DISUSUN OLEH:
1909111929
Kelas HTN A
Fakultas Hukum
Universitas Riau
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2018, sangat relevan untuk merenungkan
kembali berbagai aspek yang terkait dengan tantangan revitalisasi Panasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam era globalisasi pada saat ini.
Meski demikian, pada era Reformasi sekitar 20 tahun yang lalu, terjadi semacam
gerakan de-Pancasila-isasi. Pada saat itu MPR mencabut Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekapresetia
Pancakarsa). Kebijakan tersebut tertuang dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998
tentang Pencabutan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (Ekapresetia Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah agar lebih
memudahkan dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjawab permasalahannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan, ada beberapa rumusan masalah
sebagai pertanyaan dalam makalah ini. Berikut rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1) bagaimana tantangan kehidupan kebangsaan Indonesia?
2) apa yang menyebabkan rusaknya kehidupan berkebangsaan?
3) mengapa diperlukannya pancasila?
4) bagaimana penerapan Pancasila dalam setiap masing-masing sila nya dan
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan?
5) bagaimana revitalisasi nilai Pancasila?
1.3 Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah disampaikan.hal
tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan masalah yang akan
dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan dari makalah ini.
1. Menjelaskan tantangan kehidupan kebangsaan Indonesia.
2. Menjelaskan penyebab rusaknya kehidupan berkebangsaan.
3. Menjelaskan alas an diperlukannya Pancasila.
4. Memaparkan penerapan Pancasila dalam setiap masing-masing sila nya dan
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
5. Memaparkan revitalisasi nilai Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
Berupa arus gelombang Globalisasi dan pertaruang antar ideologi melalui media massa.
Tantangan eksternal kebangsaaan kini semakin kuat dan telah menjadikan Indonesia
sebagai salah satu objek perebutan kepentingan global. Jika tidak dihadapi, bukan tidak
mungkin Indonesia akan tergerus persaingan kepentingan global. Ada dua tantangan eksternal
kebangsaan kita yang dominan pengaruhnya, yaitu globalisasi kehidupan yang semakin meluas
dan persaingan antar bangsa yang semakin tajam serta makin kuatnya intensitas intervensi
kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.
Sebagai contoh dalam aspek pertahanan keamanan, saat ini Indonesia banyak
menghadapi perang siber yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu
bentuknya adalah globaliasai informasi. Hari ini peristiwa di ujung Indonesia bahkan di ujung
dunia sekalipun bisa cepat sampai ke tangan kita melalui Gadget dan media sosial. Jika
informasi tersebut tidak dikelola dengan baik bisa-bisa makin menyuburkan informasi hoax.
Globalisasi informasi yang tidak dikelola secara baik, bisa juga berimbas kepada ancaman
terhadap menurunnya etika, sopan santun, tradisi dan seni budaya, serta lunturnya warisan
kearifan lokal bangsa Indonesia dari para orang tua kita.
2. Tantangan Internal
Bersumber dari keragaman kebudayaan, suku, agama dan ras.
Berdasarkan TAP MPR No.VI Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa, ada beberapa hal terkait tantangan kebangsaan dari sisi internal yang harus
diwaspadai. Di antaranya soal pengabaian terhadap kepentingan daerah serta
timbulnya fanatisme daerah. Pengabaian dan disparitas seputar kesejahteraan daerah
akan menimbulkan kecemburuan sosial dan timbulnya kesenjangan sosial. Efek
dominonya, adalah muncul berbagai keinginan dan perlawanan untuk melepaskan diri
dan berdiri sendiri. Inilah yang dulu terjadi dengan aksi separatis di Aceh dengan
GAM-nya dan OPM di Papua. Mereka merasa daerahnya kaya tapi penduduknya
malah tertinggal.
Pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan Pancasila yang salah satu
silanya adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah solusi tepat
untuk bangsa Indonesia menghadapi tantangan tersebut. Inilah yang harus
diperhatikan dan ditekankan. Tantangan bangsa lainnya yang perlu diperhatikan dan
diwaspadai, menurut Mahyudin adalah, kurangnya keteladanan dalam sikap dan
perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa. Maraknya kepala-kepala daerah juga
pejabat-pejabat publik lainnya yang terkena OTT KPK karena tersandung kasus
korupsi, adalah bukti bahwa makin minimnya keteladanan dari sosok oknum-oknum
pemimpin. Saking seringnya, Indonesia sudah memasuki darurat korupsi.
Untuk mencapai ke sana mulailah dari diri kita sendiri dan saat ini. Sebab,
kalau bukan dari kita siapa lagi yang akan memulainya, dan kalau tidak dimulai
sekarang kapan lagi. Mulailah dari hal sederhana, misal bagaimama bersikap kepada
lambang negara, kepada bendera, dan bagaimana sikap mendengarkan lagu
kebangsaan. Dengan begitu akan tertanam rasa cinta kepada bangsa, negara, rakyat,
dan akan terpelihara dari hal-hal yang menyakiti rakyat.
Peran para ibu dalam hal tersebut sangatlah penting. Sebab, pendidikan awal
dan efektif adalah dari rumah. Di sinilah peran ibu kepada anak-anaknya. Jika
seorang ibu wawasan kebangsaan serta pemahaman akan nilai-nilai luhur bangsanya
kuat, maka akan tertular kepada anak-anaknya.
3. Melemahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila akibat dari ketidakmampuan
mengelola 2 tantangan,
2. Alasan Sosio-Kultural
➢ Ciri khas pandangan hidup , falsafah bangsa yang berbeda dengan lainnya.
➢ Falsafah hidup tersebut diangkat dari nilai-nilai kultural melalui refleksi
filosofis pendiri negara.
3. Alasan Filosofis
➢ Pancasila sebagai dasar Filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
➢ Konsistensi untuk tindakan realisasi atas nilai-nilai sila Pancasila
➢ Cermina realisasi filosofis asli bangsa Indonesia
2.4 Penerapan Pancasila dalam setiap masing-masing Sila nya dan Implementasi Nilai-
Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Pancasila sebagai Dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian dan jati diri bangsa, yaitu
Pancasila harus menjadi petunjuk hidup warga negara menuju daya saing bangsa dan Pancasila
memberi ‘koridor’ kehidupan kebangsaan dan kenegaraan; baik dalam konteks internal
maupun eksternal.
1. Sila Pertama
➢ Setiap warga negara wajib berketuhanan YME;
➢ Saling menghormati dan bekerjasama antar umat beragama;
➢ Saling menghormati dan kebebasan menjalan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya;
➢ Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain;
Problem Besar:
Mengapa tidak disebutkan sebagai negara agama tetapi negara beragama?
2. Sila Kedua
➢ Pengakuan atas harkat dan martabat kemanusiaan; yakni kedudukan dan derajat
yang sama;Saling mencintai sesama manusia (rasa memiliki dan berkorban
untuk kemanusiaan);
➢ Mengembangkan sikap tenggang rasa;
Problem Besar:
Dalam peradaban kemanusiaan mengapa justru melahirkan situasi yang biadab dengan
kekerasan dimana-mana?
3. Sila Ketiga
➢ Menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan sendiri/golongan;
➢ Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara;
➢ Cinta tanah air dan bangsa (nasionalisme);
➢ Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia
➢ Mengedepankan ke-Bhinekaan Tunggal Ika
Problem Besar:
Mengapa dalam konteks pluralitas, kehidupan kebangsaan kita gagal membuat nyaman
bangsa Indonesia lainnya?
4. Sila Keempat
➢ Intinya: pengarusutamaan rakyat dalam kekuasaan;
➢ Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama (demokrasi dengan musyawarah);
➢ Mengedepankan keputusan bersama sebagai sebuah konsensus;
Problem Besarnya:
Dalam demokrasi kita lebih mengutamakan kepentingan mayoritas dengan
memarginalisasikan minoritas..politik tanpa civic education.
5. Sila Kelima
➢ Pengarusutamaan pada prinsip keadilan yang tidak berpihak;
➢ Mengedepankan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan;
➢ Menjaga keseimbangan antar hak dan kewajiban;
➢ Menghormati hak-hak orang lain;
Problemnya besarnya:
Bagaimana dengan sistem politik dan sistem ekonomi di Indonesia? Sudahkah
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal yang didapatkan bila Pancasila di realisasikan:
• Pengetahuan: yaitu, suatu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik nilai,
norma maupun aspek praktisnya hal ini harus disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan dan kemampuan individu titik tanpa pendidikan yang cukup maka
dapat dipastikan bahwa pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar filsafat
negara hanya dalam tingkat tingkat yang sangat pragmatis, dalam hal ini ini sangat
berbahaya terhadap ketahanan ideologi menurut bangsa.
• Kesadaran: yaitu, Selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri
sendiri.
• Ketaatan: yaitu, selalu dalam keadaan ketidaksediaan untuk memenuhi wajib lahir
dan batin, lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, Adapun wajib batin dari diri
sendiri.
• Kemampuan kehendak: yaitu, yang cukup kuat sebagai pendorong untuk
melakukan perbuatan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
• Watak dan hati nurani: yaitu, agar seseorang selalu mawas diri dan dapat menilai
diri sendiri dengan baik.
3.2 Saran
Merealisasikan dan mengamalkan sila-sila Pancasila harus memiliki
pengetahuan yang jelas dan benar tentang fungsi dan kedudukan yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai yang harus diamalkan secara konkrit. Dalam kedudukan
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, wujud realisasi dan pengamalannya adalah
dalam segala aspek penyelenggaraan Negara, baik meliputi bidang eksekutif, legislatif
maupun yudikatif. Wujud realisasi serta pengamalannya dapat merupakan suatu
realisasi norma hukum, namun juga dapat berupa wujud moralitas dalam kehidupan
kenegaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Eprints.uad.ac.id
https://tatanegara.ui.ac.id/revitalisasi-pancasila/
https://www.dara.co.id/ini-tantangan-kehidupan-kebangsaan.html
https://nasional.tempo.co/read/1141347/mahyudin-waspadai-tantangan-kebangsaan-dari-sisi-
internal
https://sukabumiupdate.com/posts/79332/ha-sopyan-sebut-ada-dua-tantangan-eksternal-
kebangsaanyang-harus-dihadapi