Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Siti Ngaisah, M.Ag

Disusun Oleh :

Putri Anggiyani (201230103)


Siti Nurjanah (201230109)
Ananada Aulia Salsabila (201230110)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

TAHUN 2021 M / 1443 H

Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota

Serang, Banten 42118


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karuniaserta
kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kurikulum dalam Pendidikan
Islam dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Siti
Ngaisah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha kami selaku para penulis.

Semoga dalam makalah ini kita semua dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Kamis, 14 Oktober 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Kurikulum dalam Pendidikan Islam.............................................................3


B. Ruang Lingkup Kurikulum dalam Pendidikan Islam.....................................................5
C. Karakteristik Kurikulum dalam Pendidikan Islam.........................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................................................7

A. Kesimpulan.....................................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam


suatu system pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua
jenis dan tingkat pendidikan. Dalam Islam, konsep kurikulum bermakna manhaj yaitu
jalan terang yang dilalui oleh pendidik dan anak didiknya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-
bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam.

Pendidikan Islam terus menghadapi pilihan yang tidak mudah, yaitu antara kebutuhan
keagamaan dan kebutuhan duniawi. Di satu sisi, Pendidikan Islam dituntut bisa berfungsi
meningkatkan pemahaman ilmu-ilmu agama dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam.
Sementara di sisi lain lembaga ini dituntut berfungsi menumbuhkan kemampuan peserta
didik dalam memenuhi kebutuhan hidup yang tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu-
ilmu agama. Selama ini, umat Islam meyakini, ajaran Islam telah selesai disusun tuntas dalam
ilmu agama sebagai panduan penyelesaian seluruh persoalan kehidupan duniawi. Sementara,
ilmu-ilmu umum (non-agama) dipandang bertentangan dengan ilmu agama akan membuat
kesengsaraan umat Islam. Namun, persoalan kehidupan duniawi yang terus berkembang,
ternyata tidak seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu-ilmu agama.Oleh karena itu, sejak
pendidikan Islam dikembangkan bersamaan munculnya gerakan pembaharuan Islam di
Indonesia, kurikulum pendidikan Islam terus berubah. Awalnya, kurikulum lembaga ini
hanya terdiri dari ilmu agama. Bentuk lembaganya dikenal dengan istilah madrasah diniyah
yang telah ada sejak abad�abad pertama sejarah Islam di Timur Tengah.

Demikian pula dengan adanya usaha integrasi kedua sistem ilmu (ilmu agama dan
ilmu umum). Usaha ini kenyataannya hanya akan menambah persoalan lembaga Pendidikan
Islam makin ruwet. Ini disebabkan belum tersusunnya konsep ilmu integral yang ilmiah yang
mampu mengatasi dikotomi ilmu umum dan agama itu sendiri. Integrasi kurikulum tidak
lebih daripada penggabungan dua sistem ilmu tanpa konsep. Akibatnya, tujuan praktis untuk
meningkatkan daya saing lulusan madrasah dengan sekolah umum, menjadi sulit dipenuhi.

Penggabungan kedua ilmu dengan sistem kebenaran dan metodologi berbeda, justru
bisa menumbuhkan sikap ambivalen peserta didik dan bisa mengganggu perkembangan
jiwanya. Selain itu, penggabungan ilmu dalam sistem kurikulum madrasah telah
menyebabkan peserta didik keberatan beban dari yang seharusnya bisa mereka pikul. Akibat
lebih lanjut ialah pengembangan kemampuan peserta didik dalam menguasai ilmu yang
terkesan lambat dan hasil belajar yang cenderung rendah. Oleh karena itu, rekonstruksi dan
sistematisasi kurikulum dan materi pendidikan Islam yang masih bersifat metafisik, seperti
madrasah, secara pragmatis, merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.

1
Sekitar tahun 1950-an, sebenarnya sudah muncul gagasan dari persatuan guru agama
di Yogyakarta dalam memenuhi tuntutan itu. Di tingkat dasar, tujuan pendidikan lebih
difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengamalkan berbagai praktik ibadah.
Pada jenjang lebih tinggi, mulai dikembangkan. Sayang, gagasan ini tidak mendapat respon
sehingga tujuan pendidikan Islam di semua jenjang dan jenis, hingga kini tetap diletakkan
pada tujuan metafisik seperti di atas.

Kesulitan utama rekonstruksi pragmatis kurikulum Pendidikan Islam, seperti tujuan


pendidikan Islam, adalah akibat kecenderungan ideologisasi dan teologisasi ilmu-ilmu Islam.
Ilmu Islam diidentikkan sebagai Islam itu sendiri, sehingga kebenarannya diyakini bersifat
mutlak yang berlaku universal. Akibatnya, ilmu selain ilmu Islam, sering disebut ilmu umum
atau sekuler, dipandang sesat dan haram dipelajari. Ini bertentangan dengan fakta, hampir
tidak mungkin berbagai jenis dan model pendidikan Islam, seperti madrasah, dikelola kecuali
memanfaatkan jasa ilmu-ilmu sekuler itu. Fokus pembahasan dalam tulisan ini ialah
bagaimana merekonstruksi kurikulum pendidikan Islam yang meliputi alternatif “inovasi”
pengembangan kurikulum Pendidikan Islam dan konstruksi materi Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum dalam pendidikan Islam?
2. Apa sajakah yang termasuk dalam ruang lingkup kurikulum pendidikan Islam?
3. Bagaimanakah karakteristik kurikulum dalam pendidikan Islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari kurikulum dalam pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui segala yang yang mencakup dalam kurikulum pendidikan
Islam.
3. Agar dapat mengetahui karakteristik kurikulum dalam pendidikan Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum dalam Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu rancangan atau program studi


yang berhubungan dengan materi atau pelajaran Islam, tujuan proses pembelajaran,
metode dan pendekatan, serta bentuk evaluasinya. Oleh karena itu, yang dimaksud
dengan kurikulum pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani
dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) (Mujtahid, 2011). Kurikulum
pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan
dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan
Islam adalah semua aktivitas, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan
secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan
Islam.

Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu


merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini
bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan
adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula
dengan tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.

Kurikulum pendidikan Islam bertujuan menanamkan kepercayaan dalam


pemikiran dan hati generasi muda, pemulihan akhlak dan membangunkan jiwa rohani. Ia
juga bertujuan untuk memperoleh pengetahuan secara kontinu, gabungan pengetahuan
dan kerja, kepercayaan dan akhlak, serta penerapan amalan teori dalam hidup.

Mochtar menggambarkan bahwa pendidikan Islam mencakup tiga faktor yang harus
dilakukan secara bertahap. Pertama, menjaga dan memelihara anak; kedua, mengembangkan
bakat dan potensi anak sesuai dengan minat/bakatnya masing-masing; ketiga, mengarahkan
potensi anak sehingga dapat berkembang dan hidup dalam masyarakat di dalam menuju
kesempurnaan sebagai manusia (Affandi, 1990).Konsep pendidikan Islam menawarkan
banyak keutamaan, antara lain karena bersumber dari kebenaran ilmiah, meliputi segenap
aspek kehidupan manusia, berlaku universal, tidak terbatas hanya untuk bangsa tertentu saja,
berlaku sepanjang masa, sangat sesuai dengan fitrah kemanusiaan bahkan menyiapkan
pengembangan naluri-naluri kemanusiaan sehingga tercapai kebahagiaan yang hakiki.

Konstruksi kurikulum pendidikan Islam perlu menentukan landasan teoritis tertentu


untuk menyelaraskan berbagai kepentingan sesuai harapan masyarakat masa kini. Masyarakat
sekarang menuntut standar kualitas yang tinggi dalam pendidikan. Standar ini
mencakupkompetensi yang seimbang dalam kecerdasan atau logika, moral dan akhlak mulia
atau etika, seni dan keindahan atau estetika, serta kekuatan dan kesehatan jasmani atau
kinestetika.Pendidikan Islam dalam perkembangannya haruslah dapat merealisasikan dua

3
idealitas. Pertama, sebagai institusi pendidikan haruslah dikembalikan kepada habitatnya dan,
untuk masyarakat.

Konsolidasi antara lembaga pendidikan Islam (madrasah) dan masyarakat harus


terbina demi tercapainya tujuan kolaboratif. Seiring di negara kita Republik Indonesia yang
tercinta ini telah dikumandangkan deregulasi otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan.
Sebagai konsekuensinya, sebagaimana ditulis Maimun dan Shodiq (2001), para pengelola
lembaga pendidikan Islam harus:

(a) mampu menghimpun potensi masyarakat untuk perkembangan lembaga pendidikan secara
maksimal,

(b) selalu membuat net working dengan lingkungan sekolah (masyarakat) dalam setiap
aktivitas pendidikan dan pembelajaran (kolaboratif), dan

(c) mampu memenuhi kebutuhan ril masyarakat secara luas.

Lembaga Pendidikan Islam diharapkan mampu menjadi perekat masyarakat dalam


melaksanakan aktivitas pendidikan. Hal ini dimaksudkan sebagai antisipasi kecenderungan
masyarakat akan masa depan, yaitu masyarakat yang cakap di dalam penguasaan sains dan
teknologi dan sekaligus kokoh dalam melestarikan nilai-nilai religi dan budaya; kedua,
Pendidikan Islam sebagai institusi pendidikan yang berprestasi sebagai pengawal jalannya
integrasi keilmuan dalam Islam. Arus akomodatif integratif antara ilmu agama dan ilmu
umum dilebur menjadi sistem pendidikan Islam, meminjam istilah Azra (1999) sebagai
academic excellence, yaitu keunggulan di bidang keilmuan. Kompetensi lulusan lembaga
Pendidikan Islam diharapkan tidak saja hafal kaidah-kaidah keagamaan, tetapi juga
profesional di dalam mengolah sains dan teknologi modern. Alumni madrasah diasumsikan
bukan semata masuk pada bidang pendidikan dan dakwah yang berkonotasi tradisional, tetapi
juga mampu memasuki dunia profesional modern.

Untuk menciptakan lembaga pendidikan Islam yang bercorak academic excellent,


dibutuhkan perhatian dari semua pihak dengan menerapkan total quality management proses
pembelajarannya. Salah satu aspek dalam pembelajaran yang menjadi standar kualitas sebuah
lembaga pendidikan adalah kurikulumnya. Kurikulum merupakan inti dari institusi
pendidikan, karena kurikulumlah yang mereka tawarkan pada publiknya, dengan dukungan
SDM guru berkualitas, serta sarana sumber belajar lainnya yang memadai. Pengalaman yang
diperoleh siswa dari program-program yang ditawarkan sekolah amat variatif, tidak sebatas
hanya pembelajaran di dalam kelas, tapi juga lapangan tempat mereka bermain di sekolah,
kantin, dan bahkan bis sekolah. Semua itu memberikan kontribusi pengembangan
pengalaman siswa, yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada mereka.

Istilah kurikulum Islam menunjukkan bahwa kurikulum ini mempunyai perbedaan


dari kurikulum non-Islam (Barat), sehingga siapa saja yang ingin berbicara tentang kurikulum
Islam terlebih dahulu harus memahami perbedaan tersebut. Perbedaan yang paling prinsipil
adalah nafas spiritual Islam yang terkandung di dalam kurikulum pendidikan Islam. Nafas

4
spiritual ini didasarkan pada sejumlah postulat yang menjadi dasar bagi pembentukan dan
pengembangan kurikulum pendidikan Islam.

Landasan nafas spiritual dalam kurikulum pendidikan Islam haruslah mampu


menempa kepribadian peserta didik agar dapat terwujud sosok yang utuh dari manusia secara
kualitatif. Fungsi kurikulum dapat dipantulkan melalui berbagai aktivitas edukatif secara
individu atau kolektif. Dalam arti individu seseorang berarti menghayati eksistensinya untuk
selalu aktif bereksplorasi untuk mencari kekhasan dari individunya melalui penjelajahan
terhadap dunianya sendiri. la belajar tumbuh dan berkembang dan melakukan penghayatan
terhadap pengalaman yang dilalui. Kurikulum pendidikan Islam dengan nafas spiritual
tersebut memberikan "gizi" di dalam pengalaman tersebut, sehingga membentuk kualitas
pengalaman yang membangun karakter pribadi yang dapat terukur dari sisi jasmani dan
ruhani, spiritual dan temporal. Untuk itulah kurikulum pendidikan Islam perlu bernafaskan
spiritual yang tidak dogmatis dan menjenuhkan, karena itu perlu melibatkan proses
pembelajaran kreatif, inovatif dan berdasar pada moral atau akhlak yang mulia.

B. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan dalam Islam

Secara umum, cakupan kurikulum pendidikan Islam meliputi seluruh kawasan


kehidupan manusia muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah kekhilafahan maupun
pengabdiannya kepada Allah Swt sebagai makhluk ibadah. Karena itu, dalam konteks
wilayah kekhalifahan manusia, maka kurikulum pendidikan Islam harus memuat tentang:

1. Hakikat manusia sebagai

a. kreasi atau makhluk yang diciptakan Allah Swt,

b. makhluk yang dianugrahi potensi jismiyah dan ruhiyah sehingga berkemampuan


membelajarkan diri, dan

c. makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk
memimpin dan memakmurkan kehidupan didalamnya.

2. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat


ketuhanan yang tersimpul dalam al-asma al-husna ke dalam dirinya.

3. Adab atau akhlaq al-karimah, yakni nilai-nilai universal untuk menata kehidupan diri
sendiri, masyarakat dan alam semesta yang sejahtera, anggun dan mulia.

4. Al-‘ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mampu menjalankan
tugas kekhalifahannya, baik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah Swt melalui nabi dan
rasulNya di alam semesta dan dalam diri manusia, yang dapat didekati manusia lewat
pengindraan , pemikiran dan eksperimentasi ilmiah. Karenanya, dalam konteks ini, kurikulum
pendidikan islam harus memuat ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu terapan.

5. Sunnah Allah, yaitu perubahan dan perkembangan alam serta kehidupan manusia dimana
mereka dipersyaratkan untuk membekali diri dengan ilmu - 141 - pengetahuan, keterampilan,

5
dan kepribadian agar mampu menyiasati dan mewarnai perubahan tersebut kearah yang lebih
baik.

C. Karakteristik Kurikulum dalam Pendidikan Islam

Secara umum karekteristik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan nilai –


nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam
seluruh aktifitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus
dipahami bahwa karekteristik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan
yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip – prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan
Rasul-Nya, Muhammad saw .

Menurut Al-Syaibani, diantara ciri – ciri kurikulum Pendidikan Islam itu

adalah :

1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaedah, alat dan tekhniknya.

2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatiaan, pengembangan serta


bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial
dan spiritual.

3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam – macam.

4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya
terbatas pada ilmu – ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi meliputi seni
halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer dan bahasa asing.

5. Keterkaitan antara kurikulum penddidikan Islam dengan minat, kemampuan,


keperluan, dan perbedaan individu antara siswa.

Kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan


dalam situasi dan kondisi dimana tercipta interaksi edukatif yang timbal balik antara
pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hal tersebut, sudah waktunya dikotomisasi ilmu Islam dan ilmu umum
secara ideologis dan teologis, dicairkan bukan dengan Islamisasi ilmu-ilmu umum, tetapi
melalui peletakan semua ilmu dalam sebuah sistem kebenaran dan metodologi. Suatu ilmu
ditolak hanya jika ilmu itu ternyata salah. Sebaliknya, jika terbukti benar, bukan karena ada
hubungan dengan sumber teks Alquran dan sunnah nabi.

Dalam konteks tersebut, penyebutan madrasah sebagai sekolah umum berciri khusus
agama, seharusnya bisa dijadikan dasar untuk mengembangkan madrasah sebagai lembaga
pendidikan alternatif. Penyebutan demikian merupakan pangkal bagi model pendidikan kritis
yang tidak lagi meletakkan pendidikan sebagai transfer ilmu atau transfer nilai, tetapi media
belajar hidup yang terus dikembangkan dan di daur ulang.

Problem integrasi ilmu dalam sistem madrasah dan tujuan praktis peningkatan daya
saing lulusannya, lebih sulit dipecahkan karena pada saat yang sama, lembaga ini harus
memenuhi tujuan yang disusun pada dataran metafisik. Seluruh model pendidikan Islam;
pesantren, sekolah Islam dan pendidikan agama Islam di sekolah umum, bertujuan utama
membentuk pribadi Muslim yang takwa, berakhlak mulia, cerdas dan trampil. Tujuan ini
berlaku bagi semua tingkat dan jenis pendidikan Islam, termasuk madrasah itu sendiri

B. Saran

Makalah ini masih banyak mempunyai kekurangan dalam hal-hal penyajiannya, baik
dalam materi dan pembahasan materi. Maka dari itu, kami selalu penyusun mencoba untuk
belajar dan memahami lebih luas, agar dapatlebih baik lagi. Segala saran yang bersifat
membangun kami sangat menunggunya untuk perbaikan dari makalah ini. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Salminawati. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Diktat : Medan.

Noorzanah. KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Ittihad Jurnal


Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15. No.28 Oktober 2017. Jurnal.

Abdul, Irpan. 2006. KURIKULUM DAN MATERI PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal hunafa
V0l.3 1. 37-52. Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai