Anda di halaman 1dari 6

Seminar

Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018


Ambon, 26 April 2018

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN GEDUNG


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI MALUKU

Meidy Kempa
meidykempa@yahoo.com
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pattimura

ABSTRAK
Gedung sekolah sebagai komponen utama dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh besar dalam penentuan mutu suatu lembaga pendidikan, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP),
sehingga membutuhkan pemeliharaan secara berkala. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Maluku, pemerintah
daerah perlu melakukan upaya salah satunya dengan melakukan identifikasi kondisi fisik terhadap bangunan gedung
sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi tentang kondisi bangunan dan tingkat kerusakan
bangunan gedung SMP di provinsi Maluku, serta menentukan ranking (persentase) kerusakan pada elemen bangunan
bangunan gedung SMP di provinsi Maluku. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 SMP yang tersebar di 10
kabupaten di provinsi Maluku, didapat bahwa pada ruang kelas, 17.92% dalam kondisi baik, 69.42% rusak ringan,
7.14% rusak sedang, 3.51% rusak berat, 2.01% rusak total. Sedangkan pada ruang penunjang lainnya, 34.67% dalam
kondisi baik, 47.31% rusak ringan, 7.38% rusak sedang, 5.63% rusak berat, dan 5.01% rusak total.

Kata Kunci : Kondisi bangunan, tingkat kerusakan, gedung sekolah menengah pertama (SMP)

1. PENDAHULUAN pendidikan agar tidak tertinggal dengan provinsi
Gedung sekolah sebagai komponen utama dalam atau daerah lainnya di Indonesia. Salah satu upaya
pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam identifikasi kondisi fisik sarana dan prasarana
penentuan mutu suatu lembaga pendidikan, dalam sekolah, termasuk di dalamnya melakukan
hal ini pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah identifikasi terhadap kondisi bangunan atau
Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah gedung sekolah.
Menengah Atas (SMA). Selain itu, ketersediaan Berdasarkan realita yang dijelaskan diatas,
sarana dan prasarana pendidikan juga termasuk maka dilakukan penelitian pada gedung Sekolah
faktor yang mendukung hal tersebut diatas. Menengah Pertama (SMP) di Provinsi Maluku,
Sebagai komponen utama dalam pelaksanaan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan
proses belajar mengajar inilah, maka gedung bangunan gedung guna menunjang pemerintah
sekolah membutuhkan pemeliharaan secara daerah khususnya dalam hal peningkatan mutu
berkala. Menurut Iriana et al (2012), Kurangnya pendidikan di Maluku.
perhatian atau tidak sesuainya kegiatan Penelitian ini bertujuan untuk :
pemeliharaan bangunan sekolah yang dilakukan, 1. Mengidentifikasi kondisi bangunan dan
akan menyebabkan suatu kondisi atau dampak tingkat kerusakan bangunan gedung Sekolah
negatif, yaitu menurunnya tingkat produktivitas Menengah Pertama (SMP) di Provinsi
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemilik Maluku
atau pengguna bangunan sebagai akibat dari 2. Membuat ranking (persentase) kerusakan
kurang terpeliharanya kondisi bangunan. Hal pada bangunan gedung Sekolah Menengah
inilah yang perlu segera diperhatikan oleh Pertama (SMP) di Provinsi Maluku
pemerintah pusat maupun daerah karena sangat
berpengaruh besar dalam penentuan mutu 2. KAJIAN TEORI DAN METODE
pendidikan suatu daerah. 2.1. TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN
Menurut Ikhtisar Data Pendidikan 2.1.1 Definisi & Kategori Tingkat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), Kerusakan Bangunan
Maluku masuk dalam kategori 5 provinsi yang Menurut Dardiri (2012), kerusakan bangunan
memiliki hal kualitas pendidikan terrendah di merupakan proses melemahnya kekuatan dan
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah daerah ketahanan konstruksi dan material bangunan
perlu berupaya untuk meningkatkan mutu meneriman beban-beban dari luar atau beban berat

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 198

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

sendiri sehingga melebihi kapasitasnya. Suatu bangunan dapat dikategorikan


Kerusakan bangunan menurut Permen PU No.24 mengalami kerusakan struktur tingkat sedang
Tahun 2008 adalah tidak berfungsinya bangunan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
atau komponen bangunan akibat a. Retak besar (lebar celah lebih dari 0.6 cm)
penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau pada dinding
akibat ulah manusia, atau perilaku alam seperti b. Retak menyebar luas di banyak tempat,
beban fungsi yang berlebih, kebakaran. gempa seperti pada dinding pemikul beban,
bumi, atau sebab lain yang sejenis. Intensitas kolom, c erobong miring, dan runtuh
kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga c. Kemampuan struktur untuk memikul
tingkat kerusakan, yaitu : beban sudah berkurang sebagian
1. Kerusakan Ringan d. Laik fungsi/huni
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama 4. Kerusakan Struktur Tingkat Berat
pada komponen non struktural, seperti Suatu bangunan dikategorikan mengalami
penutup atap, langit-langit, penutup lantai, kerusakan struktur tingkat berat apabila
dan dinding pengisi. terjadi hal-hal sebagai berikut :
2. Kerusakan Sedang a. Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada b. Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-
sebagian komponen non struktural dan atau unsur pengikat
komponen struktural seperti struktur atap, c. Kira-kira 50% elemen utama mengalami
lantai, dan lain-lain. kerusakan
3. Kerusakan Berat d. Tidak laik fungsi/huni
Kerusakan berat adalah kerusakan pada 5. Kerusakan Total
sebagian besar komponen bangunan, baik Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak
struktural maupun non struktural yang apabila total/roboh apabila terjadi hal-hal sebagai
setelah diperbaiki masih dapat berfungsi berikut :
dengan baik sebagaimana mestinya. a. Bangunan roboh seluruhnya (> 65%)
Sedangkan menurut Pedoman Teknis Bangunan b. Sebagian komponen utama struktur rusak
Tahan Gempa yang dikeluarkan oleh Direktorat c. Tidak laik fungsi/huni
Jenderal Cipta Karya (2006), membagi tingkat
kerusakan bangunan gedung atas 5 kategori, 2.1.2 Identifikasi Komponen Penyusun
antara lain : Bangunan
1. Kerusakan Ringan Non Struktur Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Suatu bangunan dikategorikan mengalami Kemendikbud RI dalam Parmo (2016),
kerusakan non struktur apabila terjadi hal-hal menyatakan bahwa bangunan gedung terdiri atas
sebagai berikut : komponen-komponen penyusunnya. Komponen-
a. Retak halus (lebar celah lebih kecil dari komponen tersebut adalah komponen struktur,
0.075 cm) pada plesteran arsitektural, dan utilitas yang kemudian diuraikan
b. Serpihan plesteran berjatuhan lagi menjadi elemen dan sub elemen seperti pada
c. Mencakup luas yang terbatas Tabel 2.1 (a), Tabel 2.1 (b), dan Tabel 2.1 (c)
2. Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami Tabel 2.1 (a) Komponen struktur penyusun
kerusakan struktur tingkat ringan apabila bangunan gedung sekolah
Elemen Struktur Struktur Atas Struktur
terjadi hal-hal sebagai berikut : Atap Bawah
a. Retak kecil (lebar celah antara 0.075 cm Sub Ø Rangka Ø Kolom : Ø Sloof
hingga 0.6 cm) pada dinding Elemen Atap : - Kolom struktur
- Kuda-kuda - Kolom praktis
b. Plester berjatuhan - Murplat
c. Mencakup luas yang besar - Gording
d. Kerusakan bagian-bagian non struktur - Nok
- Ikatan
seperti cerobong, listplank, dsb Angin
e. Kemampuan struktur untuk memikul beban - Usuk &
reng
tidak banyak berkurang
Ø Balok : Ø Pondasi :
f. Laik fungsi/huni - Balok induk - Footplat
3. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang - Balok anak - Batu kali

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 199

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

- Balok ring - Sumuran 2.1.3 Menentukan Kriteria & Perhitungan


- Balok latai
- Balok konsol Tingkat Kerusakan Bangunan
Ø Pelat : Cara menentukan kriteria tingkat kerusakan
- Pelat atap bangunan adalah dengan menggunakan metode
- Pelat lantai
- Pelat leufel pembobotan. Metode pembobotan dan prosedur
perhitungan tingkat kerusakan mengacu pada
Tabel 2.1 (b), Komponen arsitektural penyusun Panduan Verifikasi Bantuan Revitalisasi Sekolah
bangunan sekolah Dasar oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Elemen Sub Elemen Kemendikbud RI 2015. Pembobotan ini diperoleh
Penutup Atap Ø Genteng/Asbes gelombang/seng gelombang dengan cara mengisi isian instrument oleh pihak
Ø Papan ruiter, listplank, papan talang &
konsol sekolah atau surveyor ahli. Kemudian hasil survey
Ø Bubungan tersebut dianalisis oleh tenaga ahli yang
Langit-langit Ø Rangka plafond
Ø Penutup plafond
berkompeten untuk memperoleh tingkat
Ø List plafond kerusakan untuk tiap elemen bangunan atau
Ø Cat plafond ruangan. Untuk perhitungan tingkat kerusakan
Dinding Ø Dinding bata :
- Pasangan bata
setiap elemen/komponen bangunan, dinyatakan
- Plesteran dalam satuan persentase tingkat kerusakan,
- Acian dimana cara perhitungannya mengacu pada
- Cat dinding
Ø Dinding partisi : Panduan Verifikasi Bantuan Revitalisasi Sekolah
- Rangka partisi Dasar oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
- Penutup partisi Kemendikbud RI 2015, seperti pada Tabel 2.2
- Cat partisi
Pintu dan Ø Pintu : dibawah ini.
Jendela - Kusen pintu
- Daun pintu Tabel 2.2. Cara perhitungan persentase tingkat
- Engsel
- Handle
kerusakan bangunan sekolah (Kemendikbud, 2015)
- Kunci
- Cat/politer
Ø Jendela :
- Kusen jendela
- Daun jendela
- Kaca/krepyak
- Engsel
- Hak angin
- Grendel
- Cat/politur
Lantai dan Ø Rabat beton/patlah bata
Keramik Ø Keramik lantai
Ø Keramik dinding

Tabel 2.1 (c), Komponen utilitas penyusun


bangunan sekolah
Elemen Sistem Plumbing M/E Elektrikal
Bangunan
Sub Ø Saluran Buangan : Ø Pompa Ø Instalasi
Elemen - Instalasi air kotor air listrik
- Instalasi air bersih Ø Saklar
- Instalasi air hujan
Ø Stop
- Bak control
Ø Distribusi air bersih: kontak
- Instalasi air bersih ke Ø Lampu
KM/WC, meja cuci, Ø Armate
wastafel, tandon air ur
Ø Sanitair : Ø Fitting
- Wastafel Ø Sekring/
- Kloset MCB
- Bak air
Ø Penyam
- Septictank
- Sumur resapan bungan
daya

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 200

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

2.2. METODE PENELITIAN


2.2.1. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan survey
lapangan, dimana peneliti mengamati kondisi tiap
komponen elemen bangunan. Pengukuran luas
kerusakan komponen elemen bangunan dilakukan
dengan menggunakan meteran dan dihitung
persentase nya sesuai dengan peraturan dari
Kemendikbud (2015) yang sudah dijelaskan di
Tabel 2.1. Persentase kerusakan bangunan diisi
pada lembaran checklist penelitian, yang mengacu
pada Tabel 2.3

2.2.2. Teknik Pengolahan & Analisis Data


Teknik pengolahan data dilakukan dengan
menghitung bobot persentase kerusakan tiap
komponen/elemen bangunan, sesuai dengan
komponen standar penilaian tingkat kerusakan
bangunan pada Tabel 2.3. Setelah didapati nilai
persentase kerusakan, maka tiap komponen
bangunan kemudian digolongkan tingkat
kerusakannya sesuai empat kategori tingkat
kerusakan, yaitu :
Dengan menggunakan perhitungan sesuai Tabel • Rusak Ringan (RR) : ≤ 30 %
2.2, maka persentase bobot tingkat kerusakan • Rusak Sedang (RS) : > 30 % - 45 %
untuk setiap elemen/komponen bangunan dapat • Rusak Berat (RB) : > 45 % - 65 %
dihitung. Setelah itu, tingkat kerusakan kumulatif • Rusak Total (RT) : ≥ 65 %
untuk tiap ruangan dilakukan pembobotan dengan
menggunakan tools pembobotan seperti pada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.3 berikut ini. Data diambil pada 100 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang tersebar pada 10 Kabupaten
Tabel 2.3. Komponen standar penilaian tingkat
di Provinsi Maluku, sesuai Tabel 3.1.
kerusakan bangunan gedung sekolah
(Kemendikbud, 2015)
Komponen & Sub
Bobot (%) Tingkat Kerusakan (%) Tabel 3.1. Daftar Jumlah Sekolah pada Kabupaten
No Terhadap seluruh Kerusakan
Komponen Bangunan
bangunan Maksimum
Bobot Nilai di Provinsi Maluku
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (3) x (5)
1 Atap
a. Penutup Atap 10.56 100 No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah
b. Rangka Atap 11.62 100
c. Listplank & Talang 2.06 100
2 Plafond 1 KOTA AMBON 8
a. Rangka Plafond 4.67 100
b. Penutup & List 5.06 100
2 KAB. MALUKU TENGAH 20
c. Cat plafond 1.41 100 3 KOTA TUAL 3
3 Dinding 4 KAB. SERAM BAGIAN BARAT (SBB) 26
a. Kolom & ringbalk 9.66 100
5 KAB. SERAM BAGIAN TIMUR (SBT) 12
b. Pas. Bata & Dinding
Pengisi
13.68 100 6 KAB. MALUKU TENGGARA 9
c. Cat dinding 1.65 100 7 KAB. BURU 9
4 Kusen, Pintu & Jendela 8 KAB. BURU SELATAN 8
a. Kusen 2.70 100
b. Daun Pintu 2.47 100
9 KAB. MALUKU TENGGARA BARAT (MTB) 3
c. Daun Jendela 5.15 100 10 KAB. MALUKU BARAT DAYA (MBD) 2
5 Lantai TOTAL 100
a. Struktur bawah 2.89 100
b. Penutup Lantai 8.96 100
6 Pondasi
a. Pondasi
b. Sloof
11.15
3.30
100
100
Analisis tingkat kerusakan dilakukan pada dua
7 Utilitas
a. Listrik 1.79 100 kategori ruangan yaitu : (1) Ruang kelas dan (2)
b. Instalasi air hujan &
rabat beton keliling 1.22 100 Ruang Penunjang Lainnya (RPL) yang terdiri
bangunan
JUMLAH 100.00 dari: perpustakaan, laboratorium, ruang
KESIMPULAN PENGAMATAN :
% Tingkat Kerusakan : …… Ringan
TINGKAT KERUSAKAN :
: ≤ 30 %
kesenian/keterampilan, UKS & Gudang, ruang
Jenis Perawatan : …… Sedang : > 30 % - 45 % kepsek & wakepsek, ruang guru, ruang
Luas Bangunan/Ruang : …… Berat
Total
:
:
> 45 % - 65 %
> 65 %
TU/Administrasi & ruang kurikulum, KM/WC

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 201

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

Guru & siswa, serta ruang OSIS. Analisis tersebut Gambar 4.1. Grafik Persentase Tingkat Kerusakan
dilakukan dengan pertimbangan bahwa Ruang Kelas SMP di provinsi Maluku
bangunan/ruang tersebut dapat mewakili blok
massa bangunan pada tiap-tiap sekolah. Tabel 3.2
menunjukan contoh analisis kerusakan bangunan
pada ruang perpustakaan di SMP Negeri 1
Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.

Tabel 3.2. Analisis Kerusakan Ruang Perpustakaan


SMP Negeri 1 Tehoru Kabupaten Maluku Tengah
Bobot (%) Tingkat Kerusakan (%) Kemudian, dari 799 ruang penunjang lainnya
No
Komponen & Sub Terhadap
Kerusakan (RPL) yaitu perpustakaan, laboratorium, ruang
Komponen Bangunan seluruh Bobot Nilai
bangunan
maksimum kesenian/keterampilan, UKS & Gudang, ruang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (3) x (5) kepsek & wakepsek, ruang guru, ruang
1 Atap TU/Administrasi & ruang kurikulum, KM/WC
a. Penutup Atap
b. Rangka Atap
10.56%
11.62%
100.00%
100.00%
100.00%
40.00%
10.56%
4.65%
Guru & siswa, serta ruang OSIS, didapati bahwa
c. Listplank & Talang 2.06% 100.00% 100.00% 2.06% 277 RPL dalam kondisi baik, 378 RPL dalam
2 Plafond kondisi Rusak Ringan (RR), 59 RPL dalam
a. Rangka Plafond 4.67% 100.00% 100.00% 4.67%
b. Penutup & List 5.06% 100.00% 100.00% 5.06% kondisi Rusak Sedang (RS), 45 RPL dalam
c. Cat Plafond 1.41% 100.00% 100.00% 1.41% kondisi Rusak Berat (RB), dan 40 RPL dalam
3 Dinding
a. Kolom & Ring balk 9.66% 100.00% 0.00% 0.00% kondisi Rusak Total (RT). Persentase tingkat
b. Pas. Bata & Dinding
13.68% 100.00% 0.00% 0.00% kerusakan ruang penunjang lainnya (RPL) dapat
Pengisi
c. Cat Dinding 1.65% 100.00% 0.00% 0.00%
dilihat pada Gambar 4.2.
4 Kusen, Pintu & Jendela
a. Kusen 2.70% 100.00% 0.00% 0.00%
Gambar 4.2. Grafik Persentase Tingkat Kerusakan
b. Daun Pintu 2.47% 100.00% 0.00% 0.00%
c. Daun Jendela 5.15% 100.00% 15.00% 0.77% Ruang Penunjang Lainnya (RPL) SMP di provinsi
5 Lantai Maluku
a. Struktur bawah 2.89% 100.00% 0.00% 0.00%
b. Penutup Lantai 8.96% 100.00% 100.00% 8.96%
6 Pondasi
a. Pondasi 11.15% 100.00% 0.00% 0.00%
b. Sloof 3.30% 100.00% 0.00% 0.00%
7 Utilitas
a. Listrik 1.79% 100.00% 100.00% 1.79%
b. Instalasi air hujan &
rabat beton keliling 1.22% 100.00% 60.00% 0.73%
bangunan
JUMLAH 100.00% 40.66%

Total persentase menunjukan nilai sebesar 4. KESIMPULAN & SARAN


40,66% yang berarti bangunan perpustakaan pada 4.1. KESIMPULAN
SMP Negeri 1 Tehoru masuk dalam kategori Dari hasil analisis data pada 100 sekolah
Rusak Sedang (RS). menengah pertama (SMP) di 10 kabupaten di
Data hasil analisis tingkat kerusakan pada Provinsi Maluku, didapati 798 ruang kelas dan
tiap kabupaten kemudian digabungkan dalam 799 ruang penunjang lainnya berupa
rekapitulasi penilaian tingkat kerusakan bangunan perpustakaan, laboratorium, ruang
gedung SMP dan diperoleh 798 ruang kelas, kesenian/keterampilan, UKS & Gudang, ruang
dimana 143 ruang kelas dalam kondisi baik, 554 kepsek & wakepsek, ruang guru, ruang
ruang kelas dalam kondisi Rusak Ringan (RR), 57 TU/Administrasi & ruang kurikulum, KM/WC
ruang kelas dalam kondisi Rusak Sedang (RS), 28 Guru & siswa, serta ruang OSIS. Dari hasil input
ruang kelas dalam kondisi Rusak Berat (RB) dan data prasarana bangunan gedung SMP kemudian
16 ruang kelas dalam kondisi Rusak Total (RT). diranking berdasarkan tingkat kerusakannya
Persentase tingkat kerusakan ruang kelas dapat yaitu :
dilihat pada Gambar 4.1. 1. Ruang kelas dalam keadaan baik sebanyak
17.92 %, rusak ringan (RR) sebanyak 69.42%,
rusak sedang (RS) sebanyak 7.14%, rusak

Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 202

Seminar Nasional “Archipelago Engineering” (ALE) 2018
Ambon, 26 April 2018

berat (RB) sebanyak 3.51%, dan rusak total 5. DAFTAR PUSTAKA


(RT) sebanyak 2.01%.
2. Ruang penunjang lainnya (perpustakaan, Dardiri, A. 2012. Analisis Pola, Jenis dan
laboratorium, ruang kesenian/keterampilan, Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung
UKS & Gudang, ruang kepsek & wakepsek, Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi dan
ruang guru, ruang TU/Administrasi & ruang Kejuruan Vol 35 No.1, Februari 2012 p.21-
kurikulum, KM/WC Guru & siswa, serta ruang 80.
OSIS) dalam keadaan baik sebanyak 34.67%, Dirjen Cipta Karya, Departemen PU. 2008.
rusak ringan (RR) sebanyak 47.31%, rusak Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
sedang (RS) sebanyak 7.38%, rusak berat (RB) 24/PRT/M/2008 tanggal 30 Desember 2008
sebanyak 5.63%, dan rusak total (RT) tentang Pedoman Pemeliharaan dan
sebanyak 5.01%. Perawatan Bangunan Gedung.
Dirjen Cipta Karya, Departemen PU. 2006.
4.2. SARAN Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat Gedung Tahan Gempa.
diberikan saran berupa rekomendasi ke Iriana, R dan Riana A. 2012. Analisa Tingkat
pemerintah daerah yakni : Kerusakan dan Estimasi Biaya Perbaikan
1. Kerusakan bangunan dengan persentase Bangunan Gedung Sekolah (Studi Kasus
terbesar ada pada ruang kelas dengan kategori SDN 006 Jalan Cempedak, SDN 021/022
rusak ringan (RR) sebesar 69.42 %. Prioritas Jalan Mujair Raya dan SDN 013 Jalan
kebijakan untuk alokasi dana renovasi gedung Bambu Kuning Pekanbaru). Jurnal Teknik
SMP agar ditujukan untuk renovasi ruang Sipil November 2012 Universitas Riau. p1.
kelas, mengingat proses belajar mengajar Kemdikbud. 2017. Ikhtisar Data Pendidikan
utama dilakukan di dalam ruang kelas. Tahun 2016/2017. Sekjen Pusat Data dan
2. Kerusakan bangunan gedung yang masuk Statistik Pendidikan dan Kebudayaan.
kategori rusak berat (RB) dan rusak total (RT) Jakarta.
pada ruangan kelas dan ruang penunjang Kemdikbud RI, Direktorat Pembinaan Sekolah
lainnya, agar diprioritaskan utama untuk Dasar 2015. Panduan Verifikasi Bantuan
dilakukan rehabilitasi, karena bersifat Revitalisasi Sekolah Dasar. Jakarta.
mendesak (urgent) sehingga dapat membantu Parmo, Moh. Hadi Sucipto & Sumarkan. 2016.
mengembalikan proses belajar mengajar di Penilaian Kondisi Bangunan Gedung
sekolah. Sekolah Dasar Negeri. Studi Kasus di
3. Pemerintah daerah perlu melakukan pelatihan Sekolah Dasar Negeri se-Kabupaten Madiun.
(diklat) tentang manajemen perawatan EMARA Indonesian Journal of Architecture
bangunan gedung sekolah sehingga dapat Vol. 2 No. 1, Agustus 2016, ISSN 2460-
mengurangi resiko tingkat kerusakan 7878, e-ISSN 2477-5975
bangunan yang semakin besar.


Fakultas Teknik Universitas Pattimura,


ISSN : 2620-3995 203

Anda mungkin juga menyukai