Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH FARMASI PERAPOTEKAN

“ HIPERTENSI ”

DOSEN PENGAMPU :
PEPPY OKTAVIANI, DM, M.H., M.Sc., Apt

Disusun Oleh :

1. Anjas K (1712375)

2. Eni Nurhikmah (1712381)

3. Puput Wahyu R (1712388)

4. Octamiarso eko (172379)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

AKADEMI FARMASI KUSUMA HUSADA

PURWOKERTO 2018/2019

i
DAFTAR ISI
Halaman judul ..........................................................................................................................

Daftar isi .................................................................................................................................. ii

Kata Pengantar ......................................................................................................................

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah .......................................................................................................

C. Tujuan ..........................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi .................................................................................................

B. Patofisiologi ................................................................................................................. 5

C. Etiologi ......................................................................................................................... 6

D. Farmakoterapi ............................................................................................................ 7

JURNAL KESEHATAN ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt.  Karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini

adalah agar lebih memahami materi mengenai diare yang akan kami bahas dalam makalah

ini.

            Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi.

Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami banyak menemukan berbagai hambatan dan

kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami

menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun

kelengkapannya. Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi

sempurnanya makalah-makalah yang lainnya.

Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

            Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang

kesehatan pada umumnya.

Purwokerto, 11 Mei 2019

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan

tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini adalah salah stu jenis

penyakit yang sangat berbahaya.

Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 800 juta orang.

Sebanyak 10-30 % dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap Negara. Berdasarkan

data Lancet (dalam McMarthy, 2010), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus

meningkat. Di India, penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan

diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta orang dan bakal jadi

151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita

hipertensi pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4 juta orang tahun 2025. Di

Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi.

(wir-nursing.blogspot.com/2011/04/antara-kopi-rokok-dan-tekanan-darah.html)   Di

Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%

yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%

diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka  cenderung

untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor

risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.

Hari hipertensi di dunia diperingati setiap tanggal 17 Mei. Tanggal ini ditetapkan oleh

WHO sejak 2005.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hipertensi ?

2. Patofisiologi hipertensi ?

3. Etiologi hipertensi ?

4. Farmakoterapi ?

5. Bagaimana pencegahan hipertensi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi

2. Untuk mengetahui gejala hipertensi

3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi

4. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi

5. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah didalam

arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan dialirkan

ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bukan berarti

emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah

untuk sementara waktu.

Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik

≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Seseorang dikatakan terkena

hipertensi tidak hanya dengan 1 kali pengukuran, tetapi 2 kali atau lebih pada waktu yang

berbeda. Waktu yang paling baik saat melakukan tekanan darah adalah saat istirahat dan

dalam keadaan duduk atau berbaring. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO :

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik 140-160 <90

perbatasan

sedangkan berdasarkan The Sixth Report Of the Joint National Committee on

Preventation,Detection,Evaluation and Treatment of High Bload Pressure,1997

klafisikasi hipertensi yaitu :

Kategori Sistolik Diastolik Rekomendasi

3
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85 Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1/2 bulan.

tingkat 1 Anjurkan modifikasi gaya hidup


Hipertensi 160-179 100-109 Evaluasi/rujuk dalam 1 bulan

tingkat 2
Hipertensi ≥180 ≥110 Evaluasi/rujuk segera dalam 1

tingkat 3 minggu berdasarkan kondisi medis

                Hipertensi adalah salah satu faktor resiko untuk terjadinya stroke, serangan

jantung,gagal jantung, dan merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung kronis.

                Sejalan dengan bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah. Tekanan darah sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun, sedangkan

tekanan darah diastolic terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,kemudian berkurang

secara perlahan/bahkan menurun drastis.

B. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.


4
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada

system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

5
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

C. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi primer/esensial

hipertensi yang tidak atau belum di ketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi

idiopaik. Tedapat 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti

genetik,lingkungan,hiperativitis susunan simpatis,system renin-angiotensis,defek

dalam ekskresi Na,peningkatan Na dan Ca intraselular,dan factor-faktor yang

meningkatkan risiko,seperti obesitas, alcohol,merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder

Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer,

dan sindrom cushing, feokromositomo, koarktasio aorta, hipertensi yang

berhubung dengan kehamilan, dan lain-lain.

D. FARMAKOTERAPI

1. DIURETIK

Thiazid à Golongan untuk menangani hipertensi. Efektif pada pasien dengan

fungsi ginjal yang kurang baik (GFR > 30 ml/menit).

Diuretik Hemat Kalium à Memiliki efek antihipertensi yang lemah bila

digunakan dalam dosis tunggal, namun memberikan efek hipotensi aditif bila

6
dikombinasi dengan diuretik thiazid atau loop. Obat ini dapat mengatasi

kekurangan kalium dan natrium.

Antagonis Aldosteron à merupakan diuretik hemat kalium dengan onset aksi

yang lama (hingga 6 minggu)

2. GOLONGAN ACE-INHIBITOR

Yaitu 'Angiotensin-Converting Enzyme' (ACE) Inhibitor. Obat ini mencegah

'konstriksi' (pengkerutan) pembuluh darah akibat formasi hormon 'angiotensin II'

dengan cara memblokade enzim ACE, mencegah pembentukan angiotensin I

menjadi angiotensin II.Contoh obat golongan ini : Kaptopril.

3. GOLONGAN ANGIOTENSIN-II RECEPTOR BLOCKERS

Obat ini akan secara langsung memblokade aksi hormon angiotensin II. Obat ini

dapat digunakan bila penggunaan ACE inhibitor menimbulkan keluhan / efek

samping.Contoh obat golongan ini : Valsartan, Telmisartan, Olmesartan.

4. GOLONGAN ‘BETA BLOCKER’ (PENYEKAT BETA)

Obat golongan ini memblokade aksi 'adrenalin' pada sistem saraf otonom,

sehingga menurunkan frekuensi jantung (heart's rate) dan curah jantung (heart's

output). Golongan 'beta blocker' juga akan mengurangi beban jantung.Contoh

obat golongan ini : Propanolol, Atenolol.

5. GOLONGAN ‘CALCIUM CHANNEL BLOCKER’

Obat ini melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan kapiler menurun. Obat ini

mencegah masuknya 'Calsium' ke jaringan melalui 'Calcium Channel' sehingga

akan me'relaksasi' (mengendurkan) dinding pembuluh darah arteri dan

7
menurunkan kontraksi jantung.Contoh obat golongan ini : Amlodipin,Verapamil,

Diltiazem, Nifedipine.

6. GOLONGAN ‘DIRECT RENIN INHIBITOR’ (DRI)

Obat golongan ini merupakan obat anti hipertensi terbaru, memiliki efek

menghambat hormon renin dari ginjal.Contoh obat golongan ini: Aliskiren.

7. GOLONGAN ALFA BLOKER

mekanisme dengan cara vasodilatasi langsung otot polos vascular.Contoh

Prasozin dan terasozin.

8. Pengaruh langsung pada kontrol saraf terhadap tekanan darah

contoh : klonidin,metildopa,reserpin.

9. VASODILATOR

mekanismenya adalah melebarkan vascular.

contoh : hidralazin dan dihidralazin

JURNAL KESEHATAN

JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

2622-7363

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN

8
DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI DI DESA HULU

KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2016

Almina Rospitaria Tarigan1, Zulhaida Lubis2, Syarifah3

1
Alumni Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2Staf Pengajar

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara *regaar56@yahoo.co.id

DOI : 10.24252/jkesehatan.v11i1.5107

Abstrak

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab kematian. Desa Hulu adalah desa yang

memiliki jumlah penderita hipertensi tertinggi di Puskesmas Pancur Batu, Kabupaten Deli

Serdang. Penderita hipertensi pada tahun 2014, berjumlah 44, 2015, berjumlah 56 orang dan

pada tahun 2016 berjumlah 108 orang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh

pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan diet hipertensi di desa

kecamatan Batu Pancur Hulu. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan

pendekatan explanatory. Penelitian ini dilakukan antara bulan April dan Juni 2016 dengan

populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi di desa kecamatan Batu Pancur

Hulu berjumlah 108 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh dengan

wawancara kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik ganda pada α = 0,05. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara statistik pengetahuan (hipertensi diet, hipertensi asupan makanan)

dan sikap terhadap (hipertensi diet, diet hipertensi diet) dan dukungan keluarga meliputi

(dukungan harapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dukungan emosional) pengaruh yang

signifikan terhadap pelaksanaan dari diet hipertensi di desa Hulu kecamatan Batu Pancur.

Pengaruh variabel pengetahuan lebih besar pada pelaksanaan diet hipertensi.

9
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga, Diet Hipertensi.

Abstract

Hypertension is a major risk factor causes of death. Hulu village is a village that has the

highest number of hypertensive patients in Puskesmas Pancur Batu, Deli Serdang regency.

Patients with hypertension in 2014, totaling 44, 2015, amounted to 56 people and in 2016

amounted to 108 people. This study aimed to analyze the influence of knowledge, attitude and

family support for the implementation of hypertension diet in the village of Batu Pancur Hulu

subdistrict. The study was cross-sectional study with explanatory approach. This study was

conducted between April and June 2016. The population in the study were all patients with

hypertension in the village of Batu Pancur Hulu subdistrict totaled 108 people and the entire

population sampled. The data were obtained by questionnaire interviews, analyzed by multiple

logistic regression at α = 0.05. The results showed that statistically the knowledge of (diet

hypertension, food intake hypertension) and attitudes toward (diet hypertension, dietary diet

hypertension) and family support include (support hope, real support, information support,

emotional support) a significant effect on the implementation of the diet hypertension in the

village of

10
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

2622-7363

Hulu subdistrict Pancur Stone. Variables knowledge greater impact on the implementation of

hypertension diet.

Keywords : Knowledge, Attitude, Family Support, Implementation Hypertension Diet

PENDAHULUAN

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg.

Menurut WHO (Word Health Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah

kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan

hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau esensial (90%

kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder (10%) yang

disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal.

Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan

darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009).

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di

Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa

menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat

menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir
11
semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat

dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila

dapat dikontrol tekanan darahnya (Adib, 2009).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus

meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan

sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang

memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika

memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar

35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap

tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia

cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk (Widiyani, 2013).

12
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

2622-7363

Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor

3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai 6,7% dari populasi

kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes

tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25,8%. Penderita

hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali.

Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat

untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi,

sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat.

Hasil Riskesdas tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Utara

sebesar 45,69% pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan

penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar

27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang)

(Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan survei awal pada bulan Januari 2015 di Puskesmas Pancur Batu yang memiliki

wilayah kerja 22 desa ditemukan jumlah penderita hipertensi yang di rawat inap tahun 2013-

2015 terus mengalami peningkatan. Jumlah penderita hipertensi tahun 2013, sebanyak 2.841

penderita, tahun 2014 sebanyak 2.855 penderita dan tahun 2015 sampai dengan bulan Juni

sebanyak 1.250 penderita. Jumlah penderita hipertensi terbanyak di wilayah Kerja Puskesmas

Pancur Batu tahun dari tahun 2013-2015 terdapat di Desa Hulu, yaitu tahun 2013 berjumlah 44

orang, tahun 2014 berjumlah 56 orang dan tahun 2015 berjumlah 108 orang. Dari 108 orang

13
penderita hipertensi terdapat 38 orang penderita hipertensi yang berusia di atas 45 tahun, 4 orang

penderita hipertensi diantaranya mengalami stroke ringan dan 1 orang penderita hipertensi

mengalami stroke berat (Profil Puskesmas Pancur Batu, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa penderita hipertensi terkait dengan

terjadinya penyakit hipertensi sebagian besar tidak terlalu memahami asupan makanan yang

harus di konsumsi, tingkat pendidikan tergolong rendah dan jarang terpapar dengan sumber

informasi atau penyuluhan kesehatan yang harusnya dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader

puskesmas, ada pula penderita yang mengatakan agak repot kalau harus membuat makanan yang

terpisah dari anggota keluarga lainnya, bahkan sebagian besar penderita tidak terlalu perduli

dengan hipertensi yang dideritanya karena belum mengganggu aktivitas sehari-hari dan

beranggapan tekanan darahnya akan normal kembali dalam beberapa hari, selain itu penyakit

hipertensi di dapat juga sebagian dari faktor keturunan, sehingga tidak memanfaatkan fasilitas

kesehatan walaupun jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan tidak terlalu jauh.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang

pengaruh pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan

14
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

2622-7363

diet hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu tahun 2015. Sehingga penulis merumuskan

bahwa apakah ada pengaruh pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan

diet hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu tahun 2015?

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengidentifikasi pengaruh pengetahuan, sikap

dan dukungan keluarga terhadap pelaksanaan diet hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur

Batu Tahun 2015.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian adalah Cross-Sectional Study dengan pendekatan explanatory. Penelitian ini

dilaksanakan bulan April sampai Juni 2016. Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita

hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu berjumlah 108 orang dan seluruh populasi

dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan

regresi logistik berganda pada α=0,05.

15
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.Distribusi Berdasarkan Karakteristik

Karakteristik n %
Umur
30 - 36 tahun 18 16,7
37 - 43 tahun 46 42,6
44 - 50 tahun 44 40,7
Jenis kelamin
Perempuan 58 53,7
Laki-laki 50 46,3
Pendidikan
Tamat SD 7 6,5
SLTP 44 40,8
SLTA 52 48,1
Akademi/S1 5 4,6
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 35 32,4
Petani 49 45,4
PNS/TNI/ Polri/ Pegawai swasta/ 6, 10 9,2
Pensiunan
Wiraswasta/ Pedagang 14 13,0
Jumlah 108 100,0

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa responden dengan umur terbanyak 37-43 tahun, yaitu sebanyak

46 orang (42,6%). Jenis kelamin lebih banyak perempuan, yaitu

16
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

2622-7363

sebanyak 58 orang (53,7%). Pendidikan lebih banyak tingkat pendidikan SLTA, yaitu sebanyak

52 orang (48,1%) dan berdasarkan pekerjaan lebih banyak petani, yaitu sebanyak 49 orang

(45,4%).

Analisis Bivariat

Pengaruh masing-masing variabel bebas, yaitu pengetahuan dan sikap serta dukungan

keluarga. Adapun hasil uji secara statistik sebagai berikut:

Tabel 2. Pengaruh Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Pelaksanaan Diet
Jumlah P
Variabel Tidak Baik Baik

n % n % n %
Pengetahuan
Tidak baik 64 91,4 6 8,6 70 100,0 0,001
Baik 12 31,6 26 68,4 38 100,0
Sikap
Negatif 62 84,9 11 15,1 73 100,0 0,001
Positif 14 40,0 21 60,0 35 100,0
Dukungan
Keluarga

0,001
Tidak baik 70 82,4 15 17,6 85 100,0
Baik 6 26,1 17 73,9 23 100,0

17
Pengaruh Sikap dengan Pelaksanaan Diet Hipertensi

Dari hasil penelitian pengaruh sikap dengan pelaksanaan diet hipertensi hasil uji statistik

Chi-square diperoleh p<0,05, hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara sikap

dengan pelaksanaan diet hipertensi, artinya semakin positif sikap responden maka semakin baik

pelaksanaan diet hipertensi. Hasil penelitian pengaruh dukungan keluarga dengan pelaksanaan

diet hipertensi hasil uji statistik Chi-square diperoleh p<0,05, hal ini menunjukkan ada pengaruh

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan diet hipertensi, artinya semakin

baik dukungan keluarga maka semakin baik pelaksanaan diet hipertensi

Analisis Multivariat

Analisis multivariat model regresi logistik berganda harus memenuhi persyaratan hasil

pengujian. Persyaratan yang dimaksud, yaitu variabel independen yang disertakan ke dalam uji

multivariat harus memiliki nilai uji statistik p<0,25 pada uji bivariat. Berdasarkan hasil uji

bivariat dengan metode chi-square variabel pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga memiliki

nilai p<0,25, sehingga variabel pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga disertakan dalam uji

regresi logistik.

18
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

Tahun 2018 2622-7363

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik


95% CI For
No Variabel B df Sig. Exp.B Exp.B
Lower Upper

1 Pengetahuan 3,810 1 0,001 45,170 8,710 234,253


2 Sikap 2,267 1 0,008 9,655 1,826 51,051
3 Dukungan keluarga 1,866 1 0,020 6,463 1,348 30,982
Constant -4,193 1 0,000 0,015

Pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 45,170, artinya responden yang memiliki

pengetahuan baik mempunyai peluang 45 kali pelaksanaan diet hipertensi dengan baik

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tidak baik. Nilai B = Logaritma

Natural dari 45,170=3,810. Oleh karena Nilai B bernilai positif maka pengetahuan mempunyai

pengaruh positif terhadap pelaksanaan diet hipertensi. Sikap mempunyai nilai Exp (B) sebesar

9,655 artinya responden yang memiliki sikap positif mempunyai peluang 10 kali pelaksanaan

diet hipertensi dengan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap negatif.

Nilai B = Logaritma Natural dari 9,655=2,267. Oleh karena Nilai B bernilai positif maka sikap

mempunyai pengaruh positif terhadap pelaksanaan diet hipertensi.

Dukungan keluarga mempunyai nilai Exp (B) sebesar 6,463 artinya responden yang

menyatakan dukungan keluarga baik mempunyai peluang 6 kali pelaksanaan diet hipertensi

dengan baik dibandingkan dengan responden yang menyatakan dukungan keluarga tidak baik.

19
Nilai B = Logaritma Natural dari 6,463=1,866. Oleh karena Nilai B bernilai positif maka sikap

mempunyai pengaruh positif terhadap pelaksanaan diet hipertensi.

Dari ketiga Variabel pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga yang mempunyai pengaruh

lebih besar terhadap pelaksanaan diet hipertensi adalah pengetahuan.

Pengaruh Pengetahuan terhadap Pelaksanaan Diet Hipertensi

Berdasarkan uji statistik Chi-square menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara

pengetahuan tentang pengertian diet hipertensi (pengaturan makanan) dan asupan makanan

penderita hipertensi (p<0,05). Hasil uji statistik multivariat pengetahuan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pelaksanaan diet hipertensi (p<0,05); Exp (B) = 45,170; CI For Exp (B)

(8,710 – 234,253). Hal ini memberikan makna bahwa responden yang memiliki pengetahuan

baik tentang pengertian diet hipertensi (pengaturan asupan makanan) dan asupan makanan

penderita hipertensi mempunyai peluang 45 kali pelaksanaan diet hipertensi dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Abubakar (2007), Kusumawati (2014)

dan Saputro (2009) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

penderita hipertensi dengan pola makan sehari – hari, dari penelitian

20
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN :

2622-7363

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan seseorang mempengaruhi tindakan

yang akan dilakukan terkait dengan diet hipertensi. Demikian juga pada hasil penelitian

Ginting (2006) dan Novian (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan kepatuhan diet pasien hipertensi. Hasil penelitian ini didukung teori

Green dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan datang dari

pengalaman dapat diperoleh dengan informasi yang didapat dan akan mempengaruhi sikap.

Jika mempunyai pengetahuan tinggi, secara otomatis orang tersebut bersikap dan berperilaku

yang sesuai dengan pengetahuannya.

Pengaruh Sikap terhadap Pelaksanaan Diet Hipertensi

Berdasarkan uji statistik Chi-square menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara

sikap dengan pelaksanaan diet hipertensi (p<0,05). Hasil uji statistik multivariat sikap

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaksanaan diet hipertensi (p<0,05); nilai Exp

(B) = 9,655; CI For Exp (B) (1,826 51,051). Hal ini memberikan makna bahwa responden

yang memiliki sikap positif terhadap diet hipertensi (pengaturan asupan makanan) dan

pengaturan makanan diet hipertensi mempunyai peluang 10 kali pelaksanaan diet hipertensi

dengan baik.

21
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Busari, et al. (2010) di Nigeria

menyimpulakn bahwa pengetahuan dan sikap pasien hipertensi mempengaruhi kepatuhan

pengontrolan tekanan darah, dan angka morbiditas serta mortalitas penyakit hipertensi. Pasien

yang memiliki pengetahuan baik tentang hipertensi dapat meningkatkan kepatuhannya dalam

pelaksanaan program terapi. Demikian juga dalam hasil penelitian Runtukahu (2015), Puspita

(2011) dan Ginting (2008) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh sikap terhadap kepatuhan

diet hipertensi dengan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil Penelitian ini juga

didukung oleh teori Green dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa sikap

merupakan bagian dari faktor predisposisi yang berpengaruh dalam membentuk perilaku

seseorang.

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pelaksanaan Diet Hipertensi

Berdasarkan uji statistik Chi – square menunujukkan ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan diet hipertensi (p<0,05). Hasil uji statistik

multivariat dukungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaksanaan diet

hipertensi (p<0,05); nilai Exp (B) = 6,463; CI For Exp ( B) (11,348 – 30,982). Hal ini

memberikan makna bahwa responden yang mendapat dukungan keluarga dengan baik

mempunyai peluang 6 kali pelaksanaan diet hipertensi dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nainggolan (2012) terkait

pengendalian hipertensi yang dilakukan oleh keluarga terhadap 45 orang penderita hipertensi

di poliklinik RSUD Tugurejo Semarang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan diet rendah

22
JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018 P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN : 2622-

7363

garam. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangat berperan

dalam pengendalian hipertensi. Demikian juga pada hasil penelitian Kusumawati (2014) di

wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

hipertensi.

Pelaksanaan Diet Hipertensi

Berdasarkan karateristik responden penderita hipertensi, yaitu sebanyak 46 orang

(42,6%) berumur 37 - 43 tahun dan sebanyak 44 orang (40,7%) berumur 44 – 50 tahun (90

orang berumur 37 – 50 tahun). Hipertensi tidak berbeda dengan penyakit degeneratif lain

yang sering dialami seseorang sehubungan dengan bertambahnya usia. Hipertensi yang

dianggap sebagai silent killer memang baru dirasakan akibatnya saat seseorang mengalami

komplikasi dari meningkatnya tekanan darah dengan gejala – gejala yang dianggap sepele

seperti sakit kepala atau nyeri tengkuk. Hal ini sejalan dengan pendapat Mansjoer (2001)

menyatakan bahwa umur lebih dari 40 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi. Arteri

kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia,

kebanyakan orang mengalami hipertensi ketika berumur lima puluhan atau enam puluhan

(Staessen et al, 2003).

Berdasarkan jenis kelamin penderita hipertensi lebih banyak perempuan, yaitu sebanyak

58 orang (53,7%). Hal ini sejalan dengan pendapat Sustarani (2004) mengungkapkan bahwa

wanita penderita hipertensi lebih banyak daripada laki – laki. Tetapi wanita lebih tahan

daripada laki – laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak

mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Pada pria hipertensi lebih

23
banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.

Sampai usia 55 tahun pria berisiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan dalam

penelitian ini yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dan sikap serta

dukungan keluarga terhadap pelaksanaan diet hipertensi yang dilihat dari nilai signifikan

(p=0.001), sehingga (p<0.005), maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain

pengetahuan responden yang baik dan sikap positif serta dukungan keluarga yang baik akan

memiliki peluang pelaksanaan diet hipertensi dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adib., M., (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.

Dianloka Dianloka Pustaka Populer, Yogyakarta.

Bustan, M.N., (2007). Epidemilogi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta.

Kemenkes RI, (2013). “Direktorat Jenderal PPM&PLP, Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan” Jakarta.

Kusumawati, D. (2014). “Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dalam

Pengaturan Diit Hipertensi Dengan Kepatuhan Diit Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja

Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi”. TESIS. Program Studi Magister Kedokteran

Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Nainggolan, DFP. (2012). “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Rendah

Garam dan Keteraturan Kontrol Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Poliklinik

RSUD Tugurejo Semarang”. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 1(2) Desember.

Notoadmodjo. (2010). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Puspita, A, (2011). “Sikap Terhadap Kepatuhan Diit Hipertensi Dengan Tekanan Darah pada

Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Doro II Kabupaten Pekalongan.

Seminar Nasional Keperawatan PPNI Jawa Tengah”. jurnal.unimus.ac.id.

25
Runtukahu, R.F. (2015). “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Melaksanakan Diet Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang

Kecamatan Langowan Timur”. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3(2) Mei.

Saputro, H.T, (2009). “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hipertensi Dengan

Sikap Kepatuhan Dalam Menjalankan Diit Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Andong

Kabupaten Boyolali”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Widiyani, R., (2013). “Penderita Hipertensi Terus Meningkat”.

http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus

.Meningkat . Tanggal akses 21 Nopember 2014.

Varney, H, dkk. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Barupess.

26
27

Anda mungkin juga menyukai