DisusunOleh :
Angki Umar
Dewiska Mohamad
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
2021
KATAPENGANTAR
GORONTALO,6 November2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
2.1 Keberadaan Berbagai Profesi.............................................................................2
Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)..............................3
2.2 Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)..................................6
2.3 Kode Etik Psikologi Indonesia.............................................................................8
2.5 Kode Etik Profesi Advokat.................................................................................11
2.6. Perbandingan Kode Etik........................................................................................14
2.7.Profesi dan Hakikat Manusia Utuh.........................................................................15
2.8 Perbandingan Kode Etik Profesi Akuntansi.............................................................16
BAB III...............................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................21
DAFTARPUSTAKA..........................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk Anggota dan
Pemeriksa BPK.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda menurut
pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2007, yaitu :
a. Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan
diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b. Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengeloaan
dan tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.
Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri utama suatu
profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib dimiliki oleh
anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas
d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK
3
standar umum, standar pelaksanaan pekerjaan, dan
standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c) Sikap perilaku Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
(attitude) lembaga/pihak lain.
· Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi,
(pribadi) memiliki, dan menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
- Taat pada peraturan (ayat 2)
- Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
- Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan
profesionalitas (ayat c)
- Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan
kredibilitas BPK
· Hubungan rekan Menghormati dan memercayai serta saling membantu di
sejawat antara pemeriksa sehingga dapat bekerja sama dengan
baik dalam melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat 1g)
· Hubungan klien - Menghindari terjadinya benturan kepentingan (Pasal 6
ayat 1b)
- Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun
baik langsung maupun tidak langsung yang diduga atau
patut diduga dapat memengaruhi pelaksanaan tigas dan
wewenangnya (Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 7 ayat 2a)
- Dilarang membocorkan informasi yang diperolehnya
dari auditee (Pasal 6 ayat 2d)
· Hubungan Lain - Dilarang merangkap jabatan pada badan, lembaga,
atau perusahaan lain untuk anggota dan pemeriksa
(Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6 ayat 2a)
- Dilarang menjadi anggota partai politik bagi anggota
BPK (Pasal 3 ayat 2b)
· Pengawasan M Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III Pasal 9-32)
Tabel 2.2
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
4
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi - Memegang sumpah jabatan - Netral dan tidak berpihak
- Netral dan tidak berpihak - Menghindari benturan
- Menghindari bantuan kepentingan
kepentingan - Menghindari hal-hal yang
Gh - Menghindari hal-hal yang dapat dapat memengaruhi
memengaruhi objektivitas objektivitas
- Mempertimbangkan
informasi, pandangan, dan
tanggapan pihak lain diperiksa
Dilarang : - Bersikap tenang dan mampu
- Merangkap jabatan mengendalikan diri
- Menjadi anggota partai politik
- Menunjukkan sikap dan Dilarang:
perilaku yang menyebabkan - Merangkap jabatan
orang lain meragukan - Menunjukkan sikap dan
indepedensinya perilaku yang menyebabkan
orang lain meragukan
indepedensinya
- Tunduk pada
intimidasi/tekanan orang lain
- Membocorkan
informasi auditee
- Dipengaruhi oleh prasangka,
interpretasi atau kepentingan
tertentu baik untuk
kepentingan pribadi
pemeriksa maupun pihak lain
Integritas - Bersikap tegas - Bersikap tegas
- Jujur - Jujur
- Memegang rahasia pihak yang - Memegang rahasia pihak
diperiksa yang diperiksa
- Dilarang menerima pemberian
dalam bentuk apa pun, baik Dilarang:
langsung maupun tidak langsung - Menerima pemberian dalam
bentuk apa pun, baik
langsung maupun tidak
langsung
- Menyalahgunakan
wewenang
ProfesionalitaP - Prinsip kehati-hatian, ketelitian, - Prinsip kehati-hatian,
kecermatan ketelitian, kecermatan
s
- Menyimpan rahasia Negara - Menyimpan rahasia Negara
5
dan jabatan dan jabatan
- Tidak menyalahgunakan - Tidak menyalahgunakan
rahasia Negara untuk rahasia Negara untuk
kepentingan pribadi dan kepentingan pribadi dan
golongan/pihak lain golongan/pihak lain
- Menghindari perbuatan di luar - Menghindari perbuatan di
tugas dan wewenangnya luar tugas dan wewenangnya
- Komitmen tinggi
- Meningkatkan kemampuan
- Profesionalisme secara
berkelanjutkan
- Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
- Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
- Menggunakan sumber daya
publik secara efisien, efektif,
dan ekonomis.
Tabel 2.3
6
Ringkasan proses penalaran kode etik PAII
7
kehormatan yang telah ditetapkan oleh PAII dan para
anggotanya ( pasal 10 )
· Hubungan rekan Tidak Di Atur
sejawat
· Hubungan klien - Para anggota dilarang untuk menerima imbalan
atau hadiah dari pemberi tugas, klien, pelanggan,
atau relasi bisnis pemberi tugas, kecuali yang menjadi
haknya ( pasal 6 )
2. - Para anggota harus bersikap bijaksana dan hati-hati
dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam
melaksanakan tugasnya. Para anggota dilarang untuk
menggunakan informasi rahasia untuk kepentingan
pribadi, atau merugikan kepentingan pemberi tugas
( pasal 7 )
· Hubungan Lain Tidak Diatur
· Pengawasan M tidak Diatur
Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat
dansederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak
lengkap,yaitu:
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang
diperlukan melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi
tugas, tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau
dampaknya bagi kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasiladan
Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesilainnya.
8
dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh dilakukan ileh para psikolig.
Dengan menggunakan model penalaran pada gambar 2.1 esensi dari kode etik psikolgi
dapat dirangkum seperti terlihat pada Tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
9
negara sarjana psikologi; atau pendidikan tinggi
psikologi di luar negeri yang sudah mendapat
akreditasi dan disetarakan dengan psikologi
Indonesia oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti)
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas RI).
Sarjana Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan
berhak dan berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di wilayah hukum Negara Republik Indonesi.
Sarjana Psikolog menurut kriteria ini juga dikenal dan
disebut sebagai psikolog. Untuk melakukan praktik
psikologi , Sarjana Psikolog yang tergolong kriteria ini
diwajibkan memiliki izin praktik psikolog sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c) Sikap perilaku
(attitude)
· Menyangkut Diri - Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD
1945
- Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral
yang berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
- Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
- Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
10
· Pengawasan - Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)
11
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan
masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan
keadilandalam suatu perkara konkret.
d) Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa
adanya,serta menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
Seperti telah disebutkan sebelumnya subcabang profesi di bidang hukumcukup
banyak. Pada kesempatan ini hanya dibahas kode etik profesi advokat(pengacara)
sebagai salah satu subcabang profesi di bidang hukum. Kode etikprofesi advokat
(pengacara) secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 dibagian akhir buku ini.
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. KodeEtik Profesi
Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei2002 dan disepakati
berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yangtergabung dalam Komite Kerja
Sama Advokat Indonesia (KKAI), yangterdiri atas tujuh organisasi, yaitu: Ikatan Advokat
Indonesia (IKADIN),Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum
Indonesia(IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan
KonsultanHukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI),
danHimpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI). Kode etik advokatIndonesia
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 di bagian akhir bukuini.
Dengan menggunakan model penalaran pada Gambar 2.1, esensi kodeetik profesi
advokat dapat dirangkum sebagaimana terlihat pada Tabel 2.5berikut ini.
Tabel 2.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode etik Advokat
1.Kepentingan publik - Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
- Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)
2.Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,
menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3.kompetensi Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
12
a) Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
(knowledge) di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
d) Keterampilan Sama dengan pasal 1a
(skill)
e) Sikap perilaku
(attitude)
· Menyangkut Diri - Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bersikap satria, jujur, serta menjunjung tinggi
hukum dan Undang Undang Dasar (Pasal 2)
- Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum
tanpa membedakan agama, suku, keturunan,
kedudukan sosial, keyakinan politik (Pasal 3a)
- Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
- Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain yang
dapat merugikan kebebasan, derajat, dan
martabat advokat (Pasal 3f)
- Bersikap sopan terhadap semua pihak (Pasal 3h)
· Hubungan Lain - Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan
profesinya di bawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik (Pasal 8a)
- Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran yang
berlebihan (Pasal 8b)
- Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang
merugikan kedudukan advokat, misalnya di rumah atau
di kantor seorang yang bukan advokat (Pasal 8c)
- Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan
nama, iklan, atau cara lain oleh orang bukan advokat,
tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil advokat (Pasal
8d)
- Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
untuk mengurus sendiri perkara, memberi nasihat
kepada klien secara lisan atau tertulis (Pasal 8e)
- Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai perkara yang
sedang ditanganinya, kecuali untuk menegakkan prinsip
hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
- Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang
13
diurusnya bila dicapai kesepakatan dengan kliennya
(Pasal 8g)
- Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera
menangani perkara di pengadilan yang bersangkutan
selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
· Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)
14
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik
menjelaskan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak
ada keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan.
Berikut adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa
profesi.
Tabel 2.6
Perbandingan Kode Etik
Institusi Profesi Penekanan kode etik
BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas
PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik
kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati
Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur,
tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh
siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
15
bagi pembangunan EQ.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiapkode
etik, seorang profesional yang benar0benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik
profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telahmejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
16
kepentingan publik mungkin juga ditemukan tuntunan kode etik bagian C yang
relevan dengan kondisi mereka sebenarnya.
1) Prinsip
a) Integritas, seorang akuntan harus memiliki sikap yang tegas dan jujur
dalam semua hubungan bisnis profesional.
b) Objektivitas, seorang akuntan melakukan tugasnya sesuai dengan objek
tidak memandang subjek yang ia sedang melakukan penilaian secara
independen.
c) Kompetensi profesional dan Kesungguhan, seorang akuntan harus
berkompeten dan senantiasa menjaga ilmu pengetahuan dan selalu
meningkatkan kemampuan agar dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan.
d) Kerahasian, seoang akuntan harus selalu menjaga dan menghormati
kerahasiaan atas informasi klien yang ia lakukan pelayanan.
e) Perilaku Profesional, seorang akuntan harus taat akan hukum dan
dilarang melakukan hal-hal yang membuat nama akuntan buruk.
2) Interpretasi
Iterprestasi Etika, dalam prakteknya tak ada etika yang mutlak. Standar etika
pun berbeda-beda pada sebuah komunitas sosial, tergantung budaya,
norma,dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut. Baik itu komunitas
dalam bentuknya sebagai sebuah kawasan regional, negara,agama, maupun
komunitas group. Tidak ada etika yang universal.
B. AICPA
American Institute Akuntan Publik (AICPA) adalah asosiasi nasional profesi
Akuntan Publik (CPA) di Amerika Serikat , dengan lebih dari 360.000 anggota,
termasuk CPA dalam bisnis dan industri, praktek umum, pemerintah, dan
pendidikan; siswa afiliasi; dan asosiasi internasional. AICPA memiliki kantor di
New York City ; Washington, DC ; Durham, NC ; Ewing, NJ ; and Lewisville, TX .
The AICPA memiliki kantor di New York City , Washington, DC , Durham, NC ;
Ewing, NJ , dan Lewisville, TX .
The AICPA merupakan profesi nasional dalam menghadapi aturan pembuatan,
penetapan standar dan badan-badan legislatif, kelompok-kelompok
kepentingan umum, negara BPA masyarakat, dan organisasi profesional lainnya.
17
The AICPA’s proactive communications program is designed to inform
regulators, legislators, the public, and others of the varied roles and functions of
CPAs in society. Proaktif The AICPA’s Komunikasi Program ini dirancang untuk
menginformasikan regulator, legislatif, masyarakat, dan lain-lain bervariasi
peran dan fungsi CPA dalam masyarakat.
The AICPA’s didirikan pada tahun 1887 sebagai profesi yang dibedakan dengan
persyaratan pendidikan yang ketat, standar profesional yang tinggi, ketat kode
etik profesional, status lisensi, dan komitmen untuk melayani kepentingan
public.
1. Prinsip
a) Tanggung Jawab, seorang akuntan sebagai profesional, harus menerapkan
nilai moral serta bertanggung-jawab di setiap pelayanannya.
b) Kepentingan Umum, seorang akuntan harus menerima kewajibannya untuk
melayani publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen terhadap profesionalisme.
c) Integritas, selalu mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik
terhadapnya.
d) Objektivitas dan Independensi, seorang akuntan harus mempertahankan
objektibitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.
e) Due Care, seorang akuntan harus mematuhi standar teknis dan etis
profesinya, selalu berusaha terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya.
f) Sifat dan Cakupan Layanan, seorang akuntan harus memperhatikan prinsip-
prinsip dari kode etik profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa
yang akan disediakan.
2. Interprestasi
Interprestasi Peraturan Perilaku (Interpretations of The Rules of Conduct) yang
menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan
spesifik.
C. IAI
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan
bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di
18
lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
1. Prinsip
a) Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Prolesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b) Prinsip Kedua – Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c) Prinsip Ketiga – Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.
d) Prinsip Keempat – Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Prinsip Kelima – Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-
hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi
kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling
mutakhir.
f) Prinsip Keenam – Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
g) Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional
19
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesih.
h) Prinsip Kedelapan – Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
2.Interprestasi
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi
merupakan pedoman mutu moral profesi yang di atur sesuai dengan profesi
masing-masing. Perbandingan kode etik, Berdampak pada kepentingan umum,
Kompetensi, Aturan mengenai sikap perilaku, tanggung Jawab dan kesadaran diri.
Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik, seorang
profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi
20
dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
21
DAFTARPUSTAKA
22