Anda di halaman 1dari 4

SDG untuk Anak-Anak di Indonesia

Profil singkat provinsi: Nusa Tenggara Timur


2,2 juta anak-anak
Pendahuluan
Profil singkat provinsi ini menyajikan indikator-indikator prioritas dari seluruh
42%
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang terkait anak, penduduk
berdasarkan survei nasional berbasis rumah tangga dan sumber
data lainnya. Profil ini melengkapi Laporan Baseline SDG tentang
Anak-Anak di Indonesia yang disusun oleh BAPPENAS dan UNICEF,
untuk mendukung pemantauan dan penyusunan kebijakan berbasis
bukti.
Provinsi Nusa Tenggara Timur, atau biasa disebut NTT, termasuk
provinsi dengan jumlah muda yang signifikan. Sebanyak 2,2 juta
orang atau 42 persen dari total jumlah penduduk di provinsi ini
adalah anak-anak. Delapan dari 10 anak tinggal di daerah perdesaan.
Diperlukan investasi strategis yang lebih signifikan untuk anak-anak Nusa Tenggara Timur
dalam rangka mempercepat pencapaian SDG di provinsi ini.

TUJUAN 1 PENGENTASAN KEMISKINAN


Hampir 600.000 anak (27 persen) hidup di bawah garis kemiskinan Kondisi kemiskinan anak multidimensi di provinsi Nusa
provinsi pada tahun 2015 (Rp 9.793 per orang per hari). Namun, Tenggara Timur
lebih banyak rumah tangga yang berada dalam posisi rentan dan
hidup dengan pendapatan yang sedikit di atas garis kemiskinan. 100%
Selain itu, hampir sembilan dari 10 anak mengalami deprivasi di Perkotaan
dua dimensi kemiskinan non-pendapatan atau lebih, dengan tingkat 80%
deprivasi yang lebih tinggi di wilayah perdesaan.1
Perdesaan
60%
Persen Jumlah
(juta) 40% Rata-rata
nasional
Populasi di bawah garis kemiskinan nasional 22,6 1,2 20%
Nusa
Anak-anak < 18 di bawah garis kemiskinan nasional 27,1 0,6 87 Tenggara
0% Timur
Anak-anak < 18 di bawah dua kali garis kemiskinan 73,9 1,7

TUJUAN 2 PENGENTASAN KELAPARAN


Menerapkan praktik pemberian makan yang optimal sangat Namun malnutrisi pada anak masih tersebar luas, bahkan di
penting untuk menjaga keberlangsungan hidup, pertumbuhan, dan kalangan rumah tangga yang lebih kaya. Sekitar 17 persen bayi lahir
perkembangan anak. Dengan angka ASI eksklusif 57 persen, NTT dengan berat badan rendah, dan lebih dari setengah anak di bawah
adalah provinsi berkinerja terbaik ketiga di Indonesia. lima tahun mengalami stunting (tinggi badan rendah dibandingkan
usia) pada tahun 2013.

Ketimpangan berdasarkan tingkat pendapatan dalam hasil pemberian makanan dan gizi anak

60% Kuintil
terkaya
45%
Kuintil
termiskin
30%
Rata-rata
nasional
15%
Nusa
17 57 52 8 Tenggara
0% Timur
Berat lahir rendah ASI eksklusif Stunting pada anak Berat badan berlebih pada anak
TUJUAN 3 KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN
Meskipun sudah ada kemajuan, angka kematian anak masih berencananya terpenuhi dengan metode kontrasepsi modern
menjadi tantangan yang signifikan. Dari setiap 1.000 kelahiran pada tahun 2015, dan tiga dari 10 kelahiran tanpa dibantu penolong
hidup, 26 bayi yang baru lahir meninggal pada bulan pertama persalinan terlatih. Selain metode keluarga berencana, akses
kehidupan dan 58 meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun. terhadap layanan kesehatan bagi ibu dan anak juga lebih rendah di
wilayah perdesaan.
Peningkatan akses perempuan terhadap layanan kesehatan seksual
dan reproduksi sangat penting. Hanya setengah perempuan Cakupan asuransi kesehatan dan imunisasi rutin di Provinsi NTT
dewasa dan remaja usia 15–49 yang kebutuhan keluarga lebih tinggi dari atau sama dengan rata-rata nasional.

Ketimpangan berdasarkan wilayah pada kesehatan ibu dan anak

60
Kebutuhan keluarga berencana
52
Kesehatan ibu dan

telah terpenuhi dengan metode


kontrasepsi modern 50
reproduksi

Persalinan di fasilitas 71
kesehatan 40

Kelahiran yang dibantu 30


65
penolong persalinan terlatih

20
71
Kesehatan anak

Cakupan imunisasi –
DPT3 10

85 39 26 58
Cakupan imunisasi –
0
campak
Angka kelahiran dari Angka kematian Angka Kematian
remaja (per 1.000 neonatal (per Balita (AKBa) per
0% 20% 40% 60% 80% 100% perempuan) 1.000 kelahiran 1.000 kelahiran
hidup) hidup

Perkotaan Perdesaan Rata-rata nasional Nusa Tenggara Timur

TUJUAN 4 PENDIDIKAN BERKUALITAS


Kesiapan untuk masuk sekolah, perkembangan kognitif, Ketimpangan berdasarkan tingkat pendapatan pada
dan pertumbuhan anak dapat ditingkatkan melalui program angka penyelesaian sekolah
perkembangan anak usia dini. Angka partisipasi dalam
pembelajaran PAUD yang terorganisir di kalangan anak usia 6 100%
Kuintil
tahun mencapai 93 persen pada tahun 2015, meskipun banyak terkaya
anak usia pra-sekolah sudah masuk sekolah dasar. Provinsi NTT 80%
hampir mencapai akses universal pendidikan dasar. Namun, anak- Kuintil
60%
anak dari rumah tangga termiskin berpeluang jauh lebih rendah termiskin
untuk menyelesaikan sekolah menengah dibandingkan anak-anak 40%
dari keluarga yang paling kaya. Rata-rata
nasional
Kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama. Hanya 20%
setengah dari anak sekolah dasar mampu mencapai ambang 89 65 48 Nusa
0% Tenggara
batas nasional minimum dalam kemampuan membaca dan Sekolah Sekolah menengah Sekolah Timur
seperempat anak dalam kemampuan matematika. dasar pertama menengah atas

Persentase anak-anak yang masuk sekolah berdasarkan usia

100% Pendidikan
tinggi

80% Menengah atas

Menengah
60%
pertama

40% Dasar

20% PAUD

0%
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Usia (pada awal tahun ajaran)
TUJUAN 5 KESETARAAN GENDER
Praktik perkawinan usia anak telah menurun, meskipun praktik ini Ketimpangan berdasarkan tingkat pendapatan pada
masih ada. Sekitar 9 persen perempuan usia 20–24 tahun sudah perkawinan usia anak
menikah atau hidup bersama sebelum berusia 18 tahun pada tahun
2015, yang berarti di bawah rata-rata nasional sebesar 12 persen.
Tingkat perkawinan usia anak tertinggi di kalangan anak perempuan 15% Kuintil
dari rumah tangga termiskin. terkaya

Tidak ada data yang representatif tentang kekerasan terhadap


Kuintil
perempuan dan anak perempuan di tingkat provinsi. Namun, 10% termiskin
data dari survei nasional menunjukkan bahwa jenis kekerasan
ini tersebar luas: Sebanyak 28 persen dari perempuan dan anak Rata-rata
perempuan yang pernah memiliki pasangan pernah mengalami nasional
kekerasan fisik, seksual dan/atau psikologis yang dilakukan oleh 5%
Nusa
mantan atau pasangan intimnya saat ini. Tenggara
Timur

9 % menikah 9
0%
perempuan sebelum
berusia Perkawinan usia anak

TUJUAN 6 AIR BERSIH DAN SANITASI


NTT adalah provinsi dengan cakupan sanitasi terendah di Indonesia. lebih tinggi, baik di rumah tangga maupun sekolah.2
Pada tahun 2015, hanya satu dari lima orang menggunakan
Ketimpangan berdasarkan kekayaan dan tempat tinggal sangat
fasilitas sanitasi dasar di rumah, sementara 18 persen masih
mencolok, yang menunjukkan pentingnya mengintegrasikan prinsip
mempraktikkan BAB sembarangan. Hanya sedikit sekolah (41
keadilan ke dalam kebijakan dan praktik. Sejumlah kemajuan
persen) sudah memiliki fasilitas toilet terpisah untuk laki-laki dan
sudah dicapai melalui penerapan program sanitasi total berbasis
perempuan. Akses terhadap sumber air minum yang layak sudah
masyarakat.

Ketimpangan berdasarkan tingkat pendapatan pada akses


air dan sanitasi
layanan
100% Kuintil
dengan air 50%
dasar
terkaya
sekolah
80%
Kuintil Lingkungan sekolah
60% termiskin
Sekolah dengan layanan air dasar (%) 50
40% Rata-rata
nasional Sekolah dengan fasilitas sanitasi terpisah menurut jenis kelamin (%) 41
20%
18
Nusa Komunitas
62 20 Tenggara
0%
Timur
Desa dan kelurahan yang menerapkan Sanitasi Total Berbasis
Air minum Sanitasi BAB 62
terlindungi dasar sembarangan Masyarakat (STBM) (%)

PERDAMAIAN, KEADILAN DAN


TUJUAN 16 KELEMBAGAAN YANG KUAT
Peningkatan cakupan pencatatan kelahiran sangat penting: Ketimpangan berdasarkan tingkat pendapatan pada
hanya satu dari tiga anak di bawah usia 5 tahun telah memiliki pencatatan kelahiran
akta kelahiran pada tahun 2015. Masih terdapat perbedaan besar
antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan berdasarkan status
100% Kuintil
kekayaan rumah tangga, yang disebabkan hambatan keuangan dan terkaya
ketersediaan pelayanan (supply-side barriers).
80%
Anak dalam tahanan masih menjadi bentuk hukuman yang umum Kuintil
60% termiskin
bagi anak yang melakukan tindak pidana, yang mana hal ini
melanggar prinsip bahwa penahanan anak harus merupakan pilihan
40% Rata-rata
terakhir. Namun, di Provinsi NTT, hanya 1 persen dari seluruh anak nasional
yang ditahan belum mendapatkan putusan pengadilan, sehingga
20%
NTT adalah provinsi berkinerja terbaik kedua di dalam hal ini. Nusa
34 Tenggara
Hanya ada sedikit atau tidak ada data sama sekali tentang masalah 0% Timur
perlindungan anak lainnya, seperti kekerasan terhadap anak Pencatatan kelahiran
maupun perdagangan anak.
KARTU NILAI (SCORECARD) PROVINSI
Kartu nilai ini berisi ringkasan kinerja Provinsi NTT dalam beberapa Di sisi kanan tercantum peringkat Provinsi NTT untuk setiap
indikator SDG dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di indikator, yaitu antara peringkat 1 untuk kinerja tertinggi dan 34
Indonesia. Grafik di bawah ini menunjukkan nilai rata-rata Provinsi untuk kinerja terendah. Data menurut provinsi di Indonesia dibagi
NTT dan provinsi-provinsi dengan nilai tertinggi dan terendah untuk menjadi empat kuartil (biru tua untuk kuartil terbaik dan merah
tiap indikator. untuk kuartil terbawah).

atau Angka provinsi tertinggi Angka provinsi terendah Nusa Tenggara Timur
Titik panah mengarah ke arah kemajuan positif
Peringkat
(dari 34 provinsi)

Anak-anak di bawah
garis kemiskinan (%) 32
SDG 1

Deprivasi anak multidimensi (%) 33

ASI eksklusif (%) 3

SDG 2
Stunting pada anak (%) 34

Kebutuhan keluarga berencana


telah terpenuhi dengan metode 33
kontrasepsi modern (% perempuan)

Kelahiran dibantu penolong


persalinan terlatih (%) 31
SDG 3
Kematian neonatal
(per 1.000 kelahiran hidup) 25

Cakupan imunisasi lengkap (%) 21

Kemampuan minimal
dalam matematika (%) 13
SDG 4
Kemampuan minimal
dalam membaca (%) 27

SDG 5
Perkawinan usia anak (%) 9

Air minum yang layak(%) 26


SDG 6

Sanitasi dasar (%) 34

SDG 16 Pencatatan kelahiran (%) 34

0 20 40 60 80 100

Keterangan warna: Kuartil terbaik (1–8) Kuartil kedua (9–17) Kuartil ketiga (18–25) Kuartil terbawah (26–34)

Catatan
Sumber: S
 urvei rumah tangga nasional (SUSENAS, RISKESDAS, SDKI) dan data administratif (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Kesehatan). Informasi detil tentang sumber data dan definisi indikator tersedia online di: https://sdg4children.or.id
1 Kemiskinan anak multidimensi didefinisikan sebagai anak-anak yang mengalami deprivasi pada setidaknya dua dimensi berikut: pangan dan gizi; kesehatan;
pendidikan; perumahan; air dan sanitasi; dan perlindungan.
2 Saat ini, Indonesia masih belum memiliki data nasional yang representatif tentang kualitas air yang dapat digunakan untuk menghitung indikator SDG terkait
penggunaan layanan air minum yang dikelola secara aman. Namun setidaknya telah digunakan indikator proxy dalam menyusun baseline data untuk SDG 6.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami di: jakarta@unicef.org

Anda mungkin juga menyukai