Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENAMBAHAN MAIZENA PADA PEMBUATAN BISKUIT

GLUTEN FREE CASEIN FREE BERBAHAN BAKU TEPUNG PISANG


GOROHO (Musa Acuminate)
Lois I.V.A Utomo1., Ir. Erny Nurali,MS2., Ir. Maya Ludong, MS3
1
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNSRAT
2
Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi

Korespondensi email : vinilois26@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the proper formula of biscuit made from goroho
flour added with cornstarch; To evaluate the sensory quality of the gluten free casein free
biscuits made from goroho flour and analyze the nutrition content of biscuit and calculate the
calories of biscuits gluten free casein free. The research was design using complete random
sampling method with four treatments : 0% , 10%, 20% and 30% added of cornstarch. The
results showed the addition of cornstarch on a gluten free casein free biscuits made from goroho
flour most panelist favored the addition of 20% cornstarch that contain carbohydrates 69,09%,
coars fibers 0,40%, proteins 2,81%, fats 22,89%, water content and calorific value 439,61 cal.

Keywords : gluten free casein free biscuits, goroho flour, cornstarch

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menentukan formula yang tepat dengan penambahan tepung maizena
pada biskuit gluten casein free, mengevaluasi mutu sensoris dari biskuit gluten free casein free
tepung pisang goroho dan menganalisis kandungan proksimat dan menghitung nilai kalori pada
biskuit gluten free casein free. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan : 0%, 10%, 20% dan 30% penambahan tepung maizena. Hasil
penelitian menunjukkan penambahan tepung maizena pada biskuit gluten free casein free
berbahan baku tepung pisang goroho yang paling disukai panelis yaitu penambahan 20%
maizena yang memiliki kandungan karbohidrat 69,09%, Serat kasar 0,40%, Protein 2,81%,
Lemak 22,89%, Kadar air 3,58%, Kadar abu 1,63% dan Nilai kalori 439,61 kal.

Kata Kunci : biskuit gluten free casein free, tepung pisang goroho, tepung maizena

PENDAHULUAN dengan penambahan bahan lain, melalui


proses pemangganggan. Pada umumnya
Biskuit merupakan jenis makanan biskuit yang terbuat dari tepung terigu
ringan yang terbuat dari tepung terigu
1
secara alamiah mengandung protein gluten Tujuan penelitian ini untuk
yang tidak semua orang bisa mengkonsumsi menentukan formula yang tepat dengan
protein gluten dan kasein. Misalnya pada penambahan tepung maizena pada biskuit
penderita autis yang tidak bisa gluten casein free, 2menganalisis kandungan
mengkonsumsi protein gluten dan kasein proksimat dan menghitung nilai kalori pada
karena gluten membentuk gluteomorfin biskuit gluten free casein free,
3
sedangkan kasein akan membentuk mengevaluasi mutu sensoris dari biskuit
kaseomorfin sehingga terjadi gangguan gluten free casein free tepung pisang
perilaku seperti hiperaktif goroho dan
(Newschaffer,2007). Umumnya biskuit yang Diharapkan penelitian ini dapat
dipasarkan saat ini dibuat dari tepung terigu memberikan informasi dan rekomendasi
yang mengandung gluten dan adanya pada institusi terkait dalam menyusun
penambahan susu yang mengandung kasein. kebijakan dalam bidang diversifikasi pangan
Untuk memenuhi salah satu kebutuhan para dan juga informasi bagi masyarakat untuk
penderita autis maka dilakukan yang membutuhkan diet bebas gluten dan
pengembangan dengan membuat biskuit bebas kasein.
bebas gluten. Biskuit gluten free casein free
terbuat dari tepung non terigu, merupakan METODOLOGI PENELITIAN
campuran tepung bebas gluten (Gluten free Alat dan Bahan
flour mix) sehingga menghasilkan biskuit Alat yang digunakan adalah oven,
yang memiliki kualitas yang relatif sama thermometer, grinder, slicer, wadah plastik,
dengan biskuit yang dibuat dari tepung beker glass, gelas ukur, timbangan analitik,
terigu yang mengandung gluten. saringan/ayakan, alat pengukur waktu,
Penggunaan tepung pisang goroho kompor, panci, toples, mixer dan wadah
saat ini merupakan salah satu jenis tepung pengeringan. Alat analisis yang digunakan
non terigu yang digunakan untuk menunjang adalah oven kadar air, tanur, khejdal, hot
diversifikasi pengolahan pangan khususnya plate, Erlenmeyer, gelas ukur, beker glas,
di daerah Sulawesi Utara. Nurali, dkk dan timbangan analitik.
(2012) melaporkan dari hasil penelitian yang Bahan yang digunakan pisang
dilakukan membuktikan bahwa tepung goroho (jenis putih berumur 80 hari
pisang goroho mengandung karbohidrat dengan kondisi buah buah masih muda dan
75,18% dengan kandungan pati 70,78% mempunyai segi-segi serta sudut agak
yang terdiri dari amilosa 39,59% dan runcing), tepung maizena merk wysmand,
amilopektin 31,19%, protein 5,16%, lemak gula halus merk Gulaku, vanilli merk
0,97%. koepoe-koepoe dan margarine merk
Untuk menghasilkan biskuit dengan blueband cake & cookie.
karakteristik baik maka penelitian ini Prosedur Kerja
menggunakan tepung maizena yang Pembuatan Tepung Pisang Goroho
mempunyai kandungan amilopektin yang (Sayangbati,2012)
lebih tinggi dari tepung pisang goroho yang 1. Pisang goroho ditimbang terlebih
akan memberikan tekstur yang lebih kokoh dahulu agar mengetahui banyak
pada biskuit Pada penelitian ini membuat bahan yang dipakai, kemudian
biskuit gluten free casein free berbahan baku diblansir selama 10 menit dengan
tepung pisang goroho serta untuk uap pada suhu 80°C. Setelah itu
mendapatkan komposisi yang tepat dengan pisang didinginkan dan dikupas lalu
penambahan tepung maizena. ditimbang kembali. Selanjutnya
daging pisang diiris menggunakan 1,24%. Didihkan selama 30 menit,
slicer dengan ketebalan 0,1 cm. menggunakan pedingin tegak.
Setelah itu irisan daging pisang Kemudian ditambahkan lagi 200ml
diletakkan diatas wadah dan NaOH 3,25 , didihkan lagi selama 30
dikeringkan dengan menggunakan menit. Dalam keadaan panas disaring
cahaya matahari. Irisan pisang yang ke dalam corong Buchner berisi
sudah kering kemudian dihaluskan kertas saring yang telah diketahui
dengan menggunakan grinder. bobotnya (lebih dahulu dikeringkan
Bubuk daging pisang yang yang pada 1050 selama ½ jam) dicuci
telah dihaluskan kemudian diayak berturut-turut dengan air panas
dengan menggunakan ayakan ukuran H2SO4 1,25% air panas dan alkohol
80 mesh. Tepung pisang yang 96%. Kertas saring dengan isinya
digunakan 1,2kg. diangkat dan dimasukkan kedalam
2. Pembuatan Biskuit cawan pijar yang telah diketahui
Tepung pisang goroho 100g bobotnya. Lalu dikeringkan pada
ditambahkan dengan tepung maizena 1500c selama 1 jam hingga bobot
dengan perlakuan Formula A tanpa tetap. Setelah itu cawan dan seisinya
penambahan maizena, Formula B diabukan dan dipijarkan akhirnya
penambahan 10% maizena, Formula ditimbang sampai bobot tetap.
C penambahan 20% maizena, a+b+c
Kadar Serat Kasar = Berat Contoh X
Formula D penambahan 30%
100%
maizena kemudian pada masing-
a= bobot cawan + kertas saring + isi,
masing perlakuan ditambahkan 75g
b= bobot abu+ cawan, c=bobot kertas
mentega, 75g gula halus dan 2g
kering
vanilli cair lalu dicampurkan menjadi
3. Kadar Protein ( Makro Kjehdahl,
satu dengan menggunakan tangan
SNI 01-2896-1992 butir 5.5 )
hingga adonan menjadi homogen
Timbang 0,51 g Contoh, masukkan
(tercampur rata). Selanjutnya
ke dalam labu kjehdahl 100ml + 2g
adonan digilas dengan ketebalan 0,5
campuran selen, + 25 ml H2SO4
cm kemudian dicetak berbentuk
pekat lalu destruksi sampai larutan
lonjong yang berukuran 2x3cm, lalu
hijau jernih. Biarkan dingin,
dibuat rongga-rongga kecil dengan 7
encerkan dan masukkan kedalam
lubang kemudian dipanggang dalam
labu ukur 100 ml tepatkan sampai
oven pada suhu 180oC selama 10
tanda garis. Pipet 5ml larutan dan
menit.
masukkan kedalam penyuling , +5ml
NaOH 30% dan beberapa tetes
Prosedur Analisa
indicator PP. Suling selama ±
1. Kadar Karbohidrat (By
10menit, tamping pada 10 ml larutan
Difference)
Asam Borat 2% yang telah dicampur
Kadar Karbohidrat = 100% - % (air
indicator. Bilasi ujung suling
+ protein + lemak + abu)
pendingin dengan air suling, titar
2. Serat Kasar ( SNI 01-2973-1992)
HCl 0.01 N, Buat blangko.
Sampel ditimbang 2 g yang telah
4. Kadar Lemak (Metode soxhlet,
bebas dari lemak, dimasukkan
Sudarmadji dkk., 1996)
kedalam Erlenmeyer 750ml.
Sampel dihaluskan ditimbang
Kemudian ditambah 100 ml H2SO4
sebanyak 3 g dan dimasukan dalam
timble. Pasang tabung ekstraksi pada ini diulang hingga memperoleh
alat destilasi dengan menggunakan bobot tetap.
petroleum eter sebagai pelarut lemak 𝑤1−𝑤2
Kadar Air = 𝑤1 𝑋 100%
secukupnya selama 4 jam dengan
menggunakan soxhlet. Residu dalam W1 = Bobot Awal dalam gram
tabung ekstraksi diaduk kemudian W2 = Bobot Akhir dalam gram
ekstrasi dilanjutkan lagi selama 2 7. Nilai Kalori ( SNI 01-2973-1992 )
jam dengan menggunakan pelarut Nilai kalori per 100 g contoh = (9 x
yang sama. Pelarut yang telah % lemak + 4 x % protein + 4 x %
mengandung ekstrak lemak diuapkan karbohidrat) kal.
dengan penangas air sampai agak 8. Uji Organoleptik (Metode Skala
pekat kemudian dikeringkan dalam Hedonik, Rahayu. 2001)
oven pada suhu 105°C sampai berat Dilakukan uji sensoris dengan
residu konstan dan didinginkan menggunakan “Skala Hedonik”,
dalam eksikator selama 15 menit. yaitu tingkat kesukaan terhadap rasa,
Berat residu merupakan berat lemak. aroma, warna dan penampakan.
5. Kadar Abu (Cara Kering, SNI 01- Contoh disajikan dengan
2891-1992) menggunakan label yang sesuai
Sampel sebanyak 3 g dimasukkan ke dengan perlakuan kosentrasi tepung
dalam cawan proselen, kemudian pisang goroho dan tepung maizena,
diarangkan diatas nyala pembakar, kepada Panelis diminta untuk
lalu dimasukkan kedalam tanur pada memberikan nilai menurut tingkat
suhu maksimum 5500C selama 5 kesukaan. Jumlah skala yang
jam sampai diperoleh abu berwarna digunakan terdiri dari 5 skala yaitu :
keputih-putihan, kemudian listrik 1. Sangat tidak suka
pada tanur dimatikan, porselen 4. Suka
dimasukkan kedalam eksikator untuk 2. Tidak suka
di dinginkan, lalu timbang. 5. Sangat Suka
𝑤1−𝑤2 3. Netral
% Kadar Abu = 𝑤 𝑋 100%
W = Bobot contoh sebelum
diabukan, dalam gram HASIL DAN PEMBAHASAN
W1 = Bobot contoh + cawan sesudah
diabukan, dalam gram Hasil Analisis Kimia Biskuit Tepung
W2 = Bobot cawan kosong, dalam Pisang Goroho Dengan Penambahan
gram Maizena
1. Kandungan karbohidrat pada biskuit
6. Kadar Air ( SNI 01-2891-1992) tepung pisang goroho berkisar antara
66.76%-69.09%. Perlakuan A (tanpa
Timbang 2g contoh kedalam botol penambahan maizena) memiliki
timbang yang sudah diketahui kandungan karbohidrat 66,72%,
bobotnya. Keringkan dalam oven Perlakuan B (penambahan 10%
1050C, 3 jam, keluarkan dari oven maizena) memiliki kandungan
karbohidrat 67,76%, Perlakuan C
kemudian dinginkan dalam esikator
(penambahan 20% maizena)
dan kemudian ditimbang. Perlakuan memiliki kandungan karbohidrat
69,09%, dan Perlakuan D
(penambahan 30% maizena) kandungan serat kasar 0.44%,
memiliki kandungan karbohidrat perlakuan B (penambahan 10%
69,35%. Histogram kandungan maizena) memiliki kandungan serat
karbohidrat biskuit tepung pisang kasar 0.42, perlakuan C
goroho dapat dilihat pada gambar 1 (penambahan 20% maizena)
dibawah ini : memiliki kandungan serat kasar
0.40%, dan pada perlakuan D
(penambahan 30% maizena)
karbohidrat
Nilai rerata

80 memiliki kandungan serat kasar


60 0,39%. Histogram serat kasar biskuit
40 66,72 67,75 69,09 69,35
20 tepung pisang goroho dapat dilihat
0 pada Gambar 2. Dibawah ini.

Nilai Rerata Serat Kasar


0,5
0,4
0,3
0,44 0,42 0,4 0,39
0,2
Gambar 1. Histogram Kandungan
0,1
Karbohidrat Biskuit Tepung Pisang
0
Goroho Dengan Penambahan Tepung
Maizena

Dari Gambar 1 histogram kandungan


karbohidrat biskuit tepung pisang goroho
dapat dilihat bahwa semakin tinggi Gambar 2. Histogram Serat Kasar
penambahan tepung maizena maka semakin Biskuit Tepung Pisang Goroho Dengan
tinggi kandungan karbohidrat yang Penambahan Tepung Maizena
terkandung dalam biskuit. Hal ini
disebabkan oleh bahan baku yaitu tepung Dari Gambar 2 histogram kandungan
pisang goroho yang memiliki kandungan serat kasar biskuit tepung pisang goroho
karbohidrat yang tinggi juga tepung maizena semakin tinggi penambahan tepung maizena
yang merupakan sumber karbohidrat. maka konsentrasi serat kasar dalam biskuit
Berdasarkan Standar Nasional semakin menurun karena jumlah bahan
Indonesia (01-2973-1992) untuk biskuit dalam biskuit semakin meningkat.
dengan bahan dasar tepung terigu Berdasarkan Standar Nasional
kandungan karborhidrat yaitu minimum Indonesia (01-2973-1992) serat kasar yang
70%, hal ini menunjukkan bahwa biskuit terdapat dalam biskuit maksimum 0.5%. Hal
tepung pisang goroho dengan penambahan ini menunjukkan bahwa biskuit tepung
tepung maizena untuk semua perlakuan pisang goroho memiliki kandungan serat
mempunyai kandungan karbohidrat yang kasar yang sudah sesuai dengan standar SNI
lebih rendah dari batas minimum nilai yaitu 0,39%-0,44%.
Standar Nasional Indonesia.
3. Kandungan protein pada biskuit
2. Serat kasar pada biskuit tepung gluten tepung pisang goroho berkisar
pisang goroho berkisar antara 0.39% antara 1.46% - 2.30% (Tabel 8).
- 0.44%. Pada perlakuan A (tanpa Pada perlakuan A tanpa penambahan
penambahan maizena) memiliki maizena memiliki kandungan protein
1.81%, perlakuan B penambahan 4. Lemak yang dihasilkan pada biskuit
10% maizena memiliki kandungan tepung pisang goroho berkisar antara
protein 2.30%, perlakuan C 22.89% - 24.62%. Perlakuan A tanpa
penambahan 20% maizena memiliki penambahan maizena memiliki
kandungan protein 2.81% dan kandungan lemak 24.62%, perlakuan
perlakuan D penambahan 30% B penambahan 10% maizena
maizena memiliki kandungan protein memiliki kandungan lemak 23.81%,
1.46%. Histogram kandungan perlakuan C penambahan 20%
protein biskuit dapat dilihat pada maizena memiliki kandungan lemak
Gambar 3. 22.89% dan perlakuan D
penambahan 30% maizena memiliki
Nilai rerata Protein

3
kandungan lemak 23.18%.
Histogram Kandungan lemak biskuit
2
2,30 2,81 dapat dilihat pada Gambar 4.
1 1,81 1,46
0
0% 10% 20% 30%

Nilai rerata Kadar Lemak


25
Maizena Maizena Maizena Maizena
20
Gambar 3. Histogram Kandungan 15 24,62 23,81 22,89 23,18
Protein Biskuit Tepung Pisang Goroho 10
Dengan Penambahan Tepung Maizena 5
0
Dari Gambar 3 histogram kandungan
protein biskuit tepung pisang goroho dapat
dilihat pada perlakuan A tanpa penambahan
maizena, perlakuan b penambahan 10%
maizena, dan perlakuan C penambahan 20% Gambar 4. Histogram Kandungan
maizena memiliki kandungan protein yang Lemak Biskuit Tepung Pisang Goroho
meningkat dan pada perlakuan D Dengan Penambahan Tepung Maizena
penambahan 30% maizena mengalami
penurunan kandungan protein. Hal ini Dari Gambar 4 histogram
karena bahan pengikat yaitu tepung maizena menunjukkan jumlah kandungan lemak yang
hanya mengandung sedikit protein dan tidak terkandung dalam biskuit. Semakin tinggi
adanya penambahan sumber protein seperti penambahan bahan pengikat maka
susu dan telur. konsentrasi dalam bahan menurun karena
Berdasarkan Standar Nasional total bahan pada setiap perlakuan berbeda
Indonesia (01-2973-1992) kandungan dan juga tepung pisang goroho dan tepung
protein biskuit adalah minimum 9% dan maizena memiliki lemak rendah.
hasil analisis biskuit tepung pisang goroho Menurut Standar Nasional Indonesia
mempunyai kandungan protein rata-rata (01-2973-1992) kadar lemak pada biskuit
1.46%-2.30%. Hal ini menunjukkan bahwa adalah minimum 9,5%. Dari hasil penelitian
biskuit tepung pisang goroho yang biskuit tepung pisang goroho ini memiliki
dihasilkan masih memiliki kandungan nilai rata-rata 24.58%-22,18%. Hal ini
protein yang rendah dan masih belum menunjukkan kandungan lemak pada biskuit
memenuhi Standar Nasional Indonesia. tepung pisang goroho dengan penambahan
tepung maizena ini telah memenuhi Standar Nilai kadar air yang dihasilkan
Nasional Indonesia. biskuit tepung pisang goroho tidak lebih dari
5% sehingga memenuhi syarat Standar
5. Kadar Air yang terdapat pada biskuit Nasional Indonesia (01-2973-1992) yaitu
tepung pisang goroho berkisar antara tidak lebih dari nilai maksimal yaitu 5%.
3.58% - 5.06%. Perlakuan A tanpa Kadar air biskuit dibawah 5% dapat
penambahan maizena memiliki kadar mempertahankan umur simpan produk
air 5.06%, perlakuan B penambahan bahan pangan tersebut. Karena pada kadar
10% maizena memiliki kadar air air yang kurang dari 5% akan bebas dari
4.50%, perlakuan C penambahan kerusakan mikroba yang berbahaya.
20% maizena memiliki kadar air
3.58% dan perlakuan D penambahan 6. Kadar Abu yang terdapat pada
30% maizena memiliki kadar air biskuit berkisar antara 1.63% -
4.37%. Histogram kadar air biskuit 1.79%. Perlakuan A tanpa
tepung pisang goroho dapat dilihat penambahan maizena memiliki kadar
pada Gambar 5. abu 1.79%, perlakuan B penambahan
10% maizena memiliki kadar abu
Nilai rearta kadar air

6 1.64%, perlakuan C penambahan


20% maizena memiliki kadar abu
4 1.63% dan perlakuan D penambahan
5,06 4,50 4,37
2 3,58 30% maizena memiliki kadar abu
0 1.64%. Histogram Kadar Abu biskuit
0% 10% 20% 30% dapat dilihat pada Gambar 6.
MaizenaMaizenaMaizenaMaizena
Nilai rerata kadar abu

2
Gambar 5. Histogram Kadar Air Biskuit 1,5
Tepung Pisang Goroho Dengan 1 1,79 1,64 1,63 1,64
Penambahan Tepung Maizena 0,5
0
Dari Gambar 5 histogram kadar air
biskuit menunjukkan jumlah kadar air yang
terkandung dalam biskuit. Kadar air dalam
biskuit diperoleh dari bahan baku tepung
pisang goroho dan penambahan tepung
Gambar 6. Histogram Kadar Abu
maizena yang memiliki kadar air pada
Biskuit Tepung Pisang Goroho Dengan
tepung pisang goroho 11,29% dan pada
Penambahan Tepung Maizena
tepung maizena 12,60%. Kadar air pada
produk mempengaruhi tingkat keawetan
Dari Gambar 6 menunjukkan jumlah
produk. Suatu bahan pangan yang
kadar abu yang terkandung dalam biskuit.
mempunyai kadar air yang tinggi akan cepat
Semakin tinggi penambahan tepung maizena
busuk dari pada bahan yang mempunyai
konsentrasi kadar abu dalam biskuit
kadar air rendah (Winarno, 1992). Hal ini
menurun karena jumlah total bahan pada
karena pada bahan pangan yang memiliki
setiap perlakuan berbeda-beda.
kadar air yang tinggi akan mengalami
Berdasarkan Standar Nasional
pertumbuhan mikroba dengan cepat.
Indonesia (01-2973-1992) kadar abu biskuit
adalah maksimal 1,6% dan hasil analisis
kadar abu biskuit tepung pisang goroho perlakuan A (tanpa penambahan
mempunyai kadar abu rata-rata 1,63%- maizena) dengan nilai 3,35 , perlakuan B
1,79%. Hal ini menunjukkan bahwa biskuit (penambahan 10% maizena) dengan
tepung pisang goroho yang dihasilkan tidak nilai 3,25 dan perlakuan D (penambahan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. 30% maizena) dengan nilai 2,95.
Warna yang dihasilkan biskuit rata-
7. Nilai kalori biskuit berkisar antara rata berwarna coklat karena perlakuan
495.7 kkal-439.61 kkal (Tabel 9). penambahan tepung maizena tidak
Pada perlakuan A tanpa penambahan menghasilkan warna pada biskuit. Warna
maizena menghasilkan 495.7 kal, coklat yang dihasilkan berasal dari bahan
perlakuan B dengan penambahan baku yang digunakan yaitu tepung pisang
10% maizena menghasilkan 494.49 goroho yang memiliki warna tidak terlalu
kal, perlakuan C menghasilkan putih juga adanya reaksi maillard yaitu
439.61 kal dan perlakuan D dengan reaksi asam amino dan gula pereduksi
penambahan 30% maizena sehingga menyebabkan pecoklatan pada
menghasilkan 491.86 kal. biskuit. Warna merupakan faktor yang harus
Nilai energi merupakan nilai yang dipertimbangkan dalam pengembangan
diperoleh dari konvesi protein , lemak, dan produk, karena panelis akan menilai suatu
karbohidrat yang menjadi energi. Sumber produk pangan baru pertama pada
energi terbesar adalah lemak yang penampakan secara visual. Warna
menghasilkan 9 kkal energi per gram, merupakan salah satu bentuk visual yang
sedangkan karbohidrat dan protein dipertimbangkan oleh konsumen (Winarno
menghasilkan energi sebesar 4 kkal per 1997).
gram.
Berdasarkan Standar Nasional 2. Rasa
Indonesia (01-2973-1992) nilai kalori pada
Hasil uji organoleptik terhadap rasa
biskuit yaitu minimum 400 kal dan analisis
biskuit tepung pisang goroho dengan
nilai kalori pada biskuit bebas gluten
penambahan maizena berkisar 3.00 -
ini yaitu 495.7 kal – 439.61, hal ini
3.75 dengan range netral sampai
menunjukkan bahwa nilai kalori yang
suka. Biskuit tepung pisang goroho
dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional
yang memiliki nilai tertinggi yaitu
Indonesia (01-2973-1992). perlakuan C (penambahan 20%)
Uji Organoleptik maizena dengan nilai 3,75 kemudian
perlakuan A (tanpa penambahan
1. Warna maizena) dengan nilai 3,55 ,
perlakuan B (penambahan 10%
Hasil uji organoleptik tingkat maizena) dengan nilai 3,50 dan
kesukaan terhadap warna biskuit tepung perlakuan D (penambahan 30%
pisang goroho dengan penambahan maizena) dengan nilai 3,00.
tepung maizena berkisar 2.95 - 3.55 Perlakuan penambahan maizena
dengan range netral sampai suka. tidak mempengaruhi rasa dari biskuit
Tingkat kesukaan panelis terhadap karena maizena tidak memberikan
warna biskuit tepung pisang goroho rasa pada biskuit yang dihasilkan.
yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada Dari hasil uji organoleptik yang
perlakuan C (penambahan 20% maizena) dilakukan oleh panelis rasa dari
dengan nilai 3,55 selanjutnya pada biskuit masih terasa tepung pisang
goroho dan juga rasa yang manis dalam cita rasa biskuit (Gracia,dkk,
yang dihasilkan dari penambahan 2009). Fungsi lemak dalam adonan
gula yang sama pada setiap sebagai peminyakan untuk
perlakuan. Rasa dapat ditentukan pengembangan sel dalam adonan
dengan cecapan dan rangsangan sehingga dapat memperbaiki remah
mulut. Tekstur dan konsistensi suatu biskuit yang dihasilkan (Ketaren 1986)
bahan juga akan mempengaruhi cita dan juga gula yang berfungsi
rasa yang ditimbulkan oleh bahan memberikan aroma (flavor) yang
tersebut (Winarno, 1992). berbeda. Aroma biskuit terbentuk karena
terjadi reaksi maillard pada saat
3. Aroma pemanggangan. Aroma merupakan salah
Hasil uji organoleptik terhadap satu atribut sensoris yang penting pada
tingkat kesukaan aroma dari biskuit berbagai produk hasil pemanggangan.
tepung pisang goroho dengan Aroma yang baik akan meningkatkan
penambahan tepung maizena yaitu 3,05 - tingkat kesukaan panelis terhadap suatu
3,50 dengan range netral hingga suka. produk pangan. Menurut Winarno
Dari Tabel 7 diatas menunjukkan (1992) bahwa aroma lebih banyak
bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap dipengaruhi oleh panca indera
aroma biskuit yang memiliki nilai penciuman. Pada umumnya bau yang
tertinggi adalah perlakuan B dapat diterima oleh hidung dan otak
(penambahan 10% maizena) dengan lebih banyak merupakan campuran
nilai 3,70, perlakuan C (penambahan empat macam bau yaitu harum, asam,
20% maizena) dengan nilai 3,70, tengik dan hangus.
perlakuan A (tanpa penambahan
maizena) dengan nilai 3,50 dan 4. Kerenyahan
perlakuan D (penambahan 30%
Hasil uji organoleptik terhadap
maizena) dengan nilai 3,05.
tingkat kesukaan kerenyahan biskuit
Hasil analisis sidik ragam aroma
tepung pisang goroho dengan
biskuit tepung pisang goroho (Lampiran
penambahan tepung maizena yaitu
6). Menunjukkan nilai F hitung lebih
4,25-2,45 dengan range suka sampai
besar dari nilai F tabel maka dilanjutkan
tidak suka. tingkat kesukaan panelis
dengan Uji BNT 1% dengan hasil 0,46.
terhadap kerenyahan tepung pisang
Notasi yang berbeda menunjukkan
goroho yang memiliki nilai tertinggi
adanya perbedaan yang sangat nyata.
adalah perlakuan C (penambahan
Perlakuan A (tanpa penambahan
20% maizena) dengan nilai 4,25 ,
maizena) dan Perlakuan D (penambahan
selanjutnya perlakuan D
30% maizena) sangat berbeda nyata
(penambahan 30% maizena) dengan
dengan perlakuan B (penambahan 10%
nilai 3,80 , perlakuan B (penambahan
maizena) dan perlakuan C (penambahan
10% maizena) dan nilai terendah
20% maizena). Aroma dari biskuit ini
adalah perlakuan A (tanpa
menimbulkan aroma dari tepung pisang
penambahan maizena) dengan nilai
goroho karena penambahan tepung
2,45. Hasil analisis sidik ragam
maizena pada setiap perlakuan tidak
kerenyahan biskuit tepung pisang
memberikan aroma pada biskuit yang
goroho dengan penambahan tepung
dihasilkan. Dengan adanya penambahan
maizena menunjukkan nilai F hitung
margarin dan gula sangat berpengaruh
lebih besar dari F tabel maka
dilanjutkan dengan Uji BNT 1% Universitas Pangan Dan Gizi
dengan hasil 0,5. Notasi yang Institut Pertanian Bogor.
berbeda menunjukkan adanya
perbedaan sangat nyata pada setiap Auliyah, Army, 2012. Formulasi
perlakuan. Kerenyahan yang Kombinasi Tepung Sagu dan
dihasilkan biskuit dipengaruhi oleh Jagung pada Pembuatan Mie.
penambahan bahan pengikat Jurnal Chemica Vol. 13. Dosen
(maizena) yang memberikan Jurusan Kimia FMIPA UN.
kerenyahan yang baik karena Duma, Purnomo, 2011. Pengaruh
maizena atau pati jagung adalah Penambahan Natrium
sumber karbohidrat. Kandungan Metabisulfit pada pengolahan
karbohidrat pada maizena atau pati Tepung Pisang Goroho
jagung yaitu 85,79% yang terdiri dari Terhadap Warna Bakso
75% amilopektin dan 25% amilosa Ayam. Skripsi. Fakultas
yang membuat struktur biskuit lebih Pertanian.UNSRAT.Manado
kokoh. Hal ini membuat semakin Fatma, W., N. Zainuddin, L. Yacobus, A.
tinggi penambahan bahan pengikat Rohani, R. Baso, M. Aziz dan
pada setiap perlakuan maka biskuit Anwar., 1986. Penelitian
yang dihasilkan mempunyai Teknologi Pembuatan Biskuit
kerenyahan yang baik. & Mie. Departemen
Perindustrian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri,
KESIMPULAN DAN SARAN Makassar.
Kesimpulan
Biskuit gluten free casein free Gracia. C, Sugiyono, Haryanto B. 2009.
berbahan baku tepung pisang goroho Kajian Formulasi Biskuit
dengan penambahan 20% maizena Jagung Dalam Rangka
merupakan formula yang paling disukai Subtitusi Tepung Terigu. J.
panelis yang memiliki kandungan Teknol. Dan Industri Pangan,
karbohidrat 69,09%, Serat kasar 0,40%, vol. XX, No. 1
Protein 2,81%, Lemak 22,89%, Kadar air
3,58%, Kadar abu 1,63% dan Nilai kalori Imanningsih. N. 2012. Profil Gelatinisasi
439,61 kal. Beberapa Formulasi Tepung-
Saran Tepungan Untuk Pendungaan
Disarankan penelitian selanjutnya Sifat Pemasakan. Pusat
untuk meningkatkan kandungan protein dari Biomedis dan Teknologi Dasar
biskuit tepung pisang goroho dengan Kesehatan, Badan Litbangkes,
penambahan campuran tepung komposit Kemenkes R.I.
berprotein tinggi.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak
DAFTAR PUSTAKA Pangan. Universitas Indonesia
Apriyantono. A., Fardiaz, D., Puspitasari., Press.Jakarta.
1989. Analisis Pangan. Penerbit :
DepartemenPendidikan Dan Matz, S, A. 1992. Cookie and Cracker
Kebudayaan Direktorat Jenderal Technology. AVI Publishing
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Company Inc.
LondonMakmur,L.,et al,1991.
Pembuatan Biskuit Daun
Merdiyanti, A. 2008. Paket Teknologi Kelor (Moringa oleifera
Pembuatan Mie Kering Dengan Lamk.). Skripsi Program Studi
Memanfaatkan Bahan Baku Biologi Fakultas Teknobiologi
Tepung Jagung . (Skripsi). Universitas Atma Jaya
Departemen Ilmu dan Teknologi Yogyakarta.
Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Rampengan, V.J. Pontoh, D.T. Sambel.,
Bogor, Bogor 1985. Dasar – Dasar
Pengawasan Mutu Pangan.
Nawai. F. 2015. Tingkat Kesukaan Dan Badan Kerjasama Perguruan
Indeks Glikemik Getuk Tinggi Negeri Indonesia Bagian
Dengan Penambahan Tepung Timur, Makassar.
Pisang Goroho (M.P
Acuminate). Skripsi Program Rahayu, W.P. 2001. Penuntun Praktikum
Studi Ilmu Gizi Fakultas Penilaian Organoleptik. Jurusan
Kesehatan Masyarakat Teknologi Pangan dan Gizi.
Universitas Hasanuddin Fakultas Teknologi Pangan. IPB.
Makassar. Bogor.

Nurali.E, Djarkasi.G, Sumual.M dan Lalujan Sayangbati, F. 2012. Karakteristik


E. 2012.The Potential of Fisikokimia Biskuit Berbahan
Goroho Plantain As a Source Baku TepungPisang Goroho
of Functional Food. Final (Musa acuminate,Sp). Skripsi
Report Tropical Plant Jurusan Teknologi Pertanian
Curriculum Project in Unsrat.
Cooperation with USAID-
TEXAS A&M University. Sudarmadji, S, Haryono dan Sutardi., 1997.
Prosedur Analisa Untuk Bahan
Newschaffer CJ, Croen LA, Daniels J. 2007. Makanan dan Pertanian. Liberty.
The Epidemiology Of Autism Yogyakarta.
Spectrum Disorders. Annu Rev
Tanjung, Y, Kusnadi,J.2015. Biskuit Bebas
Public Health, Vol.28:235–258.
Gluten Dan Kasein Bagi
Penderita Autis. Jurnal Pangan
Papunas. M. 2013. Karakteristik
dan Agroindustri. 2015
Fisikokimia Dan Sensoris
Flakes Berbahan Baku Winarno, F,G.1992. Kimia Pangan dan
Tepung Jagung (Zea mays L), Gizi. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Tepung Pisang Goroho (Musa
acuminate,sp) danTepung ___________, 2002. Kimia Pangan dan
Kacang Hijau (Phaseolus Gizi. Gramedia. Jakarta.
radiates).Skripsi Jurusan
Teknologi Pertanian Unsrat. Widowati, S. dan Djoko S. Damardjati.
2001. Menggali Sumberdaya
Pangaribuan. A.D. 2013. Substitusi Tepung Pangan Lokal dan Peran
Talas Belitung pada Teknologi Pangan Dalam Rangka
Ketahanan Pangan Nasional. Yuwono, S. S dan T. Susanto. 1998.
Majalah Pangan No. Pengujian Fisik Pangan. Jurusan
36/X/Januari 2001. Puslitbang Teknologi Hasil Pertanian.
Bulog. Jakarta. Hal. 3-11. Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai