Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam

gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya

proses imflamasi lambung (Sukarmin 2013).

Masyarakat sering menganggap remeh penyakit gastritis, padahal ini

akan semakin besar dan parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan

tampak sembab, merah dan mudah berdarah. Penyakit gastritis sering terjadi

pada remaja, orang-orang yang stress, karena stress dapat meningkatkan

produksi asam lambung, pengkonsumsi alcohol dan obat-obatan anti inflamasi

non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak

perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis (Brunner, 2013).

Gastritis akut biasanya disebabkan karena pola makan yang kurang

sehat, baik dalam frekuensi maupun waktu yang tidak teratur selain karena

faktor isi atau jenis makanan yang iritatif terhadap mukosa lambung,

pengguna obat analgetik (aspirin), termasuk obat anti-inflamasi nonsteroid

(Non Steroid Anti Inflamation Drug/ NSAID) (Diyono & Mulyanti, 2014).
2

Gastritis kronis merupakan kelanjutan dari gastritis akut yang terjadi

karena faktor-faktor di atas, juga karena peran dari bakteri Helicobacter pylori

yang bahkan sering menyebabkan keganasan atau kanker lambung. Faktor

auto-imun dan anemia juga ikut ambil dalam proses ini (Sukarmin 2014).

Nyeri lambung atau epigastrik pain merupakan gejala klinis yang paling

sering umum ditemukan pada gastritis akut. Gejala klinis lain meliputi mual,

muntah, pusing, malaise, anoreksia, dan ceguen. Pada gastritis kronis

biasanya ditandai dengan penurunan berat badan, perdarahan dan anemia

pernisiosa sebagai menurunnya absorpsi vitamnin B karena hilangnya faktor

intrinsik lambung (Diyono & Mulyanti, 2014).

Data WHO menunjukan pada tahun 2012, insiden gastritis sekitar 1,8-

2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia

Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO 2012).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2014, gastritis merupakan

peringkat ke 5 dari 10 besar penyakit terbanyak pasien rawat inap yaitu 24,716

kasus dan peringkat ke 6 dari 10 besar penyakit terbanyak rawat jalan di

Rumah Sakit di Indonesia yaitu 88,599 kasus (Depkes 2015). Angka kejadian

gastritis pada beberapa daerah lainya seperti Surabaya, Bandung, Jakarta,

Denpasar di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari

238,452,952 jiwa penduduk. Prevalensi gastritis di Jawa Timur pada tahun

2015 mencapai 58.116 kejadian kasus dari 30.154 jiwa penduduk (Dinkes

Jatim, 2015). Berdasarkan data gastritis kota Surabaya tahun 2016 sebanyak
3

57.484 orang, yang berusia 5-14 tahun sebanyak 5.478 dan 15-44 tahun

sebanyak 25.074 tahun (Dinas Kesehatan Surabaya 2016).

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya

diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada

kalangan mahasiswa. Disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak

teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas

(tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur

pola makannya dan malas untuk makan. Pola makan terdiri dari frekuensi

makan, jenis makanan. Dengan menu seimbang perlu dimulai dan dikenal

dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan makanan seimbang.

Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari

penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam

mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan

pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan,

disamping itu gastritis juga dapat disebabkan oleh stress. Gastritis juga dapat

terjadi karena kurangnya pengetahuan dan perilaku untuk mencegah terjadinya

gastritis. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan perilaku seseorang yang tidak baik (Notoatmodjo, 2013).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan spenginderaan terhadap ssuatu objek tertentu. Perilaku merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama

berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku kesehatan


4

merupakan respon seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan

lingkungan (Sukarmin 2013).

pencegahan atau penanganan yang serius terhadap bahaya komplikasi

gastritis. Upaya untuk meminimalkan bahaya tersebut dapat dilakukan melalui

peningkatan kesadaran masyarakat tentang hal-hal yang dapat menyebabkan

penyakit gastritis. Salah satunya perilaku mahasiswa tentang faktor-faktor

pencetus kambuhnya penyakit gastritis. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti 8 dari 10 mahasiswa memiliki pola makan yang

kurang sehat seperti telat makan, suka mengkomsumsi makan-makanan pedas,

goreng-gorengan dan kopi yang dapat menyebabkan gastritis dan 6 dari 10

menderita gastritis (Diyono & Mulyanti, 2014).

Peneliti memilih mahasiswa jurusan keperawatan STIKES Surabaya

karena pada kenyataanya ditemukan beberapa mahasiswa umumnya memiliki

gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang memperhatikan makanan yang

dikomsumsi baik pola makan maupun jenis makanan yang dikomsumsi,

selain itu tidak jarang dari mereka yang memperhatikan untuk makan tepat

waktu di karenakan kesibukan di kampus maupun diluar kampus. Mengingat

besarnya dampak yang dapat terjadi diakibatkan oleh penyakit gastritis ini

khususnya pada mahasiswa maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Beresiko

Gastritis Pada Usia Dewasa Di STIKES Surabaya”.


5

Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada mahasiswa STIKES

Surabaya, perlunya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku risiko kejadian gastritis seperti sikap, pengetahuan, pelayanan

kesehatan, stres, pola makan dan perilaku adalah agar mereka mengetahui dan

menghindari faktor-faktor tersebut sehingga dapat mengurangi tingkat

berisiko kejadian gastritis. Solusi yang penulis berikan yaitu mahasiswa yang

berisiko kejadian gastritis dapat mengubah sikap yang lebih baik,

meningkatkan pengetahuan tentang gastritis, memanfaatkan pelayanan

kesehatan, manajemen stres, mengatur pola makan dan mengubah perilaku

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan

mendalam  maka penulis memandang permasalahan penelitian yang

diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri

hanya berkaitan dengan “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Berisiko Gastritis Pada Usia Dewasa Di Stikes Surabaya.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menganalisis penyakit gastritis pada usia dewasa muda di

Stikes Surabaya ?

2. Bagaimana mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

beresiko gastritis Pada usia dewasa di Stikes Surabaya ?


6

D. Tujuan Penelitian

1. Kejadian Gastritis Pada Usia Dewasa Muda Di Stikes Surabaya

2. Menganalisis karakteristik yang berhubungan dengan (Usia, Jenis

Kelamin Perempuan dan Laki-Laki ) Di Stikes Surabaya?

3. Menganalisis pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku Pada Usia

Dewasa Di Stikes Surabaya?

4. Menganalisis sikap yang berhubungan dengan perilaku Pada Usia Dewasa

Di Stikes Surabaya?

5. Menganalisis pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan perilaku

Pada Usia Dewasa Di Stikes Surabaya?

6. Menganalisis pola makan yang berhubungan dengan perilaku Pada Usia

Dewasa Di Stikes Surabaya?

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

2. Manfaat bagi responden

Agar lebih aplikatif terhadap orang-orang yang resiko kejadian

gastritis dapat mengurangi faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku beresiko kejadian gastritis yang mereka lakukan, sehingga mereka

dapat mengurangi perilaku resiko tersebut dengan memberikan Pendidikan

kesehatan.

3. Manfaat bagi ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

pengembangan ilmu Keperawatan, khususnya pada Keperawatan


7

Komunitas yaitu pengetahuan tentang Faktor-faktor yang Berhubungan

Dengan Perilaku Risiko Kejadian Gastritis, Sebagai sumbangan ilmu

pengetahuan tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Berisiko Kejadian Gastritis.

4. Manfaat bagi pelayanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang digunakan

dalam upaya peningkatan kesehahan terutama pada pemberian informasi

dan bimbingan konseling pada penderita gastritik.

5. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

pengembangan ilmu Keperawatan komunitas untuk peneliti selanjutnya

dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku beresiko

kejadian gastritis pada usia dewasa di STIKES Surabaya.


8

F. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variabel Metode Hasil


1. Andi Beberapa faktor V1: Faktor Deskriptif Hasil uji statistik factor stress
Megawati1, yang –faktor analitik terhadap kejadian gastritis
Hj. Hasna berhubungan yang dengan didapatkan nilai p= 0,008 dan hasil
Nosi2 dengan kejadian berhubung pendekatan uji statistik factor obat-obatan
gastritis pada an. kohort dengan kejaadian gastritis
pasien yang di V2: didapatkan nilai p= 0,004. Sehingga
rawat di rsud Kejadian dapat disimpulkan pola makan,
labuang baji gastritis. stress, dan obat-obatan
makassar mempengaruhi kejadian gastritis.
2. Rona Sari Hubungan pola V1: Pola Analitik Hasil analisis didapatkan p value =
Mahaji makan dengan makan. observasion 0,009 yang berarti ada hubungan
Putri1 , timbulnya V2: al dengan antara pola makan dengan timbulnya
Hanum gastritis pada Timbulnya pendekatan gastritis pasien di UMC.
Agustin2 , pasien di gastritis. case control
Wulansari3 universitas
muhammadiyah
malang medical
center (umc)
3. Yuli Hubungan V1: Stres. Metode Hasil penelitian menunjukkan Ada
Kistanti1 , antara stres V2: penelitian hubungan antara stres dengan
H. Edy dengan Kekambuh survey kekambuhan penyakit gastritis
Wuryanto. kekambuhan an analitik dengan nilai koefisien korelasi (r) =
M.Kep2 , penyakit Penyakit dengan 0,425 dan nilai p-value = 0,000 <
Ns. Sri gastritis pada gastritis. pendekatan 0,05.
Widodo, pasien gastritis Cross
SKep3 di puskesmas Sectional
tlogosari kulon
semarang

No Nama Judul Variabel Metode Hasil


4. Luluk Hubungan V1: Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa
9

Ulyatul tingkat Tingkat korelasional sebagian besar responden


Khusna1 , pengetahuan pengetahua dengan mempunyai tingkat pengetahuan
Fahrun dengan upaya n rancangan tentang gastritik yang tinggi,
Nur2 , pencegahan V2: Upaya cross sebagian besar responden dalam
Faizah kekambuhan pencegaha sectional. upaya pencegahan kekambuhan
Betty3 gastritis di n gastritik tergolong baik dan ada
wilayah kerja kekambuh hubungan signifikan tingkat
puskesmas an gastritis pengetahuan tentang gastritis dengan
gatak sukoharjo. upaya pencegahan kekambuhan pada
pasien gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Gatak Sukoharjo.

5. Bryan Hubungan V1: Observasion Hasil uji statistik didapatkan nilai p


Kevin kebiasaan Kebiasaan al analitik = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan dari
Mawey1, makan dengan makan. dengan penelitian ini yaitu ada hubungan
Adeleida pencegahan V2: pendekatan kebiasaan makan dengan
Kaawoan2, gastritis pada Pencegaha cross pencegahan gastritis pada siswa
Hendro siswa kelas x di n gastritis. sectional kelas X di SMA Negeri 1 Likupang
Bidjuni3. sma negeri 1
likupang

Anda mungkin juga menyukai