Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALNAN DAN

MENYUSUI PROSEDUR KETERAMPILAN DASAR KBIDANAN PADA


ASUHAN PASCA PERSALINAN DAN LAKTASI

Disusun Oleh : Kelompok 9


1. Febtha wariska (F0G019035)
2. Fhany Ramadina (F0G020090)
3. Merli (F0G020047)
4. Fofi agustin (F0G020080)

Dosen Pengampu :
Asmariyah,S.ST.,M.Keb.

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“asuhan kebidanan pasca prsalinan dan laktasi“. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pasca
persalianan dan menyusui. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang apa itu masa nifas perawatan perineum, dan perawatan payudara
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bunda Asmariyah,S.ST.,M.Keb.
selaku Dosen pengampu pada mata kuliah Asuhan Kebidanan pasca persalianan
dan menyusui yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Bengkulu, 30 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................iii
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................iii
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................iv
1.3 TUJUAN..........................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................1
2.1 PERAWATAN PERINEUM...........................................................................1
2.2 TEKNIK MENYUSUI....................................................................................2
2.3 PERAWATAN PUTING SUSU LECET........................................................4
2.4 PERAWATAN PUTING SUSU TERBENAM..............................................5
2.5 PERAWATAN PAYUDARA BENGKAK....................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air Susu Ibu merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir yang akhirnya
bertujuan untuk menurunkan angka kematian pada bayi. Tahun 2010, empat
negara ASEAN yaitu Filipina, Indonesia, Laos dan Kamboja termasuk
kelompok negara yang memiliki Angka Kematian Bayi sedang yaitu 20-49 per
1.000 kelahiran hidup (Sari dan Susi, 2015: 27).
Salah satu faktor fisik ibu dalam pemberian ASI adalah bentuk puting
payudara. Bentuk payudara pada anak-anak, remaja, ibu menyusui, maupun
lansia tentunya berbeda karena adanya perbedaan fungsi di tiap
perkembangannya. Begitu juga dengan bentuk puting payudara yang tidak
sama disemua ibu menyusui. Hal ini sesuai dengan pandangan Cadweel dan
Maffei (2011) yang menyatakan bahwa bentuk puting payudara terdiri dari
puting yang menonjol, rata atau masuk ke areola. Terdapat masalah-masalah
yang sering timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan,
masa pasca persalinan dini (masa nifas/laktasi), masa pascapersalinan lanjut
dan juga masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan
khusus. Masalah-masalah yang sering terjadi pada saat menyusui yaitu salah
satunya adalah puting susu yang tidak menonjol atau terbenam (Nugroho,
2013: 51). Puting susu yang tidak menonjol atau datar merupakan puting susu
yang kurang menguntungkan dan hal ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah (Dewi, 2013). Kenyataaan tersebut dapat diantisipasi dengan
dilakukannya perawatan payudara. Perawatan payudara merupakan salah satu
bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui
nantinya, hal ini dikarenakan payudara merupakan organ esensial penghasil

iii
ASI yaitu makanan pokok bayi baru lahir sehingga perawatannya harus
dilakukan sedini mungkin (Indrasari, 2016:1-2).
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana perawatan perineum?
B. Bagaimana teknik menyusui?
C. Bagaimana perawatan putng susu lecet?
D. Bagaimana perawatan puitng susu terbenam ?
E. Bagaimana perawatan payudara bengkak?
1.3 Tujuan
A. Mengetahui perawatan perineum
B. Mengetahui tektik menyusui
C. Mengetahui perawatan putting susu lecet
D. Mengetahui perawatan putting susu terbenam
E. Mengetahui perawatan payudara bengkak

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perawatan Perineum


Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di
bagian perineum (Mochtar, 2002). Banyak faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka perineum di antaranya mobilisasi dini, vulva higiene, luas
luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh
jika dalam 1 minggu kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda
infeksi (Mochtar, 2002).
Perawatan Perineum Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan
untuk menyehatkan daerah antar paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ
genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Menjaga kebersihan pada masa
nifas untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan atau kulit.
1. Kebersihan alat genetalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Anjuran :
a. Menjaga alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan
air, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum
memakai pembalut wanita, setiap kali selesai buang air kecil atau
besar, pembalut diganti minimal3x sehari.
b. Cuci tangan dan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia.
c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

1
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang ulang jika
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah
luka. Ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga
kesehatan. Karena rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien ingin
menyentuh luka bekas jahitan diperineum tanpa memperhatikan efek
yang bisa ditimbulkan dari tindakannya ini. Apalagi pasien kurang
memperhatikan kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi
infeksi.
2. Membersikan vagina
Pada prinsipnya urgensi kebersihan vagina pada saat nifas dilandasi
beberapa alasan, antara lain :
a. Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
b. Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang
tiap hari kita lakukan.
c. Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat
terinfeksi.
d. Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk
kemudian menjalar ke rahim.
3. Menjaga kebersihan vagina
Langkah – langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar
(Anggraeni, 2010), yaitu :
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK
dan BAB. Air yang digunakan tidak perlu matang asalkan bersih.
Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran
yang menempel di sekitar vagina, baik itu dari air seni maupun feses
yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka
jahitan.

2
b. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik
karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman yang terpenting
jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama.
c. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam
cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAB atau BAK.
d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya
tidak diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja.
Bukankah pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti
bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
e. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu
kenakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAB
atau BAK atau minimal 3 jam sekali atau bila dirasa sudah tidak
nyaman.
f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotik yang diresepkan dokter.
2.2 Teknik Menyusui
1. Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada
kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta
berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan
persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar,
puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola
mamae makin menghitam.
2. Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi

3
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Tanda untuk menilai
posisi menyusui yang benar :
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk.
f. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah.
3. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki
pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1 – 2 minggu kemudian. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai
kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang
bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila
sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI. Untuk
menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap
kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar
berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI
menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang
terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan
bra yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
2.3 Perawatan Puting Susi Lecet

4
Puting susu lecet. Pada keadaan ini, sering kali sesorang ibu
menghentikan menyusui karena putingnya sakit, juga bisa disebabkan karena
perlekatan kurang tepat. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah
mengecek bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah terdapat
infeksi candida (mulut bayi perlu dilihat). Biasanya kulit merah, berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky). Pada
keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak retak atau luka, maka dapat
dilakukan cara- cara seperti berikut :
1. Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
2. Olesi puting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-sekali memberikan obat
lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
3. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2
x 24 jam.
4. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri.
5. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenerkan untuk menggunakan
sabun.
2.4 Perawatan Putting Susu Terbenam
Puting susu tenggelam atau terbenam adalah puting susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar
dengan lancar, yang disebabkan saluran susu lebih pendek kedalam (tied
nipples), kurangnya perawatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara. Pada kasus seperti ini biasanya bayi kesulitan dan mungkin tidak
mau untuk menyusu (Ambarwati, 2008). Puting susu yang dimaksud diatas
terbagi menjadi 2 yaitu (Ambarwati, 2008), yaitu :
1. Dimpled Putting
Yaitu yang terlihat menonjol sebagian namun masih dapat ditarik keluar
meski tidak dapat bertahan lama.
2. Unilateral

5
Yaitu hanya satu sisi payudara yang memiliki putting yang tertarik
kedalam. Puting yang tertarik kedalam dibagi menjadi 3 grade yaitu:
a. Grade 1
Puting tertarik kedalam tapi mudah untuk ditarik dan bertahan cukup
baik tanpa perlu tarikan. Sayangnya, tekanan lembut disekitar areola
atau cubit lembut pada kulit dapat menyebabkan puting mundur
kembali.
b. Grade 2
Puting yang tertarik kedalam dan masih bisa ditarik keluar namun
tidak semudah grade 1. Setelah tarikan dilepas, putting akan mundur
kembali.
c. Grade 3
Puting jenis ini posisinya sangat tertarik kedalam dan sulit untuk
ditarik keluar apalagi mempertahankan posisinya. Yang paling sering
adalah akibat pendeknya saluran ASI (duktus laktiferus). Kelainan ini
merupakan bawaan sejak lahir. Puting tertarik kedalam juga bisa
terjadi setelah menyusui. Penyebabnya bisa karena kulit payudara
sekitar puting menjadi longgar sehingga membuat puting terlihat
masuk Menurut Indah Fedri, 2013 adapun cara penangan puting
tenggelam yaitu :
1) Saat memasuki usia kehamilan 7 bulan biasakan diri menarik
puting susu dengan jari tangan sampai menonjol.
2) Adanya kemauan ibu untuk menyusui.
3) Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.
4) Tarik puting susu dengan 4 jari dibawah payudara dan ibu jari
diatas ketika akan menyusui.
5) Gunakan bantuan dengan memakai pompa payudara untuk
menarik payudara yang tenggalam.
Cara yang dapat digunakan untuk merangsang puting susu keluar yaitu
sebagai berikut :
1) Nipple Pam

6
Nipple Pam perlu diletakkan diatas bagian puting susu dan tarik pam
perlahan-lahan diikuti urutan untuk melembutkan puting. Keadaan ini
perlu dilakukan setiap pagi sebelum menyusukan bayi.
2) Urutan
Mereka boleh merangsang kepada puting dengan memijit bagian
areola setiap kali ketika mandi. Buat selama satu sampai dua menit.
Keadaan ini boleh mengatasi masalah putting tenggelam secara
perlahan-lahan dan wanita tidak perlu lagi bergantung pada nipplet.
3) Tehnik Hoffman
Letakan jempol dan telunjuk tangan diantara puting (saling
berhadapan). Tekan kedua jari tersebut sambil menarik puting keluar.
Putarkan searah jam, lakukan sebanyak lima kali sehari.
4) Trik Dengan Menggunakan Spoit
Trik sangat sederhana sekali karena alat yang digunakan bisa
menggunakan alat spoit yang dibalik. Dengan cara memotong bagian
alat suntik tempat dimana biasanya jarum bisa dimasukan kemudian
pindahkan alat penghisapnya kebagian yang dipotong letakan ujung
yang lain di puting, lalu gerakkan atau tarik alat penghisapnya
(Suparyanto, 2011)
2.5 Perawatan Payudara Bengkak
Payudara bengkak. Sebelumnya, perlu dibedakan antara payudara penuh,
karena berisi ASI (bendungan ASI) dan payudara bengkak. Pada payudara
penuh, gejala yang dirasakan pasien adalah rasa berat pada payudara, panas
dan keras, sedangkan pada payudara bengkak, akan terlihat payudara udem,
pasien merasakan sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, ASI tidak keluar bila diperiksa atau diisap, dan badan demam setelah
24 jam. Hal tersebut terjadi disebabkan karena beberapa hal, antarannya yaitu
produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik,
mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, mungkin juga ada pembatasan waktu
menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan seperti menyusui dini,
perlekatan yang baik, dan menyusui “ On Demand”, dimana bayi harus lebih

7
sering disusui. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi payudara
bengkak ini antara lain :
1. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusui sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
2. Untuk merangsang reflex oxytocin maka dilakukan :
a. Kompres panas untuk menyurangi rasa sakit.
b. Ibu harus rileks.
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan payudara).
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah
tengah).
e. Stimulasi payudara dan puting. Caranya, pegang puting dengan dua
jari pada arah yang berlawanan, kemudian putar puting dengan lembut
searah jarum jam.
3. Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi udem.
4. Pakailah BH yang sesuai dengan ukuran dan bentuk payudara, yang dapat
menyangga payudara dengan baik.
5. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
Mastitis atau abses payudara. Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Ada 2 jenis mastitis yaitu, non-infective mastitis (karena pembendungan ASI /
milk stasis) dan infective mastitis (telah terinfeksi bakteri). Gejala yang
ditemukan adalah Payudara menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa
nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat di dalam terasa ada masa padat, dan di
luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu
setelah persalinan, diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut
disebabkan kebiasan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan
baju/BH oleh karena, pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang
besar, terutama pada bagian bawah payudara yang mengantung. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mastitis, antara lain:
1. Kompres hangat dan pemijatan.
2. Rangsang Oxsytocin dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu
stimulasi puting, pijat leher-punggung dan lain-lain.

8
3. Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromucin selama 7-10 hari.
4. Bila perlu bisa diberikan istirhat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri.
5. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada asuhan kebidanan pasca persalianan dan laktasi membahas tentang
bagaiamana perawtaan perineum pada saat pasca persalianan, bagaimana cara
nyusui yang benar, cara perawatan payudara ibu Salah satu faktor fisik ibu
dalam pemberian ASI adalah bentuk puting payudara. Bentuk payudara pada
anak-anak, remaja, ibu menyusui, maupun lansia tentunya berbeda karena
adanya perbedaan fungsi di tiap perkembangannya. Begitu juga dengan bentuk
puting payudara yang tidak sama disemua ibu menyusui. Hal ini sesuai dengan
pandangan Cadweel dan Maffei (2011) yang menyatakan bahwa bentuk
puting payudara terdiri dari puting yang menonjol, rata atau masuk ke areola.
Terdapat masalah-masalah yang sering timbul selama menyusui dapat dimulai
sejak sebelum persalinan, masa pasca persalinan dini (masa nifas/laktasi),
masa pascapersalinan lanjut dan juga masalah menyusui dapat timbul pula
karena keadaan-keadaan khusus.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada saat menyusui yaitu salah
satunya adalah puting susu yang tidak menonjol atau terbenam. Puting susu
yang tidak menonjol atau datar merupakan puting susu yang kurang
menguntungkan dan hal ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah
Kenyataaan tersebut dapat diantisipasi dengan dilakukannya perawatan
payudara. Perawatan payudara merupakan salah satu bagian penting yang
harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini
dikarenakan payudara merupakan organ esensial penghasil ASI yaitu makanan
pokok bayi baru

10
DAFTAR PUSTAKA

Heryani, Reni.2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dan Menyusui.
Jakarta : Trans Info Media.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta : Pusdiknakes
Vivian Nanny dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta
: Salemba Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi :
Yogyakarta.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Suherni, 2008. PerawatanMasa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

11

Anda mungkin juga menyukai