3. Jelaskan pengertian masing-masing sub hak dalam hak atas keadilan? (25)
a. HAK UNTUK MEMPEROLEH KEADILAN TANPA DISKRIMINASI
Asas fundamental yang dimiliki oleh seseorang saat berhadapan dengan
hukum atau pengadilan adalah persamaan kedudukan di depan hukum
(Equality Before the Law). Tanpa melihat latar belakang, kedudukan, ras,
agama, dan golongan tertentu, semua mendapat hak dan kesempatan yang
sama dalam meminta perlindungan hukum dan memperoleh keadilan. Secara
tegas perlindungan atas hak ini dinyatakan kembali dalam beberapa undang-
undang di Indonesia seperti Pasal 4 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman
yang menyebutkan bahwa "Pengadilan mengadili menurut hukum dengan
tidak membeda-bedakan orang" atau Penjelasan Umum KUHAP yang
mencantumkan bahwa perlakuan yang sama terhadap setiap orang di muka
hukum dengan tidak membedakan perlakuan, sebagai salah satu asas yang
dianut.
b. HAK UNTUK TIDAK DIANGGAP BERSALAH, SAMPAI ADA PUTUSAN
PENGADILAN BERKEKUATAN HUKUM TETAP (BHT)
Hak untuk dianggap tidak bersalah atau dikenal juga sebagai asas
"presumption of innocence", adalah suatu prinsip yang penting dalam hukum
acara pidana, yang timbul dari pengakuan terhadap prinsip legalitas dan yang
menyatakan bahwa seorang tertuduh harus dipandang tidak bersalah sampai
ada bukti tentang kesalahannya. Asas ini megandung unsur kepercayaan
terhadap proses hukum dalam negara hukum, dan merupakan suatu
perlawanan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang dalam suatu
negara, yang berpendapat bahwa setiap orang itu dipandang salah, hingga
terbukti bahwa ia tidak bersalah.
c. HAK UNTUK TIDAK DITUNTUT ATAS DASAR HUKUM YANG BERLAKU SURUT
Salah satu prinsip fundamental dalam hukum pidana adalah asas legalitas
(principles of legality), yakni adanya ketentuan undang-undang yang
merumuskan bahwa suatu perbuatan merupakan perbuatan kejahatan yang
menimbulkan sanksi pidana bagi orang yang melakukannya untuk dapat
menindak secara hukum tindakan yang telah dilakukan tersebut. Untuk dapat
dikatakan sebagai perbuatan kejahatan, perbuatan tersebut harus
dirumuskan dengan jelas dan cermat dalam ketentuan undang-undang.
Tanpa adanya perumusan yang menentukan bahwa perbuatan tersebut
adalah suatu perbuatan kejahatan, maka perbuatan yang dilakukan tidak
dapat dikatakan sebagai kejahatan dan oleh karena itu pula, pelaku
perbuatan tersebut tidak dapat dikenakan sanksi pidana.
Dari kasus pelecahan yang terjadi di JIS (Jakarta International School) ini jelas
para pelaku melanggar hak atas rasa aman dan melanggar HAM seperti
dijelaskan dalam amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah memuat
hak atas kebebasan pribadi ini yang terangkum dalam Pasal 28A-28J tentang Hak
Asasi Manusia. Sebelum hak ini menjadi bagian Amandemen UUD 1945, Pasal 4
Undang-Undang HAM merumuskan bahwa hak kebebasan pribadi meliputi hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kcbebasan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, serta hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan
oleh siapapun. Undang-Undang HAM mengelompokkan penjabaran hak atas
kebebasan pribadi secara jelas dan sistematis mulai dari Pasal 20-27 sebagai:
- Hak untuk tidak diperbudak atau diperhamba (Pasal 20);
- Hak atas keutuhan pribadi (Pasal 21 );
- Kebebasan untuk memeluk agama dan beribadat (Pasal 22);
- Kebcbasan atas keyak:inan politik dan mengeluarkan pendapat termasuk
hak mogok (Pasal 23-25);
- Hak atas status kewamegaraan dan kebebasan untuk masuk dan
meninggalkan Indonesia (Pasal 26-27).