Anda di halaman 1dari 28

Nama : Cornella Natasha Br.

Tarigan
NIM : 190901053
Mata Kuliah : Sosiologi Gender
Dosen : Dr. Harmona Daulay, M.Si

Catatan Sosiologi Gender

A. ISTILAH UMUM DALAM WACANA GENDER


Istilah Gender
Analisis Gender, suatu proses mempertimbangkan kemungkinan dampak dari
suatu proyek atau program pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan.
Diskriminasi Sosial, pembedaan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan
perbedaan jenis kelamin.
Dominasi, kedudukan dari kelompok jenis kelamin tertentu (lk) terhadap jenis
kelamin (Pr). Kedudukan ini diperoleh karena ada streotip, karakteristikseksual dan
lain–lain yg menyebabkan terjadinya perluasan kontrol terhadap aktivitas seksual di
tangan penguasa.

Feminim, Karakteristik seksual yang bersifat kewanitaan.


Feminis, seorang lk atau pr peduli & sadar ada nya ketimpangan hubungan sosial
lk & pr dan mencari jalan keluar.
Feminisme, Suatu kesadaran akan penindasan & pemerasan terhadap pr dlm
masyarakat. Gerakan sadar oleh lk atau pr untuk mengubah keadaan.
Maskulin, karakteristik seksual yang bersifat kelaki- lakian.

Gender, Perbedaan tingkah laku antar jenis kelamin yang merupakan hasil
bentukan masyarakat (konstruksi sosial). Sifatnya bukan biologis & bukan kodrat
Tuhan, melainkan diciptakan olehmasyarakat melalui sebuah proses sosial budaya
yang panjang. Oleh karena itu gender berubah dari waktu ke waktu dari satu tempat
ke tempat lain, bahkan antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya.

Kebutuhan Praktis Gender, Kebutuhan konkret yang diidentifikasi oleh pr


sebagai kebutuhan pada peranan yang mereka terima.
Kebutuhan Strategis Gender, Kebutuhan ini diperoleh dari sisi analisis
subordinasi ekonomi & sosial pr dan mencoba meningkatkan kesetaraan lebih besar
antara lk & pr.

Kepekaan Gender, Suatu keseriusan mengikutsertakan lk & pr pada pembuatan


program & perencanaan pembangunan dengan: Melihat lk & pr, Menghitung nilai
kerja pr sebagaimana lk, Mempunyai respek kpd lk & pr, Memperhatikan lk & pr.
Ketidakadilan Gender, perbedaan – perbedaan gender yang melahirkan kondisi
diskriminasi terhadap gender tertentu, khususnya terhadap gender perempuan.
Peran Ganda Perempuan, Dua atau lebih peran yang harus di mainkan oleh
perempuan dalam waktu bersamaan. Adapun peran tersebut umumnya mengenai
perandomestik (rumah tangga) dan publik (dunia kerja).

Kerja Produksi, Proses kerja yg mengeluarkan hasil/menghasilkan sesuatu.


Dalam masyarakat kapitalis biasanya yang dihasilkan itu diartikan mempunyai nilai
tukar, asosiasi kerja publik.
Kerja Reproduksi, Kerja untuk mempertahankan atau melanjutkan sesuatu.
Kerja reproduksi terbagi atas tiga jenis yaitu :
 Reproduksi Sosial, Mempertahankan sistem sosial.
 Reproduksi Biologis, Memperkembangkan umat manusia
 Reproduksi Tenaga Kerja, Perawatan sehari – hari pekerja & calon tenaga
kerja dan alokasi pelaku dalam berbagai posisi di dalam proses kerja.

Seks, Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Hal ini berkaitan
dgn secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, kodrat & permanen.
Seksualitas, Menggambarkan spektrum biologis, psikologis dan sosiologis dari
masing2 jenis kelamin. Spektrum ini mengandung ciri, sifat, peranan seks yg
disandang oleh masing2 jenis kelamin dan sebagainya yg berorientasi seks.
Pelecehan Seksual, Perbuatan seseorang atau kelompok orang yang memandang
rendah, meremehkan dan menganggap tidak berharganya jenis kelamin tertentu.
Menurut KUHP 294, Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anak,
anak tiri, anak angkat, di bawah umur, yang diasuh diancam penjara paling lama 7
tahun.
Marginalisasi Perempuan, Usaha membatasi/peminggiran yang terjadi terhadap
perempuan. Peminggiran biasanya berwujud upaya-upaya untuk menggiring
perempuan pada pekerjaan mirip dengan pekerjaan domestik, yang penghargaannya
rendah karena dianggap pekerjaan kodrati perempuan.
Streotipe, Konsepsi atau pelabelan sifat – sifat terhadap kelompok jenis kelamin
tertentu berdasarkan prasangka subyektif tanpa penelitian empirik dan tidak tetap.
Streotip umumnya bersifat negatif sehingga menimbulkan diskriminasi yang
merugikan kelompok jenis kelamin yang diberikan label.
Subordinasi, Kedudukan bawahan, kelas kedua (pr) terhadap pihak dominan (lk).
Subordinasi pr umumnya tercipta akibat streotipe yang dikaitkan dengan pembagian
kerja seksual.Akibat posisi subordinat peranan, hasil kerja pr selalu dinilai lebih
rendah dibandingkan peranan dan hasil kerja lk yang menempati posisi dominasi.

Women in Development, Melaksanakan program spesifik yang ditujukan kepada


pr untuk mening katkan kualitas peran & kedudukan pr agar dapat mengejar
ketertinggalan di berbagai aspek kehidupan.
Woman and Development, Mengakomodasi aspirasi, kepentingan, peran &
kedudukan pr dalam arus utama pembangunan di berbagai sektor & bidang
pembangunan.
Gender and Development, Meningkatkan kualitas peran dan kedudukan Lk & pr
dalam berbagai aspek pembangunan.

B. PERESPEKTIF GENDER
Karakteristik Patriarkhi
 Dominasi LK atas PR
 Dominasi LK tua terhadap LK muda
 Penghargaan tinggi terhadap peran, aktivitas dan hasil karya LK
 PR dekat dengan alam
 LK pemilik, PR perawat
 LK dipandang lebih berbudaya
 LK menjadi tolak ukur dan norma universal
 Hubungan reproduksi terikat dalam keluarga
 Perlindungan dan pengatasnamaan LK terhadap PR
 Perbedaan kesempatan untuk berpartisipasi & akses terhadap sumber hidup
 Streotipe sosial

Perbedaan Seks dan Gender


 Seks : Bersifat alamiah, Bersifat biologis, Bersifat tetap (tidak bisa berubah).
 Gender : Bersifat sosial budaya & buatan manusia, Merujuk pada
tanggungjawab, peran, pola perilaku yang maskulin & feminim, Dapat diubah dan
berubah sesuai zaman.

Pengertian Gender
Konstruksi sosial budaya tentang makna laki – laki dan perempuan di dalam
masyarakat. Dimana laki – laki dimaknai dengan maskulin dan atribut mas kulin
lainnya seperti, jantan, rasional, tangguh, bertanggung jawab dan lain-lain, sdgkan
perempuan dalam tafsiran feminim dengan atribut sosial lemah lembut, emosional,
cerewet, tukang menangis, dan lain-lain.

Tabel Perbedaan Seks dan Gender


 Konsep : Seks, Gender, Orientasi seksual.
 Esensialisme : Laki-laki dan perempuan, Feminim dan maskulin,
Heteroseksual.
 Social Constructionism : Laki-laki, perempuan, interseks, transgender ;
Feminin, maskulin, androgynous, undifferentiated ; Heteroseksual, homoseksual,
biseksual.

Makna Isu Gender


 Masih terjadi kerancuan pandangan.
 Teori fungsional yang mengedepankan peran gender domestik lebih kuat
dibandingkan peran di sektor publik.
 Teori subordinasi yang memandang perempuan sebagai bagian yang tidak
penting dan merupakan warga kelas dua.
dan lain-lain.
Agen Sosialisasi Gender
 Keluarga : Perbedaan warna perlengkapan bayi, Perbedaan wujud sentuhan,
timangan, Perbedaan panggilan & komunikasi, Perbedaan permainan bayi.
 Kelompok bermain : Pengelompokan bermain anak LK & PR, Jenis
permainan berbeda, Penempatan peran hayalan, Pola permainan PR kerjasama, Anak
LK pada permainan yang agresif menyerang dan berkompetisi, Pada masa remaja
anak PR disosialisasikan pasif, bertahan dan mampu mempertahankan kehormatan.
 Sekolah :Bahan bacaan yg mensosialisasikan perbedaan peran LK & PR 60
% bias gender ; Anak LK diarahkan pada pekerjaan teknik & pertukangan, anak PR
pada pekerjaan menyulam ; Pemisahan kecenderungan sosialisasi bahwa anak PR
dimasukkan di bidang sosial, humaniora & anak LK di bidang IPA dan Teknik
berlanjut ke Perguruan Tinggi.
 Media masa : Iklan produk sangat bias gender PR; Iklan produk mewah
simbol status LK; PR sebagai ujung tombak produk padahal produk peruntukkan LK
(PR sbg daya tarik sensual); Menggunakan streotipe PR sebagai penggoda;
Menggunakan tubuh pada majalah LK, Menggunakan streotipe pada judul film, PR
sebagai tokoh jahat.

Masalah Gender
 Masalah gender adalah masalah yang timbul karena pandangan baku
(stereotip) laki – laki dan perempuan dalam kaitan dengan peran gender dan
pembagian kerja gender.
 Masalah gender timbul apabila terdapat sikap diskriminatif yang
menunjukkan suatu perlakuan yang berbeda terhadap laki – laki dan perempuan.
Contoh kesempatan kerja, karir, dan lain-lain.

Gender menjadi masalah apabila:


 PR tidak berkembang karena diharuskan di rumah
 Anak PR tidak mendapat pendidikan seperti anak LK karena dianggap tidak
perlu PR sangat tergantung suami sehingga bila suami berhalangan tidak ada
keterampilan
 LK tidak mau tau dengan pekerjaan rumah tangga karena merasa bukan
tanggung jawab meski istri repot
 LK tidak memberikan hak kebebasan/kesempatan bagi PR untuk ikut
menentukan keputusan rumah tangga
 Kebutuhan biologis mutlak dimonopoli LK tanpa peduli kepuasan istri
 Terjadi kasus2 kekerasan dalam rumah tangga berdasar kan fakta dan data
banyak di lakukan suami.

Faktor-Faktor Ketidakadilan Gender


 Faktor ekonomi (kemiskinan).
 Faktor infrastruktur (alat transportasi, jalan).
 Faktor politik (kebijakan masih netral gender, kontrol pendidikan didominasi
LK).
 Faktor sosial (subordinat, nilai anak, kurang penting nya SDM perempuan,
persepsi ajaran agama, budaya kawin muda, dan lain-lain).

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender:


 Peminggiran (Marginalisasi), contoh : Perempuan menerima upah kecil dari
laki-laki, Pembatasan bidang pekerjaan perempuan, Izin dari suami atau ayah bagi
yang masih lajang, Kemajuan teknologi industri meminggirkan peran serta
perempuan.
 Penomorduaan (Subordinasi), contoh : Sedikitnya peluang perempuan dlm
bidang politik, jabatan, karir, dan pendidikan; Hak kawin perempuan; Perempuan
sebagai orang belakang (konco wingking).
 Pelabelan negatif (Stereotype), contoh : Perempuan Tidak perlu sekolah
tinggi, karna akan berakhir di dapur; pelebelan negatif pada seorang janda; laki-laki
sebagai mata keranjang, hidung belang, penggoda.
 Beban Ganda (Double Burden), contoh : Perempuan bekerja di publik dan
domestik; Perempuan sebagai perawat, pendidik anak, pendamping suami dan
pencari nafkah tambahan; Laki-laki bekerja masih harus siskamling.
 Kekerasan Fisik dan Nonfisik (Violence), contoh : menyentuh tanpa
persetujuan, menjadikan objek seksualitas, dsbg.
Wujud Kesetaraan Gender
 Akses : Kesempatan yg sama bagi PR & LK pada sumber daya
pembangunan.
 Partisipasi : PR dan LK berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan
keputusan.
 Kontrol : PR dan LK mempunyai kekuasaan yang sama pada sumber daya
pembangunan.
 Masyarakat : Pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi PR
& LK.

Menentukan Isu Gender


 Siapkan data indikator pendidikan secara terpilah.
 Gunakan analisis akses.
 Gunakan analisis kontrol.
 Gunakan analisis partisipasi (kualitatif & kuantitatif).
 Gunakan analisis manfaat (individu, institusi dan masyarakat).
 Gunakan analisis posisi sosial budaya.
 Buat pohon masalah utk mendptkan isu utama.

C. FEMINISME
Pengertian Feminisme
Sebuah gerakan yang menuntut kesetaraan dan keadilan hak dengan pria .
Feminisme berasal dari Bahasa latin, femina atau perempuan. Secara luas defenisi
feminisme adalah advokasi kesetaraan hak-hak perempuan dalam hal politik, sosial,
dan ekonomi.

Sejarah Feminisme
Dalam sejarah ada banyak sumber tentang gerakan perempuan dalam
memperjuangkan haknya, tetapi yang paling sering menjadi rujukan adalah gerakan
yang berkembang pada abad 15 – 18 M di Eropa. Pergerakan paling awal yang
ditemukan adalah oleh Christine de Pizan yang menulis tentang ketidakadilan yang
dialami perempuan. Kemudian pada abad ke 18, pergerakan yang cukup signifikan
mulai tumbuh. Dua tokoh utama pergerakan ini adalah Susan dan Elizabeth. Mereka
ketika itu telah berhasil memperjuangkan hak politik, yaitu hak untuk memilih bagi
perempuan.

CIRI CIRI FEMINISME


 Menyadari adanya perbedaan atau ketidakadilan kedudukan antara laki-laki
dan perempuan.
 Menuntut Persamaan hak antara Laki-Laki dan Perempuan.
 Laki-laki dianggap selalu kaum yang lebih mementingkan dirinya.
 Gerakan di dominasi wanita.

Feminisme Perspektif Nature


 Pandangan tentang jenis kelamin : Perbedaan LK & PR, feminim &
maskulin.
 Upaya yang diperjuangkan : Hapus patriarkhi & tonjolkankualitas feminim.
 Tujuan akhir : Harmoni manusia & alam.
 Teori yang mendukung : Feminis kultural & ekofeminisme.

Teori Nature
 Perbedaan psikologis LK & PR karena biologis.
 Wilson : pembagian kerja seksual suatu yang wajar berasal dari perbedaan
struktur genetis LK & PR.
 Didukung oleh Mazhab Esensial biologis.

Teori yang Mendukung Teori Nature


 Charles Darwin : Perbedaan ukuran tubuh
 M.A. Hardaker : Kreativitas & pikir LK lebih tinggi. PR intuisi
 Saphiro : Hormon Ekstrogen pengaruh pada otak
 Degler menyitir W. I. Thomas : Otak LK lebih besar
 Thordike : Perbedaan mental & aktivitas LK & PR
 Carol Gillin : PR naratif kontekstual. LK berpikir formal, linear dan abstrak
Feminisme Perspektif Nurture
Pandangan tentang jenis kelamin : Perbedaan Kodrati sama-sama kualitas
maskulin & feminim.
Upaya yang diperjuangkan : Hapus patriarkhi & sosialisasi androgini.
Tujuan akhir : Eksistensi individu sebagai mahluk otonom.
Teori yang mendukung : Liberal, Radikal, Marxist, Sosialis, Eksistensialis,
Psikoanalisa, Teologi dan Posmo.

Teori Nurture
 Cenderung pada alam pikir barat, prioritas otonomi & kebebasan.
 Tujuan menjadi mahluk otonom; eksistensi manusia terpisah dari alam. Manusia
bebas menentukan hidupnya sendiri.
 Mengakui kodrat biologis.
 Menganggap LK & PR punya sifat androgini.
 Paham ini sebagai landasan kuat feminis.
 Awal gerakan akhir abad 18, warna liberal diskriminasi seks.
 Filosopi kuat budaya lokal.
 Perbedaan LK & PR melalui proses sosialisasi
 Jhon Stuart Mill : sifat PR adalah hasil pemupukan masyarakat
 Didukung Mazhab Kulture

Teori yang Mendukung Teori Nurture


Satre (Filsafat Eksisten) Eksistensi : merupakan pilihan, identitas gender di
konstruksi individu.
Jhon Stuart Mill : Kerja PR domestik, irrasional, emosi & tiranis
Sarah Grimke : PR menikah di bawah tirani LK.
Marxist & Engels : LK borjuis & PRproletar
Feminis Sosialis : Kesetaraan gender syarat masyarakat tanpa kelas, tanpa
hirarkhie & egaliter
Aliran Feminisme
1) Feminisme Liberal
Mendasarkan pahamnya pada prinsip-prinsip liberalisme yang meyakini bahwa
tujuan utama dari kehidupan bermasyarakat adalah kebebasan individu.
2) Feminisme Radikal
Berasumsi bahwa ketidakadilan gender bersumber dari adanya perbedaan
biologis antara laki-laki dan perempuan. Struktur biologis perempuan menjadikan
perempuan selalu dalam posisi inferior (subordinasi).
3) Feminisme Marxist
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kritik kapitalisme. Asumsinya
sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.
4) Feminisme Sosialis
Memfokuskan perjuangannya dengan melakukan perubahan terhadap sistem
ekonomi yang tidak hanya melibatkan perempuan tetapi menyangkut semua pihak
yang telah dirugikan oleh sistem ekonomi tersebut.
5) Ekofeminisme
Menekankan bagaimana alam dan perempuan diperlakukan oleh masyarakat
patriarkal (atau berpusat pada laki-laki).
6) Feminisme Eksistensial
Mengajak perempuan segala bentuk opresi yang dapat mendiskriminasikan
perempuan atas hak serta kebebasannya, dan bisa menghilangkan sisi keberadaan
atau eksistensinya sebagai manusia.
7) Feminisme Postmodern
Aliran ini memberi gambaran bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan
haruslah diterima dan dipelihara. Mereka berependapat bahwa gender tidak bermakna
identitas atau struktur sosial.
8) Feminisme Nature
Teori yang mendukung eksistensi merupakan pilihan, identitas gender di
konstruksi individu. Serta jelas menolak pandangan terhadap segala pembagian,
perbedaan laki-laki dan perempuan melalui proses sosialisasi.
9) Feminisme Multikultural
Feminime multikultural menekankan pemberdayaan perempuan dalam konteks
masyarakat dan budaya tertentu mereka, yang dipandang kompleks dan multivalen,
dan karena itu mampu berevolusi.
10) Feminisme Psikoanalitik
Menjelaskan penindasan perempuan berakar di dalam struktur psikis dan
diperkuat oleh pengulangan terus menerus atau pengulangan dinamika relasional
yang terbentuk pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

Tiga Aliran Gerakan Feminisme


 GELOMBANG PERTAMA (SUARA PEREMPUAN)
Perjuangan kaum wanita dalam menuntu revolusi sosial dan politik terhadap hak
perempuan mulai memuahkan hasil sekitar tahun 1830 – 1840. Seiring dengan
pemberantasan praktek perbudakan, hak-hak kaum perempuan mulai diperhatikan.
 GELOMBANG KEDUA
Tujuan utama gerakan feminisme kedua ini adalah untuk menentukan kebebasan
bagi kaum wanita yang sering dipandang rendah dan di perlakukan tidak layak.
 GELOMBANG KETIGA
Feminis lebih berfokus untuk mendapatkan posisi dalam sistem pemerintahan
negaranya. Mereka beranggapan bahwa bidang politik merupakan tempat yang harus
memiliki perwakilannya agar hak-hak wanita dapat terus dijaga.

Kekurangan Dan Kelebihan Feminisme


Kelebiham Feminisme
• Memiliki semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah.
• Sangat peka terhadap ketidakadilan.
• Kelompoknya memiliki kesatuan yang kuat dan sangat setia.
Kekurangan Feminisme
• Terkesan Egois karena hanya memandang sesuatu dengan menguraikan
ketidakadilan yang dimilikinya.
• Dalam perkembangannya cenderung memandang rendah kaum lelaki.
• Bertentangan dengan banyak agama.
Alasan Feminisme
1. Karena kita sudah hidup di abad ke-21
2. Feminisme Bukan Cuma Untuk Perempuan
3. Pernikahan usia dini masih merupakan hal yang biasa
4. Masih banyak anggapan anak laki-laki lebih berharga dari anak perempuan
5. Dunia lebih memilih untuk mengajarkan cara menghindari pelecehan seksual
pada wanita, daripada mencegah pria melakukan kejahatan seksual

Tokoh-Tokoh Feminisme
Mary Wollstonecraft.
Penulis dan filsuf Inggris sekaligus advokat hak perempuan pada abad ke-18
dengan karyanya yang terkenal berjudul A Vindicationof the Rightsof Woman.
Bukunya berisi tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan serta peran
perempuan dalam negara sebagai sosok pendidik anak-anak dan pendamping laki-
laki.
Dalam buku ini, Wollstonecraft juga menekankan bahwa perempuan adalah
manusia yang berhak atas hak dasar sebagai mana laki-laki.
Betty Friedan.
Penulis, aktivis, serta feminis dari Amerika Serikat yang mempengaruhi
kebangkitan feminisme gelombang kedua dengan bukunya yang berjudul The
Feminine Mystique.
Raden Adjeng Kartini.
Pahlawan nasional Indonesia yang menggagas pendidikan untuk perempuan
Jawa sebagai bentuk pemenuhan hak perempuan.
Terlahir dalam keluarga aristokrat Jepara yang bercita-cita untuk sekolah tinggi
namun tidak diizinkan oleh keluarganya. Korespondensi Kartini dengan parafeminis
Belanda diterbitkan post-mortem oleh J.H. Aben dan on dengan judul Door
Duisternistot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang.
Malala Yousafzai.
Perempuan muda asal Pakistan yang meraih Penghargaan Nobel Perdamaian
dalam usia 17 tahun sebagai peraih Penghargaan Nobel termuda.
Malala banyak menuliskan tentang pengalamannya sebagai perempuan pelajar di
kampung halamannya Swat Valley Pakistan yang dikuasai oleh Taliban dan melarang
anak-anak perempuan untuk bersekolah.
Tulisan-tulisannya yang dimuat diblog BBC menuai ancaman yang berujung
pada percobaan pembunuhan dirinya oleh Taliban pada 9 Oktober 2001.

D. MASKULINITAS
Defenisi Maskulinitas
Dalam penjelasan Unesco, ada dua jenis maskulinitas yaitu maskulinitas alami
dan maskulinitas sosial.
Maskulinitas alami adalah maskulinitas yang di dapatkan oleh seorang laki–laki
ketika ia lahir.
Maskulinitas sosial dapat digambarkan sebagai status menjadi laki – laki secara
sosial. Unesco menyatakan bahwa untuk menjadi yang sejati, seorang laki – laki
harus memiliki tujuan menjadi maskulin secara alami bukan secara sosial.

Sejarah Maskulinitas
Pada tahun 2000-an, konsep maskulinitas mengarah kepada laki-laki
metroseksual dan socialite. Pada tahun 1990-an, konsep maskulinitas mengarah
kepada sifat kelaki-lakian yang bersifat macho,kekerasan,hooliganism (the new lad).
Studi tentang maskulinitas juga berkembang di Amerika pada tahun 1980-an dan
1990-an dengan meningkatnya jumlah mata kuliah dari 30 menjadi 300-an. Pada
tahun 1980-an,konsep maskulinitas mengarah kepada anak-anak yang meyukai
pakaian dan musik pop sebagai turunan dari generasi hippies (new man as narcisst).
Studi mengenai sejarah maskulinitas muncul pada tahun 1980-an dimana sebelum
tahun 1980-an konsep maskulinitas mengarah kepada figur laki-laki kelas pekerja
dengan bentuk tubuh.
SYARAT MASKULINITAS MENURUT RONALD F LEVANT
Menurut Ronald F. Levant dalam bukunya mengenai "masculinity
reconstructed", ia berpendapat bahwa untuk menjadi seorang laki- laki yang maskulin
haruslah mencakup hal berikut: Menghindari sifat kewanitaan, Membatasi emosi,
Ambisius, Mandiri, Kuat, Agresif.

Tipe Maskulinitas
Menurut Jewitt (dalam Kurnia 2004), ada beberapa tipe kontinum maskulinitas
yaitu:
 Tipe Wimp yaitu pria yang lemah dan pasif
 Tipe Gay Man yaitu pria yang mempunyai orientasi seksual homoseksual.
 Tipe Clown of Boffont yaitu pria yang mengutamakan persamaan dalam
menjalin hubungan dan menghormati wanita serta bersifat gentleman.
 Tipe Protector yaitu pria pelindung dan penjaga
 Tipe Gladiator Retroman yaitu pria yang secara seksual aktif dan memegang
kontrol

Tipe Ideal Maskulinitas di Amerika


Sejarah maskulinitas di Amerika Doyle (1998) mengidentifikasikan ada 6 tipe
ideal yaitu:
 Heroic man ( pria pahlawan)
 Spritual man ( pria yang religius)
 Chivalrous man (pria yang sangat sopan)
 Renaissance man ( pria yang optimis bangkit)
 The hedonist (pria yang suka bersenang- senang)
 The he-man (laki – laki yang kuat)
Konsep Maskulinitas Beynon
Maskulinitas sebelum tahun 1980. Pada era ini, sosok maskulin yang muncul
adalah figur-figur laki-laki kelas pekerja dengan bentuk tubuh dan perilakunya
sebagai dominator, terutama atas perempuan.
Maskulinitas tahun 1980, Maskulin adalah sosok pria sebagai new man. New
man as narcissist adalah anak-anak dari generasi zaman hippies (tahun 1960) yang
tertarik pada pakaian dan musik pop
Maskulinitas tahun 1990, Pria kembali bersifat tidak peduli lagi terhadap remeh-
temeh seperti kaum maskulin yuppies di tahun 1980, The new lad ini berasal musik
pop dan football yang mengarah kepada sifat kelaki-lakian yang macho, kekerasan,
dan hooliganism
Maskulinitas tahun 2000, hal yang terjadi dengan laki-laki sekarang ini adalah
munculnya sesuatu yang khas dan semakin lama gejala kelelakian semakin penuh
dengan terminologi-terminologi baru. Laki-laki metroseksual semacam socialite
(orang-orang yang senang gaul bergengsi).

Konsep Maskulinitas Robert Brannon


 No Sissy stuff
 Be a Big Wheel
 Be a Sturdy Oak
 Give ‘em Hell
 New Man as Nurturer
 New Man as Narcissist

Dalam Masyarakat Jawa: seorang laki-laki dikatakan sukses jika berhasil


memiliki bondo (harta), garwo (istri), turonggo (kendaraan, )Kukilo (burung
peliharaan), Pusoko (senjata atau kesaktian).

Maskulinitas Modern
Jepang : Bishonen, Hollywood : Metroseksual, Konfusionisme : Seonbi
Pembagian Tipe Pria Di Era Modern dan Era Tahun 200-an
 FOP: Laki-laki yang sangat konsen dengan baju dan penampilannya.
 Dandy: Pria dandi sangat tertarik pada penampilan dan pada barang-barang
berkualitas brended.
 Metroseksual: Bukan hanya peduli pada penampilan juga pada kulit dan
rambut.

E. TEORI SOSIAL DALAM ISU GENDER


Teori-teori Sosial
 TEORI NATURE
Adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat, sehingga harus
diterima.
Perbedaan biologis itu memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua
jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda.
Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan.tetapi ada yang tidak bisa karena
memang berbeda secara kodrat alamiahnya.

1) Charles darwin : Perbedaan ukuran tubuh.


2) Degler menyitir W. I. Thomas : Otak laki-laki lebih besar.
3) M.A. Hardaker : Kreativitas & pikir laki-laki lebih tinggi,sedangkan
perempuan intuisi.
4) Thordike : Perbedaan mental & aktivitas laki-laki & perempuan.
5) Saphiro : Hormon Ekstrogen pengaruh pada otak.
6) Carol Gillin : Perempuan naratif kontekstual. Laki-laki berpikir formal, linear
dan abstrak.

Teori nature melahirkan 3 teori :


1. Teori fungsional struktural
Teori ini muncul di tahun 30-an sebagai kritik terhadap teori evolusi. Teori
ini mengemukakan tentang bagaimana memandang masyarakat sebagai sebuah
sistem yg saling berkaitan. Teori ini mengakui keanekaragaman dalam
kehidupan sosial.
Dalam kondisi seperti itu, di buatlah suatu sistem yang dilandaskan pada
konsensus nilai-nilai agar terjadi adanya interrelasi yang demi sesuatu yang
dinamakan harmoni,stabilitas dan keseimbangan (equilibrium). Sistem ini
mensyaratkan aktor dalam jumlah memadai, sehingga fungsi dan struktur
seseorang dalam sistem menentukan tercapainya stabilitas atau harmoni.
Sosialisasi fungsi struktur tersebut dilakukan dengan institusionalisasi, & melalui
norming.
2. Teori konflik sosial
Teori ini meyakini bahwa inti perubahan dalam sistem sosial dimotori oleh
konflik. Konflik timbul karena adanya kepentingan (interest) dan memiliki
kekuasaan (power).
Teori ini sangat sinis terhadap kekuasaan,kemapanan,sifat borjuis,sistem
kapitalis, dan semua hal yg memiliki strata dan struktur. Teori ini juga
memandang institusionalisasi sebagai sistem yg melembagakan pemaksaan
(pemaksaan koordinasi relasi sosial dalam sebuah sistem). Dalam hal ini
termasuk juga hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan (gender)
3. Teori keseimbangan
Teori keseimbangan (equilibrium) menekankan pada konsep keharmonisan
dalam hubungan antara perempuan & laki-laki. Pandangan ini tidak
mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki,karena keduanya harus
bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan
keluarga,bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut,maka dalam
setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan
peran perempuan dan laki-laki secara seimbang.
Hubungan laki-laki & perempuan bukan dilandasi dikotomis, bukan pula
struktural fungsional,tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna
membangun kemitraan yg harmonis,karena setiap pihak punya kelebihan
sekaligus kekurangan,kekuatan sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan
dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yg setara.

 TEORI NURTURE
Menurut teori nurture adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada
hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya, sehingga menghasilkan peran dan
tugas yg berbeda.
Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran
dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga,bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan laki-laki dalam perbedaan kelas.
Laki-laki diidentikkan dengan kelas borjuis dan perempuan sebagai proletar.

Teori yang mendukung teori Nurture:


1) Satre ( Filsafat Eksisten) Eksistensi merupakan pilihan, identitas gender di
konstruksi individu.
2) Jhon Stuart Mill : kerja pr domestik, irrasional, emosi & tiranis.
3) Sarah Grimke : pr menikah di bawah tiran lk.
4) Marxist & Engels : lk borjuis & pr proletar.
5) Feminis Sosialis : Kesetaraan gender syarat masyarakat tanpa kelas, tanpa
hirarkhie & egaliter

F. PENGARUSUTAMAAN GENDER
Sosialisasi & Penerapan, dengan prinsip: Pluralistis, bukan pendekatan konflik,
melalui proses sosialisasi dan advokasi, menjunjung HAM dan demokratisasi

Pengarusutamaan Gender (PUG)


Merupakan salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender, melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi &
kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan & pemantauan serta evaluasi dari seluruh kebijakan program, proyek
dan berbagai kegiatan bidang kehidupan & pembangunan.

Penyelenggaraan PUG mencakup baik pemenuhan kebutuhan strategis dan


praktis gender.
Kebutuhan praktis gender : kebutuhan perempuan agar dapat menjalankan peran
sosial dalam jangka pendek.
Kebutuhan strategis : Kebutuhan perempuan terkait dengan perubahan
subordinasi perempuan terhadap laki-laki.

Mengapa Perlu PUG?


 Dengan PUG maka dapat diindentifikasi apakah laki laki dan perempuan :
 Memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pembangunan
 Memiliki kontrol yg sama atas sumber daya pembangunan
 Memiliki peluang partisipasi yg sama
 Memperoleh manfaat yg sama dr hasil pembangunan

Mengapa Penting Memiliki Kepekaan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)?


1. Diri Sendiri: Menumbuhkan kesadaran & kemampuan hak-hak yang sama
antara laki-laki & perempuan, Menumbuhkan keyakinan & keberanian untuk
memperjuangkan keadilan, Menumbuhkan Kemandirian & Kebebasan Utk
Menentukan Pilihan.
2. Keluarga: Menumbuhkan kesadaran & perilaku kebersamaan, saling
menghargai & kewajiban antar individu dalam keluarga. Menumbuhkan
kesadaran kerja sama & perilaku menghargai peran setiap individu dalam
keluarga.
3. Masyarakat: Menumbuhkan kesadaran pentingnya saling menghargai &
menghormati hak-hak perorangan atau kelompok. Menumbuhkan kesadaran
bahwa pembangunan dapat tercapai bila dilaksanakan bersama dalam
merencakan, melaksanakan, memanfaatkan, menikmati, memelihara.
4. Negara: Mempermudah penyusunan dalam menetapkan kebijakan Nasional.
Mempermudah proses terjadinya pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat.

G. KASUS-KASUS GENDER DALAM KESEHATAN


Satu juta PR akan meninggal karena penyebab reproduktif dan lebih dari 100 juta
PR menderita penyakit yang melemahkan.
Di New York, AIDS merupakan pembunuh No. 1 pada PR berusia 25 – 40 tahun
(Jacobson, 1991)
Dampak kemiskinan & status sosial terhadap kesehatan PR merupakan masa lah
yg universal.
Di Amerika kurangnya akses terhadap pendapatan & pendidikan berakibat buruk
terhadap kesehatan reproduksi. Hampir 40% PR Afrika & 25% dari seluruh PR AS
tidak memperoleh perawatan kehamilan pada kehamilan tri semester pertama
Meskipun angka harapan hidup PR lebih tinggi dari LK, di negara maju angka
harapan hidup PR hampir 7 tahun lebih lama daripada LK. Di Afrika, Asia &
Amerika Latin rata-rata PR hanya hidup 3 – 5 tahun lebih lama daripada LK, namun
sebagian PR di seluruh dunia tetap menderita akibat beban kerja kronis, kurang gizi,
kehamilan yang frekuen & stress emosional
Bahaya kerja PR dalam peran tradisional Pekerjaan petani PR juga rentan
terhadap bahaya yang terkena juga pada LK yaitu racun pestisida & penyubur
kemikal.
Bahaya lain ketika PR melakukan sebagian besar pekerjaan transplantasi &
penanaman padi mereka beresiko tinggi untuk menderita sakit pinggang, kelainan
postrural & penyakit infeksi serta parasit (Chatterjee, 1991 )
Anak PR yang mulai membawa beban berat berupa air sejak usia muda,
mempunyai resiko tinggi menderita skoliosis
Masalah lain adalah pengungsi akibat konflik sipil atau internasional. PR & anak-
anak mewakili hampir 80% jarang memperoleh kesehatan yg layak.
Bagi sebagian besar PR di dunia, diskriminasi gender sudah di mulai saat lahir
dengan begitu berlimpahnya preferensi bagi keturunan LK. Sayangnya diskriminasi
tersebut sering berlanjut sepanjang hidup manusia, berakibat dalam kesempatan kerja
& pendidikan yang lebih rendah, beban kerja yang lebih tinggi & mungkin dalam
pengurangan akses bahan makanan untuk kel dan pelayanan kesehatan (Royston &
Armstrong, 1989)
Data SDKI menyebutkan bahwa 20,1% ibu hamil di Indonesia tidak pernah
memeriksakan kehamilannya, dimana ibu-ibu di pedesaan 4 kali lebih banyak pernah
memeriksa kehamilannya dibandingkan ibu-ibu di perkotaan.
Penelitian Wibowo di Ciawi, menemukan bahwa peran suami belum ada dalam
meminta istri untuk memeriksa kehamilan, sebanyak pemeriksa kehamilan 70%
kemauan sendiri.
Perdarahan hebat yang terjadi waktu melahirkan atau sesudah erat hubungannya
dengan keadaan anemia ibu selama hamil. Penelitian Wibowo di Jabar menemukan
ibu hamil dengan anemia ringan sekitar 55% dengan kadar Hb di bawah 10,9
Pada masyarakat kurang mampu makanan paling enak / baik diberikan dahulu
pada suami.
Kurang lebih 60% PR hamil di Indonesia mengalami anemia. Bisa dibayangkan
akibatnya bagi kondisi ibu yang melahirkan & kualitas bayi yang dikandungnya &
dilahirkannya. Seperti diketahui otak seseorang amat ditentukan oleh perkembangan
sejak dalam kandungan hingga umur 5 tahun. Oleh sebab itu berbicara tentang
sumber daya manusia, keadaan kesehatan ibu amat menentukan.
Anemia menyebabkan PR sangat rawan kesehatannya, salah satu akibatnya
adalah produktivitas kerja yang rendah, komplikasi pada kehamilan & pada saat
melahirkan, kematian ibu & angka kematian secara umum yg lebih tinggi. Padahal
pada umumnya usia subur PR memerlukan 3x lebih banyak zat besi daripada LK.
Ia seorang PR berusia 35 tahun, ketika ia lahir ibunya mengalami malnutrisi &
bekerja terlalu keras. PR tersebut sangat kecil dan berat badannya rendah saat lahir.
Selama masa kanak2, ia hanya mendapat sedikit makanan, bahkan lebih sedikit
dibanding saudara laki2nya. Ia tidak sekolah seperti saudara LK
Tetapi ia tetap tinggal membantu pekerjaan rumah tangga menjaga adiknya.
Menginjak masa remaja, bentuk tulang2 pelvisnya tidak serasi dan ia lebih
pendek dari yang seharusnya. Sesuai tradisi ia kemudian menikah dan mempunyai
bayi pertama ketika berusia 14 tahun.
Bahkan sebelum ia berkembang sepenuhnya. Proses melahirkan bayinya sulit
tetapi ia bertahan hidup dan mengalami pendarahan yang begitu banyak yang
membuat setiap orang khawatir ia tak dapat pulih kembali. Sejak saat itu ia menderita
anemia, suatu keadaan yang diperburuk dengan cacing kait di tubuhnya. Pada
kehamilan berikutnya ia menderita demam malaria & keguguran
Seperti ibunya, sebelumnya ia tidak pergi ke pusat kesehatan hamil. Tempat
tersebut sangat jauh dan asing. Ia menggunakan bidan tradisional yang sama dengan
yang menolong persalinan kakaknya. Bidan tersebut tidak terlatih dalam hal
kebersihan dan PR ini menderita infeksi serius ketika melahirkan.
Ia hanya mempunyai sedikit waktu di antara kehamilannya untuk
mengembangkan kekuatannya, dan setiap saat ia hanya mempunyai sedikit makanan
yang cukup. Pada kehamilan yang terakhir ia kehilangan tenaga.
Perempuan itu mempunyai banyak pekerjaan baik di rumah maupun di pabrik
batu bata lokal, sehingga ia tidak memikirkan kehamilan lain. Ketika hal ini terjadi, ia
pergi menjumpai seorang perempuan di desa untuk menggugurkan kandunganmya. Ia
sangat kesakitan, tetap cara tersebut berhasil.
Sampai saat ini ia masih merasakan nyeri yang tumpul dan rasa sakit pada perut
yang kian hari kian memuncak, juga setelah begitu banyak kehamilan yang
dialaminya, ia mungkin menderita prolapsus uteri parsial, yang sering membuatnya
tidak nyaman, terutama setelah seharian bekerja berat mengangkat batu.
Ia adalah seorang PR yang memperhatikan keluarganya, dan ingin membatasi
kehamilannya. Dari kakak PR ia mendengar tentang KB, tetap ia selalu saja terlalu
takut pada suaminya yang tidak pernah mengizinkannya mengikuti KB (sumber
UNFPA, 1989, HAMMER,1981)

Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO , kanker serviks
merupakan jenis kanker no 4 yang paling sering terjadipada wanita. Berdasarkan data
IARC, kanker serviks baru yang muncul tahun 2014 di Indonesia ebanyak 20,9% dan
telah menyebabkan kematian sebanyak 10,3%.
Kanker Ovarium atau penyakit Rahim merupkan kasus kanker yang sering terjadi
pada wanita unur 55 tahun lebih. Namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh
anak-anak atau remaja. Kanker Ovarium ditandai dengan gejala seperti: perut
kembung, tidak nafsu , penurunan berat bada yang drastis, perubahan siklus haid,
hingga terasa tidak nyaman dibagian pinggul. Berdasarkan data IARC , penyakit
kanker ovarium baru pada tahun 2014 di Indonesia sebanyak 10,23%.

Perkawinan dini memperbesar resiko kematian ibu. Kematian ibu dilaporkan


meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan usia dini dibandingkan dengan kehamilan di
atas usia 20 tahun. Badan pusat Statistik melaporkan pada 2016, sekitar
26,16%perempuan yg melahirkan anak pertama mereka berada pada usia di bawah 20
tahun.
Kelebihan berta badan, makan makanan yang tinggi lemak (terutama dari sumber
hewani) dapat meningkatkan resiko kanker usus besar. Tercatat bahwa ada 11,7% ,
kasus baru kanker usus pada wanita yang muncul di Indonesia pada tahun 2014.

H. GENDER DAN MEDIA MASSA


Fakta Positif Perempuan di TV
1. Banyak acara yang membahas sisi prempuan dalam rangka meningkatkan
wawasan dan pengetahuan.
2. Menampilkan acara mengupas sisi intelektual perempuan.
3. Mewawancarai perempuan yang mempunyai pengalaman dan prestasi.
4. Film & Sinetron yg bias gender, misalnya dari judul, sikap aktor; perempuan
penggoda, emosional, tukang bertengkar, seksi dan lemah.
5. Iklan yang menonjolkan keseksian tubuh perempuan.
6. Porno aksi dan grafi penyanyi perempuan.
7. Infotaiment yang menampilkan hobi, privasi dampai aib artis.

Citra Perempuan di Media Massa


Konsep Thamrin Amal Tomagola
1) Citra Pilar: PR mengurus RT adalah istri ada pembedaan peran.
2) Citra Pigura: PR harus tampil memikat, memperlihatkan kecantikan fisik &
organ tubuh, langsing, muda sehingga memikat.
3) Citra Pinggan: PR dilabelkan sebagai tukang masak.
4) Citra Peraduan: PR harus memelihara diri & akhirnya untuk kepuasan LK.
5) Citra Pergaulan: PR jika mau masuk pergaulan harus menggunakan produk
fashion dan kosmetik tertentu.

Citra Perempuan Menurut Burhan Bungin ( 2006 )


1. Citra Perempuan: Sesuai citra dari thamrin amal.
2. Citra Maskulin: Digambarkan kekuatan otot LK yang menjadi dambaan PR
(Iklan Extra Joss).
3. Citra Kemewahan dan Eksklusif: Realiatas yang diidamkan masyarakat ,
Contoh: iklan mobil.
4. Citra Kelas Sosial: Individu mendambakan kelas sosial yang lebih baik,
iklan hidup bergengsi.
5. Citra Kenikmatan: Sebagai simbol sosial yang tinggi
6. Citra Manfaat: Umumnya orang mempertimbangkan faktor manfaat.
7. Citra Persahabatan: Dalam iklan ada persahabatan seperti: iklan axe alaska,
bedak harum sari.
8. Citra Seksisme dan Seksualitas: Kata “ pas susunya (kopi torabika “
puuassss rasanya..mau lagi (iklan jrg sidomuncul).

Dalam pencitraan iklan televisi pada umumnya sebuah iklan jarang tampil
dengan citra tunggal, terbanyak iklan televisi tampil dengan citra ganda.

I. GENDER DAN POLITIK


Apa itu Gender?
Gender adalah sebuah konstruksi sosial tentang maskulinitas dan
femininitas.Gender bersifat sosial budaya dan merujuk pada tanggung jawab, peran,
pola perilaku, dan kualitaskualitas yang bersifat maskulin dan feminin.

Apa itu Politik?


Politik adalah cara mendapatkan, menjalankan, dan mempertahankan kekuasaan
dalam membuat kebijakan yang mengatur kehidupan orang banyak.

ISU-ISU GENDER & POLITIK


Yang sering terjadi di masyarakat :
 POLITIK IDENTIK DENGAN LAKI-LAKI/ MASKULIN.
 POLITIK DUNIA KERAS, PENGERAHAN MASSA DAN
DEMONSTRASI.
 PEREMPUAN KURANG BERPOTENSI ARGUMENTASI, BERDEBAT,
BERORASI.
 POLITIK DUNIA KOTOR PENUH INTRIK
 DALAM PANGGUNG POLITIK,PEREMPUAN LEBIH SERING
DIJADIKAN OBJEK DARIPADA SUBJEK POLITIK.
 PEREMPUAN MASIH DIJADIKAN PILIHAN KEDUA BAGI PARPOL
DALAM REKRUTMEN DAN KADERISASI.

Streotip Perempuan
Kemanjaan, Kesimpatikan, Kepekaan, Hangat, Lembut, Keibuan, Mau
memahami, Mudah terharu, Ramah, Pasrah, Periang, Pemalu, Setia, Tidak bicara
kasar, Mudah terbujuk.

Aturan 30% kuota bagi perempuan di Parpol


 UU no. 31 tahun 2002 tentang parpol.
 UU no .12 tahun 2003 tentang pemilu.
 UU no. 2 tahun 2008 tentang parpol.
 UU no. 10 tahun 2008 tentang pemilu.

FAKTA PEREMPUAN DALAM POLITIK


 DATA ASIA FOUNDATION 1998: Perempuan dalam parlemen kabinet
pembangunan VII didasari charity bukan political will.
 PARTISIPASI YANG MINIM DALAM POLITIK
 PEMILU 1999, 44 PEREMPUAN DARI 500 DPR RI (9,1%)
 SETELAH REFORMASI: Ada kenaikan signifikan kepemimpinan
perempuan seperti presiden perempuan, menteri (4 org), bupati, walikota.

PEREMPUAN DALAM POLITIK


 POLITIK MASKULIN
 POLITIK ADALAH KEKUASAAN NEGATIF
 KEKUASAAN BERSIFAT NETRAL
 POLITIK FORMAL
 POLITIK DOMESTIK
 TIDAK PEDULI POLITIK
 MENGGANTUNGKAN HARAPAN PADA PELAKU POLITIK

PEREMPUAN DALAM POLITIK


 Perempuan memiliki peluang 30% dalam keterlibatan politik sesuai kuota
yang di tentukan.
 Peminggiran peran perempuan dalam kontestasi perempuan.
 Representase perempuan dibidang politik masih jauh dari apa yang di
harapkan.
 Prestasi dan keterampilan perempuan yang dicapai, dapat mengatasi
keraguan pandangan masyarakat.
 Keterlibatan perempuan dalam politik menjadi motivasi terhadap perempuan
lainya yang ingin berkarir.

KLASIFIKASI PEREMPUAN DALAM POLITIK


 Perempuan yang memperoleh jabatan karena memiliki hubungan dengan
laki2 misalnya suami eksekutif istri duduk di dewan, ayah duduk di legislatif, putri
dikader untuk legislati.
 Perempuan yang terjun karena sudah selesai tugas membesarkan anak, karir
politik pendek.
 Perempuan muda 30-an terjun dalam politik, biasanya cukup aktif dalam
ormas dan LSM.

KENDALA PARTISIPASI
 SISTEM NEGARA YANG PATRIARKI, SISTEM SOSIALISASI YANG
SEXI DAN NILAI-NILAI MASYARAKAT.
 SISTEM POLITIK PATRIARKI & MALE DOMINATION.
 PARTAI POLITIK YANG BIAS GENDER.
 HAMBATAN NATURAL DAN INTERNAL PADA PEREMPUAN.

Kendala Partisipasi Politik Perempuan


 Sistem Politik Maskulin, Kurang koordinasi anggota parlemen perempuan.
 Sistem pemilu yang tidak kondusif.
 Partai politik yang tidak sensitif gender.
 Sosialisasi patriarki keluarga.
 Kurang dukungan media, Kurang pendidikan & pelatihan perempuan pada
kepemimpinan.

PENTINGNYA PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN


 Keberadaan perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan kelompok
perempuan dengan mewakili, mengawal, mempengaruhi, agenda dan proses
pembuatan kebijakan, serta turut serta dalam proses pembangunan.
 Politisi perempuan bisa merancang atau mendukung undang-undang yang
secara langsung mencoba untuk mempromosikan keadilan sosial, pendidikan,
maupun ekonomi bagi perempuan.
 Perempuan memiliki pengalaman yang hanya dimengerti oleh sesama
perempuan.
 Dapat membuat keputusan politik yg tidak bias gender dan mencegah
diskriminasi.
 Dapat membuat perubahan pada cara pandang politik yang mengutamakan
perdamaian & anti kekerasan.

HAMBATAN PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN


BUDAYA/KULTUR, PENDIDIKAN/SDM, KOMUNIKASI, PENCITRAAN
DIRI PEREMPUAN, PANDANGAN TENTANG POLITIK, SOSIALISASI,
EKONOMI.

BENTUK PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN


 PARTISIPASI DALAM KONTROL
 PARTISIPASI DALAM PELAKSANAAN
 PARTISIPASI DALAM PENGORGANISASIAN
 PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN

BENTUK PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN


Berdasarkan pengkategorian Millbarth :
 Apatis: Apatis, yaitu tidak aktif, dan menarik diri dari proses politik.
 Spectator: Spectator, yaitu pernah memilih dalam pemilihan umum
 Gladiator: Gladiator, yaitu terlibat dalam proses politik
 Pengkritik: Pengkritik, yaitu dalam bentuk partisipasi tidak konvensional.

Partisipasi Politik Perempuan


Menurut Olsen dalam Surbahdi (1999: 143) term asuk di dalamnya:
 Pemimpin politik
 Aktivis politik
 Komunikator
 Warga negara biasa
 Marginal
 Orang yang terisolasi

SEJARAH PEMIMPIN PEREMPUAN DUNIA


 GOLDA MEIER, ISRAEL 1969-1974
 SIRIMAVO BANDA, SRILANGKA 1970-1977
 CORAZON AQUINO, FILIPINA 1986-1992

PEMIMPIN PEREMPUAN DI DUNIA


 Jacinda Ardern ( presiden Selandia Baru).
 Zuzana Coputova ( Presiden Slovakia).
 Halimah Yacob ( Presiden Singapura).
 Theresia May (PM Inggris).
 Angela Merkel (Konselir Jerman).
 Puan Maharani (Ketua DPR RI).

Anda mungkin juga menyukai