Disusun Oleh :
Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karuniaserta
kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kurikulum dalam Pendidikan
Islam dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Siti
Ngaisah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha kami selaku para penulis.
Semoga dalam makalah ini kita semua dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam terus menghadapi pilihan yang tidak mudah, yaitu antara kebutuhan
keagamaan dan kebutuhan duniawi. Di satu sisi, Pendidikan Islam dituntut bisa berfungsi
meningkatkan pemahaman ilmu-ilmu agama dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam.
Sementara di sisi lain lembaga ini dituntut berfungsi menumbuhkan kemampuan peserta
didik dalam memenuhi kebutuhan hidup yang tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu-
ilmu agama. Selama ini, umat Islam meyakini, ajaran Islam telah selesai disusun tuntas dalam
ilmu agama sebagai panduan penyelesaian seluruh persoalan kehidupan duniawi. Sementara,
ilmu-ilmu umum (non-agama) dipandang bertentangan dengan ilmu agama akan membuat
kesengsaraan umat Islam. Namun, persoalan kehidupan duniawi yang terus berkembang,
ternyata tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu-ilmu agama.Oleh karena itu, sejak
pendidikan Islam dikembangkan bersamaan munculnya gerakan pembaharuan Islam di
Indonesia, kurikulum pendidikan Islam terus berubah. Awalnya, kurikulum lembaga ini
hanya terdiri dari ilmu agama. Bentuk lembaganya dikenal dengan istilah madrasah diniyah
yang telah ada sejak abad�abad pertama sejarah Islam di Timur Tengah.
Demikian pula dengan adanya usaha integrasi kedua sistem ilmu (ilmu agama dan
ilmu umum). Usaha ini kenyataannya hanya akan menambah persoalan lembaga Pendidikan
Islam makin ruwet. Ini disebabkan belum tersusunnya konsep ilmu integral yang ilmiah yang
mampu mengatasi dikotomi ilmu umum dan agama itu sendiri. Integrasi kurikulum tidak
lebih daripada penggabungan dua sistem ilmu tanpa konsep. Akibatnya, tujuan praktis untuk
meningkatkan daya saing lulusan madrasah dengan sekolah umum, menjadi sulit dipenuhi.
Penggabungan kedua ilmu dengan sistem kebenaran dan metodologi berbeda, justru
bisa menumbuhkan sikap ambivalen peserta didik dan bisa mengganggu perkembangan
jiwanya. Selain itu, penggabungan ilmu dalam sistem kurikulum madrasah telah
menyebabkan peserta didik keberatan beban dari yang seharusnya bisa mereka pikul. Akibat
lebih lanjut ialah pengembangan kemampuan peserta didik dalam menguasai ilmu yang
terkesan lambat dan hasil belajar yang cenderung rendah. Oleh karena itu, rekonstruksi dan
sistematisasi kurikulum dan materi pendidikan Islam yang masih bersifat metafisik, seperti
madrasah, secara pragmatis, merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
1
Sekitar tahun 1950-an, sebenarnya sudah muncul gagasan dari persatuan guru agama
di Yogyakarta dalam memenuhi tuntutan itu. Di tingkat dasar, tujuan pendidikan lebih
difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengamalkan berbagai praktik ibadah.
Pada jenjang lebih tinggi, mulai dikembangkan. Sayang, gagasan ini tidak mendapat respon
sehingga tujuan pendidikan Islam di semua jenjang dan jenis, hingga kini tetap diletakkan
pada tujuan metafisik seperti di atas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum dalam pendidikan Islam?
2. Apa sajakah yang termasuk dalam ruang lingkup kurikulum pendidikan Islam?
3. Bagaimanakah karakteristik kurikulum dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari kurikulum dalam pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui segala yang yang mencakup dalam kurikulum pendidikan
Islam.
3. Agar dapat mengetahui karakteristik kurikulum dalam pendidikan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mochtar menggambarkan bahwa pendidikan Islam mencakup tiga faktor yang harus
dilakukan secara bertahap. Pertama, menjaga dan memelihara anak; kedua, mengembangkan
bakat dan potensi anak sesuai dengan minat/bakatnya masing-masing; ketiga, mengarahkan
potensi anak sehingga dapat berkembang dan hidup dalam masyarakat di dalam menuju
kesempurnaan sebagai manusia (Affandi, 1990).Konsep pendidikan Islam menawarkan
banyak keutamaan, antara lain karena bersumber dari kebenaran ilmiah, meliputi segenap
aspek kehidupan manusia, berlaku universal, tidak terbatas hanya untuk bangsa tertentu saja,
berlaku sepanjang masa, sangat sesuai dengan fitrah kemanusiaan bahkan menyiapkan
pengembangan naluri-naluri kemanusiaan sehingga tercapai kebahagiaan yang hakiki.
3
idealitas. Pertama, sebagai institusi pendidikan haruslah dikembalikan kepada habitatnya dan,
untuk masyarakat.
(a) mampu menghimpun potensi masyarakat untuk perkembangan lembaga pendidikan secara
maksimal,
(b) selalu membuat net working dengan lingkungan sekolah (masyarakat) dalam setiap
aktivitas pendidikan dan pembelajaran (kolaboratif), dan
4
spiritual ini didasarkan pada sejumlah postulat yang menjadi dasar bagi pembentukan dan
pengembangan kurikulum pendidikan Islam.
c. makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk
memimpin dan memakmurkan kehidupan didalamnya.
3. Adab atau akhlaq al-karimah, yakni nilai-nilai universal untuk menata kehidupan diri
sendiri, masyarakat dan alam semesta yang sejahtera, anggun dan mulia.
4. Al-‘ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mampu menjalankan
tugas kekhalifahannya, baik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah Swt melalui nabi dan
rasulNya di alam semesta dan dalam diri manusia, yang dapat didekati manusia lewat
pengindraan , pemikiran dan eksperimentasi ilmiah. Karenanya, dalam konteks ini, kurikulum
pendidikan islam harus memuat ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu terapan.
5. Sunnah Allah, yaitu perubahan dan perkembangan alam serta kehidupan manusia dimana
mereka dipersyaratkan untuk membekali diri dengan ilmu - 141 - pengetahuan, keterampilan,
5
dan kepribadian agar mampu menyiasati dan mewarnai perubahan tersebut kearah yang lebih
baik.
adalah :
1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaedah, alat dan tekhniknya.
3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam – macam.
4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya
terbatas pada ilmu – ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi meliputi seni
halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer dan bahasa asing.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hal tersebut, sudah waktunya dikotomisasi ilmu Islam dan ilmu umum
secara ideologis dan teologis, dicairkan bukan dengan Islamisasi ilmu-ilmu umum, tetapi
melalui peletakan semua ilmu dalam sebuah sistem kebenaran dan metodologi. Suatu ilmu
ditolak hanya jika ilmu itu ternyata salah. Sebaliknya, jika terbukti benar, bukan karena ada
hubungan dengan sumber teks Alquran dan sunnah nabi.
Dalam konteks tersebut, penyebutan madrasah sebagai sekolah umum berciri khusus
agama, seharusnya bisa dijadikan dasar untuk mengembangkan madrasah sebagai lembaga
pendidikan alternatif. Penyebutan demikian merupakan pangkal bagi model pendidikan kritis
yang tidak lagi meletakkan pendidikan sebagai transfer ilmu atau transfer nilai, tetapi media
belajar hidup yang terus dikembangkan dan di daur ulang.
Problem integrasi ilmu dalam sistem madrasah dan tujuan praktis peningkatan daya
saing lulusannya, lebih sulit dipecahkan karena pada saat yang sama, lembaga ini harus
memenuhi tujuan yang disusun pada dataran metafisik. Seluruh model pendidikan Islam;
pesantren, sekolah Islam dan pendidikan agama Islam di sekolah umum, bertujuan utama
membentuk pribadi Muslim yang takwa, berakhlak mulia, cerdas dan trampil. Tujuan ini
berlaku bagi semua tingkat dan jenis pendidikan Islam, termasuk madrasah itu sendiri
B. Saran
Makalah ini masih banyak mempunyai kekurangan dalam hal-hal penyajiannya, baik
dalam materi dan pembahasan materi. Maka dari itu, kami selalu penyusun mencoba untuk
belajar dan memahami lebih luas, agar dapatlebih baik lagi. Segala saran yang bersifat
membangun kami sangat menunggunya untuk perbaikan dari makalah ini. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
7
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Irpan. 2006. KURIKULUM DAN MATERI PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal hunafa
V0l.3 1. 37-52. Jurnal.