1 SM
1 SM
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the proper formula of biscuit made from goroho
flour added with cornstarch; To evaluate the sensory quality of the gluten free casein free
biscuits made from goroho flour and analyze the nutrition content of biscuit and calculate the
calories of biscuits gluten free casein free. The research was design using complete random
sampling method with four treatments : 0% , 10%, 20% and 30% added of cornstarch. The
results showed the addition of cornstarch on a gluten free casein free biscuits made from goroho
flour most panelist favored the addition of 20% cornstarch that contain carbohydrates 69,09%,
coars fibers 0,40%, proteins 2,81%, fats 22,89%, water content and calorific value 439,61 cal.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menentukan formula yang tepat dengan penambahan tepung maizena
pada biskuit gluten casein free, mengevaluasi mutu sensoris dari biskuit gluten free casein free
tepung pisang goroho dan menganalisis kandungan proksimat dan menghitung nilai kalori pada
biskuit gluten free casein free. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan : 0%, 10%, 20% dan 30% penambahan tepung maizena. Hasil
penelitian menunjukkan penambahan tepung maizena pada biskuit gluten free casein free
berbahan baku tepung pisang goroho yang paling disukai panelis yaitu penambahan 20%
maizena yang memiliki kandungan karbohidrat 69,09%, Serat kasar 0,40%, Protein 2,81%,
Lemak 22,89%, Kadar air 3,58%, Kadar abu 1,63% dan Nilai kalori 439,61 kal.
Kata Kunci : biskuit gluten free casein free, tepung pisang goroho, tepung maizena
3
kandungan lemak 23.18%.
Histogram Kandungan lemak biskuit
2
2,30 2,81 dapat dilihat pada Gambar 4.
1 1,81 1,46
0
0% 10% 20% 30%
2
Gambar 5. Histogram Kadar Air Biskuit 1,5
Tepung Pisang Goroho Dengan 1 1,79 1,64 1,63 1,64
Penambahan Tepung Maizena 0,5
0
Dari Gambar 5 histogram kadar air
biskuit menunjukkan jumlah kadar air yang
terkandung dalam biskuit. Kadar air dalam
biskuit diperoleh dari bahan baku tepung
pisang goroho dan penambahan tepung
Gambar 6. Histogram Kadar Abu
maizena yang memiliki kadar air pada
Biskuit Tepung Pisang Goroho Dengan
tepung pisang goroho 11,29% dan pada
Penambahan Tepung Maizena
tepung maizena 12,60%. Kadar air pada
produk mempengaruhi tingkat keawetan
Dari Gambar 6 menunjukkan jumlah
produk. Suatu bahan pangan yang
kadar abu yang terkandung dalam biskuit.
mempunyai kadar air yang tinggi akan cepat
Semakin tinggi penambahan tepung maizena
busuk dari pada bahan yang mempunyai
konsentrasi kadar abu dalam biskuit
kadar air rendah (Winarno, 1992). Hal ini
menurun karena jumlah total bahan pada
karena pada bahan pangan yang memiliki
setiap perlakuan berbeda-beda.
kadar air yang tinggi akan mengalami
Berdasarkan Standar Nasional
pertumbuhan mikroba dengan cepat.
Indonesia (01-2973-1992) kadar abu biskuit
adalah maksimal 1,6% dan hasil analisis
kadar abu biskuit tepung pisang goroho perlakuan A (tanpa penambahan
mempunyai kadar abu rata-rata 1,63%- maizena) dengan nilai 3,35 , perlakuan B
1,79%. Hal ini menunjukkan bahwa biskuit (penambahan 10% maizena) dengan
tepung pisang goroho yang dihasilkan tidak nilai 3,25 dan perlakuan D (penambahan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. 30% maizena) dengan nilai 2,95.
Warna yang dihasilkan biskuit rata-
7. Nilai kalori biskuit berkisar antara rata berwarna coklat karena perlakuan
495.7 kkal-439.61 kkal (Tabel 9). penambahan tepung maizena tidak
Pada perlakuan A tanpa penambahan menghasilkan warna pada biskuit. Warna
maizena menghasilkan 495.7 kal, coklat yang dihasilkan berasal dari bahan
perlakuan B dengan penambahan baku yang digunakan yaitu tepung pisang
10% maizena menghasilkan 494.49 goroho yang memiliki warna tidak terlalu
kal, perlakuan C menghasilkan putih juga adanya reaksi maillard yaitu
439.61 kal dan perlakuan D dengan reaksi asam amino dan gula pereduksi
penambahan 30% maizena sehingga menyebabkan pecoklatan pada
menghasilkan 491.86 kal. biskuit. Warna merupakan faktor yang harus
Nilai energi merupakan nilai yang dipertimbangkan dalam pengembangan
diperoleh dari konvesi protein , lemak, dan produk, karena panelis akan menilai suatu
karbohidrat yang menjadi energi. Sumber produk pangan baru pertama pada
energi terbesar adalah lemak yang penampakan secara visual. Warna
menghasilkan 9 kkal energi per gram, merupakan salah satu bentuk visual yang
sedangkan karbohidrat dan protein dipertimbangkan oleh konsumen (Winarno
menghasilkan energi sebesar 4 kkal per 1997).
gram.
Berdasarkan Standar Nasional 2. Rasa
Indonesia (01-2973-1992) nilai kalori pada
Hasil uji organoleptik terhadap rasa
biskuit yaitu minimum 400 kal dan analisis
biskuit tepung pisang goroho dengan
nilai kalori pada biskuit bebas gluten
penambahan maizena berkisar 3.00 -
ini yaitu 495.7 kal – 439.61, hal ini
3.75 dengan range netral sampai
menunjukkan bahwa nilai kalori yang
suka. Biskuit tepung pisang goroho
dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional
yang memiliki nilai tertinggi yaitu
Indonesia (01-2973-1992). perlakuan C (penambahan 20%)
Uji Organoleptik maizena dengan nilai 3,75 kemudian
perlakuan A (tanpa penambahan
1. Warna maizena) dengan nilai 3,55 ,
perlakuan B (penambahan 10%
Hasil uji organoleptik tingkat maizena) dengan nilai 3,50 dan
kesukaan terhadap warna biskuit tepung perlakuan D (penambahan 30%
pisang goroho dengan penambahan maizena) dengan nilai 3,00.
tepung maizena berkisar 2.95 - 3.55 Perlakuan penambahan maizena
dengan range netral sampai suka. tidak mempengaruhi rasa dari biskuit
Tingkat kesukaan panelis terhadap karena maizena tidak memberikan
warna biskuit tepung pisang goroho rasa pada biskuit yang dihasilkan.
yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada Dari hasil uji organoleptik yang
perlakuan C (penambahan 20% maizena) dilakukan oleh panelis rasa dari
dengan nilai 3,55 selanjutnya pada biskuit masih terasa tepung pisang
goroho dan juga rasa yang manis dalam cita rasa biskuit (Gracia,dkk,
yang dihasilkan dari penambahan 2009). Fungsi lemak dalam adonan
gula yang sama pada setiap sebagai peminyakan untuk
perlakuan. Rasa dapat ditentukan pengembangan sel dalam adonan
dengan cecapan dan rangsangan sehingga dapat memperbaiki remah
mulut. Tekstur dan konsistensi suatu biskuit yang dihasilkan (Ketaren 1986)
bahan juga akan mempengaruhi cita dan juga gula yang berfungsi
rasa yang ditimbulkan oleh bahan memberikan aroma (flavor) yang
tersebut (Winarno, 1992). berbeda. Aroma biskuit terbentuk karena
terjadi reaksi maillard pada saat
3. Aroma pemanggangan. Aroma merupakan salah
Hasil uji organoleptik terhadap satu atribut sensoris yang penting pada
tingkat kesukaan aroma dari biskuit berbagai produk hasil pemanggangan.
tepung pisang goroho dengan Aroma yang baik akan meningkatkan
penambahan tepung maizena yaitu 3,05 - tingkat kesukaan panelis terhadap suatu
3,50 dengan range netral hingga suka. produk pangan. Menurut Winarno
Dari Tabel 7 diatas menunjukkan (1992) bahwa aroma lebih banyak
bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap dipengaruhi oleh panca indera
aroma biskuit yang memiliki nilai penciuman. Pada umumnya bau yang
tertinggi adalah perlakuan B dapat diterima oleh hidung dan otak
(penambahan 10% maizena) dengan lebih banyak merupakan campuran
nilai 3,70, perlakuan C (penambahan empat macam bau yaitu harum, asam,
20% maizena) dengan nilai 3,70, tengik dan hangus.
perlakuan A (tanpa penambahan
maizena) dengan nilai 3,50 dan 4. Kerenyahan
perlakuan D (penambahan 30%
Hasil uji organoleptik terhadap
maizena) dengan nilai 3,05.
tingkat kesukaan kerenyahan biskuit
Hasil analisis sidik ragam aroma
tepung pisang goroho dengan
biskuit tepung pisang goroho (Lampiran
penambahan tepung maizena yaitu
6). Menunjukkan nilai F hitung lebih
4,25-2,45 dengan range suka sampai
besar dari nilai F tabel maka dilanjutkan
tidak suka. tingkat kesukaan panelis
dengan Uji BNT 1% dengan hasil 0,46.
terhadap kerenyahan tepung pisang
Notasi yang berbeda menunjukkan
goroho yang memiliki nilai tertinggi
adanya perbedaan yang sangat nyata.
adalah perlakuan C (penambahan
Perlakuan A (tanpa penambahan
20% maizena) dengan nilai 4,25 ,
maizena) dan Perlakuan D (penambahan
selanjutnya perlakuan D
30% maizena) sangat berbeda nyata
(penambahan 30% maizena) dengan
dengan perlakuan B (penambahan 10%
nilai 3,80 , perlakuan B (penambahan
maizena) dan perlakuan C (penambahan
10% maizena) dan nilai terendah
20% maizena). Aroma dari biskuit ini
adalah perlakuan A (tanpa
menimbulkan aroma dari tepung pisang
penambahan maizena) dengan nilai
goroho karena penambahan tepung
2,45. Hasil analisis sidik ragam
maizena pada setiap perlakuan tidak
kerenyahan biskuit tepung pisang
memberikan aroma pada biskuit yang
goroho dengan penambahan tepung
dihasilkan. Dengan adanya penambahan
maizena menunjukkan nilai F hitung
margarin dan gula sangat berpengaruh
lebih besar dari F tabel maka
dilanjutkan dengan Uji BNT 1% Universitas Pangan Dan Gizi
dengan hasil 0,5. Notasi yang Institut Pertanian Bogor.
berbeda menunjukkan adanya
perbedaan sangat nyata pada setiap Auliyah, Army, 2012. Formulasi
perlakuan. Kerenyahan yang Kombinasi Tepung Sagu dan
dihasilkan biskuit dipengaruhi oleh Jagung pada Pembuatan Mie.
penambahan bahan pengikat Jurnal Chemica Vol. 13. Dosen
(maizena) yang memberikan Jurusan Kimia FMIPA UN.
kerenyahan yang baik karena Duma, Purnomo, 2011. Pengaruh
maizena atau pati jagung adalah Penambahan Natrium
sumber karbohidrat. Kandungan Metabisulfit pada pengolahan
karbohidrat pada maizena atau pati Tepung Pisang Goroho
jagung yaitu 85,79% yang terdiri dari Terhadap Warna Bakso
75% amilopektin dan 25% amilosa Ayam. Skripsi. Fakultas
yang membuat struktur biskuit lebih Pertanian.UNSRAT.Manado
kokoh. Hal ini membuat semakin Fatma, W., N. Zainuddin, L. Yacobus, A.
tinggi penambahan bahan pengikat Rohani, R. Baso, M. Aziz dan
pada setiap perlakuan maka biskuit Anwar., 1986. Penelitian
yang dihasilkan mempunyai Teknologi Pembuatan Biskuit
kerenyahan yang baik. & Mie. Departemen
Perindustrian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri,
KESIMPULAN DAN SARAN Makassar.
Kesimpulan
Biskuit gluten free casein free Gracia. C, Sugiyono, Haryanto B. 2009.
berbahan baku tepung pisang goroho Kajian Formulasi Biskuit
dengan penambahan 20% maizena Jagung Dalam Rangka
merupakan formula yang paling disukai Subtitusi Tepung Terigu. J.
panelis yang memiliki kandungan Teknol. Dan Industri Pangan,
karbohidrat 69,09%, Serat kasar 0,40%, vol. XX, No. 1
Protein 2,81%, Lemak 22,89%, Kadar air
3,58%, Kadar abu 1,63% dan Nilai kalori Imanningsih. N. 2012. Profil Gelatinisasi
439,61 kal. Beberapa Formulasi Tepung-
Saran Tepungan Untuk Pendungaan
Disarankan penelitian selanjutnya Sifat Pemasakan. Pusat
untuk meningkatkan kandungan protein dari Biomedis dan Teknologi Dasar
biskuit tepung pisang goroho dengan Kesehatan, Badan Litbangkes,
penambahan campuran tepung komposit Kemenkes R.I.
berprotein tinggi.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak
DAFTAR PUSTAKA Pangan. Universitas Indonesia
Apriyantono. A., Fardiaz, D., Puspitasari., Press.Jakarta.
1989. Analisis Pangan. Penerbit :
DepartemenPendidikan Dan Matz, S, A. 1992. Cookie and Cracker
Kebudayaan Direktorat Jenderal Technology. AVI Publishing
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Company Inc.
LondonMakmur,L.,et al,1991.
Pembuatan Biskuit Daun
Merdiyanti, A. 2008. Paket Teknologi Kelor (Moringa oleifera
Pembuatan Mie Kering Dengan Lamk.). Skripsi Program Studi
Memanfaatkan Bahan Baku Biologi Fakultas Teknobiologi
Tepung Jagung . (Skripsi). Universitas Atma Jaya
Departemen Ilmu dan Teknologi Yogyakarta.
Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Rampengan, V.J. Pontoh, D.T. Sambel.,
Bogor, Bogor 1985. Dasar – Dasar
Pengawasan Mutu Pangan.
Nawai. F. 2015. Tingkat Kesukaan Dan Badan Kerjasama Perguruan
Indeks Glikemik Getuk Tinggi Negeri Indonesia Bagian
Dengan Penambahan Tepung Timur, Makassar.
Pisang Goroho (M.P
Acuminate). Skripsi Program Rahayu, W.P. 2001. Penuntun Praktikum
Studi Ilmu Gizi Fakultas Penilaian Organoleptik. Jurusan
Kesehatan Masyarakat Teknologi Pangan dan Gizi.
Universitas Hasanuddin Fakultas Teknologi Pangan. IPB.
Makassar. Bogor.