Model Sebaran Penurunan Tanah Di Wilayah Pesisir Semarang
Model Sebaran Penurunan Tanah Di Wilayah Pesisir Semarang
Abstrak
Banjir rob merupakan fenomena bencana yang melanda daerah pesisir Kota Semarang sejak 30 tahun terakhir
yang sampai saat ini belum dapat tertanggulangi dan bahkan semakin meluas. Penyebab utama timbulnya banjir
rob adalah terjadinya penurunan tanah yang dapat mencapai + 15 cm/tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan informasi yang akurat mengenai penurunan tanah yang terjadi, terutama mengenai zona sebaran
penurunan tanah yang dikaitkan dengan penggunaan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran
spasial Penurunan Tanah di Pesisir Kota Semarang sehingga diharapkan bisa menjadi acuan bagi Pemerintah Kota
Semarang dalam rangka penanggulangan banjir rob. Data spot height peta RBI dan hasil pengukuran lapangan
dengan menggunakan DGPS digunakan dalam penelitian ini. Laju penurunan tanah dihitung berdasarkan
perbedaan ketinggian wilayah pada saat ini dengan ketinggian wilayah pada spot height peta RBI, tahun 2001. Data
citra satelit IKONOS yang didownload dari Google Earth digunakan untuk mengetahui penggunaan lahan eksisting.
Pengolahan data dilakukan berbasis Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan tool Spatial Analyst pada
software Arc GIS 9.1. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa Kota Semarang mempunyai luas 17.073,23
ha dan laju penurunan tanah <1 cm/thn terjadi seluas 3.355,93 ha (19,7%); 1,1–4 cm/thn seluas 6.515,77 ha
(38,2%), 4,1–8 cm/thn seluas 5.048,51 (29,6%); 8,1–12 cm/thn seluas 1.685,6 ha (9,9%); dan 12,1–15 cm/thn
seluas 467,45 ha (2,7%). Penurunan tanah tersebut menyebar secara spasial di Kecamatan Genuk (8.1-15 cm/th)
dan Semarang Utara serta sebagian Semarang Barat (4.1-12 cm/th). Kecamatan Tugu memiliki tingkat penuruan
tanah yang relatif rendah, yaitu kurang dari 1 cm/th.
Kata kunci: Semarang, Banjir Rob, Penurunan tanah,
Abstract
Since the last 30 years, Tidal flood hazard in the Semarang Coastal Area has never been clearly solved and even
getting worse time to time. Most possible cause of this tidal flooding is believed land subsidence which reaches
up to 15cm/year. Accurate information of land subsidence distribution, in relation to land use, is therefore needed
to ease this flooding problem. The study is aimed to identify spatial distribution of land subsidence in Semarang
coastal area which hopefully can be used as scientific reference for Semarang City Government on solving this tidal
flooding problem. A spot height data of Indonesian Land Surface (RBI) map was used as the main information of the
study collaborated with comprehensive field measurement using DGPS. Land subsidence rate was then calculated
as differences between actual height of the location with spot height indicated on 2001 RBI map. An IKONOS
satellite image of the same spot was then used to determine existing land use of the area. The dara were processed
using a GIS-based analysis ‘Spatial Analyst’ of ArcGIS 9.1. The result showed that among total of 17.073,23 ha
of the study area 3.355,93 ha (19,7%) has rate of land subsidence of <1cm/year, 6.515,77 ha (38,2%) of 1.1-
4cm/year, 5.048,51 ha (29,6%) of 4.1-8cm/year, 1.685,6 ha (9,9%) of 8.1-12cm/year and 467,45 ha (2,7%) of
12.1-15cm/year. Spatial distribution of land subsidence in Semarang is spreading in Genuk (8.1-15 cm/th), North
Semarang and West Semarang District (4.1-12 cm/th). Land subsidence in Tugu District is relatively lower, that is
less then 1 cm/th.
Key words: Semarang, tidal flood, land subsidence,
*) Corresponding author
189 www.ijms.undip.ac.id Diterima / Received : 29-06-2009
Ilmu Kelautan, UNDIP Disetujui / Accepted: 27-07-2009
ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
190 Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang (Aris Ismanto et al.)
BAKOSURTANAL, dimana nilai ketinggian titik-titik tersebut diperoleh melalui pengukuran waterpass
teliti yang dilakukan sebelum tahun 1984 dan dikenal dengan istilah TTG (Titik Tinggi Geodesi). Data
ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
tersebut diperkirakan dihitung berdasarkan permukaan air laut rata-rata (MSL) yang dikeluarkan
oleh Kementrian Perhubungan Laut. Di samping itu kedua titik tersebut juga stabil/ tidak mengalami
Tinggipenurunan.
Geodesi). Data tersebut diperkirakan dihitung Geod L1/L2 GP. Survey elevasi dengan menggunakan
Metode statik survey merupakan metode DGPS
berdasarkan permukaan air laut rata-rata (MSL) yang trimble DGPS
pengukuran ini dilakukan pada 52 BM
yang digunakan yang pada
untuk
memperoleh ketelitian yang tinggi dimana akan didapatkan nilai koordinat posisi (lintang dan bujur) datar
dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan Laut. Di tahun 2007-2009. Pengukuran metode sipat
samping
dan itu kedua Dengan
elevasi. titik tersebut juga mencapai
ketelitian 5-10 mmtetap
stabil/ tidak + 2dilakukan sebagi pembanding
ppm diharapkan metode statik
dapat mengurangi
mengalami penurunan.
kesalahan yang sering terjadi pada pengukuran metode survey.
sipat datar menggunakan water pass akibat
Metode manusia.
kesalahan statik survey
Dalammerupakan
metode ini metode
kedua GPS tidak bergerak Data Spot Height
selama diolah untuk
pengamatan danmendapatkan
lama
pengukuran DGPS yang
pengamatan digunakan
sekitar 10 menituntuk memperoleh
dengan penambahan 5 menitpeta kontur
setiap elevasi Kota Semarang,
kilometernya. Penggunaan sedangkan
DGPS citra
ketelitian yang tinggi
merupakan suatudimana
metodeakanbarudidapatkan nilai
dalam pengukuran Ikonos
elevasi, diolah untuk
sehingga metodemendapatkan peta penggunaan
ini perlu dibandingkan
koordinat
dengan posisi
hasil(lintang dan bujur)
pengukuran metodedan datar yang lahan
elevasi.
sipat telah didikenal
pesisir dan
Kota sering
Semarang. Data-data
digunakan elevasi BM
dalam
Dengan ketelitian
pengukuran elevasi.mencapai 5-10 mm + 2 ppm yang didapat dibandingkan dengan data elevasi BM
diharapkan dapatDGPS trimblemengurangi
merupakan kesalahan yang dengan
GPS geodetic tahun-tahun sebelumnya
dual frekwensi sehingga
yang dapat akan untuk
digunakan diketahui laju
seringsurvey
terjadielevasi.
pada pengukuran
Antena yangmetode datar tipe penurunan
sipat adalah
digunakan TR Geod L1/L2 tanahnya.
GP. Semua
Survey proses
elevasipengolahan
dengan data
menggunakan
menggunakanwater DGPSpass akibat
trimblekesalahan manusia.
ini dilakukan pada 52 BM tersebut
yang padadilakukan
tahun dengan
2007-2009. menggunakan
Pengukuransoftware
Dalammetode
metodesipat
ini kedua GPS tidak bergerak selama Arc GIS 9.1.
datar tetap dilakukan sebagi pembanding metode statik survey.
pengamatan dan Datalama pengamatan
Spot Height diolahsekitaruntuk
10 menitmendapatkan peta kontur elevasi Kota Semarang,
dengan penambahan
sedangkan citra 5Ikonos
menit diolah
setiap untuk mendapatkanHasil
kilometernya. peta dan Pembahasan
penggunaan lahan di pesisir Kota
Penggunaan
Semarang.DGPS merupakan
Data-data suatu
elevasi metode
BM yang baru dibandingkan
didapat dengan data elevasi
Digitasi Updating Penggunaan BM tahun-tahun
Lahan di Wilayah
dalamsebelumnya
pengukuransehingga
elevasi, sehingga metode ini perlu
akan diketahui laju penurunanStudi tanahnya. Semua proses pengolahan data
Kota Semarang
dibandingkan
tersebut dengan
dilakukan hasil pengukuran
dengan metodesoftware
menggunakan sipat Arc GIS 9.1.
Data yang digunakan untuk mengetahui
datar yang telah dikenal dan sering digunakan dalam
penggunaan lahan di Kota Semarang adalah Peta
Hasil dan
pengukuran Pembahasan
elevasi.
Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000, publikasi
Digitasi trimblePenggunaan
DGPSUpdating merupakanLahan GPS digeodetic
Wilayah Studi Kota Semarang
Bakosurtanal tahun 2001 yang kemudian diupdate
Data yang
dengan dual frekwensi digunakan
yang untuk mengetahui
dapat digunakan untuk penggunaan lahan di Kota Semarang adalah Peta
dengan citra satelit IKONOS resolusi 1 meter hasil
Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000,
survey elevasi. Antena yang digunakan adalah tipe TR publikasi Bakosurtanal tahun 2001 yang kemudian diupdate
download dari Google Earth.
dengan citra satelit IKONOS resolusi 1 meter hasil download dari Google Earth.
Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang (Aris Ismanto et al.) 191
(Sumber data : Peta RBI tahun 2001 dan citra satelit ikonos, 2007, Google Earth).
Pada Tabel 1 berikut ini ditampilkan hasil updating penggunaan lahan di wilayah studi Kota
ILMU KELAUTAN.
Semarang.
Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
Tabel1.1.Penggunaan
Tabel PenggunaanLahan
LahanWilayah
WilayahStudi didi
Studi Kota Semarang
Kota Semarang
Penggunaan Lahan Luas (Hektar)
Air 2.508,4
Industri 650,9
Kebun 2.048,7
Lahan Terbuka 1.521,9
Mangrove 3,0
Pemukiman 8.625,4
Sawah 1.107,8
Tegalan 607,1
Total 17.073,3
Sumber: Citra Satelit Ikonos, 2007 (Google Earth).
Pada Tabel 1 berikut ini ditampilkan hasil tersebut diupdate dan masuk ke dalam wilayah
updating penggunaan lahan di wilayah studi Kota studi, sehingga wajar jika terjadi penambahan luas.
Semarang. Dari data tersebut nampak penambahan mangrove
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa sebesar 31,7%. Pada kelas penggunaan lahan
penggunaan lahan untuk air mengalami penambahan industri, pada peta RBI belum terkelaskan, sedangkan
sebesar 3,97%. Hal ini dikarenakan pada RBI tahun pada citra Ikonos tahun 2007, kawasan industri
2001, di kawasan pesisir terdapat wilayah perairan jelas teridentifikasi secara visual dengan luas 650,9
yang belum masuk ke dalam polygon wilayah studi, hektar.
sedangkan pada citra Ikonos 2007, wilayah perairan Kelas penggunaan lahan yang berkurang
Tabel2.2.Perubahan
Tabel Perubahanpenggunaan
penggunaanLahan
Lahan
Penggunaan Luas (Hektar) Perubahan Persentase
Citra Ikonos Keterangan
RBI 2001
Lahan 2007 (Hektar) (%)
Air 2.412,5 2.508,4 + 95,89 + 3,97 Ada sebagian wilayah
tidak di daerah pesisir
Industri 650,9 650,9 - pada RBI 2001 belum
terkelaskan
masuk kedalam area
Kebun 2490,8 - 442,132 - 17,8 studi, sedangkan
2.048,7
pada Citra Ikonos
Lahan Terbuka 2.404,0 - 882,066 - 36,7 2007masuk dalam
1.521,9
batas wilayah studi.
Mangrove 2,3 + 0,7 + 31,7
3,0
Pemukiman 6.636,3 - 1989,117 + 30,0
8.625,4
Sawah 1.254,6 - 146,833 - 11,7
1.107,8
Tegalan 1.222,0 - 614,852 - 50,3
607,1
Total Luas 16.422,5 17.073,2
Sumber : Pengolahan peta RBI tahun 2001 dan Citra Ikonos, 2007
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa penggunaan lahan untuk air mengalami penambahan
sebesar 3,97%. Hal ini dikarenakan pada RBI tahun 2001, di kawasan pesisir terdapat wilayah
192perairan yang belum masuk ke dalam polygonModel wilayah studi,
Sebaran sedangkan
Penurunan pada Pesisir
Tanah di Wilayah citra Ikonos
Semarang2007,
(Aris Ismanto et al.)
wilayah perairan tersebut diupdate dan masuk ke dalam wilayah studi, sehingga wajar jika terjadi
penambahan luas. Dari data tersebut nampak penambahan mangrove sebesar 31,7%. Pada kelas
penggunaan lahan industri, pada peta RBI belum terkelaskan, sedangkan pada citra Ikonos tahun
ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
10000
9000 RBI 2001
8000 Citra IKONOS 2007
7000
Luas (Ha)
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
r
n
n
ka
Ai
an
ov
wa
a
bu
bu
al
m
gr
Ke
Sa
g
i
r
an
uk
Te
Te
m
M
n
Pe
ha
Penggunaan Lahan
La
Gambar
Gambar22.Perubahan
PerubahanPenggunaan
PenggunaanLahan pada
Lahan Wilayah
pada Studi.
Wilayah Studi.
adalah kebun, lahan terbuka, sawah dan tegalan survei lapangan tahun 2009. Laju penurunan tanah
dengan prosentase masing-masing adalah 17,8; 36,7, dihitung dengan menghitung ketinggian wilayah
11,7 dan 50,3%. Sementara itu kelas penggunaan pada saat ini (survei, ketinggian MSL, satuan meter)
lahan yang mengalami penambahan secara signifikan dikurangi dengan ketinggian wilayah pada spot height
adalah pemukiman, dengan persentase penambahan peta RBI, tahun 2001. Selisih penurunan tanah
luas yaitu 30%. tersebut kemudian dibagi interval waktu penurunan
tanah selama 8 tahun. Laju penurunan tanah
Pengolahan Spot Height RBI, Tahun 2001.
dikonversikan dengan satuan cm/tahun. Berikut ini
Untuk menghitung laju penurunan tanah, ditampilkan hasil overlay spot height peta RBI tahun
digunakan data spot height peta RBI dan data hasil 2001 dan hasil interpolasi ketinggiannya:
Gambar 3. Kontur ketinggian wilayah diolah dari data spot height peta RBI, tahun 2001.
Gambar 3 Kontur ketinggian wilayah diolah dari data spot height peta RBI, tahun 2001.
Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang (Aris Ismanto et al.) 193
ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
Tabel 4.Tabel
Tabel Persentase Laju
4. Persentase
4. Persentase Penurunan
Laju
Laju Tanah
Penurunan
Penurunan TanahBerdasarkan
Tanah Kelas
Berdasarkan Kelas
Berdasarkan Penggunaan
KelasPenggunaan
Penggunaan Lahan
Lahan
Lahan
Laju Laju
Penurunan
Penurunan Persentase
PersentasePenurunan
PenurunanTanah
Tanahpada
padaKelas
Kelas Penggunaan Lahan(%)
Penggunaan Lahan (%)
TanahTanah Lahan
Lahan Pemu
Pemu
(cm/thn)
(cm/thn) Air Air Industri
Industri Kebun
Kebun Terbuka
Terbuka kiman
kiman Sawah
Sawah Tegalan
Tegalan Mangrove
Mangrove
< 1 cm/thn
< 1 cm/thn 0,320,32 6,47
6,47 45,36
45,36 8,70
8,70 25,82
25,82 4,79
4,79 8,55
8,55 0,00
0,00
1,1 -1,1
4 cm/thn
- 4 cm/thn 18,77
18,77 1,84
1,84 3,85
3,85 11,86
11,86 50,72
50,72 9,54 3,42
3,42 0,00
0,00
4,1 -4,1
8 cm/thn
- 8 cm/thn 15,27
15,27 2,87
2,87 5,38
5,38 7,46
7,46 62,20
62,20 5,12 1,70
1,70 0,00
0,00
8,1 -8,1
12 -cm/thn
12 cm/thn 17,12
17,12 8,42
8,42 0,25
0,25 4,49
4,49 65,41
65,41 3,61 0,62
0,62 0,08
0,08
12,112,1
- 15 -cm/thn
15 cm/thn 46,07
46,07 5,74
5,74 0,00
0,00 1,01
1,01 45,25
45,25 1,35 0,23
0,23 0,35
0,35
Total % %
Total 14,65
14,65 3,84
3,84 12,04
12,04 8,90
8,90 50,53
50,53 6,47
6,47 3,56
3,56 0,02
0,02
Berdasarkan
Berdasarkan hasil
hasil perhitunganyang
perhitungan yangdisajikan
disajikanpada
pada Tabel
Tabel 33 dan
dan Tabel
Tabel 44 diatas
diatasdapat
dapat
diketahui
194 diketahui rincian
rincian lajupenurunan
laju penurunantanah
tanah dari
dari
Model wilayah
wilayah
Sebaran studi
studi
Penurunan yang
Tanahyang dikaji.
PesisirPada
dikaji.
di Wilayah Pada Tabel
Tabel
Semarang 33 et al.)
(Aris Ismanto
terlihat bahwa pada persentase laju penurunan tanah tertinggi adalah 1,1 – 4 cm/th
terlihat bahwa pada persentase laju penurunan tanah tertinggi adalah 1,1 – 4 cm/th
dengan persentase 38,2%, disusul 4,1 – 8 cm/thn 29,6%; <1 cm/thn 19,7%; 4,1 – 8
dengan persentase 38,2%, disusul 4,1 – 8 cm/thn 29,6%; <1 cm/thn 19,7%; 4,1 – 8
ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang (Aris Ismanto et al.) 195
ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 189-196
Marfai, M. A., & King, L. 2007. Tidal inundation Sutanta, H & TW Hobma. 2002. Preliminary
mapping under enhanced land subsidence Assessment of The Impact of Land Subsidence
in Semarang Central Java Indonesia. Natural and Sea Level Rise in Semarang, Central Java,
Hazards. 44:93-109 Indonesia. Proceeding PORSEC. Bali
Mitchell, J. K., 1988. Confronting natural disasters: Sriboga Ratu Raya. 2005. Pekerjaan Pengukuran
an international decade for natural hazard Elevasi TTG 449 Srondol – Bolard T. PT Sriboga
reduction. Environment, 30(2), 25–29. Ratu Raya. Semarang
Muhrozi; S Pranoto & Nasrullah, 1997 Studi Penentuan Wirasatriya, A. 2005. Kajian Kenaikan Muka Laut
Penurunan Permukaan Tanah di semarang sebagai Landasan Penanggulangan Rob di
bagian Bawah. Fakultas Teknik Sipil Universitas Pesisir Kota Semarang. Tesis Program Studi
Diponegoro. Semarang Magister Manajemen Sumber Daya Pantai.
PT. Pelindo III Cabang Tanjung Emas, 2000. Hasil Universitas Diponegoro. Semarang
Survei/Pengukuran Elevasi dalam Rangka Wirasatriya, A., E. Indrayanti., & I B. Prasetyawan.
Pengamatan Penurunan Tanah di Pelabuhan 2006. Kajian Elevasi Bench Mark dan Laju
Tanjung Emas Semarang Tahap III Tahun 2000. Penurunan tanah di Pesisir Kota Semarang.
Pelaksana : CV Parmaga Utama Semarang. PT. Laporan Penelitian DIK Rutin. Universitas
Pelindo III cabang Tanjung Emas. Semarang Diponegoro. Semarang
Setiyono, H., S. Sukmaningrum, D. Haryo, & Tri W.W., Wirasatriya, A. 2007. Kajian Penurunan Tanah PT.
1994. Laporan Penelitian Isu Kenaikan Muka Sriboga Ratu Raya Semarang. PT Sriboga Ratu
Air LautGlobal pada PesisirPulau Jawa. Studi Raya. Semarang
Kasus di Tiga Kota Besar (Jakarta Semarang,
Surabaya). Pusat Studi Lingkungan Hidup.
Lembaga Penelitian UNDIP. Semarang
196 Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang (Aris Ismanto et al.)