PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti (Infodatin, 2017).
Pada tahun 2017 kasus DBD tertinggi di daerah Asia Tenggara berada di
di Indonesia pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 68.407 orang dengan jumlah
meninggal sebanyak 493 orang (IR: 26,12 per 100.000 penduduk). Tahun 2018
jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 65.602 orang (IR: 24,73 per 100.000
menunjukan adanya peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017
jumlah kematian sebanyak 493 orang . Kemudian tahun 2018 kasus DBD
dilaporkan sebanyak 65.602 orang. KLB DBD terjadi hampir setiap tahun
ditempat yang berbeda dan kejadian yang sulit diduga ( Kementerian Kesehatan,
2017 ).
Provinsi Lampung pun terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Pada tahun
2017 berjumlah 2.908 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 9 orang (IR
sebesar 35,08 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 31%) (Laporan Dinas
1
Kesehatan Propinsi Lampung 2018). Pada Kabupaten Lampung Selatan pun
terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun. pada tahun 2017 adanya
peningkatan sebesar 392 kasus dengan angka kesakitan sebesar 39,49 / 100.000
penduduk dan pada tahun 2018 kasus DBD turun sebesar 241 dengan angka
kesakitan 18,9 / 100.000 penduduk, CFR sebesar 8 %.( Dinas Kesehatan Propinsi
itu perilaku masyarakat yang masih cenderung belum optimal menerapkan pola
predator, kepadatan rumah, jenis kontainer serta tepat penyimpanan air bersih
Perilaku adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan,
Demam Berdarah Dengue (DBD). Wilayah kerja puskesmas Rawat Inap Tanjung
Sari memiliki 5 desa yang merupakan daerah endemis DBD. Jumlah kasus DBD
Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari Natar pada tahun 2017 terdapat 41 kasus
DBD dan meningkat pada tahun 2018 yaitu 51 kasus dengan 1 orang meninggal
2
dunia, pada tahun 2019 meningkat menjadi 71 orang dengan 1 orang meninggal
dunia (Profil Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari Natar tahun 2019).
Wilayah desa Tanjung Sari Natar berdasarkan data puskesmas pada tahun
2019 periode Januari sampai dengan Desember termasuk daerah endemis dengan
kasus terbanyak dibandingkan dengan desa lain yaitu sebesar 71 kasus dengan
jumlah kematian 1 orang (Profil Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari Natar tahun
2019).
pemberantasan DBD yaitu Gerakan Satu Rumah Satu jumantik, fogging, dan
melalui pembudayaan PSN 3M PLUS. Sampai dengan saat ini, gerakan ini
pengendalian penyakit DBD secara mekanik. Pemakaian kawat kasa pada setiap
lubang ventilasi yang ada di dalam rumah bertujuan agar nyamuk tidak masuk ke
penampungan air sangat penting untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap
3
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan karena naiknya kasus DBD
pada tiga tahun terakhir diwilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Natar melalui
terdapat laporan positif kejadian DBD didaerah tersebut dan faktor yang paling
sedangkan faktor lainnya yaitu faktor individu masyarakat yang masih kurang
dalam tindakan pencegahan DBD seperti penerapan 3M, ventilasi yang tidak
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah : "Apakah terdapat hubungan Faktor Individu dan Lingkungan
Fisik dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Desa Tanjung
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
4
Untuk mengetahui hubungan Faktor individu dan lingkungan fisik
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
2. Aplikatif
5
Hasil penelitian diharapkan menjadi sumber informasi mengenai
digunakan yakni desain studi Cross sectional, penelitian ini dilaksanakan untuk
yang dapat menampung air hujan) dan lingkungan (jenis tempat penampungan
air) dengan kejadian DBD di Wilayah Desa Tanjung Sari Natar Kecamatan Natar
Natar Kabupaten Lampung Selatan pada bulan September tahun 2020. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di wilayah Kelurahan Tanjung
bivariat.
6
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah jenis penyakit demam akut yang
disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dengan genus flavivirus yang
dikenal dengan nama virus dengue yang ditandai dengan demam berdarah 2
sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas lemas, lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai
virus dengue yang dimiliki 4 serotipe yakni Den-1,Den-2,Den-3 dan Den4 DBD
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke
peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling
dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.
Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro 52 podborn virus)
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes
7
. DHF/DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh pesnderita melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti yang betina. DBD adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak
dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinik demam, nyeri otot dan/atau sendi yang disertai leukopenia,
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.
Gambar 2.1
(Sumber :www.longlivegem00.wordpress.com)
8
- Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti
menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, serta
Gambar 2.2
a. Stadium Telur
9
Gambar 2.3
(Sumber : www.magelanghabsyi.blogspot.com)
jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur dapat mencapai 300 butir
terpisah satu dengan yang lain. Pada kondisi yang buruk (dalam
kondisi musim kering yang lama ), telur dapat bertahan hingga lebih
dari satu tahun. Telur akan menetas menjadi jentik setelah 1-3 hari
Jenis Aedes didalam air dapat dikenali dengan ciri –ciri berukuran
0,5 – 1 cm dan selalu bergerak aktif dalam air. Pada waktu istirahat
10
(mendapat oksigen ). Selanjutnya jentik berkembang menjadi
terakhir
Gambar 2.4
(Sumber : www.medicalogy.com)
Gambar 2.5
11
Kepompong adalah periode puasa, membutuhkan waktu 1-2
d. Nyamuk dewasa
Gambar 2.6
(Sumber : www.pinterest.com)
kepala, thorax, dan abdomen, mempunyai dua pasang sayap dan tiga
12
berwarna putih, sedangkan Ae. Albopictus di bagian punggung
maksimal 100 meter, namun secara pasif karena faktor angin atau
meter dari permukaan laut, diatas ketinggian 1000 meter dengan suhu
C. Perilaku Nyamuk
Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali . Menghisap
darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 09.00-10.00
dan jam 16.00-17.00, untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina
sering menggigit lebih dari satu orang. Jarak terbang nyamuk sekitar 100
2. Perilaku istirahat
13
yang gelap, lembab, tempat tersembunyi didalam rumah atau bangunan,
termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Selain itu juga
bersembunyi pada pada benda benda yang digantung seperti baju, tirai dan
2010).
3. Jarak terbang
meter, namun secara pasif karena angina atau terbawa kendaraan dapat
4. Berkembang biak
sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Telur ini
ditempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan
menetas menjadi jentik setelah 2 hari terendam air. Jentik nyamuk setelah 6-8
hari tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa masih dapat aktif bergerak didalam
air, tetapi tidak makan dan setelah 1-2 hari akan memunculkan Aedes aegypti
D. Etiologi
14
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus
kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan
terhadap serotipe yang bersangkutan , tetapi tidak untuk serotipe yang lain.
endemik DBD, seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah
menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat
menggigit manusia yang sedang sakit dan veremia (terdapat virus dalam
nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar airliurnya, dan jika
nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan
bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang
selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus dengue
memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu
minggu .
akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan
15
sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang mengalami demam ringan
dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa
gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu
Gambar 2.7
demam berdarah dengue adalah pada saat nyamuk Aedes aegypti yang
yang sakit atau dalam keadaan viremia (masa virus bereplikasi cepat
16
manusia nyamuk mensekresikan kelenjar saliva melalui proboscis
terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap tidak membeku. Bersama
manusia.
inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase
ini penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis, atau disebut
hipersensitivitas.
dengue masuk bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh, virus tersebut
darah. Virus ini berada di dalam darah hanya selama 3 hari sejak
melepaskan zat- zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut
17
Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat
antara lain trombosit dan eritrosit. Jika hal ini terjadi, maka penyakit
DBD akan memasuki fase klinis dimana sudah mulai ditemukan gejala
ekspresi dari penyakit tersebut. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign)
bisa dideteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah
Pada fase ini suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom
sakit kepala, tubuh bagian balakang, otot, tulang dan perut (antara pusar
dan ulu hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang berlanjut dan
suhu dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki (Ariani, 2016).
18
Tersangka DBD akan mengalami demam tinggi yang mendadak
saluran pernapasan bagian atas, dan badan lemah dan lesu. Jika ada
kedaruratan, maka perlu dilakukan uji torniket positif dan uji torniket
(Ariani, 2016).
positif.
d. Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
19
Setelah terinfeksi virus dengue maka penderita akan kebal
trombosit. Bila penderita dapat melewati masa kritisnya maka pada hari
normal pada hari ketujuh dan kedelapan, namun apabila penderita tidak
(Ariani, 2016).
F. Gejala Klinis
tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak
adalah demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja dan
dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta
20
Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan
diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga
menstruasi (menorrhagia).
penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu
diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya
jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD.
kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam
tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan
terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila
terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat
sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD
21
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di
mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi
pada penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai
dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok
demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah
pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal
ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama pada
anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri
sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah
syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk
mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari,
pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
hidupnya
G. Faktor Resiko
22
Environment (lingkungan). Timbulnya penyakit DBD bisa disebabkan oleh
Agent adalah sesuatu yang bila ada atau tidak ada akan
tentunya adalah nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk betina yang dapat
siang hari (09.00-10.00) dan sore hari (16.00- 17.00). Nyamuk ini
telurnya. Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk ini sendiri bersifat labil
terhadap panas (termolabil) ada 4 tipe virus yang menyebabkan DBD, yaitu :
Infeksi oleh salah satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas
yang menetap terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang.
Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial pada infeksi tipe
terinfeksi oleh salah satu virus, kemudian terinfeksi lagi oleh tipe virus
lainnya, gejala klinis yang timbul akan jauh lebih berat dan seringkali fatal.
2. Pejamu (host)
23
Pejamu (host) artinya adalah kelompok yang dapat terserang
penyakit ini. Dalam kasus penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
ini, tentu ada beberapa hal yang mempengaruhi pejamu (host) ini mudah
1) Pengetahuan
mengenai sosok penyakit DBD itu sendiri lebih dini. Ada kriteria klinis
itu sendiri. Mobilitas, saat ini dengan semakin tingginya kegiatan manusia
tempat lain. Dan hal ini yang mempercepat penularan DBD. Kebiasaan,
seperti menampung air hujan, menampung air di bak mandi dan keperluan
3. Lingkungan (Environment)
24
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang memudahkan terjadinya
a. Lingkungan fisik
sudah ada sebelumnya. Dalam penelitian (Priesley, Reza, & Rusjdi, 2018)
kejadian DBD. Dalam penelitian (Aryati, dkk (2014) bahwa hasil tentang
dengan mengubur ke dalam tanah, ada juga yang menyatakan dibakar dan
dijual ke pemulung. Akan tetapi ketika diamati secara langsung tindakan yang
dilakukan sehari hari tidak seusai dengan apa yang dikatakan. Hasil penelitian
25
a) Jarak antara rumah Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari
satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin
b) Kontainer
c) Ketinggian
aegypti dan Aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian
d) Iklim
Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri
dari: suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angina
akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 10ºC atau lebih dari 40ºC.
26
(b) Kelembaban udara
b. Lingkungan Sosial
H. Faktor Individu
1) Pengetahuan (knowledge)
pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan inii terjadi setelah orang melakukan
27
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. pengindraan manusia terjadi
2) Sikap
luar diri subyek atau kecenderungan untuk berespon (secara positif dan
terlihat tetapi hanya da pat diartikan terlebih dahulu dari perilaku yang
(Notoadmodjo, 2014).
3) Tindakan
28
dilakukan dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Sedangkan
2014)
yaitu;
menampung air hujan (M3) agar lingkungan tetap bersih dan terhindar
29
pada dispender, kulkas, dan TPA sejenisnya seminggu sekali.
2016)
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak ancar atau rusak
30
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan
cahaya rendah atau gelap rata-rata berisi larva lebih banyak dari
31
kontainer yang intensitas cahayanya besar atau terang (intensitas
perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
yaitu:
(Notoatmodjo, 2014).
I. Lingkungan Fisik
32
a. Jarak antar Rumah Nyamuk Ae. aegypti betina memiliki jarak
dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Semakin dekat jarak antar
dan sebagainya.
33
kaleng, botol, pecahan piring/gelas), vas atau pot bunga, dan
sebagainya.
c. Suhu
dingin membunuh telur dan larva Ae. aegypti (Depkes RI, 2005).
34
aktivitas terbang nyamuk. Nyamuk terbang pada intensitas cahaya
J. Pencegahan
subklinis atau yang sering disebut dengan fase prepatogenesis ada dua,
yaitu:
1. Health Promotion
pemerintah.
35
2. Specific protection
1) Abatisasi
(Achmadi, 2010).
4) Penggerakan PSN
Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak mandi
barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas
36
bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk
WC,dll
yang dapat menampung air seperti kaleng bekas dan plastik bekas
(WHO, 2016)
oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang, dan
menggantung baju.
1. Fisik
seperti bak mandi, bak WC, dan lain-lain seminggu sekali secara
37
teratur untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk di tempat
bekas (kaleng, ban, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan.
rusak.
dengan tanah.
air yang sulit dikuras atau dibersihkan dan di daerah yang sulit
air.
penampungan air.
memadai.
38
9) Menggunakan kelambu.
(Depkes RI, 2005). Pencegahan yang dilakukan pada fase klinis dan
39
kegiatan mencari penderita lain. Jika terdapat tersangka kasus
2014).
b) Disability Limitation
effusion). Komplikasi pada mata, otak, dan buah zakar. Pada mata
akan terjadi kejulingan atau bisa juga terjadi peradangan pada tirai
mata (iris) kalau bukan pada kornea yang berakhir dengan gangguan
obat mual, dan vitamin tak begitu besar peranannya untuk meredakan
40
c) Rehabilitation
ke dalam masyarakat.
41
kapasitas kerja yang semaksimal maksimalnya sesuai dengan
42
K. Kerangka Teori
Faktor Individu:
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Perilaku 3M plus
- Kebiasaan Menguras tempat
penampungan air
- Kebiasaan Menutup tempat
penampungan air
- Kebiasaan Mengubur,
memusnahkan/menyingkirkan
barang bekas
- Pemasangan kawat kassa pada
ventilasi rumah
- Menghindari kebiasaan Agent
menggantung pakaian dalam Nyamuk Aedes Aegypti
kamar
- Kebiasaan menggunakan
kelambu
- Kebiasaan menggunakan lotion
anti nyamuk
Kejadian DBD
43
L. Kerangka Konsep
Prilaku 3M plus
- Kebiasaan Menguras tempat
penampungan air
- Kebiasaan Menutup tempat
penampungan air
- Kebiasaan Mengubur,
memusnahkan/menyingkirkan
barang bekas
- Pemasangan kawat kassa pada
ventilasi rumah
Kejadian Demam
Berdarah Dengue
(DBD)
44
M. Hipotesis
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kuantitatif yaitu: penelitian yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
untuk analisis variabel yang akan diteliti menggunakan statistik (Sugiyono, 2017).
plus terdiri dari kebiasaan menguras tempat penampungan air, kebiasaan menutup
barang bekas, kebiasaan memasang kawat kassa pada ventilasi rumah, faktor
1. Waktu
2. Tempat Penelitian
C. Rancangan Penelitian
dalam satu saat sekaligus (Sugiono, 2017). Penelitian ini dilakukan untuk
46
memusnahkan/menyingkirkan barang bekas, kebiasaan memasang kawat
D. Subyek Penelitian
1. Populasi Kasus
2. Sampel
sebagai berikut :
Z2 .P (1-P) N
n=
Keterangan :
N= Jumlah populasi
1,96
47
d= Derajat tingkat ketepatan atau presisi sebesar 0,1
2949,4
n=
30,7 + 0,9604
2949,4
n=
31,66
n= 93 Rumah
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
48
Merupakan penduduk tetap di Wilayah Kelurahan Tanjung Sari
c. Teknik Sampling
E. Variabel Penelitian
49
( jenis tempat penampungan air) di Wilayah Kelurahan Tanjung Sari
50
F. Definisi Operasional
0 = Ada Kasus
(jika menderita
DBD pada
Kasus DBD bulan Januari-
yang dilihat Agustus 2020)
pada buku
Kejadian Lembar
1. registrasi Observasi 1 = Tidak ada Ordinal
DBD Observasi
dalam kurun Kasus (jika
waktu satu tidak
tahun terkahir menderita
DBD pada
bulan Januari-
Agustus 2020)
Kebiasaan
responden 0= tidak, jika
menguras dan tidak menguras
Menguras membersihka Mengisi seminggu
dan n TPA seperti kuesioner sekali
2 Kuesioner ordinal
membersihk bak mandi,
an TPA bak WC, dll. 1= Ya, jika
seminggu menguras
sekali secara seminggu
teratur. sekali
51
dll) yang
dapat
menampung
air hujan
sehingga
dapat 1 minggu)
menjadi
tempat
perkembang
biakan
nyamuk
Aedes.
Kegiatan
responden 0= Ya, jika
menutupi dipasang
Pemasangan lubang angin/ Mengisi
kawat kassa
5 kawat kasa ventilasi Kuesioner kuesioner Ordinal
dengan kawat 1= Tidak jika
kassa, agar tidak dipasang
nyamuk tidak kawat kassa
bisa masuk
6 Jenis tempat Ketersediaan Lembar Observasi 0= Ada Ordinal
penampung tempat Observasi Tempat
an air perkembangb penampungan
iakan air untuk
(Reservoir) nyamuk keperluan
Aedes sehari-hari
Aegypti yang seperti drum,
digunakan tangki
responden reservoir, bak
mandi/wc,
tempayan dan
ember.
1= Tidak ada
Tempat
penampungan
air bukan
untuk
keperluan
sehari-hari
seperti tempat
minum burung,
vas bunga dan
barang-barang
bekas ( ban,
botol dan
52
kaleng)
53
G. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Lampung Selatan
b. Data Sekunder
a. Wawancara
b. Observasi
54
H. Pengolahan Data
atau kuisioner apakah jawaban yang ada pada kuisioner sudah jelas,
c. Entry yaitu data yang telah diedit dan diberi kode kemudian diproses
d. Cleaning yaitu melihat kembali data yang telah dimasukkan atau sudah
dibersihkan dari kesalahan baik dalam pengkodean atau pada entry data.
Ordinal. Oleh karena itu, hasil kuisioner yang telah diisi bila benar diberi
skor 1 dan bila salah diberi skor 0. Kemudian Analissoal dan dikalikan
100%.
I. Analisis Data
a. Analisis Univariat
variable dependen.
b. Analisis Bivariat
55
dikatakan bermakna apabila P<0,05 dan melihat nilai Odds Ratio (OR)
56
DAFTAR PUSTAKA
Ayun, L.L., Pawenang, E.T., 2017, Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik
Semarang. Skripsi
https://doi.org/10.3376/1081-1710(2006)31
57
Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J., & Lwanga, S. K. (1991). Adequacy of
Melani, arya Tri. Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian
DBD Pada Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Kota Bandar
Muhammadiyah Jakarta
3346)
Alfabeta.
19 – 24
58
Sunarya, 2019. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit
Agustus.
Piesley, F., Reza, M., & Rusjdi, S.R (2018). Hubungan Perilaku Pemberantasan
59