Anda di halaman 1dari 8

HUMANIKA Vol. 22 No.

2 (2015) ISSN 1412-9418


Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

CERPEN FARUK “BUS KOTA” DALAM


SEMIOTIK ROLAND BARTHES

Oleh:
Ken Widyatwati
Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50275
E-mail: kenwidyatwati@gmail.com

ABSTRACT

Literature called beautiful if it contains the mandate, message, ideas and meanings that are
useful for the readers. Short story “Bus Kota” (City Bus) containing the mandate, message,
ideas and meanings that are useful to the reader. The mandate will be revealed by Roland
Barthes' semiotic theory in the book S/Z. Literature has its own allure and text have accrued
but not due to independence because of the difference in quality. Texts merge into a unity, or
restore any text not as an individual but as a form of plurality. Literature as part of a social
system is an expression of the author's sense of the outpouring of public life. Literary works
can express themselves in the author's view the social and cultural changes in society because
of the development of information technology and rapid. Technological developments and
socio-cultural information can change in society so as to affect the psychology of the people.
Society must have a thickness of faith not only for themselves, but to be able to maintain
equanimity in the life of a pluralistic society.

Keywords: City Bus, information technology, social change culture

I. PENDAHULUAN
Sebuah cipta sastra bukan hasil dari Dengan penelitian secara ilmiah diakui
apa yang disebut ilham tetapi juga hasil dari bahwa ilmu sastra berdiri sendiri secara
pemikiran dan kesadaran pengarangnya. otonom disamping ilmu bahasa.
Berdasarkan penelitian secara ilmiah diakui Penelitian bukan hanya sekedar untuk
bahwa ilmu Sastra itu berdiri sendiri secara penelitian, akan tetapi dapat diambil manfaat
otonom disamping ilmu bahasa. timbal balik antara pengarang dengan
Kesusastraan yang dijadikan penelitian peneliti dan penikmat sastra. Teori dan
adalah sastra sebagai peristiwa seni, bukan kritik sastra dapat memberikan dorongan
sebagai peristiwa bahasa. Disini bahasa dan meningkatkan daya apresiasi
hanya sebagai alat, yang penting adalah apa masyarakat dan penikmat karya sastra,
yang disampaikan bahasa itu. Bidang sastrawan dapat mengambil manfaat dalam
penelitian kesusastraan sebagai penelitian pengembangan diri pada proses penciptaan.
ilmiah harus ada sistematikanya, sehingga Selama ini tidak disangkal akan
tidak memungkinkan timbul kesimpang adanya bermacam pendekatan terhadap cipta
siuran dalam cara penelitian tersebut. sastra yang dalam segi-segi tertentu
Sebuah cipta sastra bukanlah hasil dari apa mendapat tekanan atau perhatian. Tetapi
yang disebut ilham tetapi adalah juga hasil apakah hal ini dapat menjadi dasar
dari pemikiran dan kesadaran pengarang. ditemukannya penelitian secara bulat

58
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

terhadap cipta sastra, maka perlu adanya Berdasarkan permasalahan di atas


patokan-patokan atau ukuran-ukuran maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai syarat obyektif dalam bidang mengungkap struktur dan makna dalam
penelitian sastra. cerpen “Bus Kota” dengan teori semiotik.
Penelitian sastra hendaklah lebih Analisis sastra dimaksudkan untuk
dahulu dibedakan wilayah kehidupan dapat memahami struktur cerita secara
kesustraan itu sendiri yaitu wilayah para mendalam, tidak untuk merusak karya sastra
sastrawan yang diisi dengan ciptaan- yang sudah jadi. Analisis bukan sekedar
ciptaandan wilayah peneliti yang menelaah karya sastra, tetapi dari analisis
mengadakan penelitian tentang kesustraan. dapat diketahui makna apa yang terdapat
Hal ini tidak berarti bahwa sastrawan dalam karya sastra. Karya sastra ditelaah
sebagai pencipta karya sastra tidak punya berdasarkan karya sastra secara otonom.
tempat dalam bidang penelitian, begitu juga Bukan pertaliannya dengan benda-benda
sebaliknya seorang peneliti tidak berarti atau hal-hal diluar dunia yang menentukan
tidak mungkin menghasilkan sebuah karya nilai karya sastra, tetapi makna yang terdapat
sastra. dalam karya sastra.Karya sastra disebut
Penilaian kesusastraan mendasarkan indah jika karya sastra itu mengandung
perhitungannya pada nilai-nilai intrinsik dan amanat, pesan, ide dan makna yang berguna
ekstrinsik yang terdapat dalam sebuah karya bagi pembacanya (Wellek, 1989).
sastra. Penelitian bukan hanya sekedar Teori struktural dan semiotik dewasa
penelitian, akan tetapi dapat diambil manfaat ini merupakan salah satu teori kritik sastra
timbal balik antara pengarang sebagai yang baru, disamping teori estetika resepsi
seorang sastrawan dengan peneliti dan dan dekuntruksi. Akan tetapi teori ini belum
penikmat karya sastra. Teori dan kritik banyak dimanfaatkan dalam bidang kritik
sastra dapat memberikan dorongan dan sastra di Indonesia.
meningkatkan daya apresiasi masyarakat Adanya makna yang dapat dipahami
penikmat karya sastra. Sastrawan akan dapat dalam sebuah teks sastra menunjukkan
mengambil manfaat dalam pengembangan keanekaragaman tanda sehingga
diri dalam bidang penciptaan. menghasilkan makna dari teks. Hal ini,
Penelitian terhadap karya sastra selalu menyebabkan teks mempunyai bermacam-
membutuhkan landasan teori, untuk macam makna.
mengungkap makna dibalik sebuah karya Teks sastra bukan sesuatu yang stabil
sastra. Salah satu terori yang dapat tetapi keserbamungkinan yaitu bahwa satu
digunakan untuk mengungkap makna karya indikasi pemahaman makna teks sastra itu
sastra adalah teori semiotik. Salah satu teori bergerak dan berubah maknanya sesuai yang
semiotik yang ada adalah teori semiotik menginterpretasi-kan sehingga pembaca
yang dikembangkan oleh Barthes. Dalam yang satu dengan yang lain melahirkan
penelitian ini peneliti akan meneliti sebuah perbedaan makna. Hal ini terjadi karena
cerpen yang berjudul “Bus Kota” karya pengalaman dan latar belakang yang berbeda
Faruk HT dengan menerapkan langkah- dari pembaca.
langkah semiotik yang dipakai oleh Karya sastra harus mempunyai daya
Barthes. pikat sendiri dan teks mempunyai
Berdasarkan latar belakang di atas kedudukan bukan karena kemandirian tetapi
maka permasalahan dalam penelitian ini karena adanya perbedaan pada kualitas.
adalah bagaimanakah struktur dan makna Barthes menjelaskan teks sebagai suatu
cerpen ”Bus Kota”. kebebedaan atau suatu kemandirian yaitu
memaksa teks untuk bergabung kedalam
II. SEMIOTIK ROLAND BARTHES suatu kebersamaan, atau merestorasi setiap

59
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

teks bukan sebagai individual tetapi sebagai yang kuat, dan akhirnya pembaca serta
pluralitas. peneliti sastra, menjadi pencipta makna
Karya sastra merupakan sebuah yang daya ciptanya tidak kurang dari
struktur yang kompleks, karena itu untuk kreativitas pengarang.Manusia mempunyai
memhami karya sastra baik prosa maupun lebih dari duapertiga pesan-pesan melalui
puisi harus dianalisis terlebih dahulu (Hill, tubuh, berupa tanda-tanda fisik berupa
1996: 6). Namun sebuah analisis yang tidak postur tubuh yang berbeda,isyarat
tepat tidak akan mampu mengungkap makna tangan,ekspresi wajah (Morris,1979).
dibalik karya sastra. Unsur-unsur sebuah Tanda-tanda tubuh umumnya memiliki
karya sastra bukanlah bagian-bagian yang fungsi sosial yang mengatur hubungan
berdiri sendiri, tetapi bagian-bagian itu dirisendiri dengan orang lain. Tanda-tanda
dipahami sebagai keseluruhan. Hal ini juga ini memastikan bahwa cara-cara orang
dikemukakan oleh Eliot dalam Sansom, berinteraksi dalam lingkungan budaya
(1960: 155). Karya sastra adalah struktur mereka dan dalam masyarakat supaya teratur
yang merupakan susunan keseluruhan yang dan lancar (Danesi,2010: 53).
utuh. Antara bagian-bagiannya saling erat Jaringan yang membangun sebuah
berhubungan. Tiap unsur dalam situasi teks karya sastra menurut Barthes (1972)
tertentu tidak mempunyai arti tersendiri didasari oleh lima kode. Kelima kode
melainkan artinya ditentukan oleh tersebut terdiri dari:
hubungannya dengan unsur-unsur yang
lainnya yang terlibat dalam situasi itu. 1. Kode Hermeniutik (HER)
Makna penuh suatu satuan atau pengalaman Dalam kode ini dapat didaftar berbagai
dapat dipahami hanya jika terintegrasi istilah dalam satu enigma yang dapat
kedalam struktur yang merupakan dibedakan, diisyaratkan, diformulasi-kan,
keseluruhan dalam kesatuan-kesatuan itu sesuai pendapat pembaca.
(Hawkes, 1979:18). Antara unsur-unsur 2. Kode Semes (SEME)
struktur ada koherensi atau pertautan erat, Kode seme membantu untuk
unsur-unsur itu tidak otonom melainkan mengindikasikan seme-seme I pada teks
merupakan bagian dari situasi yang rumit dengan kata lain mencoba untuk
dan dari hubungannya dengan bagiannya mempertalikan seme dengan suatu
yang lain, unsur itu mendapat artinya karakter, atau menata seme-seme itu
(Culler, 1977: 70-71). Jadi untuk memahami membentuk suatu pengelompokan
sastra haruslah diperhatikan jalinan atau tematik yang tunggal.
pertautan unsur-unsur sebagai bagian dari 3. Kode Simbolik (SYM)
keseluruhan. Kode ini merupakan tempat bagi multi
Untuk memahami sebuah karya sastra valensi dan bagi reversibilitas, tugas
harus memperhatikan tanda-tanda, kode- utamanya selalu menunjukkan bahwa
kode yang tertdapat dalam karya sastra pada bagian ini dapat dimasuki dari
tersebut. Hal ini juga dilakukan oleh Barthes sejumlah titik, yang membuat kedalaman
dalam bukunya S/Z, yang mencoba dan kerahasiaan diplomatik, problematik.
mengungkapkan kode-kode yang ada dalam 4. Kode Proaretik (ACT)
sebuah novel Perancis yang berjudul Kode ini mengindikasikan (secara
Sarassine agar dapat mengungkap makna eksternal dan internal) untuk
dalam novel tersebut. menunjukkan kepluralan makna yang
Barthes menggabungkan pendeka-tan terlekat didalamnya. Apa yang kita baca
struktural dengan pendekatan pragmatik: itu berdasarkan pengalaman atau hal yang
Pembaca dipandang sebagai penyingkap kita pahami.
struktur karya sastra secara mutlak, dan 5. Kode Kultural (REF)
peran pembaca mempunyai subyektifitas

60
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

Kode ini merupakan acuan pada suatu mengungkap struktur dan makna cerpen
ilmu pengetahuan atau suatu tubuh ”Bus Kota”.
pengetahuan, dalam membalikkan
perhatian atasnya kita semata-mata III. STRUKTUR DAN MAKNA
mengindikasikan tipe pengetahuan (fisik, CERPEN “BUS KOTA”
fisiologis, medis, psikologis, literer, Penyajian hasil analisis data pada
historis, dsb) yang diacu, tanpa harus penelitian ini adalah deskripsi. Deskripsi
pergi terlalu jauh untuk mengkontruksi adalah menyajikan hasil analisis data dengan
(merekontruksi) kebudayaan yang cara menjelaskan dan menguraikan atau
diekspresikannya. mendeskripsikan obyek penelitian seakan-
akan ada dihadapan pembaca.
Berdasarkan lima kode di atas peneliti Untuk memahami sebuah karya sastra
akan mencoba untuk memahami dan harus memperhatikan tanda-tanda, kode-
menerapkannya pada analisis cerpen yang kode yang tertdapat dalam karya sastra
berjudul “Bis Kota” karya Faruk H.T. yang sebagai langakah awal untuk memahaminya.
terdapat dalam kumpulan cerpen “Kartu Hal ini juga dilakukan oleh Roland
Nama” yang diterbitkan oleh Pustaka Barthes dalam bukunya S/Z, yang mencoba
Pelajar. mengungkapkan kode-kode yang ada dalam
Langkah-langkah penelitian ini dibuat sebuah novel Perancis yang berjudul
dengan maksud untuk memudahkan dan Sarassine. Cara Roland Barthes ini akan
memberikan arahan jalannya penelitian, peneliti aplikasikan dalam analisis cerpen
sehingga dapat berguna sebagai tuntunan “Bus Kota” berikut ini.
bagi peneliti dalam menyusun dan Judul Bus Kota* berdasarkan judul ini
melaksanakan penelitian secara terencana dapat digambarkan sebagai kode
dan sistematis. Uraian berikut menjelaskan Hermeniutik (HER) yaitu segala satuan yang
langkah-langkah penelitian yang akan fungsinya adalah meng-artikulasikan segala
dilakukan. pertanyaan, respon dan berbagai peristiwa
Data adalah informasi atau keterangan yang dapat merumuskan pertanyaan dan
mengenai segala sesuatu yang berkaitan menunda jawaban, yang membentuk suatu
dengan penelitian.Data dalam penelitian ini enigma dan membawa pada solusi titik
terdiri dari data primer dan data sekunder. dengan demikian judul bis kota merupakan
Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari langkah pertama dalam sebuah urutan (HER
studi pustaka. Sumber data primer adalah enigma 1:cerita mengandung pertanyaan).
sumber data yang diperoleh secara langsung Apakah Bus Kota itu?
pada saat penelitian. Sumber data primer Kata Bus Kota** menimbulkan arti
dalam penelitian ini adalah cerpen “Bis konotasi tambahan yaitu kekerasan
Kota” karya Faruk H.T. Sumber data (kemaskulinan), kemaskulinan ini
sekunder adalah sumber data yang diperoleh merupakan suatu penanda yang akan terjadi
dari buku-buku, makalah, majalah dan koran dibeberapa tempat dalam teks. Dan
yang berkaitan dengan obyek kajian. Data merupakan perubahan unsur yang dapat
sekunder ini digunakan untuk berkombinasi dengan unsur-unsur serupa
pembandingan dan memperkaya data lainnya untuk menciptakan suatu karakter,
penelitian. bentuk-bentuk dan simbol-simbol. Setiap
Berdasarkan data yang ada maka unit yang disebut ini akan menjadi suatu
dilanjutkan dengan analisis data penelitian, penanda, dan penanda yang satu ini
selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan mempunyai tipe yang khusus, karena
penelitian. Analisis data menggunakan teori kemaskulinan mempunyai arti keras, kuat.
semiotika Roland Barthes untuk Atau mungkin akan kita sebut sebagai
sebuah seme karena secara semantik seme

61
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

adalah sebuah unit penanda, dan penandaan karena murah sehingga bus kota selalu
setiap waktu merupakan tafsiran sebagai penuh sesak dengan penumpang.
penanda konotatif yang menunjukkan Setelah beberapa kali naik
didalam satu leksia (SEM: Maskulin, kendaraanitu*, perasaan risih dan berangsur-
Kekerasan). angsur sirna** REF. Kode kronologis
Bus Kota adalah lambang kehidupan (beberapa kali) di sini keberanian mulai
dunia dimana terjadi banyak kemungkinan muncul terlihat dari perasaan yang risih dan
dari yang bersifat baik sampai yang kasar. rasa jijik serta bergidik yang berangsur-
Artinya dalam kehidupan dapat ditemui angsur hilang. Perasaan ini bisa dimasukkan
kebahagiaan misal: bertemu teman lama, dalam suati enigma (apa penyebabnya?),
kenalan baru atau sesuatu yang sangat serta leksia dianggap sebagai suatu kode
menakutkan misal: kecopetan, dibajak, hermeniutik dengan menunjukkan pada
perkosaan, perampokan. Ketakutan ini bisa suatu obyek atau subyek, atau jika kita
dilihat dari tokoh Aku. Ketakutan tokoh Aku menyukainya dapat kita keluarkan dengan
dapat diuraikan sebagai berikut. apa adanya (HER. Enigma 2: Obyek utama).
Aku baru saja datang dari udik, Ketika orang pertama kali naik bus kota akan
pedalaman Kalimantan* suatu pernyataan merasa canggung, takut tetapi setelah
yang terbawa dari kata udik yang membawa berkali-kali naik akan terbiasa dengan
ke seme terpencil, jauh, karena kata udik kedaan bus kota.
menggambarkan suatu tempat yang jauh. Aku mencoba mencari tempat yang
Terpencil, jauh berkonotasi sebagai tempat sedikit lapang, namun gagal* Aku mencoba
tinggal manusia (orang-orang) yang berada mencari tempat yang sedikit lapang. Ini
jauh dari perkotaan dan kebudayaan kota dapat diartikan aku sedang berusaha dan
(modern). Pedalaman Kalimantan mengacu bentuk pertama dari antitesis (tempat, ruang)
suatu tempat, melalui suatu perbandingan, dan menurut kode: dapat dikatakan sebagai
tentang suatu tempat yang jauh, primitif dan tempat yang longgar (SYM. Antitesis:
mungkin juga terbelakang (SEM: terpencil, Kelonggaran). Seseorang yang merasa
asing). terjepit ditengah keramaian akan berusaha
Udik atau orang kampung yang baru untuk mencari tempat yang longgar dan
saja datang ke kota akan merasa canggung nyaman supaya tidak merasa terhimpit dan
dan takut. Ketakutan ini muncul karena terjepit.
merasa asing dan tidak mengenal Lalu kututup seluruh sebagian bagian
lingkungan. tubuhku. Sekarang aku memakai jilbab*
Ketika memasuki pintu kendaraan Disini dapat kita lihat adanya perpindahan
umum itu* Hal ini merupakan dari suatu term antitesis (tidak memakai
perkembangan dari antitesis yang biasanya jilbab, berpakaian biasa) ke hal yang lain
meliputi suatu eksposisi dari setiap (berjilbab) hal ini menunjukkan adanya
bagiannya masing-masing. Istilah ketiga pergerakan batin, sehingga yang terjadi
dimungkinkan sebagi sebuah penyajian bukan suatu kelincahan wacana tetapi
bersama atau gabungan, kita dapat (bagian dari kode retorikal) tetapi
merujuknya sebagai suatu penunjuk merupakan suatu aksi fisikal dari konjungsi
konjungsi yang bersifat fisik yaitu suatu (bagian dari tingkat/level simbolik) (SYM.
antitesis: tempat sempit. Kendaraan umum Antitesis: pergerakan batin).
menunjukkan suatu tempat yang terbatas Keterjepitan seseorang ditengah
yang diisi oleh banyak orang (SYM. masyarakat yang tidak baik, selalu
Antitesis: Sempit, Terjepit). Bus Kota adalah menumbuhkan keinginan melindungi diri
penggambaran tempat yang sempit, dan dari hal yang buruk. Perlindungan itu bisa
terjepit karena bus kota adalah kendaraan diperoleh dari kekuatan iman dan agama.
umum yang paling diminati masyarakat Disini digambarkan sang tokoh memakai

62
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

jilbab untuk membentengi diri dari pengaruh dikatakan sebagai kode aksi dan sebagai
tidak baik yang ada disekitarnya. Hal ini suatu kebiasaan proaresis (ada dalam cerita,
menggambarkan pergerakan batin tokoh. wacana, karakter yang menentukan aksi).
Jilbab yang panjang dan menutup Kode ini disebut kode prorektik (ACT). Hal
seluruh aurat seakan menjadi sebuah dinding ini merupakan tanggapan atau tindakan yang
beton tebal* Perkembangan sebuah antitesis dilakukan untuk menghindar dari masalah,
biasanya merupakan keterangan yang dan kembali (pulang) untuk mencari
meliputi eksposisi dari setiap bagiannya. Ini perlindungan dan ketentraman (ACT.
dimungkinkan sebagai suatu penyajian Kembali: Mencari perlindungan,
bersama. Istilah ini bias menjadi benar-benar ketentraman).Pulang membuat tokoh tenang
retorikal jika kita memperhatikannya untuk karena pulang berarti mendapat
menunjukkan antitesis. Tetapi, hal ini juga perlindungan, dari keluarga atau masyarakat
dapat dilihat secara literal, jika kita yang telah dikenal.
menekankan pada konjungsi fisikal dari Kembali ke kampung* Ketentraman
antitesis: disini diartikan sebagai suatu ditransformasikan sebagai kampung (tempat
tempat persembunyian/tempat yang yang tenang dan jauh dari keramaian), Seme
tersembunyi, yaitu baju yang menutupi atau tentang kampung ini mengkonotasikan suatu
menyembunyikan semua aurat dengan kehidupan yang masih dalam keadaan yang
sangat rapat (SYM.Antitesis: Tersembunyi, alami dan sangat terhjaga keasliannya, yang
tertutup). kemudian membentuk suatu leksia dan kode
Jilbab disini menggambarkan sifat semes yang dapat diartikan sebagai suatu
tokoh mengalami pergerakan dari yang ketenangan batin (SEM: Ketenangan,
terbuka dalam pergaulan atau bebas dalam ketentraman).Kampung adalah penanda
pergaulan menjadi membatasi diri dari sepi,tentram jauh dari keramaian dan hal-hal
pergaulan yang tidak baik. Tokoh yang tidak baik.
membetengi diri dari pergaulan bebas Di kampung kami pun sudah
dengan lebih bertakwa dan menjalankan berkeliaran bis-bis kota. Persis di kota ini*
agama. Bis-bis kota disini dapat diartikan sebagi
Berpuluh-puluh bis kota* Secara nyata suatu kejahatan, kebohongan, keduniawian
dapat ditunjukkan sebagai suatu saat dialami (REF. Psikologi Sosial). Bis kota (kejahatan,
oleh seseorang yang ada dalam tekanan batin kemunafikan, kekerasan)** Disini dapat kita
(mental), gambaran ini mengkonotasikan temukan syarat-syarat dari dua term kode
sebagai keadaan batin seseorang yang hermeniutik, yaitu adanya, ada sebuah teka-
berada dalam goncangan jiwa (REF. teki dan jawaban yang harus ditunda: karena
Psikologi Kejiwaan: Tekanan wacana ini menggerakkan perpindahan bis-
Batin).Berbagai pengalaman hidup akan bis dari kota ke daerah kampung
membuat tokoh mengalami tekanan bathin. (pedalaman). Sehingga dari hal ini kita
Hal ini terjadi karena dalam masyarakat mengetahui jawaban dari teka-teki tersebut
(Bus Kota) akan banyak terjadi yaitu apa yang dimaksud dengan bis kota itu.
ketimpangan. Walaupun sampai akhir tidak ada cerita yang
Besoknya bulat keputusanku untuk mengungkapkan. (HER. Enigma 3: Jawaban
pulang* Hal ini menunjukkan adanya yang tertunda).
implikasi dari beberapa peristiwa yang Kampung ternyata tidak lagi tentram
membawa pada bagian akhir. (Aku putuskan karena tokoh melihat banyak bus kota, hal
untuk pulang). Urutan semacam ini ini merupakan penanda bahwa di kampung
merupakan implikasi dari sebuah logika tidak lagi tentram, nyaman, sepi, tetapi
dalam kebiasaan manusia. Atau sudah berubah menjadi ramai, liar dan
kemungkinan secara rasional menentukan menakutkan.
hasil atau tindakan-tindakan/aksi dan dapat

63
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

Hampir setiap malam aku diganggu pasif dan takut dimasuki oleh tatapan laki-
mimpi buruk yang bahkan lebih mengerikan laki. Disini situasi simbolisnya
dari kenyataan yang aku alami* Hal ini menunjukkan ketidak-mampuan dan
merupakan pernyataan yang menunjukkan ketakutan. Ingin aku menarik kembali
suatu tekanan batin yang dialami seseorang, lanngkahku, turun dan berjalan kaki saja.
gambaran yang jelas ini menunjukkan atau Kalimat ini menunjukkan adanya suatu
dapat dikatakan mengkonotasikan keadaan penanda yang mengandung suatu konotasi
batin seseorang yang sedang mengalami tambahan yang artinya ketidakberanian, atau
depresi atau tekanan batin yang dapat juga dikatakan sebagai suatu penanda
menimbulkan ketakutan, sehingga sampai seme, karena secara semantik seme berarti
halusinasinya terekam dalam mimpi (REF. satuan unit penanda yang ada atau dapat
Psikologi Kejiwaan: Depresi). dimasukkan dalam satu leksia (SEM:
Mimpi buruk merupakan simbol Ketakutan, ketidak beranian). Tatapan mata
terjadinya pertentangan bathin dalam diri mereka seperti merayapi sekujur tubuhku*
tokoh, mimpi buruk merupakan penanda Term ini menunjukkan suatu perasaan yang
keterpurukan tokoh. sangat ngeri/menakutkan, ia memerlukan
Sebagai perempuan aku merasa suatu perlindungan atau pertolongan dari
terganggu olehnya* Kata perempuan ketakutan yang dialaminya. Ia memerlukan
menunjukkan konotasi feminitas vegetalitas yang berpengaruh yang dapat
(kelemahan, kelembutan) feminitas ini mengembalikan atau mempersatukan
merupakan suatu penanda dalam teks. Dan keberaniannya, paradigma ini mengukuhkan
merupakan perubahan unsur-unsur lainnya dirinya sendiri seorang wanita yang
untuk menciptakan suatu karakter, bentuk- membutuhkan pengendalian diri tetapi
bentuk dan simbol-simbol. Setiap unit yang dengan jalan menunjukkan peranan simbolis
kita sebut ini akan menjadi suatu penanda, pada dirinya sendiri. Disini akan
dan penanda ini mempunyai tipe yang menempatkan ia dalam posisi yang pasif dari
khusus, karena feminitas mempunyai arti suatu subyek yang didominasi (SYM.
yang biasa dari istilah itu. Atau dapat kita Wanita–Lemah).
sebut sebagai sebuah seme secara semantik Perempuan, adalah simbol
seme adalah sebuah unit penenda, dan kelembutan, kelemahan. Perempuan adalah
penanda setiap waktu menunjukkan tafsiran seseorang yang tercipta beda dengan laki-
sebagai penanda konotatif yang laki, apalagi ditengah dominasi kehidupan
menunjukkan dalam satu leksia (SEM. laki-laki.
Feminim, Kelemahan). Aku berdiri, berhimpitan dengan
Tatapan mereka seperti merayapi banyak orang yang semuanya tak kukenal*
sekujur tubuhku, rambutku, mataku, Suatu pernyataan yang terbawa dari kata
hidungku, bibirku, dadaku, lipatan pahaku, ‘’tak kukenal’’ yang membawa kita kesana
bibirku, lipatan-lipatan rok yang ada keterasingan karena tak kukenal (semuanya)
diantara dua pahaku, lutut bahkan kakiku. menggambarkan suatu tempat yang terasing.
Aku bergidik. Ingin aku menarik kembali Terasing menggambarkan suatu lingkungan
langkahku, turun dan berjalan kaki saja*. kehidupan yang menyakitkan yang artinya
Hal ini menunjukkan gambaran seorang banyak orang disekitar kita, tetapi tidak ada
wanita muda, atau dapat dikatakan merujuk satupun yang kita kenal apalagi kita ajak
ke suatu seme penanda, dimana penanda ini untuk berkomunikasi. (SEM. Keterasingan).
merupakan sebuah leksia. (SEM: Wanita Aku terpana* Pernyataan ini
Muda).** SEM: Vegetalitas (kehidupan menunjukkan suatu keadaan dimana ia
oraganik)*** Wanita muda adalah suatu menjadi kaget, mungkin juga tak percaya
tingkatan perubahan dari seseorang anak- atau penuh keheranan. Sehingga kata
anak menjadi seorang wanita (remaja) yang “terpana” dapat diartikan sebagai suatu

64
HUMANIKA Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418
Cerpen Faruk “Bus Kota” Dalam Semiotik Roland Barthes
Ken Widyatwati

keadaan yang tak terduga, yang sulit untuk menjadi kota modern. Tokoh aku mengalami
diterima (dipercaya). Dan kata ini juga dapat depresi karena ketaklutan.
diartikan sebagai suatu kode atau penanda
seme, yang mengandung suatu konotasi IV. SIMPULAN
tambahan (yang lain) yang diartikan sebagai Dari analisis yang telah dilakukan
ketidakpercayaan (terhadap suatu hal yang terhadap Cerpen ”Bus Kota” diperoleh
dihadapi atau suatu kenyataan yang tidak kesimpulan yaitu: karya sastra sebagai
diduga sebelumnya). Satuan unit ini penanda bagian dari suatu sistem sosial merupakan
seme ini juga dapat dimasukkan dalam satu ekspresi curahan rasa pengarang dalam
penanda laksia (SEM. Kaget, tidak percaya). kehidupan bermasyarakat. Karya sastra
Ketidakberdayaan tokoh menimbulkan rasa dapat mengekspresikan diri pengarang
tidak percaya diri dan merasa terasing dalam dalam melihat perubahan sosial budaya
kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian dalam masyarakat karena adanya
di atas maka dapat digambarkan perubahan perkembangan teknologi dan informasi yang
psikologis tokoh aku. pesat. Perkembangan teknologi dan
Aku seorang perempuan dari kampung informasi dapat merubah sosial budaya
pergi dan tinggal di kota dimana dalam masyarakat sehingga dapat
perkembangan teknologi informasi sangat mempengaruhi psikologi masyarakat.
pesat, membuat tokoh aku merasa terasing Masyarakat harus mempunyai ketebalan
dan ketakutan. Ketakutan ini menyebabkan iman bukan hanya untuk sendiri, melainkan
tokoh aku pulang ke kampung untuk untuk dapat mempertahankan keseimbangan
mencari kenyamanan hidup, tetapi sesampai batin dalam kehidupan masyarakat yang
di kampung perkembangan teknologi dan plural.
informasi telah mengubah kampungnya

DAFTAR PUSTAKA

Abramns, M.H.1972.The Mirror and The Teeuw, A.1984. Sastra dan Ilmu Sastra.
Lamp. England. Oxford University Jakarta. Pustaka Jaya.
Presss. Wellek, Rene dan Austin Warren.1989.
Barthes, Roland.1972.S/Z.London: Cape Teori Kesusastraan. Jakarta:
Press. Gramedia.
Danesi, Marcell. 2010. Pesan Tanda dan
Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

65

Anda mungkin juga menyukai