Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN KENYAMANAN

OLEH :

ANAK AGUNG ISTRI MEIDINA CINDY

219012672

A11 A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN

I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI KENYAMANAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman merupakan segar, sehat
sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Kebutuhan nyeri
dan kenyamanan merupakan kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal
untuk mempertahankan kenyamanan. Kenyamanan ditentukan oleh beberapa unsur
pembentuk dalam perancangan yakni sirkulasi, daya alam/iklim, kebisingan, aroma/bau-
bauan, bentuk, keamanan, kebersihan, keindahan, dan penerangan (Rustam Hakim, 2012).
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau baik secara
mental, fisik, maupun sosial (Keliat, dkk 2015). Kenyamanan dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Kenyamanan fisik yaitu rasa sejahtera dan nyaman fisik yang dimiliki seseorang
b. Kenyaman lingkungan yaitu rasa sejahtera dan nyaman yang dirasakan dalam atau
dengan lingkungan sekitarnya
c. Kenyamanan sosial yaitu keadaan rasa sejahtera atau nyaman dengan situasi
sosialnya
d. Kenyamanan psikospiritual yaitu keadaan yang berhubungan dengan kewaspadaan
internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna
kehidupan

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan


merupakan suatu keadaan dimana telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transeden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Individu yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan nyaman baik secara fisik,lingkungan, sosial dan
psikospiritual otomatis akan mengalami gangguan kenyamanan. Gangguan
kenyamanan merupakan keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya.

B. ETIOLOGI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN


1. Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak
nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan
yang telah rusak atau berpotensi mengalami kerusakan baik secara fisiologis, kimia
maupun fisik.
2. Nausea (mual)
Nausea merupakan perasaan tidak nyaman pada bagian lambung serta bagian
belakang tenggorokan yang dapat mengakibatkan muntah. Penyebab mual ini
biasanya disebabkan oleh adanya gangguan biokimia,gangguan pada esofagus, ditensi
lambung, kehamilan dan lain sebagiannya (PPNI, 2016).

C. MANIFESTASI KLINIS
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang
senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan serta sosial pada diri. Gangguan rasa nyaman secara umum dapat dibagi
menjadi 2, diantaranya:
1. Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh
kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Adapun pembagian nyeri berdasarkan
durasinya, yaitu:
1) Nyeri Akut
Merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
(SDKI, 2016)
a. Data mayor (harus terdapat)
- Mengeluh nyeri
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

b. Data minor (mungkin terdapat)


- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
2) Nyeri Kronis
Merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3
bulan. (SDKI, 2016)
a. Data mayor (harus terdapat)
- Mengeluh nyeri
- Merasa depresi (tertekan)
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
b. Data minor (mungkin terdapat)
- Merasa takut mengalami cedera berulang
- Bersikap protektif (misalnya posisi menghindari nyeri)
- Waspada
- Pola tidur berubah
- Anoreksia
2. Nausea
Nausea atau mual merupakan perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah. (SDKI, 2016)
a. Data mayor (harus terdapat)
- Mengeluh mual
- Merasa ingin muntah
- Tidak berminat makan
b. Data minor (mungkin terdapat)
- Merasa asam di mulut
- Sensasi panas atau dingin
- Sering menelan
- Saliva meningkat
- Pucat
- Pupil dilatasi
D. PATOFISIOLOGI GANGGUAN PEMENUHAN KENYAMANAN
1. Gangguan Rasa Nyaman dan Nyeri
Nyeri merupakan salah satu respon dari adanya gangguan rasa nyaman. Reseptor
nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon
terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang
ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor
lain misalnya badan pacini dan meiessner juga mengirim informasi yang dipersepsikan
sebagai gangguan rasa nyaman atau nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah nyeri
antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium,
dan ion hydrogren. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia,
atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A
delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat. Serat-
serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di
neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen.
Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda
spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi
mengenai rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari dua jarak ke otak-traktus
neospinotalimikus atau traktus paleoespinotalamikus. Informasi yang dibawa ke korda
spinalis dalam serat-serat A delta disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus
neospinotalamikus. Sebagaian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system
dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke
thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal di kirim ke korteks sensorik sematik tempat
lokasi nyeri ditentukan dengan pasti. Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh
serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat
traktus paleopinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular di batang otak,
dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisca lokalisasi difus dan
menyebabkan distress emosi berkaitan dengan gangguan rasa nyaman atau nyeri.
Pada saat reseptor diaktivasi maka pusat muntah yaitu thalamus mengirimkan sinyal
melalui lintasan eferen melalui sarafkranialis, nervus, vagus dan saraf simpatis
menyebabkan kontraksi perut dan diafragma lalu menimbulkan terjadinya distensi
lambung sehingga adanya tekanan pada intratorakal. Hal tersebut merangsang spingter
esophagus terpaksa terbuka sehingga timbulnya respon mual pada pasien.

Pathway Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan

Deformitas Prosedur Operasi Efek obat (Kimia) Suhu ekstrim Invasi Mikroorganisme

Badan Pacini Noniseptor Maisener

Serat A Delta Serat C


(Fast pain) (Slow Pain)

Neurotransmitte
r

Korda Spinalis

Thalamus Sistem retikuler aktivasi

Lintasan Eferen
Traktus
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan
oleh dokter untuk mendiagnosa penyakit tertentu. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan
setelah melakukan pemeriksaa fisik dan penelusuran riwayat keluhan dan penyakit pasien.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada kondisi gangguan pemenuhan
kebutuhan kenyamanan antara lain :
1. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan data penunjang apabila ada masalah
ketidaknyamanan (nyeri) pada daerah abdomen
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah pada bagian
organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data penunjang pemeriksaan lain dalam
menentukan masalah kesehatan yang dialami pasien, seperti pemeriksaan darah
lengkap dan urine

F. PENANGGANAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN


1. Nyeri
Penanganan nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Penanganan nyeri farmakologis
a) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat.
Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di
medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap
perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis ini
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

b) Analgesik non narkotik


Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik.
Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat
produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek
samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya
ulkus gaster dan perdarahan gaster (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
b. Penanganan nyeri non farmakologis
a) Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, atau
dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian
pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien tidak
terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat
menurunkan presepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan
membangkitkan input sensori selain nyeri. Berikut jenis-jenis teknik distraksi:
- Distraksi visual/penglihatan, yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang
diarahkan ke dalam tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.
- Distraksi audio/pendengaran, yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang
diarahkan ke dalam tindakan melalui organ pendengaran.
- Distraksi intelektual, yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan
ke dalam tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang
pasien miliki (Andarmoyo, 2017).
b) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”)
dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan ini,
akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada
awalnya. Napas yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik
distraksi. Hampir semua orang dengan nyeri mendapatkan manfaat dari
metode-metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk
melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan
yang meningkatkan nyeri (Andarmoyo, 2017).
c) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu
cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi
lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan
cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).
2. Nausea
Penatalaksanaan mual muntah dapat menggunakan pendekatan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan memberikan obat anti emetik dengan
mempertimbangkan kondisi pasien. Sedangkan tindakan nonfarmakologi yang dapat
dilakukan ialah tindakan manajemen airway dan terapi komplementer.
a. Terapi farmakologi
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi mual muntah paska operasi adalah
golongan kortikosteroid (dexamethasone) dan golongan antagonis serotonin
(ondansentron). Untuk pasien dengan risiko tinggi mual dan muntah pasca operasi
maka dapat dipertimbangkan penggunaan kombinasi dua atau tiga antiemetik. Bila
terjadi kegagalan profilaksis mual dan muntah pasca operasi maka dianjurkan
jangan diberikan terapi antiemetik yang sama dengan obat profilaksis, tapi pakai
obat yang bekerja pada reseptor yang berbeda.

e. Terapi non farmakologi


a) Manajemen airway
Manajemen airway digunakan untuk mengantisipasi komplikasi mual muntah
paska anestesi umum agar tidak menimbulkan gangguan jalan nafas maupun
pernapasan. Pertama adalah memposisikan kepala pasien miring untuk 24
mencegah aspirasi dan mencegah lidah jatuh ke belakang yang akan menutup
jalan nafas. Kedua, dapat dilakukan tindakan suction untuk mengeluarkan isi
muntahan pasien agar tidak terjadi obstruksi jalan nafas. Ketiga, lakukan
pemantauan kontinyu status hemodinamik dan keadaan umum pasien.
b) Terapi komplementer
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang sesuai dengan ilmu
biomedik (Permenkes No. 1109/MENKES/PER/IX/2007). Perawat memiliki
peran penting dalam penyelanggaraan praktik terapi komplementer yakni
sesuai dengan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang
Praktik Keperawatan pasal 30 ayat (2) huruf m yang berbunyi “dalam
menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya
kesehatan masyarakat, perawat berwenang melakukan penatalaksanaan
keperawatan kompelementer dan alternatif”.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini akan
dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan, penganalisaan data. Pengumpulan data
akan diperoleh antara lain:
a. Data subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien atau keluarga pasien.
b. Data objektif
Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan
fisik.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan umum pasien seperti terlihat lemas atau tidak, pucat atau
tidak, bersih atau tidak, dan lain sebagainya.
2. Kepala dan Rambut
a. Inspeksi (bentuk kepala, kesimetrisan, warna rambut, distribusi rambut,
lesi, kelainan-kelainan)
b. Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
3. Mata
a. Inspeksi (kesimetrisan, palpebra, bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil,
gerakan bola mata)
b. Palpasi (nyeri tekan)
4. Telinga
a. Inspeksi (kesimetrisan, bentuk, warna, discharge/cairan, lesi, dan adanya
massa)
b. Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
5. Hidung
a. Inspeksi (kesimetrisan lubang hidung, discharge, silia, kotoran hidung,
bentuk tulang)
b. Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
6. Mulut
a. Inspeksi (kesimetrisan, sianosis, membran mukosa, kondisi gigi, lidah,
palatum, gusi, dll)
b. Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
7. Leher
a. Inspeksi (kesimetrisan, bendungan JVP, hiperpigmentasi, pembesaran
kelenjar tiroid, dll)
b. Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
8. Dada dan punggung
a. Paru-paru
a) Inspeksi (bentuk dada seperti iga, sternum, dan kolumna vertebralis,
cari adanya deviasi, adanya retraksi atau tidak pada saat inspirasi,
cari adanya pulsasi atau tidak, adanya bendungan venosa atau tidak)
b) Palpasi (pergerakan nafas kanan dan kiri, adanya pembesaran paru
atau tidak, nyeri tekan, benjolan)
c) Perkusi (batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas jaringan, apakah
organ tersebut berisi udara, cairan, atau massa padat)
d) Auskultasi (ada tidaknya perubahan dalam saluran pernafasan
maupun paru)
b. Jantung
a) Inspeksi (adanya lesi atau tidak, adanya penonjolan jantung atau
tidak)
b) Palpasi (benjolan, nyeri tekan)
c) Perkusi (batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas jaringan, apakah
organ tersebut berisi udara, cairan, atau massa padat)
d) Auskultasi (ada tidaknya suara tambahan atau suara yang pecah)
c. Abdomen
a) Inspeksi (kesimetrisan dinding abdomen, adanya lessi atau tidak,
adanya pembesaran organ atau tidak)
b) Auskultasi (pergerakan peristaltik usus, frekuensi, dan karakternya)
c) Perkusi (distribusi ukuran hepar dan lien, asites atau tidak, adanya
massa atau tidak, adanya udara pada lambung atau tidak)
d) Palpasi (nyeri tekan, pembesaran organ)
9. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Inspeksi (kesimetrisan, turgor kulit, lesi, odem, CRT)
b. Palpasi (benjolan, nyeri tekan)

2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, agen pencedera fisik,
dana gen pencedera biologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, diaforesis, dan berfokus pada diri sendiri
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf, ketidakseimbangan
neurotransmitter, gangguan fungsi metabolic, tekanan emosional, dan peningkatan
indeks massa tubuh ditandai dengan mengeluh nyeri, merasa depresi, tampak
meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, merasa takut mengalami
cedera berulang, bersikap protektif, pola tidur berubah, anoreksia, berfokus pada
diri sendiri
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung, efek agen farmakologis,
kehamilan, peningkatan tekanan abdominal, faktor psikologis, dan aroma tidak
sedap ditandai dengan pasien mengeluh mual dan muntah serta tidak berminat
makan dan merasa asam di mulu ditandai dengan mengeluh mual, merasa ingin
muntah, tidak berminat makan, rasa asam di mulut, sensasi panas/dingin, sering
menelan, saliva meningkat, pucat, diforesis, takikardia, dan pupil dilatasi.
III. Intervensi Keperawatan

No.dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri - Identifikasi PQRST
keperawatan selama ....x24 jam Observasi: pada nyeri pasien guna
diharapkan nyeri kronis klien - Identifikasi lokasi, mengetahui manajemen
berkurang dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, nyeri yang tepat untuk
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, pasien
(skala nyeri 0-1) intensitas nyeri - Pasien akan diminta
2. Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri menilai rasa sakit/nyeri
3. Kesulitan tidur menurun - Identifikasi respon nyeri dengan skala nyeri 1-10
4. Perasaan gelisah non-verbal - Nyeri non-verbal
menurun - Identifikasi faktor yang sebagai tanda/gejala
5. Nadi dalam rentang memperberat atau dari nyeri
normal (60-100x/m) memperingan nyeri - Identifikas faktor nyeri
6. Pola nafas dalam normal Nursing Treatment agar dapat
(12-20x/m) - Fasilitasi istirahat dan mengantisipasi nyeri
7. Pola tidur membaik tidur - Pasien dengan nyeri
8. Nafsu makan membaik - Berikan teknik non- perlu istirahat guna
farmakologis meringankan nyeri
- Kontrol lingkungan yang - Teknik non-
memperberat nyeri farmakologis dapat
Edukasi membantu meredakan
- Jelaskan strategi untuk nyeri
meredakan nyeri - Lingkungan yang
- Anjurkan menggunakan mendukung dapat
analgetik yang tepat mengalihkan perhatian
- Ajarkan teknik non- pasien dari nyeri
farmakologis untuk - Strategi meredakan
meredakan nyeri nyeri wajib diketahui
Collaboration pasien untu dapat
- Kolaborasi dalam dilakukan ecara
pemberian analgetik mandiri
Setelah dilakukan asuhan - Analgesik membantu
keperawatan selama .....x24 jam meringankan nyeri
diharapkan nyeri akut pasien
2 teratasi dengan kriteria hasil: Manajemen Nyeri - Identifikasi PQRST
1. Keluhan nyeri menurun Observasi: pada nyeri pasien guna
(skala nyeri 0-1) - Identifikasi lokasi, mengetahui manajemen
2. Meringis menurun karakteristik, durasi, nyeri yang tepat untuk
3. Kesulitan tidur menurun frekuensi, kualitas, pasien
4. Perasaan gelisah menurun intensitas nyeri - Pasien akan diminta
5. Nadi dalam rentang normal - Identifikasi skala nyeri menilai rasa sakit/nyeri
(60-100x/m) - Identifikasi respon nyeri dengan skala nyeri 1-10
6. Pola nafas dalam normal non-verbal - Nyeri non-verbal
(12-20x/m) - Identifikasi faktor yang sebagai tanda/gejala
7. Pola tidur membaik memperberat atau dari nyeri
8. Nafsu makan membaik memperingan nyeri - Identifikas faktor nyeri
Nursing Treatment agar dapat
- Fasilitasi istirahat dan mengantisipasi nyeri
tidur - Pasien dengan nyeri
- Berikan teknik non- perlu istirahat guna
farmakologis meringankan nyeri
- Kontrol lingkungan yang - Teknik non-
memperberat nyeri farmakologis dapat
Edukasi membantu meredakan
- Jelaskan strategi untuk nyeri
meredakan nyeri - Lingkungan yang
- Anjurkan menggunakan mendukung dapat
analgetik yang tepat mengalihkan perhatian
- Ajarkan teknik non- pasien dari nyeri
farmakologis untuk - Strategi meredakan
meredakan nyeri nyeri wajib diketahui
Collaboration pasien untu dapat
Kolaborasi dalam dilakukan ecara
pemberian analgetik mandiri
- Analgesik membantu
meringankan nyeri

3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual - Faktor penyebab mual


keperawatan selama .....x24 jam Observasi merupakan akar dari
diharapkan nausea pada klien - Identifikasi faktor penyelesaian masalah
teratasi dengan kriteria hasil: pernyebab mual mual
1. Keluhan mual menurun - Monitor mual - Monitor mual seperti
2. Perasaan ingin muntah - Identifikasi dampak mual intensitas dan frekuensi
menurun terhadap kualitas hidup mual
3. Perasaan asam di mulut - Dampak mual terhadap
menurun Nursing Treatment kualitas hidup seperti
4. Diaforesis menurun - Kendalikan faktor istirahat, nafsu makan
5. Takikardia membaik lingkungan penyebab dan lain sebagainya.
6. mual - Lingkungan penyebab
- Berikan makanan dalam mual harus dapat
jumlah kecil dimodifikasi
Edukasi - Makanan dalam jumlah
- Anjurkan istirahat dan sedikit untuk
tidur yang cukup mempertahankan status
- Anjurkan penggunaan nutrisi klien
teknik non farmakologis - Istirahat dan tidur yang
untuk mengatasi mual cukup dapat
Collaboration mengalihkan perhatian
Kolaborasi pemberian pasien dari mual
antiemetik - Teknik non-
farmakologis seperti
akupresur dapat
meringankan mual
- Antiemetik merupakan
obat anti mual yang
perlu dikonsumsi

7. Implementasi
Menyesuaikan dengan intervensi yang di rencanakan.

8. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan yag dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Isabella,N.2019.Gangguan Rasa Aman dan Nyaman. Tersedia pada


https://id.scribd.com/document/425671994/Gangguan-Rasa-Aman-dan-Nyaman.
diakses pada 11 Oktober 2021

Oktaviyani,M. 2019.Konsep Gangguan Kenyamanan. Tersedia pada http://repository.poltekkes-


tjk.ac.id/336/3/6.%20BAB%20II.pdf. diakses pada tanggal 11 Oktober 2021

Rohayati, Eti. 2019. Keperawatan Dasar I. Bandung:LovRinz Publishing

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI

YSH Herdiani, G Wibisono. 2013. Pengaruh Pemberian Analgesik Preemtif. Diakses pada
tanggal 11 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai