Anda di halaman 1dari 3

Garuda Indonesia di Ujung Tanduk

Reporter: 

Francisca Christy Rosana


Editor: 
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 4 November 2021 22:24 WIB
  KOMENTAR

 Font:         Roboto  
 Ukuran Font: - + 
  

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi
VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 21 Juni 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah mencari jalan memutar untuk memperpanjang


napas PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Bisnis maskapai penerbangan ekor biru
itu sedang berada di ujung tanduk akibat jeratan utang jatuh tempo terhadap lessor
senilai US$ 7 miliar atau setara dengan Rp 100,6 triliun.

Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN  mengatakan maskapai akan
memfokuskan bisnis penerbangan ke pasar domestik. Strategi ini merupakan salah
satu rencana bisnis untuk menekan biaya operasional penerbangan sekaligus
memperluas potensi segmen market dalam negeri.
Sedangkan untuk rute internasional, Garuda telah menjajaki kerja sama dengan
maskapai Emirates agar tak kehilangan penumpang globalnya. “Bagaimanapun
juga, kita tidak bisa tinggal diam, bukan? Yang namanya usaha dan mencari solusi
harus tetap dipikirkan. Termasuk juga menyusun strategi dan fokus baru untuk
bisnis penerbangan domestik Garuda," ujar Erick Thohir dalam pernyataan
tertulisnya, Kamis, 4 November 2021.

Kerja sama antara Garuda dan Emirates ditandai dengan perjanjian code sharing.
Kerja sama code sharing merupakan aksi bisnis maskapai yang memungkinkan dua
perusahaan berbagi penjualan tiket penerbangan untuk satu kode yang sama.
Perjanjian ini secara resmi diteken oleh kedua perusahaan dalam pertemuan di
Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu, 3 November. Sembari berjalan, Garuda juga terus
menjajaki renegosiasi dengan 31 lessor-nya.

Pada Agustus 2021 lalu, Garuda menyusun proposal renegosiasi untuk disetorkan
kepada para lessor dan kreditur. Sebagai penunjang proposal, maskapai
menyiapkan beberapa rencana bisnis. Penyusunan proposal dan proses negosiasi
melibatkan lima konsultan sekaligus. Konsultan-konsultan itu meliputi McKinsey &
Company, Gunggenheim Partners, Cleary Gottlieb, Assegaf Hamzah & Partners, dan
PT Mandiri Sekuritas.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan


proses restrukturisasi membutuhkan waktu cukup lama. “Kami inginnya cepat.
Tapi kan tidak selalu gampang untuk melaksanakan negosiasi seperti ini,” ujar Irfan
dalam pesan pendek kepada Tempo.
1 23 Selanjutnya

 Garuda 
 Garuda Indonesia 
 Restrukturisasi 
 Utang 
 Maskapai

Lihat Juga
Wacana Garuda Digantikan Pelita Air, Ini Kata Stafsus Menteri BUMN
0:01/1:46

Anda mungkin juga menyukai