Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ratu Fannisya Sofyan

NIM : 193300516093
Kelas : R.03
Mata Kuliah : Hukum Konstitusi
Dosen : Johnson Kadir Rajagukguk, SH., MH.

1. Menurut Mr. J.G Steenbeek, pada umumnya suatu konstitusi berisi tiga hal pokok, yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan warga negaranya.
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental.
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.

Konstitusi tertulis di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar (UUD). Dalam sejarah


perkembangan ketatanegaraan Indonesia terdapat empat macam Undang-Undang yang pernah
berlaku selama Indonesia merdeka, sebagai berikut:
1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
Saat Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, republik
baru ini belum mempunyai undang-undang dasar.
Berselang sehari, Undang-Undang Dasar 1945 resmi menjadi konstitusi Indonesia,
tepatnya pada 18 Agustus 1945.
Isi dari UUD 1945 ini mengandung nilai luhur bangsa. Pokok pikiran dalam pembukaan
UUD 1945 berisi tujuan pembangunan nasional, hubungan Indonesia dengan luar negeri,
pernyataan kemerdekaan, dan ideologi Pancasila.
Kemudian isi atau batang tubuhnya berisi bentuk negara, lembaga negara, hingga
jaminan hak dan kewajiban warga negara dalam UUD 1945.

2. UUD RIS / Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
Perjalanan Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang
menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera
Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya.
Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947
dan agresi 2 pada tahun 1948.
Ini mengakibatkan diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda yang
melahirkan negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya
berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja. Namun konstitusi ini tak
berlangsung lama. Pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara
kesatuan.

3. UUD Sementara / UUDS (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)


Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan.
Oleh karena itu, Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadi
penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari
pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang.
Kemudian tercapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu ada undang-undang dasar baru.
Untuk itu, dibentuklah panitia penyusun rancangan undang-undang dasar yang disahkan
pada 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950.
Berlakulah undang-undang dasar baru itu pada 17 Agustus 1950. Namun karena kondisi
semakin tidak menentu, UUDS hanya berlaku sampai 5 Juli 1959.

4. UUD 1945 Hasil Amandemen (5 Juli 1959 – sekarang)


Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku sesuai dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno.
Perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-
1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru.
Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama
dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen.
Konstitusi tertulis dan berlaku di Indonesia hasil amandemen ini pula dibuat dengan lebih
terperinci.

2. Hari lahir Pancasila jatuh pada tanggal 1 Juni yang ditandai oleh pidato yang dilakukan oleh
Presiden pertama Indonesia, Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan). Pidatonya pertama kali mengemukakan
konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila oleh masyarakat Indonesia setiap
tahunnya. Berikut penjelasan menurut sudut pandang sejarah, alasan di balik penetapan 1 Juni
sebagai hari Pancasila tersebut: Sejarah ini bermula dari kekalahan Jepang pada saat perang
Pasifik pada Juli 1944, seperti yang dilansir dari laman resmi Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP RI). Jepang yang mengalami kekalahan ini kemudian berusaha mendapatkan
hati masyarakat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan.

Tidak hanya itu, Jepang juga membentuk sebuah lembaga yang tugasnya untuk mempersiapkan
kemerdekaan tersebut. Lembaga ini dikenal dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan
Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Total anggota BPUPKI tercatat sebanyak 67 orang dengan ketua Radjiman Widiodiningrat dan R
Suroso serta dari Jepang diwakili oleh Ichi Bangase. Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan pada
tanggal 29 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In yang kini dikenal dengan nama Gedung
Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad atau Perwakilan
Rakyat. Para anggota sidang BPUPKI membahas mengenai tema dasar negara. Saat itu, sidang
berlangsung selama hampir 5 hari hingga tanggal 1 Juni 1945.

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Presiden Soekarno
mendapatkan giliran untuk menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia.
Gagasannya tersebut dinamai Pancasila. Nama Pancasila disusun dari kata panca dan sila. Panca
artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Soekarno menyebutkan lima
dasar untuk negara Indonesia, yakni sila pertama 'Kebangsaan', sila kedua 'Internasionalisme atau
Perikemanusiaan', sila ketiga 'Demokrasi', sila keempat 'Keadilan sosial', dan sila kelima
'Ketuhanan yang Maha Esa'.

Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh
segenap anggota BPUPKI. Kemudian, BPUPKI membentuk panitia kecil untuk
menyempurnakan rumusan Pancasila dan membuat Undang-Undang Dasar yang berlandaskan
kelima asas tersebut. Panitia kecil itu disebut sebagai Panitia Sembilan, yang terdiri dari
Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim,
Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr. AA Maramis, dan Achmad Soebardjo. Setelah
melalui beberapa proses persidangan, rumusan Pancasila tersebut akhirnya berhasil dicantumkan
dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan disahkan sebagai dasar negara pada
Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Kemudian tanggal 1 Juni resmi ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila melalui Keputusan
Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keputusan itu disampaikan
melalui pidato pada peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Gedung Merdeka, Bandung,
pada 1 Juni 2016.

3. Sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa cita-cita luhur bangsa
Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

4. Nama MPR adalah akronim dari Majelis Permusyawaratan Rakyat.


MPR diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 2, pasal 3, pasal 37, pasal 7B ayat (6), dan pasal 8.
Setelah perubahan UUD 1945, terjadi pula perubahan pada MPR. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari segi kedudukan, kewenangan, dan susunannya.

Berikut perbedaan tugas MPR sebelum perubahan UUD Tahun 1945:


1. Kedudukan [Pasal 1 ayat (2) UUD 1945]
MPR adalah lembaga negara tertinggi.
2. Kewenangan [Pasal 2 dan 6 ayat (2) UUD 1945]
MPR punya kewenangan untuk mengubah, menetapkan UUD, GBHN, memilih presiden
dan wakil presiden, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden.
3. Susunan
Anggota MPR terdiri dari seluruh anggota DPR, utusan daerah, utusan golongan.

Berikut perbedaan tugas MPR sesudah perubahan UUD Tahun 1945:


1. Kedudukan [Pasal 1 ayat (2) UUD 1945]
MPR adalah lembaga negara yang punya kedudukan yang sama denga lembaga negara
lainnya.
2. Kewenangan [Pasal 2 dan 6 ayat (2) UUD 1945]
Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD, melantik preisiden dan
wakil presiden, memberhentikan presiden dan wakil presiden setelah adanya proses
hukum di Mahkamah Konstitusi. (Pasal 3 ayat (3) , Pasal 7A UUD 1945)
3. Susunan
Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota DPD hasil Pemilu.

Anda mungkin juga menyukai