Anda di halaman 1dari 25

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

(PERBANDINGAN BEBERAPA KODE ETIK PROFESI)

Dosen Pengampu:Sulfianty, SE. M.Si

DisusunOleh :

Angki Umar

Dewiska Mohamad

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
2021
KATAPENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan


rahmat dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikanpenulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Etika Bisnis danProfesi dengan judul
“Perbandingan Beberapa Kode Etik Profesi”. Kami sadarisepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dankesalahan. Oleh karena itu kami
mohon maaf serta mengharap kritik dan saran yangbersifat membangun kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya dengan iringan do’a yangtulus ikhlas semoga makalah ini dapat
bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagipara pembaca pada umumnya.

GORONTALO,6 November2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
2.1 Keberadaan Berbagai Profesi.............................................................................2
Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)..............................3
2.2 Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)..................................6
2.3 Kode Etik Psikologi Indonesia.............................................................................8
2.5 Kode Etik Profesi Advokat.................................................................................11
2.6. Perbandingan Kode Etik........................................................................................14
2.7.Profesi dan Hakikat Manusia Utuh.........................................................................15
2.8 Perbandingan Kode Etik Profesi Akuntansi.............................................................16
BAB III...............................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................21
DAFTARPUSTAKA..........................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya
bidangteknologi informasi.Kode etik sangat dibutuhkan dalam bidang TI
(TeknologiInformasi),karena kode etik tersebut dapat menentukan apa yang baik
dan yang tidakbaik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh IT-er itu dapat
dikatakanbertanggung jawab atau tidak. Kode etik profesi dalam bidang apapun
merupakanbagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari
norma-normayang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika
profesi. Kode etikini lebih memperjelas,mempertegas dan merinci norma-norma ke
bentuk yang lebihsempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah
tersirat dalam etikaprofesi.
Dewasa ini setelah era reformasi, makin banyak bermunculan organisasi
profesidari kelompok profesi sejenis, contoh: IAI untuk para akuntan, IDI untuk
para dokter,dan PGRI untuk para guru, dan wadah organisasi untuk pejabat
keuangan publik(pemerintah/negara) adalah Departemen Keuangan RI. Setiap
organisasi tersebutmakin menyadari perlunya membuat kode etik untuk menjadi
pedoman perilaku bagipara anggotanya, tujuan khususnya adalah untuk
mengembangkan kompetensi secaraberkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Keberadaan Berbagai Profesi?
2. Apa Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)?
3. Apa Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)?
4. Apa Kode Etik Psikologi Indonesia?
5. Apa Kode Etik Profesi Advokat?
6. Bagaimana Perbandingan Kode Etik antara BPK, PAII, Psikologi, dan Advokat?
7. Apakah Profesi dan Hakikat Manusia Utuh?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keberadaan Berbagai Profesi


Dewasa ini makin banyak banyak bermunculan organisasi profesi dari
kelompok profesi sejenis dan setiap organisasi makin menyadari perlunya
membuat kode etik untuk menjadi pedoman perilaku bagi para anggotanya.
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk
mengembangkan kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus
untuk melakukan pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman
pada kode etik yang telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi
profesi seperti ini tidak membeda-bedakan latar belakang status para anggota
mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik.
Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi
standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi
profesi yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa
contoh kode etik dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII), Himpunan Psikologi Indonesia, dan Advokat
Indonesia.
Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat
diketahui bahwa:
(1) tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik;
(2) terdapat banyak istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-
istilah atau konsep tersebut bias jadi berbeda; dan
(3) banyak konsep dan istilah yang maknanya tumpang-tindih. Mengingat adanya
perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep, dan istilah yang
dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas masing-
masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi.

2
2.2 Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)

Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk Anggota dan
Pemeriksa BPK.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda menurut
pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2007, yaitu :
a. Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan
diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b. Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengeloaan
dan tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.
Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri utama suatu
profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang wajib dimiliki oleh
anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas
d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.
Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK

Ciri Profesi Kode etik BPK


1.Kepentingan publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan (Pasal 2b)
2.Tanggung jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill,  dan attitude
3.kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge, skill,
attitude):
a) Pengetahuan Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
(knowledge) pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b) Keterampilan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
(skill) merupakan patokan pemeriksaan yang menyangkut

3
standar umum, standar pelaksanaan pekerjaan, dan
standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c) Sikap perilaku Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
(attitude) lembaga/pihak lain.
·         Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi,
(pribadi) memiliki, dan menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
      - Taat pada peraturan (ayat 2)
      - Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
      - Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan
profesionalitas (ayat c)
     - Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan
kredibilitas BPK
·         Hubungan rekan Menghormati dan memercayai serta saling membantu di
sejawat antara pemeriksa sehingga dapat bekerja sama dengan
baik dalam melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat 1g)
·         Hubungan klien       - Menghindari terjadinya benturan kepentingan (Pasal 6
ayat 1b)
      - Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun
baik langsung maupun tidak langsung yang diduga atau
patut diduga dapat memengaruhi pelaksanaan tigas dan
wewenangnya (Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 7 ayat 2a)
      - Dilarang membocorkan informasi yang diperolehnya
dari auditee  (Pasal 6 ayat 2d)
·         Hubungan Lain       - Dilarang merangkap jabatan pada badan, lembaga,
atau perusahaan lain untuk anggota dan pemeriksa
(Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6 ayat 2a)
      - Dilarang menjadi anggota partai politik bagi anggota
BPK (Pasal 3 ayat 2b)
·         Pengawasan M Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III Pasal 9-32)

Selanjutnya, penjelasan lebih lanjut atas nilai-nilai dasar indepedensi, integritas,


dan profesionalitas diberikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK

4
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi      - Memegang sumpah jabatan        -  Netral dan tidak berpihak
       - Netral dan tidak berpihak      - Menghindari benturan
       - Menghindari bantuan kepentingan
kepentingan      - Menghindari hal-hal yang
Gh  - Menghindari hal-hal yang dapat dapat memengaruhi
memengaruhi objektivitas objektivitas
      - Mempertimbangkan
informasi, pandangan, dan
tanggapan pihak lain diperiksa
Dilarang :      -  Bersikap tenang dan mampu
     - Merangkap jabatan mengendalikan diri
      - Menjadi anggota partai politik
      - Menunjukkan sikap dan Dilarang:
perilaku yang menyebabkan     - Merangkap jabatan
orang lain meragukan     - Menunjukkan sikap dan
indepedensinya perilaku yang menyebabkan
orang lain meragukan
indepedensinya
     - Tunduk pada
intimidasi/tekanan orang lain
     - Membocorkan
informasi auditee
     - Dipengaruhi oleh prasangka,
interpretasi atau kepentingan
tertentu baik untuk
kepentingan pribadi
pemeriksa maupun pihak lain
Integritas      - Bersikap tegas       - Bersikap tegas
     - Jujur       - Jujur
     - Memegang rahasia pihak yang      - Memegang rahasia pihak
diperiksa yang diperiksa
     - Dilarang menerima pemberian
dalam bentuk apa pun, baik Dilarang:
langsung maupun tidak langsung      - Menerima pemberian dalam
bentuk apa pun, baik
langsung maupun tidak
langsung
       - Menyalahgunakan
wewenang
       
ProfesionalitaP - Prinsip kehati-hatian, ketelitian,     - Prinsip kehati-hatian,
kecermatan ketelitian, kecermatan
s
      - Menyimpan rahasia Negara       - Menyimpan rahasia Negara

5
dan jabatan dan jabatan
      - Tidak menyalahgunakan       - Tidak menyalahgunakan
rahasia Negara untuk rahasia Negara untuk
kepentingan pribadi dan kepentingan pribadi dan
golongan/pihak lain golongan/pihak lain
      - Menghindari perbuatan di luar       - Menghindari perbuatan di
tugas dan wewenangnya luar tugas dan wewenangnya
      - Komitmen tinggi
      - Meningkatkan kemampuan
      - Profesionalisme secara
berkelanjutkan
      - Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
      - Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
      - Menggunakan sumber daya
publik secara efisien, efektif,
dan ekonomis.

2.3 Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)


Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etikPAII dan kode
etik Qualified Internal Auditor (QIA). Kode etik PAII berlakubagi organisasi profesi dan
semua anggota PAII yang bekerja padadepartemen/bagian audit internal suatu
organisasi/perusahaan. Kode etikQIA adalah kode etik bagi anggota yang telah
memperoleh sertifikasi QIAmelalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh PAII.
Perlu dipahamibahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit internal
tidakseluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik
QIAditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIAadalah sama
dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidakmemasukkan Pasal 1 dan 9 dari
kode etik PAII.

Tabel 2.3

6
Ringkasan proses penalaran kode etik PAII

Ciri Profesi Kode etik PAII


1.Kepentingan publik Untuk mempertahankan kepercayaan dari pemberi
tugas, para anggota harus menunjukkan loyalitas
kepada pemberi tugas ( manajemen ). Anggota
dilarang untuk mengambil bagian dalam kegiatan-
kegiatan yang menyimpang
2.Tanggung jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku.
3.kompetensi Dilihat dari tiga unsur kompetensi ( pengetahuan,
keterampilan, dan prilaku ).
a) Pengetahuan Tidak secara eksplisit diungkapkan.
(knowledge)
b) Keterampilan 1.     1. Para anggota harus terus berusaha untuk
(skill) meningkatkan keahlian dan keefektifan dalam
melakukan pekerjaannya.
2.     2. Dalam berpendapat, para anggota harus
menggunakan semua kemampuannya untuk
memperoleh bukti yang memadai yang dapat
mendukung pernyataannya.
c) Sikap perilaku
(attitude)
·         Menyangkut Diri
1.     PAII berasaskan pancasila dan UUD 1945 ( pasal
2)
2.      2. Para anggota diwajibkan bersikap jujur, objektif,
dan hati-hati dalam menjalankan tugas maupun
kewajibannya ( pasal 3 )
3.     3. Para anggota harus menghindari untuk terlibat
kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan
kepentingan pemberi tugas, atau yang dapat
menimbulkan prasangka yang meragukan
kemampuannya untuk secara objektif menyelesaikan
tugas dan kewajibannya (pasal 5 )
4.    4. Para anggota harus mematuhi peraturan dan
mendukung pencapaian tujuan PAII. Dalam
menjalankan profesinya, para anggota harus sadar
akan kewajibannya untuk memelihara standar yang
tinggi tentang kompetensi, moralitas, dan

7
kehormatan yang telah ditetapkan oleh PAII dan para
anggotanya ( pasal 10 )
·   Hubungan rekan Tidak Di Atur
sejawat
·         Hubungan klien       - Para anggota dilarang untuk menerima imbalan
atau hadiah dari pemberi tugas, klien, pelanggan,
atau relasi bisnis pemberi tugas, kecuali yang menjadi
haknya ( pasal 6 )
2.     - Para anggota harus bersikap bijaksana dan hati-hati
dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam
melaksanakan tugasnya. Para anggota dilarang untuk
menggunakan informasi rahasia untuk kepentingan
pribadi, atau merugikan kepentingan pemberi tugas
( pasal 7 )
·         Hubungan Lain        Tidak Diatur
·         Pengawasan M tidak Diatur

Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat
dansederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak
lengkap,yaitu:
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang
diperlukan melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi
tugas, tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau
dampaknya bagi kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasiladan
Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesilainnya.

2.4 Kode Etik Psikologi Indonesia


Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan psikolog dibedakan berdasarkan
latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan ini menetukan
boleh atau tidaknya seseorang melakukan prakyik psikologi. Para Ilmuwan psikologi

8
dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh dilakukan ileh para psikolig.
Dengan menggunakan model penalaran pada gambar 2.1 esensi dari kode etik psikolgi
dapat dirangkum seperti terlihat pada Tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog

Ciri Profesi Kode etik Psikologi


1.Kepentingan publik - mengabdikan pengetahuan tentang perilaku
manusia bagi kesejahteraan manusia (pembukaan)
·      - Mengutamakan kepentingan umum daripada
pribadi atau golongan ( Pasal 14a)
2.Tanggung jawab ·      Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut kompetensi,
objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak, dan
hati-hati.
3.kompetensi
a) Pengetahuan  Illmuwan Psikologi adalah para lulusan perguruan
(knowledge) tinggi dan universitas di dalam maupun luar negeri,
yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan
dengan kurikulum nasional (SK Mendikbud Nomor
18/D/0/1993 untuk pendidikan program akademik
(Sarjana Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2
(S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi, yang
pendidikan strata (S1) diperoleh bukan dari fakultas
psikologi. Ilmuwan Psikologi yang tergolong kriteria
tersebut dinyatakan dapat memberika jasa psikologi,
tetapi tidak berhak dan tidak berwenang untuk
melakukan praktik psikologi di Indonesia.
b) Keterampilan ·      Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah
(skill) mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem Kredit
Semester (SKS) PTN; atau pendidikan program
akademik (Sarjana Psikologi) dan program pendidikan
profesi (Psikologi); atau kurikulum lama Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) yang sudah mengikuti ujian

9
negara sarjana psikologi; atau pendidikan tinggi
psikologi di luar negeri yang sudah mendapat
akreditasi dan disetarakan dengan psikologi
Indonesia oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti)
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas RI).
Sarjana Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan
berhak dan berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di wilayah hukum Negara Republik Indonesi.
Sarjana Psikolog menurut kriteria ini juga dikenal dan
disebut sebagai psikolog. Untuk melakukan praktik
psikologi , Sarjana Psikolog yang tergolong kriteria ini
diwajibkan memiliki izin praktik psikolog sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c) Sikap perilaku
(attitude)
·         Menyangkut Diri - Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD
1945
- Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral
yang berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
- Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
- Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)

·   Hubungan rekan - Saling menghormati dan menjaga hak-hak


sejawat serta nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
- Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
- saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
- Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak
lain (Pasal 15)
·         Hubungan klien - Melindungi klien dari akibat yang merugikan
sebagai dampak pemberian jasa/praktik yang
dilakukan (Pasal 8c)
- Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali
ada persetujuan dari klien, atau ada
hubungannya dengan pihak berwenang
(Pasal 12)
- Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan
pihak-pihak terkait (Pasal 8d)
·         Hubungan Lain - Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal
6a)
- Mencegah pemberian jasa dari pihak yang
tidak berkompeten (Pasal 6b)

10
·         Pengawasan - Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

2.5 Kode Etik Profesi Advokat


Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hokum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hokum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hokum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum
Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang ditangani oleh para profesional
hukum tersebut merupakan bidang-bidang profesi hukum, yang jika dirinci adalah
sebagai berikut:
Profesi legislator
a) Profesi administrator hukum
b) Profesi notaris
c) Profesi polisi
d) Profesi jaksa
e) Profesi advokat (pengacara)
f) Profesi hakim
g) Profesi hukum bisnis
h) Profesi konsultan hukum
i) Profesi dosen hukum
Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorangprofesional
di bidang hukum perlu memiliki :
a) sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara
formal,melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.

11
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan
masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan
keadilandalam suatu perkara konkret.
d) Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa
adanya,serta menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
Seperti telah disebutkan sebelumnya subcabang profesi di bidang hukumcukup
banyak. Pada kesempatan ini hanya dibahas kode etik profesi advokat(pengacara)
sebagai salah satu subcabang profesi di bidang hukum. Kode etikprofesi advokat
(pengacara) secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 dibagian akhir buku ini.
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. KodeEtik Profesi
Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei2002 dan disepakati
berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yangtergabung dalam Komite Kerja
Sama Advokat Indonesia (KKAI), yangterdiri atas tujuh organisasi, yaitu: Ikatan Advokat
Indonesia (IKADIN),Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum
Indonesia(IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan
KonsultanHukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI),
danHimpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI). Kode etik advokatIndonesia
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 di bagian akhir bukuini.
Dengan menggunakan model penalaran pada Gambar 2.1, esensi kodeetik profesi
advokat dapat dirangkum sebagaimana terlihat pada Tabel 2.5berikut ini.

Tabel 2.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode etik Advokat
1.Kepentingan publik - Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
- Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)
2.Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,
menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3.kompetensi Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

12
a) Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
(knowledge) di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
d) Keterampilan Sama dengan pasal 1a
(skill)
e) Sikap perilaku
(attitude)
·         Menyangkut Diri - Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bersikap satria, jujur, serta menjunjung tinggi
hukum dan Undang Undang Dasar (Pasal 2)
- Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum
tanpa membedakan agama, suku, keturunan,
kedudukan sosial, keyakinan politik (Pasal 3a)
- Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
- Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain yang
dapat merugikan kebebasan, derajat, dan
martabat advokat (Pasal 3f)
- Bersikap sopan terhadap semua pihak (Pasal 3h)
·         Hubungan Lain - Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan
profesinya di bawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik (Pasal 8a)
- Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran yang
berlebihan (Pasal 8b)
- Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang
merugikan kedudukan advokat, misalnya di rumah atau
di kantor seorang yang bukan advokat (Pasal 8c)
- Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan
nama, iklan, atau cara lain oleh orang bukan advokat,
tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil advokat (Pasal
8d)
- Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
untuk mengurus sendiri perkara, memberi nasihat
kepada klien secara lisan atau tertulis (Pasal 8e)
- Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai perkara yang
sedang ditanganinya, kecuali untuk menegakkan prinsip
hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
- Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang

13
diurusnya bila dicapai kesepakatan dengan kliennya
(Pasal 8g)
- Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera
menangani perkara di pengadilan yang bersangkutan
selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut  (Pasal h)
·         Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)

2.6. Perbandingan Kode Etik


Dengan membandingkan keempat contoh kode etik profesi ( profesi BPK, auditor
internal, psikologi, dan advokat), tidaklah mudah untuk mencoba memahami apakah
ada nilai-nilai, prinsip, atau norma-norma dasar yang berlaku universal untuk semua
profesi. Hal ini mengingat adanya keragaman menggunakan penulisan, isi, dan konsep-
konsep yang digunakan. Meskipun agak sulit, dengan pendekatan model Gambar
2.1.dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum, meskipun
arti umum mempunyai tingkat keluasan yang berbeda.Contoh pengertian
umum untuk :
 BPK adalah kepentingan negara.
 Auditor Internal adalah manajemen suatu entitas (suatu bisnis).
 Psikologi adalah klien (individu, kelompok, institusi).
 Advokat adalah klien dan demi penegakan hukum dan keadilan.
2. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada
umumnya ditekankan pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai dengan
latar belakang profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku. Meskipun
kompetensi yang menyangkut pengetahuan ada yang secara eksplisit diatur
dalam kode etik (misalnya, kode etik psikologi, ada juga yang tidak diatur dalam
kode etik karena sudah diatur dalam peraturan/perundangan (misalnya, kode
etik advokat dan BPK), atau tidak diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada
kebijakan/peraturan perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan

14
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik
menjelaskan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak
ada keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan.
Berikut adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa
profesi.
Tabel 2.6
Perbandingan Kode Etik
Institusi Profesi Penekanan kode etik
BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas
PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik
kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati
Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur,
tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh
siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

2.7 Profesi dan Hakikat Manusia Utuh


Bila seorang profesional benar-benar menghayati profesinya dan betul-betulmau
mematuhi kode etik yang ditetapkan atas dasar kesadaran diri dalammelaksanakan
profesinya, maka sebenarnya ia telah menjalani kehidupan sesuaidengan hakikat
manusia seutuhnya. Hakikat manusia utuh adalah hidup denganmenyeimbangkan
pemenuhan EQ, IQ, SQ, dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerusmemelihara unsur
kompetensi ilmu pengtahuan dan keterampilan teknismencerminkan upaya untuk
meningkatkan IQ. Kesadaran untuk menumbuhkan sikapperilaku yang baik dalam
menjalankan profesi sebenarnya sekaligus untuk memupukEQ, dan SQ. Membangun
karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar sepertibertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menanamkan integritas, kejujuran,independensi, objektivitas, dan sejenisnya
merupakan fondasi untuk membangun SQ.Melayani klien dengan kompentesi tinggi,
menjaga hubungan harmonis dengan rekansejawat atas dasar saling menghormati,
mengahargai, dan mempercayai, berbicarasopan dengan siapa pun, merupakan dasar

15
bagi pembangunan EQ.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiapkode
etik, seorang profesional yang benar0benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik
profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telahmejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.

2.8 Perbandingan Kode Etik Profesi Akuntansi


A. IFAC
Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of
Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal
yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber
IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.
IFAC (International Federation of Accountans) adalah organisasi global untuk
profesi akuntansi. IFAC berkomitmen untuk melindungi kepentingan umum
dengan mengembangkan standar internasional menjadi berkualitas tinggi,
mempromosikan nilai-nilai etika secara intensive, mendorong kualitas
prakteknya dan mendukung pembangunan di segala bidang profesi di seluruh
dunia. Kode etik ini meliputi dalam tiga bagian:
- Bagian A adalah bagian yang menetapkan prinsip-prinsip dasar etika untuk
akuntan dan menyediakan kerangka kerja konseptual untuk menerapkan
prinsip-prinsip tersebut. Kerangka kerja konseptual untuk menerapkan prinsip-
prinsip tersebut. Kerangka kerja konseptual menyediakan kerja konseptual guna
mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan prinsip-prinsip dasar etika,
untuk mengevaluasi pengaruh signifikan dari ancaman-ancaman itu dan
menerapkan perlindungan untuk mengurangi ancaman-ancaman hingga
ketingkat yang dapat diterima.
- Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka kerja konseptual
diterapkan dalam situasi khusus. Kerangka kerja konseptual mengandung
contoh penjagaan terhadap prinsip-prinsip dasar, dan juga mengandung contoh
situasi dimana penjagaan keamanan tidak tersedia, sehingga tercipta ancaman-
ancaman yang seharusnya bias dihindari Bagian B diterapkan profesi akuntansi
dalam praktek untuk kepentingan publik. Bagian C diterapkan profesi akuntan
dalam praktek untuk dunia bisnis. Dalam praktek profesi akuntan untuk

16
kepentingan publik mungkin juga ditemukan tuntunan kode etik bagian C yang
relevan dengan kondisi mereka sebenarnya.
1) Prinsip
a) Integritas, seorang akuntan harus memiliki sikap yang tegas dan jujur
dalam semua hubungan bisnis profesional.
b) Objektivitas, seorang akuntan melakukan tugasnya sesuai dengan objek
tidak memandang subjek yang ia sedang melakukan penilaian secara
independen.
c) Kompetensi profesional dan Kesungguhan, seorang akuntan harus
berkompeten dan senantiasa menjaga ilmu pengetahuan dan selalu
meningkatkan kemampuan agar dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan.
d) Kerahasian, seoang akuntan harus selalu menjaga dan menghormati
kerahasiaan atas informasi klien yang ia lakukan pelayanan.
e) Perilaku Profesional, seorang akuntan harus taat akan hukum dan
dilarang melakukan hal-hal yang membuat nama akuntan buruk.
2) Interpretasi
Iterprestasi Etika, dalam prakteknya tak ada etika yang mutlak. Standar etika
pun berbeda-beda pada sebuah komunitas sosial, tergantung budaya,
norma,dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut. Baik itu komunitas
dalam bentuknya sebagai sebuah kawasan regional, negara,agama, maupun
komunitas group. Tidak ada etika yang universal.
B. AICPA
American Institute Akuntan Publik (AICPA) adalah asosiasi nasional profesi
Akuntan Publik (CPA) di Amerika Serikat , dengan lebih dari 360.000 anggota,
termasuk CPA dalam bisnis dan industri, praktek umum, pemerintah, dan
pendidikan; siswa afiliasi; dan asosiasi internasional. AICPA memiliki kantor di
New York City ; Washington, DC ; Durham, NC ; Ewing, NJ ; and Lewisville, TX .
The AICPA memiliki kantor di New York City , Washington, DC , Durham, NC ;
Ewing, NJ , dan Lewisville, TX .
The AICPA merupakan profesi nasional dalam menghadapi aturan pembuatan,
penetapan standar dan badan-badan legislatif, kelompok-kelompok
kepentingan umum, negara BPA masyarakat, dan organisasi profesional lainnya.

17
The AICPA’s proactive communications program is designed to inform
regulators, legislators, the public, and others of the varied roles and functions of
CPAs in society. Proaktif The AICPA’s Komunikasi Program ini dirancang untuk
menginformasikan regulator, legislatif, masyarakat, dan lain-lain bervariasi
peran dan fungsi CPA dalam masyarakat.
The AICPA’s didirikan pada tahun 1887 sebagai profesi yang dibedakan dengan
persyaratan pendidikan yang ketat, standar profesional yang tinggi, ketat kode
etik profesional, status lisensi, dan komitmen untuk melayani kepentingan
public.
1. Prinsip
a) Tanggung Jawab, seorang akuntan sebagai profesional, harus menerapkan
nilai moral serta bertanggung-jawab di setiap pelayanannya.
b) Kepentingan Umum, seorang akuntan harus menerima kewajibannya untuk
melayani publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen terhadap profesionalisme.
c) Integritas, selalu mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik
terhadapnya.
d) Objektivitas dan Independensi, seorang akuntan harus mempertahankan
objektibitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan
tanggung jawabnya.
e) Due Care, seorang akuntan harus mematuhi standar teknis dan etis
profesinya, selalu berusaha terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya.
f) Sifat dan Cakupan Layanan, seorang akuntan harus memperhatikan prinsip-
prinsip dari kode etik profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa
yang akan disediakan.
2. Interprestasi
Interprestasi Peraturan Perilaku (Interpretations of The Rules of Conduct) yang
menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan-peraturan
spesifik.
C. IAI
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan
bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di

18
lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
1. Prinsip
a) Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Prolesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b) Prinsip Kedua – Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c) Prinsip Ketiga – Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.
d) Prinsip Keempat – Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Prinsip Kelima – Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-
hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi
kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling
mutakhir.
f) Prinsip Keenam – Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
g) Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional

19
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesih.
h) Prinsip Kedelapan – Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
2.Interprestasi
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi
merupakan pedoman mutu moral profesi yang di atur sesuai dengan profesi
masing-masing. Perbandingan kode etik, Berdampak pada kepentingan umum,
Kompetensi, Aturan mengenai sikap perilaku, tanggung Jawab dan kesadaran diri.
Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik, seorang
profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi

20
dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani
kehidupan sebagai manusia seutuhnya.

21
DAFTARPUSTAKA

Sukrino Agoes, Cenik Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan Membangun


Manusia Seutuhnya. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat

22

Anda mungkin juga menyukai