Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS ASTRA GATRA DALAM KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA

KESEHATAN SEBAGAI SATUAN TUGAS PERCEPATAN PENANGANAN


PASIEN COVID-19 DI RUMAH SAKIT DARURAT GUNA MENDUKUNG
KETAHANAN KESEHATAN

Latar Belakang
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional merupakan kondisi sekaligus konsepsi
pembangunan nasional dalam pencapaian tujuan dan cita-cita bangsa. Ketahanan
Nasional merupakan kondisi dinamis bangsa yang berisi ketangguhan serta keuletan
dan kemampuan bangsa untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, gangguan, tantangan dan
hambatan (AGHT) baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang mengancam
dan membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Ketahanan Nasional harus diwujudkan dan dibina secara dini, terus
menerus, terpadu dan sinergis.
Ketahanan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Ketahanan Nasioanal
yang bersinergi dengan Sistem Kesehatan Nasional. Mendapatkan derajat
kesehatan setinggi-tingginya adalah hak dasar manusia Indonesia yang harus
dipenuhi dalam upaya mewujudkan pembangunan nasioanl dan pencapaian tujuan
dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu Ketahanan Kesehatan Nasional juga
merupakan bagian dari Keamanan Insani yang harus dikembangkan, diwujudkan
dan dibina secara dini, terus menerus, terpadu dan sinergis untuk menghadapi
AGHT yang berdampak buruk terhadap kesehatan rakyat Indonesia.
Ketahanan Nasional merupakan landasan konsepsional strategis yang
sekaligus merupakan pisau analisis untuk memecahkan berbagai permasalahan
strategis bangsa melalui pendekatan 8 (delapan) aspek kehidupan nasional (asta
gatra) yang terdiri dari 3 (tiga) aspek alamiah (tri gatra) yang bersifat statis dan 5
(lima) aspek kehidupan (panca gatra) yang bersifat dinamis. Astagatra Ketahanan
Nasional yakni meliputi aspek geografis, kekayaan alam, demografis, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan. Hal yang sama juga diterapkan
dalam Ketahanan Kesehatan Nasional untuk menjelaskan bagaimana kapasitas
Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam menangani pasien pandemi Covid-19 di
Rumah Sakit Darurat Covid Wisma Atlet Kemayoran melalui pendekatan Astagatra.
Hasil dan Pembahasan
1. Aspek Geografis
Luas dampak dari pandemi Covid-19 telah dirasakan baik dalam lingkup
Nasional dan bahkan Internasional. Saat ini sudah satu tahun lebih Indonesia
masih terbelenggu dalam situasi pandemi. Dilansir dari berita CNBC Indonesia
terbaru disebutkan bahwa hanya ada satu daerah saja di Indonesia yang
memiliki status zona hijau yaitu di Papua Barat tepatnya di Pegunungan Arfak
(Hasibuan, 2021)
Rumah Sakit Darurat Covid-19 merupakan Wisma Atlet yang ditranformasi
menjadi fasilitas kesehatan Nasional dan berada di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Posisi Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Ibu Kota Negara terletak di pinggiran
kota dan jauh dari keramaian dan memiliki kapasitas tempat tidur yang besar
bahkan terbesar di Asia Tenggara. Keberadaannya di Ibu Kota juga memiliki
manfaat mengingat pusat roda ekonomi nasional berada di Ibu Kota, kemudahan
akses baik akses transportasi dan akses dengan fasilitas kesehatan lainnya baik
dari pemerintah maupun swasta serta akses ilmu teknologi.
Di dalam lingkungan Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlit Kemayoran
(RSDC WAK) juga menerapkan zonasi area hijau, kuning dan merah yang
dibatasi dengan pos pengamanan dan dijaga selama 24 jam. Kebijakan dan tata
tertib bagi personel di RSDC WAK juga disesuaikan untuk masing-masing
zonasi. Hal ini ditujukan untuk memutus penyebaran pandemi di lingkungan
RSDC WAK.

2. Aspek Kekayaan Alam


Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah
namun sayang pemanfaatannya untuk industri dalam negeri masih relatif rendah
dibandingkan dengan potensi yang ada. Menurut hasil penelitian menyebutkan
bahwa hanya sekitar lima persen saja potensi sumber daya hayati yang sudah
dimanfaatkan untuk industri. Di bidang kesehatan, dari hasil suatu penelitian
disebutkan bahwa dari 150 obat-obatan yang di resepkan dokter di Amerika
Serikat terdapat 118 jenis obat yang berbasis sumber daya alam. Dimana 74
persen berasal dari tumbuhan, 18 persen dari jamur, lima persen dari bakteri dan
tiga persen dari vertebrata (Yunelia, 2019).
Terkait dengan pandemi Covid-19, kebutuhan masyarakat akan vitamin dan
suplemen yang berasal baik dari alam maupun sintesis sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan menjaga sistem kekebalan tubuh. Makin tingginya permintaan
akan vitamin dan suplemen membuat adanya kelangkaan di pasar. Kelangkaan
ini tentunya juga mempengaruhi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Darurat
Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran (RSDC WAK). Apabila pemerintah berpikir
serius untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi di Indonesia maka
diharapkan dapat menyelesaikan dampak pandemi baik dari aspek ekonomi dan
kesehatan. Hal ini juga akan mengurangi jumlah tingkat pengangguran dan
angka kemiskinan di Indonesia.

3. Aspek Demografis
Jumlah warga negara Indonesia termasuk ke dalam lima terbesar di dunia,
namun banyaknya tenaga kesehatan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan. Dalam laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan salah
satu dari 57 negara di dunia yang menghadapi krisis SDMK karena jumlahnya
yang kurang maupun distribusinya yang tidak proporsional (WHO, 2006).
Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Indonesia masih
berada di bawah standar WHO yaitu 4,4 per 1.000 penduduk (Pratiwi et al.,
2020). Selama pandemi berlangsung, data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
yang menyebutkan bahwa kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia
merupakan yang tertinggi di Asia dan masuk dalam tiga besar di seluruh dunia.
Sejauh ini terdapat 647 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat
terinfeksi Covid-19 (Arnani, 2021).
Pemerintah harus bertindak dengan cepat dan segera untuk mengatasi
kekurangan yang ada di bidang kesehatan terutama ketersediaan tenaga medis.
Selain itu untuk mejaga dan melindungi tenaga medis yang ada pemerintah
harus memberikan jaminan perlindungan berupa Alat Perlindungan Diri (APD)
dan jaminan keamanan serta kesejahteraan bagi keluarga dari tenaga medis
terkait. Hal ini diperlukan agar tenaga medis lebih fokus dan lebih total dalam
menjalankan bakti profesinya terhadap masyarakat. Bila memang terpaksa
diperlukan, diharapkan pemerintah juga dapat memberdayakan calon tenaga
kesehatan yang masih duduk di bangku kuliah untuk dapat diterjunkan bersama
di lapangan membantu tenaga kesehatan yang ada.
4. Aspek Ideologi
Ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila sebagai dasar negara, pedoman
hidup masyarakat, motivasi dan jati diri Indonesia, sarana pemersatu bangsa
Indonesia dan dapat mengarahkan Indonesia untuk mencapai tujuan. Namun
belakangan ini banyak berita miring atau hoax yang mengatasnamakan rasa
Nasionalisme dalam rangka menyelamatkan bangsa dengan membuat berita
miring terkait pandemi dan berpotensi memecah belah persatuan dalam
menangani pandemi.
Bentuk kekecewaan terhadap Pemerintah dan aparatur negara menjadi
alasan untuk tidak mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah dianggap pilih
kasih dan tebang pilih dalam menegakkan dan mematuhi protokol kesehatan,
selain itu dengan bervariasinya aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah semakin menurunkan kepercayaan masyarakat. Pandemi tidak akan
berakhir apabila permasalahan ini tidak dapat diselesaikan dengan baik karena
penyelenggaraan pertahanan keamanan Indonesia diselenggarakan secara
semesta. Kesemestaan ini seharusnya memiliki satu visi satu misi dan satu
tujuan agar pandemi cepat berlalu.
Pandemi ini dapat diatasi dengan menunjukkan nilai-nilai terbaik dari ideologi
Pancasila yang mengandung semua nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung
dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut yaitu efektivitas pemerintah yang berpadu
dengan kepercayaan dan kepatuhan masyarakat terhadap semua ketentuan
yang diterbitkan pemerintah, serta kesadaran masyarakat untuk menghubungkan
kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat, yakni dengan
menjauhi sikap egosentris yang hanya memikirkan diri sendiri yang
diimplementasikan dengan tetap berada di rumah, tidak bepergian, dan
menghindari kerumunan.

5. Aspek Politik
Menurut Mujani (2020), penilaian masyarakat terhadap kinerja pemerintah
dalam penanganan pandemi Covid-19 di dasarkan atas kondisi ekonomi, sikap
partisan, dan pengalaman politik warga. Di samping itu, politik identitas atau
identitas agama juga berpengaruh terhadap penilaian tersebut. Dalam
demokrasi, keputusan pemerintah membutuhkan dukungan masyarakat luas
dimana dukungan tersebut dd dapat apabila pemerintah memperhatikan kondisi
ekonomi mereka dengan membuat keputusan yang tidak bertabrakan dengan
keadaan tersebut; malah sebaliknya harus merespons untuk meringankannya
meskipun tidak ada respons yang mudah dan pasti efektif (Mujani, 2020).
Pandemi juga mengakibatkan timbulnya koalisi dari partai oposisi.
Bertambahnya dukungan parpol bagi pemerintah tentu akan mempermudah
rangkaian kebijakan yang akan dibuat demi menangani pandemi Covid-19.
Bertambahnya dukungan parpol bagi koalisi pemerintah tentu membawa dampak
positif maupun negatif. Dampak negatif yang dapat timbul adalah kesulitan
dalam melakukan negosiasi dengan partai-partai pendukung terkait kebijakan
dan program pemerintah dan munculnya disharmonisasi antar rekan koalisi.
Koalisi dimungkinkan menjadi alat untuk meningkatkan daya tawar politik, seperti
ancaman reshuffle oleh presiden kepada menteri dari parpol koalisi, maupun
sebaliknya, ancaman hak angket kepada presiden dari para anggota dewan.
Untuk itu pemerintah seharusnya bijak dalam memilih koalisi dan menjaga
harmonisasi yang ada (Aji, 2020).
Dalam menangani pandemi diharapkan tidak ada keterlibatan unsur
kepentingan pribadi atau golongan. Setiap peraturan dan kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah harus berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat
tanpa terkecuali begitu juga terhadap sangsi hukum yang diberikan agar
disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Partisipasi tokoh masyarakat dan
agama sangat berperan dan diperlukan dalam membantu dan mendukung
Pemerintah. Secara tidak langsung kondisi politik ini juga berpotensi memberikan
dampak bagi tenaga kesehatan di RSDC WAK dimana pemerintah telah
mengeluarkan beberapa kebijakan akan jaminan kesejahteraan bagi tenaga
medis berupa insentif.

6. Aspek Ekonomi
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kehidupan ekonomi di tataran rumah
tangga, dimana 50% diantaranya mengalami kesulitan keuangan. Keterbatasan
lapangan pekerjaan karena kegiatan bisnis yang lesu akibat dari kebijakan yang
menyebabkan berkurangnya pemasukan rumah tangga, disaat harga berbagai
kebutuhan sehari-hari cenderung meningkat. Pemerintah seharusnya mulai
menegakkan prinsip ekonomi Pancasila untuk mengatasi pandemi ini dengan
merubah mental dan kualitas para pejabat negara sebagai tantangan terbesar
dalam ekonomi Pancasila. Ketergantungan atas import juga seharusnya mulai
ditinggalkan dengan meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber
kekayaan alam serta memanfaatkan situasi pandemi dalam membuka lapangan
pekerjaan baru.
Sistem ekonomi pancasila diperlukan dalam menghadapi pandemi saat sistem
ekonomi tradisional mulai tumbang. Sistem ekonomi pancasila adalah sistem
ekonomi yang mengedepankan kemanusiaan, gotong royong dan keberpihakan
pada ekonomi lemah dan dapat dipadukan dengan teknologi, sehingga menjadi
suatu sistem yang komperhensif. Diwujudkan melalui Usaha Kecil Menengah
(UKM) dengan sistem gotong-royong persoalan ekonomi di Indonesia untuk
dapat mengatasi kesulitan ekonomi di masa pandemi Covid-19 dan meyakinkan
kepada konsumen bahwa produk Usaha Kecil Menengah (UKM) diproduksi
sesuai dengan protokol kesehatan (BPIP, 2020). Diharapkan juga kebutuhan
medis berupa obat, alat kesehatan dan APD bagi tenaga kesehatan terutama di
RSDC WAK yang mulai langka dapat juga dipenuhi dengan adanya UKM ini.

7. Aspek Sosial Budaya


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang merupakan cerminan dalam
kearifan lokal adalah gotong royong atau kebersamaan. Perwujudan dari nilai-
nilai yang terkandung dalam kearifan lokal bukan saja menunjukkan keberhasilan
dalam melaksanakan gotong royong tetapi juga dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan untuk mewujudkan ketahanan nasional. Pembatasan ruang gerak
masyarakat berpengaruh pada keberlangsungan aktivitas pasar yang
didalamnya melibatkan banyak orang dengan peran ekonomi berbeda dan
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan sosial. Pendekatan konsep
kewirausahaan sosial merupakan sebuah alternatif solusi penyelesaian masalah
sosial bersinergi dengan pasar meliputi kebijakan ekonomi berbasis
kewirausahaan sosial dan membuat program-program kegiatan ekonomi melalui
institusi-institusi pemerintah dan BUMN daerah atau pusat berbasis
kewirausahaan sosial, membuat kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan (profit oriented) dan sekaligus memberdayakan
komunitas sasaran agar bisa membantu mereka dalam menyelesaikan
permasalahan sosialnya (Torrido, 2020).
Pandemi Covid-19 menghasilkan gelombang stigma dan diskriminasi pada
kelompok tertentu, terutama kepada para pasien positif Covid19 , PDP dan ODP,
serta para tenaga kesehatan. Mereka mendapat stigma negatif dari masyarakat
sebagai carrier virus karena dianggap dapat menyebarkan virus Covid-19, inilah
yang membuat penerima stigma menerima perlakuan diskiriminatif dari kelompok
mayoritas. Hal ini terlihat dari peristiwa perawat yang diusir dari tempat
tinggalnya, tenaga kesehatan yang ditolak oleh tetangganya, hingga penolakan
pemakaman jenazah para korban positif Covid-19. Hal ini juga dikhawatirkan
dapat menjadikan pandemi Covid-19 sebagai alasan untuk melanggar Hak Asasi
Manusia dan mengancam demokrasi.
Oleh karena itu, diperlukan adanya langkah-langkah/upaya yang harus
diterapkan untuk mengurangi bahkan menghentikan adanya stigmatisasi dan
diskriminasi. Langkah-langkah/upaya tersebut seperti, tidak mendiskriminasi,
memberikan semangat, dukungan, memberikan empati, peduli terhadap sesama,
bijaksana dalam memilah informasi, menggalakkan kegiatan positif, serta tidak
menebar ketakutan dan tidak memberikan beban tambahan kepada para pasien,
keluarga pasien, PDP,ODP serta tenaga kesehatan. Pemerintah juga harus
bergerak cepat dalam menangani masalah-masalah yang ditimbulkan dengan
memperbanyak edukasi terhadap masyarakat melalui media elektronik dan
media sosial yang tentunya akan berperan penting dalam menghapus
stigmatisasi dan diskriminasi kepada para pasien positif Covid-19, ODP, PDP
dan tenaga kesehatan. Pemerintah juga perlu lebih banyak lagi merangkul
berbagai tokoh masyarakat dan influencer untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai apa dan bagaimana transmisi Covid-19 dapat terjadi.
Pemerintah juga perlu untuk lebih melibatkan universitas dan para peneliti
kesehatan untuk lebih memperbanyak penelitian mengenai bagaimana proses
transimisi Covid-19 beserta cara pengobatannya. Hal itu perlu dilakukan untuk
menekan kecemasan dan memunculkan optimisme masyarakat bahwa wabah ini
dapat berakhir dan disembuhkan (Wijaya dan Ananda, 2021).
Teknologi digital seperti media sosial lebih membawa dampak positif dari
pada negatif. Dampak positifnya adalah jumlah dokter di Indonesia yang masih
jauh kurang dan terpusat di perkotaan menjadi dapat lebih mudah diakses oleh
siapa saja dan dimana saja. Kegiatan promosi kesehatan dapat lebih mudah
gencar dilakukan melalui cara yang efisien atau mudah terjangkau. Penggunaan
sosial media sangat membantu masyarakat untuk mengakses informasi maupun
untuk konsultasi. Media sosial juga bisa digunakan sebagai tempat klarifikasi
berita atau info yang keliru dengan mudah, cepat dan jangkauannya lebih luas
(Universitas Islam Indonesia, 2021). Sama halnya penerapan media sosial di
lingkungan RSDC WAK yang juga memberikan manfaat lebih daripada
negatifnya. Seperti contoh dengan adanya aplikasi dan grup sosial diantara
tenaga kesehatan dengan pasien justru lebih mempercepat dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang sudah ada dimana setiap informasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan tentang Covid-19 mudah diperoleh dan setiap
permasalahan selalu di respon dengan cepat sekaligus mengurangi kontak
langsung antara tenaga kesehatan dengan pasien.

8. Aspek Pertahanan Keamanan


Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh sektor kehidupan, termasuk juga
berdampak pada sistem pertahanan dan keamanan negara. Sebagai gatra
terakhir dalam astra gatra, pertahanan keamanan sangat dipengaruhi oleh
ketujuh gatra sebelumnya. Adanya penyimpangan di salah satu gatra juga akan
mempengaruhi pertahanan keamanan sebagai gatra terakhir. Pandemi Covid-19
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan indikator untuk menilai seberapa kuat
sistem pertahanan keamanan Indonesia, dapat juga dijadikan sebagai lesson
learning bagaimana kesiapan suatu bangsa untuk menghadapi tantangan serupa
yang mungkin saja jauh lebih hebat.
Melihat perkembangan dunia dan dinamika yang terjadi di dalamnya termasuk
dinamika terhadap AGHT yang saat ini tidak hanya berfokus kepada urusan
militer, AGHT non-militer justru lebih berperan dalam situasi yang damai dan
kondusif. Sistem pertahanan keamanan suatu negara tidak hanya kuat di bagian
luarnya saja namun juga harus kuat di bagian dalam. Bangsa Indonesia memiliki
sistem pertahanan semesta sebagai perwujudan kekuatan di dalam diri bangsa
yang tentunya harus didukung, dibina dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Pandemi Covid-19 juga telah memberikan arti bagaimana
pelaksanaan dan implementasi sistem pertahanan semesta yang seharusnya
dan tidak hanya sekedar berupa tulisan atau kata-kata indah yang dirangkai dan
indah untuk dilihat.
Kewaspadaan terhadap AGHT non-militer tentunya tidak mengesampingkan
kewaspadaan terhadap AGHT militer, pembinaan kekuatan dari dalam dan dari
luar harus menjadi titik berat masalah pertahanan keamanan Nasional. Hal yang
harus diperhatikan pemerintah adalah dengan memperkuat sistem pertahanan
biologi (biodefense) pada tugas operasi militer sebagai upaya pertahanan untuk
mengantisipasi segala kemungkinan ancaman-ancaman biologis di masa
mendatang yang lebih rumit, modern dan tak terdeteksi. Definisi negara kuat saat
ini adalah negara yang mampu mengendalikan Covid-19, oleh karena itu jajaran
pemerintah daerah dibantu jajaran TNI dan Polri serta dukungan dari pemerintah
pusat harus terus melakukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam
menangani penyebaran dan dampak covid-19 (Djoyonegoro, 2020).
Pelayanan kesehatan di RSDC WAK telah mencerminkan bentuk kecil sistem
pertahanan semesta di dalamnya yang berupa pengabdian profesi masing-
masing bidang keilmuwan terutama kesehatan yang diimplementasikan melalui
sinergitas antara kesehatan militer dan kesehatan sipil. Sinergitas kerja sama
dan koordinasi antara militer dan sipil harus selalu dibina dan terus ditingkatkan
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Militer sebagai
leading sector harus mampu membimbing, mengarahkan, memberikan contoh
dan memanfaatkan segala potensi yang ada di RSDC WAK dengan
mengedepankan asas gotong royong sebagai budaya dan kearifan lokal bangsa
sehingga tercipta harmonisasi antara militer dengan sipil.

Daftar Pustaka
Aji, Prakoso. M (2020). Konstelasi Politik Di Tengah Pandemi: Potensi
Bertambahnya Dukungan Partai Politik Bagi Pemerintah. Jurnal Penelitian
Politik. DOI: https://doi.org/10.14203/jpp.v17i2.885.

Arnani, M. (2021). IDI: Kematian Tenaga Medis Indonesia akibat Covid-19 Tertinggi
di Asia, Tercatat 647 Meninggal. Retrieved from
https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/28/113200565/idi--kematian-
tenaga-medis-indonesia-akibat-covid-19-tertinggi-di-asia?, diakses 8 Agustus
2021.

BPIP (2020). BPIP Sebut Sistem Gotong Royong UKM Bisa Dongkrak
Perekonomian di Masa Pandemi Covid 19. Dalam
https://bpip.go.id/bpip/berita/989/107/bpip-sebut-sistem-gotong-royong-ukm-
bisa-dongkrak-perekonomian-di-masa-pandemi-covid-19.html. Di akses pada 8
Agustus 2021.
Djoyonegoro, Ngasiman (2020). Perang Global Melawan Corona: Perspektif
Intelijen. Bogor: Yayasan Insan Waskita Nusantara.

Hasibuan, Lynda (2021). Satu-satunya, Ini Wilayah Zona Hijau Covid-19 di RI. Dalam
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210807095637-4-266869/satu-
satunya-ini-wilayah-zona-hijau-covid-19-di-ri, di akses pada 8 Agustus 2021.

Mujani, Saiful (2020). Asesmen Publik Atas Kinerja Pemerintah Indonesia


Menangani Wabah Covid-19: Sebuah Penjelasan Ekonomi Politik. Jurnal
Penelitian Politik. DOI: https://doi.org/10.14203/jpp.v17i2.871.

Pratiwi, A. M., Tuerah, G. G., Vanya, H., Irawan, K. I., Adirespati, S. dan Eke, Z.
(2020). Kumpulan Rekomendasi Kebijakan Penanganan Krisis Multidimensi
Pandemi Covid-19. Retrieved from https://www.ksi-indonesia.org/id/covid-19, di
akses 8 Agustus 2021.

Torrido, Aryan (2021). Penanganan Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat Pandemi
Covid 19melalui Pendekatan Kewirausahaan Sosial. Jurnal Penelitian
Kesejahteraan Sosial.

Universitas Islam Indonesia (2021). Media Sosial Membawa Dampak Positif dan
Negatif. Dalam https://www.uii.ac.id/media-sosial-membawa-dampak-positif-
dan-negatif/. Di akses pada 8 Agustus 2021.

WHO (2006). The World Health Report 2006: Working Together for Health. Geneva:
World Health Organization.

Wijaya, Sukma. P.C.M dan Ananda, Dhea (2021). Hak Untuk Bebas Dari
Stigmatisasi Dan Diskriminasi Terhadap Para Pasien, PDO, ODP dan Tenaga
Kesehatan Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Dan HAM.
Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Volume
3.

Yunela, Intan (2019). Pemanfaatan Sumber Daya Hayati untuk Industri Masih
Rendah. Dalam https://www.medcom.id/pendidikan/news-
pendidikan/Wb7L9pak-pemanfaatan-sumber-daya-hayati-untuk-industri-masih-
rendah, di akses pada 8 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai