, UGM, 1980, hal. 54.
41 Effat Ash-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1986, hal. 5.

13
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya
persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu.
c) Metode Analisis Sintesis, metode ini melihat sosok peradaban Islam lebih kritis, ada
analisis bahasan yang lebih luas serta kesimpulan yang spesifik.

BAB III
PENUTUP

Sejarah adalah sebuah pengingat bagi umat manusia, karena kejadian yang telah berlalu dapat
menjadi pelajaran bagi kehidupan masa kini, dan kejadian pada masa kini akan menjadi inspirasi
peradaban masa depan. Dengan mengingat kejadian-kejadian tersebut, yang dapat dijadikan
pembelajaran dan motivasi bagi umat manusia untuk terus berkembang dan melangkah maju.
Sesungguhnya sejarah itu meluaskan pandangan seorang Muslim. Maka, ketika seorang Muslim
tidak mampu untuk mempelajari sejarah kejayaan Islam pada masa lalu, pada hakikatnya dia telah
kehilangan jati dirinya yang mulia sebagai seorang yang beriman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.
Akibatnya, dia justru akan minder dengan Islam, tidak mampu untuk survive menghadapi berbagai
macam syubhat yang dituduhkan kepada Islam dan kaum Muslimin.
Islam telah menjadi mercusuar peradaban sejak berabad-abad lamanya, dan menjadi inspirasi
bagi semua umat manusia. Peradaban Islam bermula ketika agama Islam diturunkan kedunia melalui
Nabi Muhammad Saw, sejak itulah peradaban Islam lahir dan menancapkan diri dalam sejarah dunia.
Nabi Muhammad Saw membawa ajaran Islam dengan nilai-nilai yang telah disampaikan kepada
manusia membawa sepanjang masa kenabiannya. Baik berupa kitab suci (al-qur’an) atupun melalui
tingkah laku dan pentunjuk-petunjuk beliau.
Membangun suatu peradaban harus menguasai ilmu pengetahuan, politik, militer, dan hal itu
harus berawal dari diri pribadi Islam itu sendiri. Adanya prosedur penafsiran Al-Quran dari produk
pemikiran ulama memberikan pemahaman bahwa Al-Qur’an dan Hadis memberikan motivasi kepada
umat Islam untuk melakukan pengembangan dan kemajuan peradaban.
Sekalipun kekuasaan Islam secara mutlak tidak lagi menjadi nomor satu (penguasa) di dunia,
namun ajaran-ajaran Islam yang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia merupakan mutiara bagi
peradaban dunia. Maka patut dicatat, bahwa sekalipun ilmuan-iluan Barat yang menjadi kiblat ilmu
pengetahuan dan peradaban, namun sebenarnya semua itu dimotori oleh keilmuan Islam pada zaman
dahulu.

14
Kajian Sejarah
Dan Studi Peradaban Islam Ar-Razi
Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo
Markaz Sirah Community; Senin, 30 November 2020

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah.


Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011
Ahira, Anne. Terminologi Kosa Kata, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Al-Sirjani, Said Agil Husain Al-Munawar. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cetakan
kedua, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Amri, Akram Dhiya’. Sirah Nabawiyah Ash-Shahihah, Cetakan ke-VI, Madinah: Maktabah Ulum wa
Hikam, 1994.
Ash-Sharqawi, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1986.
Azyumardi. Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka,
2002.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1986.
Hakim, Luqman. Imdad al-Mughits, Cetakan ketiga, Kairo: Daar Soleh, 2019.
Iqbal, Muhamamd. Rekontruksi Pemikiran Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
Muhammad, Qutb Ibrahim. Al-Siyasah al-Maliyah li ‘Usman ibn ‘Affan Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyah
al-‘Ammah, 1986.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1975.
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana, 2011.
Notosusanto, Nugroho. Norma-norma Dasar Penelitian Penulisan Sejarah, Jakarta: Dephankam,
1971.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan Penelitian, Jakarta: Arruz
Media, 2011.
Pulungan, Suyuthi. Sejarah Peradaban Islam, Palembang: Grafindo Telindo Press, 2009.
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI Press, 1990.
Supryadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Di Indonesia,
Bandung: Mizan, 1995.
Syaltout, Mahmud. Al-Islam Aqidah wa Syariah, Mesir: Dar Al-Qalam, 1996.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: fak.psikologi, UGM, 1980.
https://www.researchgate.net/publication/323986402_Konsepsi_Sejarah_Menurut_Islam
https://www.academia.edu/18196940/Pengertian_reformasi

15

Anda mungkin juga menyukai