Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576

Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

Pengaruh Dosis dan Sumber Pupuk Kalium yang Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan dan
Waktu Pembentukan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.)

Effect of Different Doses and Sources of Potassium Fertilizer on Growth Rate and Time of Bulb
Formation of Garlic (Allium sativum L.)

Devy Octaviany*, Karno dan Eny Fuskhah


Program Studi S1 Agroekoteknologi, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang 50275 – Indonesia
*Corresponding Author: devyoctaviany25@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to assess the effect of different potassium doses and fertilizer sources on
growth rate and time of bulb formation of garlic (Allium sativum L.). The research was conducted in April to
Agustus 2019 in Sidomukti Village, Bandungan District, Semarang Regency and at Ecology and Crop
Production Laboratory, Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang. The
research used a factorial randomized block design with three groups. The first factor was the dose of
potassium fertilizer which consisted of a dose of 60 kg K2O/ha, 120 kg K2O/ha, 180 kg K2O/ha and 240 kg
K2O/ha. The second factor was the source of potassium fertilizer which consisted of KCl, ZK, and KNO 3.
Parameters that collect were a time of bulb formation, growth rate, relative growth rate and potassium
absorption of the bulb. The data obtained were analyzed by analysis of variance and obtained further by the
Duncan test (Duncan's Multiple Range Test) at a significance level of 5%. The results showed that the
application of ZK and KNO3 fertilizers at 240 kg K2O/ha had been able to increase the growth rate and the
relative growth rate. The higher dose of fertilizer was increasing of potassium absorption of the bulb and
made time of bulb formation getting slower.
Keywords : bulb, garlic, growth rate and potassium,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dosis dan sumber pupuk kalium yang berbeda
terhadap laju pertumbuhan dan waktu pembentukan bawang putih (Allium sativum L.). Penelitian
telah dilaksanakan pada bulan April 2019 – Juli 2019 di Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial
dengan tiga kelompok. Faktor pertama adalah dosis pupuk kalium yaitu: A1 = 60 kg K2O/ha; A2 =
120 kg K2O/ha; A3 = 180 kg K2O/ha dan A4 = 240 kg K2O/ha. Faktor kedua adalah sumber pupuk
kalium yaitu: B1 = KCl; B2 =ZK; dan B3 = KNO3. Parameter yang diamati adalah waktu pembentukan
umbi, laju pertumbuhan, laju pertumbuhan relatif dan serapan kalium umbi. Data yang diperoleh
dianalisis dengan analisis ragam dan diuji lanjut dengan uji Duncan (Duncan’s Multiple Range Test)
pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk ZK dan KNO3
pada dosis 240 kg K2O/ha sudah mampu meningkatkan laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan
relatif. Semakin tinggi dosis pupuk maka serapan kalium umbi pun semakin meningkat dan waktu
pembentukan umbi semakin lambat.
Kata kunci : bawang putih, kalium, laju pertumbuhan dan umbi

1
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

PENDAHULUAN menyebabkan keracunan pada tanaman.


Konsentrasi Cl- yang tinggi dapat menyebabkan
Bawang putih (Allium sativum L.) kerusakan membran yang kemudian
merupakan tanaman sayuran yang memiliki nilai menghambat enzim sehingga berpengaruh
ekonomi yang tinggi. Bawang putih juga negatif pada fotosintesis (Purwaningrahayu,
memiliki fungsi sekunder yaitu sebagai obat- 2016). Selain itu terdapat pula pupuk kalium
obatan mulai dari kolesterol hingga jantung lainnya, seperti kalium sulfat (ZK), kalium
koroner (Sulichantini, 2016). Bawang putih magnesium sulfat (K2SO4 ∙ MgSO4), dan kalium
adalah tanaman kedua yang paling banyak nitrat (KNO3) (Gunadi, 2009). Pupuk kalium
dibudidayakan dalam keluarga bawang setelah sulfat memiliki ciri berbentuk butiran kecil,
bawang merah (Allium cepa) (Nainwal et al., berwarna putih, sifatnya tidak higroskopis dan
2015). Produksi bawang putih nasional pada mengandung K2O sebanyak 49-50% untuk jenis
tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun ZK-90 dan 52% untuk jenis ZK-96.
sebelumnya, yaitu sebesar 14,4%, menjadi 6.818 Keunggulan dari kalium sulfat mudah
ton per hektar (BPS, 2018). Total kebutuhan disimpan lama, mudah larut dalam air serta
dalam negeri hanya mampu dipenuhi sebesar 5% mengandung sulfat yang baik untuk umbi,
oleh petani bawang putih (Sholihin et al., 2016). kelemahannya ialah harga kalium sulfat lebih
Produksi yang tidak stabil dan ketidakmampuan mahal daripada kalium klorida. Aplikasi K2SO4
dalam memenuhi permintaan dalam negeri lebih efektif daripada KCl, hal ini dikarenakan
disebabkan serangan teknik budidaya yang pengaruh ion SO4 pada pembentukan pigmen
kurang optimal, lingkungan tumbuh yang kurang fotosintesis dan asimilasi karbohidrat yang
optimum serta teknik penyimpanan umbi yang dialihkan ke pengisian umbi sehingga mampu
kurang baik. meningkatkan hasil (Ahmed et al., 2009) Kalium
Salah satu bentuk permasalahan dalam nitrat adalah pupuk yang mudah larut dalam air.
budidaya tanaman secara umum yaitu Kandungan pupuk KNO3 terdiri dari 13%
pemupukan yang kurang efisien. Hal ini sering nitrogen dan 46% kalium serta 2% klorida
terjadi di kalangan petani yang tidak mampu (Amiroh, 2017). Unsur nitrogen dalam KNO3
menyesuaikan kebutuhan pupuk secara optimal putih menghasilkan asam nukleat yang berperan
dan efisien, sehingga sering terjadi kekurangan dalam inti sel pada proses pembelahan sel
dan kelebihan dosis pemupukan di lapangan sehingga pembentukan lapisan-lapisan daun
(Putra, 2013). Salah satu unsur esensial yang dapat terbentuk dengan baik yang selanjutnya
berperan penting setelah nitrogen dalam berkembang menjadi umbi bawang merah
metabolisme tanaman adalah kalium. Kalium (Utomo dan Suprianto, 2019). Kelemahannya
berfungsi sebagai katalisator dalam perubahan dari pupuk kalium nitrat ialah memiliki harga
protein menjadi asam amino, penyusun yang lebih mahal dari pupuk lainnya.
karbohidrat, mengatur akumulasi dan translokasi Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
karbohidrat yang terbentuk serta aktivator enzim pengaruh dosis dan sumber pupuk kalium yang
dalam fotosintesis tanaman (Uke et al., 2015). berbeda terhadap laju pertumbuhan dan waktu
Unsur kalium pada tanaman bawang merah dapat pembentukan umbi bawang putih.
memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat
permulaan, memperkuat batang, mengurangi BAHAN DAN METODE
pembusukan umbi, dan mampu meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap penyakit (Gunadi, Penelitian dilaksanakan pada April - Juli
2009). 2019 di Lahan Percobaan Desa Sidomukti,
Pupuk kalium yang banyak digunakan di Kabupaten Semarang yang secara geografis
Indonesia saat ini adalah pupuk KCl (kalium terletak di 7°11'53.2" LS 110°22'36.7" BT
klorida) dengan kadar 60% K2O. Keunggulan dengan ketinggian 862 mdpl dan Laboratorium
KCl ialah harganya lebih murah dibandingkan Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas
pupuk K yang lain, kelemahannya ialah Peternakan dan Pertanian, Universitas
kandungan klor yang terlalu tinggi dapat Diponegoro.
2
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

Bahan yang digunakan dalam penelitian


ini adalah benih bawang putih varietas Lumbu a
250 a

Laju Pertumbuhan (mg/hari)


Hijau, tanah, pupuk KCl (60% K2O), pupuk ZK
(50% K2O), pupuk KNO3 (46% K2O), pupuk SP 200 b
36 (36% P2O5), pupuk urea (46,67 % N), b KCl
Trichoderma, PGPR (Plant Growth Promoting 150 c
Rhizobacteria), Beauveria bassiana, Agrimeth, cd c ZK
cd
furadan, Voltraze 30 EC, Centa-zole 250 EC dan 100 de de
e e KNO3
air. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah
kultivator cangkul, alat pelubang mulsa, sprayer, 50
ember, gelas ukur, meteran, alat tulis, kamera,
oven untuk dan flamefotometer. 0
Penelitian menggunakan Rancangan 60 120 180 240
Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan faktor Dosis Pupuk (kg K2O/ha)
pertama dosis pupuk kalium (A) yaitu A1: 60,
A2: 120, A3:180, A4: 240 kg K2O/ha dan faktor Ilustrasi 1. Grafik laju Pertumbuhan
kedua adalah sumber pupuk kalium (B) yaitu B1: 42 HST sebanyak 22,5 g/petak. Perlakuan
KCl, B2: ZK, B3: KNO3 dengan 3 kelompok pemupukan susulan kalium dilakukan sebanyak
sebagai ulangan sehingga terdapat 36 unit dua kali pada 3 dan 9 MST. Tahap keempat ialah
percobaan. pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,
Tahapan penelitian yang dilakukan antara pengendalian HPT dan penyiangan gulma. Tahap
lain persiapan lahan, pemupukan dasar, kelima ialah pemanenan ketika tanaman berumur
penanaman, pemupukan susulan, pemeliharaan 90 HST dengan cara mencabut akar bawang
dan pemanenan. Tahap pertama ialah persiapan putih dan panen dilakukan secara serempak.
lahan dilakukan dengan cara lahan diolah dengan Pengamatan mulai dilakukan pada saat
cultivator hingga gembur kemudian dibuat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam
bedengan dengan cangkul. Bedengan dibuat sampai dengan 13 minggu setelah tanam,
dengan ukuran 0,9 x 1,5 m sebanyak 36 bedeng. meliputi waktu pembentukan umbi, laju
Tahap kedua ialah pemupukan dasar pertumbuhan, laju pertumbuhan relatif dan
menggunakan pupuk SP-36 dengan 1/3 dosis dari serapan K umbi. Data yang diperoleh kemudian
180 kg P2O5/ha atau 22,5 g/petak. Tahap kedua dianalisis ragam (uji F) untuk melihat pengaruh
adalah penanaman meliputi persiapan benih, perlakuan dan dilanjutkan dengan uji DMRT
perlakuan kalium dan penanaman benih. (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf
Persiapan benih bawang putih dilakukan dengan signifikansi 5%.
cara memilih benih yang memiliki berat sekitar 1
– 2 g, kemudian benih dicampur dengan agrimeth
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 20 gram dan PGPR. Perlakuan kalium
yang pertama dilakukan pada saat tanam atau 0
Laju Pertumbuhan
MST sebanyak 1/3 dari dosis perlakuan untuk Hasil analisis ragam pada parameter laju
masing-masing sumber pupuk.
pertumbuhan menunjukkan bahwa terdapat
Pemupukan dilakukan dengan melarutkan nteraksi antara dosis pupuk dan sumber pupuk
pupuk kalium yang sudah ditimbang untuk satu kalium terhadap laju pertumbuhan (Ilustrasi 1).
bedeng kedalam 3 liter air kemudian dikocorkan Pemberian pupuk ZK dan KNO3
sebanyak 50 ml/lubang tanam. Tahap ketiga ialah mengalami peningkatan laju pertumbuhan
pemupukan susulan meliputi pemupukan urea, seiring dengan peningkatan dosis pupuk.
SP-36 dan perlakuan kalium. Pemupukan urea Sedangkan pemberian KCl tidak mengalami
dilakukan sebanyak tiga kali pada umur 21, 42 peningkatan laju pertumbuhan yang signifikan
dan 56 HST dengan 1/3 dosis dari 200 kg N/ha seiring dengan peningkatan dosis. Pupuk ZK
atau 19,26 g/petak. Pemupukan susulan SP-36 mampu memberikan pengaruh yang setara
dilakukan sebanyak dua kali pada umur 21 dan
3
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

dengan pupuk KNO3 terhadap laju pertumbuhan, Pertumbuhan Relatif


hal ini diduga karena terdapat unsur lain yaitu
sulfat dan nitrat yang mampu mempengaruhi Hasil analisis ragam pada parameter laju
berat kering umbi. Gunadi (2009) menyatakan pertumbuhan menunjukkan bahwa terdapat
bahwa kandungan sulfat dari pupuk ZK dapat nteraksi antara dosis pupuk dan sumber pupuk
digunakan tanaman untuk merangsang kalium terhadap laju pertumbuhan relatif bawang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta putih (Ilustrasi 2).
hasil umbi. Pemberian pupuk ZK dan KNO3
Hal ini juga didukung dengan pendapat mengalami peningkatan laju pertumbuhan relatif
Hilal et al. (1992); Mazrouh dan Ragab (2000) seiring dengan peningkatan dosis pupuk.
yang menyatakan bahwa belerang ditemukan Pemberian KCl pada dosis 60 – 180 kg K2O/ha
untuk memperbaiki struktur tanah, memudahkan mengalami peningkatan laju pertumbuhan relatif
penyerapan air dan ketersediaan nutrisi untuk tetapi pada dosis 240 kg K2O/ha mengalami
tanaman bawang putih. Ahmed et al. (2009) penurunan. Pemberian pupuk KCl dengan dosis
menyatakan bahwa aplikasi K2SO4 lebih efektif tinggi memberikan respon yang sama dengan
daripada KCl, hal ini dikarenakan pengaruh ion dosis terendah, hal ini diduga kandungan kalium
SO4 pada pembentukan pigmen fotosintesis dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
asimilasi karbohidrat yang dialihkan untuk maupun ion Cl- yang dapat menjadi racun bagi
pengisian umbi sehingga mampu meningkatkan bawang putih. Hal ini sesuai dengan pendapat
hasil. Sedangkan pengaruh nitrat yang ada pada Aslamiah dan Sularno (2017) yang menyatakan
pupuk KNO3 diduga mampu meningkatkan bahwa pemberian pupuk yang sesuai dengan
biomassa karena nitrat berfungsi untuk kebutuhan tanaman akan memberikan respon
merangsang pembelahan sel sehingga membuat positif, namun dengan penambahan dosis yang
lapisan umbi bawang putih lebih banyak. Hal ini tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
sesuai dengan pendapat Utomo dan Suprianto Pemberian ZK dan KNO3 dengan dosis 180
(2019) yang menyatakan bahwa nitrat dalam kg K2O/ha sudah mampu meningkatkan laju
KNO3 berperan dalam menghasilkan asam pertumbuhan relatif. Pupuk ZK atau K2SO4
nukleat, yang merangsang pembelahan sel untuk memberikan pengaruh yang setara dengan pupuk
membentuk lapisan-lapisan daun dengan baik KNO3, diduga terdapat unsur lain yaitu sulfat dan
dan kemudian membentuk lapisan umbi. nitrat yang mampu mempengaruhi peningkatan
biomassa bawang putih.
Laju

60
Laju Pertumbuhan relatif (mg/g/hari)

a
a
c c a
b
50
c
c cd KCl
40 d cd cd
30 ZK

20 KNO3

10

0
60 120 180 240
Dosis Pupuk (kg K2O/ha)

Ilustrasi 2. Grafik Laju Pertumbuhan Relatif


4
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmed et pembentukan umbi semakin mengalami
al. (2009) menyatakan bahwa aplikasi K2SO4 perlambatan begitupun sebaliknya dengan dosis
lebih efektif daripada KCl, dikarenakan pupuk yang rendah waktu pembentukan umbi
pengaruh ion SO4 pada pembentukan pigmen mengalami percepatan. Hal ini diduga karena
fotosintesis dan asimilasi karbohidrat yang semakin tinggi ketersediaan hara untuk bawang
dialihkan untuk pengisian umbi sehingga mampu putih dan dengan kondisi suhu rendah pada hari
meningkatkan hasil. Pengaruh nitrat pada pupuk ke-68 yaitu 22oC menyebabkan pembentukan
KNO3 diduga mampu meningkatkan biomassa umbi mengalami perlambatan dimana tanaman
karena nitrat berfungsi merangsang pembelahan akan fokus pada fase vegetatif. Dosis pupuk yang
sel sehingga membentuk lapisan umbi yang rendah menyebabkan ketersediaan hara rendah
banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo dan dengan kondisi suhu yang tinggi pada hari
dan Suprianto (2019) yang menyatakan bahwa ke-60 adalah 25,1oC membuat tanaman bawang
nitrat dalam KNO3 berperan dalam menghasilkan putih mempercepat membentukan umbi. Wu et
asam nukleat, yang merangsang pembelahan sel al. (2016) menyatakan bahwa waktu
untuk membentuk lapisan daun dengan baik dan pembentukan umbi pada bawang putih berbeda-
kemudian membentuk lapisan umbi. beda berdasarkan kondisi suhu lingkungannya,
pada suhu 15oC, 20oC dan 25oC masing-masing
Waktu Pembentukan Umbi rata-rata waktu pembentukan umbi adalah
101,56 hari, 69,06 hari dan 56,83 hari sehingga
Hasil analisis ragam pada parameter semakin tinggi suhu semakin terjadi percepatan
waktu pembentukan umbi menunjukkan bahwa pembentukan umbi. Kondisi suhu lingkungan
terdapat pengaruh nyata dosis pupuk terhadap yang tinggi dapat memacu pembentukan umbi
waktu pembentukan umbi (Tabel 1). semakin cepat karena bawang putih mengalami
Dosis pupuk 180 dan 240 kg K2O/ha cekaman suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat
memberikan pengaruh yang sama dan berbeda Hickey (2012) yang menyatakan bahwa
nyata dibandingkan dengan dosis pupuk 60 dan percepatan waktu pembentukan umbi terjadi
120 kg K2O/ha terhadap waktu pembentukan ketika suhu lingkungan dan lama penyinaran
umbi. Semakin tinggi dosis pupuk kalium waktu yang meningkat.

Tabel 1. Waktu pembentukan umbi bawang putih yang dipengaruhi oleh dosis pupuk dan sumber
pupuk kalium yang berbeda
Dosis Pupuk Sumber Pupuk Rata-rata
(kg K2O/ha) KCl ZK KNO3
----(hst)----
60 63,15 59,65 58,48 60,42b
120 58,19 60,52 61,98 60,23b
180 67,52 69,27 69,27 68,69a
240 66,94 65,63 69,42 67,33a
Rata-rata 63,95 63,77 64,79
*Superskrip yang berbeda pada kolom rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

5
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

Tabel 2. Serapan kalium umbi bawang putih yang dipengaruhi oleh dosis pupuk dan sumber pupuk
kalium yang berbeda

Dosis Pupuk Sumber Pupuk Rata-rata


(kg K2O/ha) KCl ZK KNO3
-----(mg/umbi)-----
60 38,69 40,76 46,72 42,06b
120 48,67 53,74 49,89 50,77b
180 66,85 82,06 75,51 74,81a
240 63,35 97,48 65,10 75,31a
Rata-rata 54,39 68,51 59,30
*Superskrip yang berbeda pada kolom rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
mengakibatkan proses membuka dan
Serapan Kalium Umbi menutupnya stomata.

Hasil analisis ragam pada parameter


serapan kalium umbi menunjukkan bahwa SIMPULAN
terdapat pengaruh dosis pupuk kalium
terhadap serapan kalium umbi bawang putih Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Tabel 2).. dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk
Dosis pupuk 180 dan 240 kg K2O/ha ZK dan KNO3 mengalami peningkatan laju
memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan seiring dengan peningkatan dosis
serapan kalium umbi dan berbeda nyata pupuk. Dosis pupuk 180 dan 240 kg K2O/ha
dibandingkan dosis 60 dan 120 kg K2O/ha. memberikan pengaruh yang sama terhadap
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Arisha serapan kalium umbi dan berbeda nyata
et al. (2017) yang menyatakan bahwa dibandingkan dosis 60 dan 120 kg K2O/ha.
pemberian pupuk kalium pada dosis 180 dan Semakin tinggi dosis pupuk kalium maka
240 kg K2O/ha memberikan serapan kalium waktu pembentukan umbi semakin mengalami
tertinggi di akar, umbi dan daun bawang putih perlambatan.
dibandingkan dengan pemberian kalium pada .
dosis 0, 60 dan 120 kg K2O/ha. Semakin tinggi UCAPAN TERIMAKASIH
dosis pupuk kalium yang diberikan semakin
tinggi kalium yang diserap oleh bawang putih. Terima kasih PT Indofood Sukses
Hal ini sesuai pendapat Shafeek et al. (2013) Makmur Tbk yang telah mensponsori
yang menyatakan bahwa nilai N, P dan K penelitian ini dalam rangka Program Indofood
dalam jaringan umbi meningkat dengan Riset Nugraha 2019/2020.
meningkatnya tingkat pupuk kalium dari 0
hingga 350 kg K2O/ha. DAFTAR PUSTAKA
Pupuk kalium diserap tanaman dalam
bentuk ion K+, pembukaan stomata tanaman Ahmed, M. E., El-Kader, N. I. A. & Derbala,
diakibatkan oleh banyaknya ion K+ yang A.A.E. (2009). Effect of Irrigation
terdapat di dalam sel penjaga sehingga dapat Frequency and Potassium Source on the
mengakibatkan turunnya potensial osmotik Productivity, Quality and Storability of
dan diikuti dengan meningkatnya tekanan Garlic. Australian Journal Of Basic and
turgor sel. Marschner (2012) menyatakan Applied Sciences, 3(4), 4490–4497.
bahwa kalium berperan dalam memacu Alfian, D. F., Nelvia & Yetti, H. (2015). The
penyerapan air sebagai akibat hadirnya ion K+, Effect of Potassium Fertilizer and
sehingga akan memacu tekanan turgor sel yang Compost Mixture of Oil Palm Empty
6
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO: 2356- 4725/p- ISSN : 2655-7576
Vol.7. No.1. April 2020 (1) 1- 7 DOI: https://doi.org/10.32734/jpt.v7i1,April.3679

Bunches with Boiler Ash on Growth and Jurnal Ganec Swara, 7(2), 10–18.
Yield of Onion (Allium ascalonicum L.). Setiawati, W., Murtiningsih, R., Sopha, G. A
Jurnal Agroekoteknologi, 5(2), 1-6. & Handayani, T. (2007). Petunjuk
Amiroh, A. (2017). Pengaplikasian dosis Teknis Budidaya Tanaman Sayuran.
pupuk bokashi dan KNO3 terhadap Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
pertumbuhan dan hasil tanaman melon Shafeek, M. R., Nagwa, M. H., Singer, S. M.,
(Cucumis melo L.). Jurnal Saintis, 9(1), & El-Greadly, N. H. (2013). Effect of
25 - 36. potassium fertilizer and foliar spraying
Arisha, H. M. E.,. Ibraheim, S. K. A & El- with Etherel on plant development, yield
Sarkassy, N. M. (2017). Response of and bulb quality of onion plants (Allium
garlic (Allium sativum L.) yield, volatile cepa L). Journal of Applied Sciences
oil, and nitrate content to foliar and soil Research, 9(2), 1140-1146.
application of potassium fertilizer under Sholihin, Y., Suminar, E., Rizky, W.H. &
sandy soil conditions. Middle East Pitaloka, G.G. (2016). Meristem
Journal of Applied Sciences, 7(1), 44-56. explants growth of garlic (Allium
Aslamiah, I. D., dan Sularno. (2017). Response sativum L.) Cv. tawangmangu on various
of growth and production of peanut compositions of kinetin and ga3 in vitro.
plants of the addition of organic fertilizer Jurnal Kultivasi, 15(3), 172–179.
concentration and reduction of anorganic Sulichantini, E. D. (2016). Effect of plant
fertilizer dosage. Prodising Seminas growth regulator Concentration Against
Nasional Fakultas Pertanian UMJ. Regeneration Garlic (Allium sativum L)
BPS. (2018). Statistik Indonesia. Badan Pusat In the Tissue Culture.. Jurnal Agrifor,
Statistik Republik Indonesia, Jakarta. 15(1), 29–38.
Gunadi, N. (2009). Kalium sulfat dan kalium Suminarti, N.E. (2010). The Effects of N and
klorida sebagai sumber pupuk kalium K Fertilization on the Growth and Yield
pada tanaman bawang merah. Jurnal of Taro on Dry Land. Akta Agrosia,
Hortikultura, 19(2),174-185. 13(1), 1–7.
Hickey, M. (2012). Growing Garlic in NSW Uke, K. H. Y., Barus, H & Madauna, I. W.
Second Edition. Primefact 259. (2015). Effect of Tuber Sizes and
Department of Primary Industries. NSW Potassium Dosages on Growth and
Goverment. Australia. Production of Shallots var. Lembah Palu.
Hilal, M.H., Selim, A.M. & El-Neklawy, A.S. Jurnal Agrotekbis, 3(6), 655 - 661.
(1992). Enhancing and retarding effect Utomo, P.S & Suprianto, A. (2019). Respon
of combined sulphur and fertilizers pertumbuhan dan produksi tanaman
applications on crop production in bawang merah (Allium ascalonicum L.)
different soils. In Proceedings Middle varietas thailand terhadap perlakuan
East Sulphur Symposium 12-16 dosis pupuk kusuma bioplus dan KNO3
February, Cairo, Egypt. putih. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia,
Marschner, P.( 2012). Mineral Nutrition of 4(1), 28–34.
Higher Plants Third Edition. Elsevier Wu, C., Wang, M., Cheng, Z & Meng, H.
Ltd. Oxford. (2016). Response of garlic (Allium
Nainwal, R. C., Sigh, D., Katiyar, R. S., sativum L.) bolting and bulbing to
Sharma, I & Tewari, S. K. (2015). temperature and photoperiod treatments.
Response of garlic to integrated nutrient Biol Open, 5(4), 507-518.
management practices in a sodic soil of
Uttar Pradesh, India. Journal of Spices
and Aromatic Crops, 24(1), 33-36.
Putra, A. A. G. (2013). Kajian aplikasi dosis
pupuk ZA dan kalium pada tanaman
bawang putih (Allium sativum L.).
7

Anda mungkin juga menyukai