Anda di halaman 1dari 10

MEASURING PERFORMANCE, MEASUREMENT IN QUALITY

MANAGEMENT, QUALITY PERFORMANCE INDICATOR,

CLINICAL INDICATOR

DOSEN PENGAMPU :

Mangindara,S.KM.,M.Kes

MATA KULIAH

Manajemen Jaminan Mutu Kesehatan

DI SUSUN OLEH :

Miftahul Jannah

201901064

Administrasi RS B19

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA KESDAM XIV/HSN

TAHUN AJARAN 2021-2022


1. MEASURING PERFORMANCE

Mengukur Kinerja (Measuring Performance) adalah Suatu Proses Penilaian

Peningkatan Terhadap Tujuan Dan Sasaran Yang Telah Ditentukan Sebelumnya Oleh

Perusahaan. Stefan Tangen Dalam Engelbert Christian (2010) Bahwa Sistem

Pengukuran Yang Baik Adalah Sekumpulan Ukuran Kinerja Yang Menyediakan

Perusahaan Dengan Informasi Yang Berguna Membantu Mengelola, Mengontrol,

Merencanakan Dan Melakukan Aktivitas Yang Dilakukan Oleh Perusahaan. Berikut

Ini Terdapat Beberapa Metode Pengukuran Kinerja.

a. Balanced Scorecard (BSC)

Balanced Scorecard dikembangkan Oleh Kaplan (1992) Dan Norton (1996)

Dengan Berpandangan Kepada Empat Perspektif, Yaitu : (i) Perspektif Keuangan, (ii)

Perspektif Pelanggan, (iii) Perspektif Internal, Dan (iv) Perspektif Pembelajaran Dan

pertumbuhan. BSC Bukanlah Dasar Pengukuran Statisfokus, Sebuah Kerangka Logis

Untuk Melaksanakan Dan Menyelaraskan Program-program Yang Ber Pada

Strategi. Scorecard menerjemahkan Visi Dan Strategi Unit Bisnis Ke Dalam Tujuan

Dan Ukuran Di Empat Perspektif Yang Berbeda.

b. Performance Pyramid System (PPS)

PPS Adalah Sebuah Sistem Yang Saling Terkait Dari Variabel Kinerja Yang

Berbeda, Yang Dikontrol Pada Tingkat Organisasi Yang Berbeda. Tujuan Dari

Kinerja Piramida Adalah Link Suatu Strategi Organisasi Dengan Operasi-operasi

Dengan Menerjemahkan Tujuan-tujuan Dari Atas Ke Bawah (prioritas Pelanggan)

Dan Pengukuran Dari Bawah Ke Atas. Pengukuran Kinerja Ini Mencakup Empat

Tingkat Tujuan Yang Membahas Efektivitas Organisasi Eksternal (sisi Kiri Piramida)

Dan Efisiensi Internal (sisi Kanan Piramida).

c. Tablo De Bord (TdB)

Metode Ini Pertama Kali Dikembangkan Oleh Para Insinyur Yang Sedang

Mencari Cara Untuk Meningkatkan Proses Produksi Mereka Dengan Pemahaman

Yang Lebih Baik. Metode Ini Pertama Kali Diperkenalkan Di Perancis Pada Tahun

1930-an. Menurut Epstein Dan Manzoni, Tujuan Awal Ini Memberikan Manajer


Uraian Dan Parameter Kunci Untuk Mendukung Pengambilan Keputusan Yang

Memiliki Dua Implikasi Penting. Pertama, TdB Tidak Dapat Menjadi Dokumen

Tunggal Yang Berlaku Sama Baik Untuk Seluruh Perusahaan Karena Setiap Sub-unit

Memiliki Tanggung Jawab Dan Objektif Yang Berbeda. Ini Menyebabkan Harus

Adanya TdB Untuk Setiap Sub-unit. Kedua, Berbagai TdBs Yang Digunakan Dalam

Perusahaan Tidak Boleh Terbatas Pada Indikator-indikator Keuangan.

d. Sistem Pengukuran Dan Peningkatan Produktivitas (ProMES)

ProMES Dikembangkan Oleh Pritchard Pada Awalnya. ProMES Didasarkan Pada

Teori Perilaku Kerja. Dalam Teori Ini, Motivasi Dipandang Sebagai Suatu Proses

Alokasi Sumber Daya Ke Seluruh Tindakan Dan Tugas, Dimana Sumber Daya

Tersebut Adalah Waktu Dan Tenaga Seseorang. Pritchard Dan Kawan-kawannya

Menyatakan Bahwa Kekuatan Motivasi Seseorang Adalah Hasil Dari Tindakan,

Produk, Evaluasi, Hasil Dan Terpenuhinya Kebutuhan Orang Tersebut. 

e. Penetapan Biaya Berbasis Aktivitas (ABC)

Johnson Dan Kaplan Telah Pendekatan Untuk Akuntansi Biaya Pada Tahun

1980-an Yang Disebut Activity-based Costing (ABC) . Teknik Dasar ABC Adalah

Untuk Menganalisis Biaya Tidak Langsung Dalam Perusahaan Dan Untuk

Menemukan Kegiatan Yang Menyebabkan Biaya-biaya Tersebut. 

f. Wastafel Dan Tuttle

Metode Pengukuran Sink And Tuttle Adalah Sebuah Pendekatan Klasik Yang

Menyatakan Bahwa Kinerja Suatu Organisasi Memiliki Keterkaitan Yang Rumit

Antar Tujuh Kriteria Kinerja. 

g. Teori Kendala

Dalam Pengukurannya, TOC Digunakan Untuk Menilai Kemampuan Bisnis

Suatu Organisasi. Pengukuran Global Metode TOC Yaitu Laba Bersih, ROI Dan

Arus Kas. Keuntungan Dari Metode Ini Yaitu Metode Ini Mudah Untuk Diakses Dan

Dipahami. Namun, Metode TOC Dinilai Masih Kurang Lengkap Untuk Melakukan

Pengukuran Kinerja.
Beberapa Metode Yang Telah Dijabarkan Di Atas Sebagian Besar Metode

Pengukuran Kinerja Yang Telah Berlaku Dan Diterapkan Sebelumnya. Seiring

Dengan Perkembangan Zaman, Metod Pengukuran Kinerja Pun Dapat Terus

Bekerja. Pada Dasarnya, Tidak Ada Metode Pengukuran Yang Dapat Dinilai Sebagai

Metode Yang Paling Tepat Dan Benar. Hal Ini Dikarenakan Setiap Perusahaan

Memiliki Fokus, Ruang Lingkup Dan Lingkungan Yang Berbeda Dengan Yang

Lainnya. Oleh Karena Itu, Setiap Pemimpin Perusahaan Dapat Menggunakan Metode

Pengukuran Kinerja Yang Sesuai Dengan Perusahaan Dan Perkembangan Zaman.

2. MEASUREMENT IN QUALITY MANAGEMENT

Manajemen mutu adalah sebuah upaya yang dilakukan terus menerus,

sistematis, objektif dan terintegrasi dalam identifikasi dan menentukan masalah dan

penyebab masalah berdasarkan standar yang ditetapkan, menetapkan dan

mengimplementasikan pemecahan masalah menurut kapasitas yang tersedia, dan

mengkaji hasil dan memberikan tindak lanjut saran untuk lebih meningkatkan

kualitas pelayanan.

Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management - TQM) adalah upaya

untuk memenuhi atau melampaui kebutuhan pelanggan dengan biaya serendah

mungkin. Sebuah bisnis akan sukses jika bisnis tersebut dapat menghasilkan keluaran

(berupa barang dan jasa) yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya. Bisnis

akan meningkat keuntungannya hanya jika perusahaan tersebut mampu beroperasi

dengan efisien, yaitu dengan biaya efektif, menghindarkan pemborosan dan kerja

ulang (rework), dan memastikan bahwa semua kegiatan diarahkan pada upaya

memuaskan kebutuhan pelanggan. Pengukuran Mutu Pengukuran (Quality

Measurement) Mengembangkan pengukuran mutu dalam semua bagian perusahaan.

Pengukuran digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan dan mengukur

kemajuannya di waktu-waktu yang akan datang. Pengukuran tidak hanya

dikembangkan untuk produk saja tetapi juga pada operasi di bidang jasa, kantor, dan

juga untuk para penjual.


“Cara yang paling baik untuk pengukuran mutu adalah menghitung berapa biaya yang

dikeluarkan karena melakukan pekerjaan yang salah. Pengukuran ini disebut Price of

Nonconformance (PONC)”

Pengukuran Mutu

Indeks => Price of Nonconformance

Kegiatan PONC meliputi proses ulang, memacu pengiriman, kerja ulang, kelebihan

stok gudang, penganan keluhan, waktu kerusakan (down time), dan pengembalian

(retur).

3. QUALITY PERFORMANCE INDICATOR UNTUK SETIAP UNIT RS

Indikator mutu rumah sakit adalah ukuran kuantitatif yang diukur untuk lebih

memahami mutu pelayanan di rumah sakit. Indikator perlu dirancang dengan seksama

dengan mempertimbangkan dimensi mutu yang ingin diukur, cara pengumpulan data,

dan strategi analisisnya. Dengan hati-hati merancang indikator mutu pelayanan,

sumber daya bisa dihemat, hasil lebih akurat, dan pengambilan keputusan di tingkat

sistem mikro maupun sistem makro bisa lebih strategis. Indikator mutu adalah suatu

cara untuk mengukur mutu dari suatu kegiatan dan merupakan variable yang

digunakan untuk menilai perubahan.

SPM Setiap Jenis Pelayanan (Setiap Unit di Rumah Sakit) dan Indikator :

a. Gawat Darurat, Indikator :

1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

2. Jam buka Pelayanan Gawat Darurat

3. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku

BLS/PPGD/GELS/ALS

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat

6. Kepuasan Pelanggan

7. Kematian pasien< 24 Jam

8. Khusus untuk RS Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 Jam


9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka

b. Rawat jalan, Indikator :

1. Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis

2. Ketersediaan Pelayanan

3. Ketersediaan Pelayanan di RS Jiwa

4. Jam buka pelayanan

5. Waktu tunggu di rawat jalan

6. Kepuasan Pelanggan

7. a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskop TB

b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS

c. Rawat Inap, Indikator :

1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap

2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap

3. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap

4. Jam Visite Dokter Spesialis

5. Kejadian infeksi pasca operasi

6. Kejadian Infeksi Nosokomial

7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian

8. Kematian pasien > 48 jam

9. Kejadian pulang paksa

10. Kepuasan pelanggan

11. Rawat Inap TB

a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB

b. Terlaksanana kegiatanpencatatan dan pelaporan TB di Rumah Sakit

12. Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa

13. Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri

14. Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan

15. Lama hari perawatan Pasien gangguan jiwa


d. Bedah Sentral (Bedah saja), Indikator :

1. Waktu tunggu operasi elektif

2. Kejadian Kematian di meja operasi

3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi

4. Tidak adanya kejadian opersi salah orang

5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi

6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah

operasi

7. Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan anestesi

endotracheal tube

e. Persalinan, perinatologi (kecuali rumah sakit khusus di luar rumah sakit ibu

dan anak) dan KB, Indikator :

1. Kejadian kematian ibu karena persalinan

2. Pemberi pelayanan persalinan normal

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi

5. Kemampuan menangani BBLR 1500 gr – 2500 gr

6. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria

7. Keluarga Berencana

a. Presentase KB (vasektomi & tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga Kompeten

dr.Sp.Og, dr.Sp.B, dr.Sp.U, dr.umum terlatih

b. Presentse peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap bidan terlatih

c. Kepuasan Pelanggan

f. Intensif, Indikator :

1. Rata rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72

jam

2. Pemberi pelayanan Unit Intensif

g. Radiologi, Indikator :

1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto


2. pelaksana ekspertisi

3. Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen

4. Kepuasan pelanggan

h. Lab. Patologi Klinik, Indikator :

1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium.

2. Pelaksana ekspertisi

3. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksa laboratorium

4. Kepuasan pelanggan

i. Rehabilitasi Medik, Indikator :

1. Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan Rehabilitasi Medik yang direncanakan

2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik

3. Kepuasan Pelanggan

j. Farmasi, Indikator :

1. waktu tunggu pelayanan

a. Obat Jadi

b. Racikan

2. Tidak adanya Kejadian kesalahan pernberian obat

3. Kepuasan pelanggan

4. Penulisan resep sesuai formularium

k. Gizi, Indikator :

1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien

2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien

3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet

L. Transfusi Darah, Indikator :

1. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi

2. Kejadian Reaksi transfusi

m. Pelayanan GAKIN, Indikator :

1. Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan
n. Rekam Medik, Indikator :

1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan

2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas

3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan

4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap

o. Pengelolaan Limbah, Indikator :

1. Baku mutu limbah cair

2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan

p. Administrasi dan manajemen, Indikator :

1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi

2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja

3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat

4. Ketepan Waktu pengurusan gaji berkala

5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun

6. Cost recovery

7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan

8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap

9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu

q. Ambulance/Kereta Jenazah, Indikator :

1. Waktu pelayanan ambulance/Kereta jenazah

2. Kecepatan memberikan pelayanan

3. ambulance/Kereta jenazah di rumah sakit

4. Response time pelayanan ambulance oleh

5. masyarakat yang membutuhkan

r. Pemulasaran Jenazah, Indikator :

1. Waktu tanggap (response time) pelayanan pemulasaraan jenazah

s. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit, Indikator :

1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat


3. Peralatan laboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi

tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi

t. Pelayanan Laundry, Indikator :

1. Tidak adanya kejadian linen yang hilang

2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap

u. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), Indikator :

1. Ada anggota Tim PPI yang terlatih

2. Tersedia APD di setiap instalasi/ departemen.

3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial / HAI (Health Care

Associated Infection) di RS (min 1 parameter).

4. CLINICAL INDICATOR

Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan

dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk

menilai suatu perubahan (Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah

Sakit, 2001).

Indikator mutu area klinis adalah sebuah variabel terukur yang dapat

digunakan untuk menentukan tingkat kepatuhan terhadap standar atau pencapaian

tujuan mutu dalam hal klinis.

Indikator yang ideal harus memiliki 4 (empat) kriteria, yaitu:

a. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan

dinilai

b. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat

berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang

c. Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu banyak

d. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak bertumpang

tindih (Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit, 2001)..

Anda mungkin juga menyukai