Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Hadist Tarbawi

Tentang

HADITS-HADITS TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR

Oleh

Kelompok I:

Desri Nensi 1914050001

Imelda Afsah Ainun. p 1914050039

Dosen pembimbing:

Dr. Hj. Azhariah Fatia, S. Ag, MA

TADRIS BAHASA INGGRIS (A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

2020M/1443H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT. Atas selesainya makalah yang
berjudul “HADITS-HADITS TENTANG KEWAJIBAN BELJAR “. Dalam bentuk maupun isi
yang sederhana.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang islam dalam
Ilmu Pengetahuan. Makalah ini juga disusun untuk memenuhi salah satu tugas dimata kuliah
Hadist Tarbawi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. HADITS TENTANG KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU...........................................................................6
B. HADITS TENTANG URGENSI IMU.....................................................................................................8
C. HADITS TENTANG KEUTAMAAN BELAJAR......................................................................................12
D. HADITS TENTANG KEUTAMAAN MENGAJAR.................................................................................14
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN..................................................................................................................................17
B. SARAN............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wajib bagi muslim mempelajari ilmu yang menjadi prasyarat untuk menunaikan sesuatu
yang menjadi kewajibannya. Dengan demikian wajib untuk mempelajari tentang jual beli bila
berdagang. Wajib pula mempelajari ilmu yang berhubungan dengan orang lain dan berbagai
pekerjaan. Maka setiap orang yang terjun pada suatu profesi harus mempelajari ilmu yang
menghindarkannya dari perbuatan haram di dalamnya. Kemudian setiap muslim wajib
mempelajari ilmu yang berkaitan dengan hati, seperti tawakal (pasrah kepada Allah), inabah
(kembali kepala Allah), khauf (takut kepada murka Allah). dan rida.

Alangkah bahagianya menjadi seorang muslim, karena dengannya Allah akan


menyelamakannya dari api neraka, namun langkah bahagia ketika seorang muslim memiliki
ilmu, maka Allah akan mengangkatnya sebagaimana firman Nya, dalam surat Almujadilah :11 di
tegaskan :

“Hai orang-orang percaya jika dikatakan bertuah: "Berlapang-lapang memberilah dalam majlis",
maka yakinkanlah Allah akan kelapanganmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (QS. Almujadilah :11).

Di samping al-Qur’an, hadits juga menguraikan mengenai perintah agar manusia selalu
melakukan pendidikan dan menuntut ilmu untuk mengembangkan pengetahuannya. Banyak
hadits yang dijelaskan mengenai hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan hadist tentang kewajiban menuntut ilmu?
2. Jelaskan hadist tentang urgensi ilmu ?
3. Jelaskan hadist tentang keutamaan belajar ?
4. Jelaskan hadist tentang keutamaan mengajar ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan hadist tentang kewajiban menuntut ilmu
2. Menjelaskan hadist tentang urgensi ilmu
3. Menjelaskan hadist tentang keutamaan belajar
4. Menjelaskan hadist tentang keutamaan mengajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS TENTANG KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


Di dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 disebutkan, ”setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan”. Mendapatkan pendidikan merupakan hak azasi
manusia dan menjadi hak dasar warga negara Indonesia. Namun kenyataannya banyak
penduduk Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan disebabkan banyak hal, di
antaranya hidup di lingkungan yang terpencil. Hal ini berdampak pada kurangnya sumber
daya manusia untuk mewujudkan pembangunan yang adil dan merata. Sudah menjadi
kewajiban pemerintah untuk memberikan hak pendidikan bagi warga negaranya. Oleh
sebab itu, program wajib belajar dilaksanakan sejak tahun 1984 (Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 6 Tahun) kemudian setelah 10 tahun diluncurkan program wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun sejak 1994, melalui Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1994.
Wajib belajar merupakan program pendidikan nasional yang harus diikuti oleh warga
negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar
ini merupakan pendidikan minimal yang harus diikuti oleh setiap warga negara
Indonesia.

Adapun belajar ialah aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara
pribadi dan sepihak. Sedangkan pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan
peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan
belajar (teaching and learning). Jadi perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan
istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM). ( Ismail,
2008: 8-9.)

Al-Qur’an tidak langsung mengutarakan tentang kewajiban mencari atau


mengembangkan ilmu, namun ayat tersebut pertunjukan dalam beberapa ayat yang
mengunjungi tentang hal itu.

Q.S.al-Alaq(96:1-5)

‫) َعلَّ َم‬4( ‫القَلَ ِم‬Y َ ُّ‫ َر ْأ َو َرب‬Y‫) ا ْق‬2( ‫ق‬


ْ ِ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم ب‬3( ‫ َر ُم‬Y‫ك اأْل َ ْك‬ ٍ Yَ‫انَ ِم ْن َعل‬Y‫ق اإْل ِ ْن َس‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ Yَ‫) خَ ل‬1( ‫ق‬
)5( ‫اإْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemura, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.

‫وْ َمهُ ْم إِ َذا‬Yَ‫ ِذرُوا ق‬Y‫دِّي ِن َولِيُ ْن‬Y‫وا فِي ال‬Yُ‫ةٌ لِيَتَفَقَّه‬Yَ‫طائِف‬ َ َ‫وْ اَل نَف‬Yَ‫َو َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لِيَ ْنفِرُوا َكافَّةً فَل‬
َ ‫ ٍة ِم ْنهُ ْم‬Yَ‫ ِّل فِرْ ق‬Y‫ر ِم ْن ُك‬Y
)122( َ‫َر َجعُوا إِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون‬

Artinya : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari setiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali kepadanya, agar mereka dapat
menjaga dirinya.

‫ك‬ٍ Y ِ‫َس ْب ِن َمال‬ ِ ‫يرينَ ع َْن أَن‬ ِ Y ‫ير ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ِس‬ ٍ ‫ار َح َّدثَنَا َح ْفصُ بْنُ ُسلَ ْي َمانَ َح َّدثَنَا َكثِي ُر بْنُ ِش ْن ِظ‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ َع َّم‬
‫ير‬ ِ ‫ ِه َك ُمقَلِّ ِد ْالخَ ن‬Yِ‫ر أَ ْهل‬Y
ِ ‫از‬Yَ ِ Y‫ض ُع ْال ِع ْل ِم ِع ْن َد َغ ْي‬
ِ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم َو َوا‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ق‬
َ ‫ْال َجوْ هَ َر َواللُّ ْؤلُ َؤ َوال َّذه‬
‫َب‬

Artinya: Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim, dan
meletakkan ilmu pada selain ahlinya seperti halnya mengalungi babi hutan dengan
permata, mutiara dan emas.

Orang menuntut ilmu itu merupakan kemauan sendiri. Orang yang menuntut ilmu
akan diberi petunjuk oleh Allah. Hanya Allah yang berkuasa untuk memberikan petunjuk
kepada seseorang. Jika seseorang tersebut sudah dipikirkan oleh Allah untuk menjadi
orang yang baik, maka Allah akan memudahkannya dalam memahami agama, dan
sebaliknya. Namun demikian manusia tidak boleh menyerah dan tidak boleh pasrah
hanya tanpa adanya usaha. Perkembangan seseorang tergantung pada pembawaan dan
lingkungannya. Pembawaan seseorang baru berkembang karena mendapat pengaruh dari
lingkungan.

Orang yang mencari ilmu atau menjalani pendidikan hendaklah berniat karena
Allah. Orang yang mencari ilmu dengan niat selain Allah maka Allah akan memberikan
siksaan kepadanya. Ilmu merupakan sesuatu yang mulia, dan pada dasarnya semua ilmu
adalah milik Allah. Dalam Islam tidak ada dikotomi ilmu, tetapi dalam Islam ada
pembagian ilmu menjadi mahmudah dan madzmumah.

Orang yang memiliki ilmu lebih berat untuk digoda menurut setan daripada ahli
ibadah yang jumlahnya seribu. Hadits terakhir yang penulis kemukakan dalam subbab ini
adalah hadits mengenai kewajiban mencari bagi seluruh umat Islam. Sekarang umat
Islam sudah mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan golongan orientalis. Maka
dari itu untuk mengejar ketertinggalan tersebut sebagai umat Islam harus terus mencari
dan mengembangkan ilmu.

B. HADITS TENTANG URGENSI IMU

‫ إذا مات اإلنسان انقطع عمله إالمن ثالث‬: ‫وعن أبى هريرة رضى هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
)‫صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له (رواه مسلم‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Saw. Bersabda : Jika seorang
manusia mati maka terputuslah perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akannya” (HR.
Muslim)

Biografi perawi
Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim
bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H.
Sebagaimana dikatakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya "Ulama'ul
Amsar. Imam Muslim adalah penulis kitab syahih dan kitab ilmu hadits. Dia
adalah ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal sampai kini.
Kehidupan Imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau merantau
ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir
dan negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil, yakni mulai tahun
218 H. Dalam perjalanannya, Muslim bertemu dan berguru pada ulama hadis.
Di Khurasan, dia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin
Rahawaih. Di Ray, dia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu Ansan.
Di Irak, dia belajar kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Di
Hijaz, berguru kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas'ab. Di Mesir, belajar
kepada 'Amar bin Sawad dan Harmalah bin Yahya dan berguru kepada ulama
hadits lainnya.
Imam Muslim berulangkali pergi ke Bagdad untuk belajar hadits, dan
kunjungannya yang terakhir tahun 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke
Naisabur, Muslim sering berguru kepadanya. Sebab dia mengetahui kelebihan
ilmu Imam Bukhari.
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada
hari Ahad sore, dan di makamkan di kampong Nasr Abad daerah Naisabur pada
hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Selama hidupnya, Muslim
menulis beberapa kitab yang sangat bermanfaat.
Penjelasan hadist
Dalam hadits ini dijelaskan tentang 3 hal yang akan mengalirkan pahala
kepada seseorang secara terus menerus walaupun telah meninggal dunia seolah-
olah ia masih melakukannya. Pertama, amal jariah yang dilakukannya semasa
hidup, selama masih bisa dimanfaatkan maka pahalanya akan mengalir untuknya
terus menerus.
Kedua, ilmu yang bermanfaat. Inilah yang menjadi pokok pembicaraan
kali ini, dimana ilmu yang telah diajarkan dan disebarkan kemudian menjadi
diamalkan oleh orang yang menerimanya juga akan menjadi amal terus menerus
bagi orang yang telah meninggal dunia. Apalagi jika ilmu tersebut selalu
diajarkan lagi kepada orang lain sehingga menjadi mata rantai tak terputus, maka
semakin bertambahlah pahala dari ilmu yang diajarkan tersebut.
Ketiga, anak sholeh yang mendoakannya. Inipun tidak terlepas dari unsur
pendidikan dalam memperolehnya. Dimana untuk menjadikan anak shaleh
diperlukan adanya upaya mendidik secara terus-menerus. Tanpa upaya tersebut
sulit rasanya memperoleh kualitas anak yang shaleh, sebab cara dan proses
pendidikan seorang anak mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
perkembangannya dan akan mempengaruhinya dalam bertindak saat besar nanti.
Intinya dalam hadits ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Pahala akan sampai kepada orang yang sudah meninggal melalui 3 cara. Ini
karena dialah yang menajdi penyebab terjadinya 3 hal tersebut sehingga seakan-
akan ia masih melakukannya.
b. Anjuran untuk melakukan kebaikan yang pahalanya dapat mengalir terus-
menerus meskipun telah meninggal dunia.
c. Keutamaan ilmu, menyebarkan dan mengajarkannya.
d. Anjuran untuk mendidik anak-anak dengan pendidikan yang islami agar orang
tua bisa mengambil manfaat dari kebaikan amal yang dilakukan anaknya seperti
halnya istigghfar dan do’anya.

‫ول إن هللا‬YY‫لم يق‬Y‫ه وس‬YY‫لى هللا علي‬Y‫ول هللا ص‬Y‫وعن عبد هللا ابن عمربن العاص رضى هللا عنهما قال سمعت رس‬
‫اس‬YY‫ذ الن‬YY‫ا اتخ‬YY‫تى إذا لم يبقى عالم‬YY‫اليقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلم بقبض العلماء ح‬
)‫رؤوسا جهال فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا (متفق عليه‬

“Dari Abdullah bin Umar bin Ash ra, ia berkata : Aku telah mendengar
rasulullah sawbersabda : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan
menghilangkannya secara langsung dari manusia, tetapi Allah mencabut ilmu
dengan cara mencabut para ulama sehingga apabila tidak tersisa seorang ‘alim,
manusia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka dari orang-orang bodoh, maka
mereka ditanya dan memberi fatwa, maka mereka sesat dan menyesatkan.
(muttafaq ‘alaih)”
Hadits diatas menjelaskan bahwa :
a) para ulama adalah pellindung dan penentram manusia di bumi ini
serta sumber keutamaan dan kebajikan.
b) Kabar gembira bagi ulama bahwa Allah tidak akan mencabut ilmu
mereka
c) Anjuran menuntut ilmu untuk memperbanyak jumlah para ulama,
agar masyarakat semakin mudah belajar agama
d) Barang siapa yang mengklain sebagai ulama lalu berfatwa tanpa
didasari ilmu, maka hal itu sama saja ia merugikan dirinya karena
telah melakukan kebohongan atas nama Allah dan juga merugikan
orang lain karena telah membodohi mereka.
‫وعن أبي أمامة رضى هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال فضل العالم على العابد كفضلى على أدناكم ثم‬
‫قال رسول هللا إن هللا وملئكته وأهل السماوات واالرض حتى النملة فى حجرهاو حتى الحوت ليصلون على معلمى‬
‫الناس الخير (رواه الترمذى وقال حديث حسن‬

“dari Abi Amamah ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda keutamaan orang yang
berilmu atas orang yang beribadah bagaikan keutamaan diriku atas kalian semua,
kemudian Rasulullah saw. Bersabda sesungguhnya Allah dan para malaikatnya
serta seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut diliangnya dan ikan-ikan
sungguh bershalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada
manusia (HR. Turmudzi dan ia berkata ini Hadits hasan)
Hadit diatas menjelaskan bahwa :
a) Anjura untuk berbuat sesuatu yang banyak membawa manfaat bagi
pelakunya dan orang lain.
b) Menuntut ilmu adalah lebih utama dari ibadah-ibadah yang sunah, sebab
ibadah sunah manfaaatnya terbatas hanya bagi pelakunya saja, sedangkan
ilmu pengetahuan manfaatnya lebih luas, dapat dirasakan oleh pelaku dan
orang lain.
c) Anjuran untuk menghormati ulama dan orang yang menunut ilmu serta
mendo’akan mereka.
d) Kaum muslimin dilarang meminta fatwa kepada orang bodoh, dan para
ulama dilarang berfatwa tanpa didasari ilmu.

‫وعن ابن عمر رضى هللا عنهما أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال إنما مثل صاحب القران كمثل اإلبل المعلقة إن عاهدها عليها أمسكها‬
‫وإن أطلقها ذهبت (متفق عليه‬

“Dari Ibn Umar ra. Rasulullah saw. Bersabda sesungguhnya


perumpamaan orang yang menghafal qur’an bagaikan unta yang terikat, apabila ia
menjaganya maka unta tersebut akan tetap ada dan apabila ia melepaskannya
maka unta itu pergi. (Muttafaq ‘alaih).
Terdapat kesamaan antara orang lain yang hafal al-Qur’an dengan pemilik
unta. Apabila ia mengikat dan menjaganya, maka unta tidak akan lepas. Namun
apabila ia tidak mengikatnya, maka unta tidak akan lepas. Maka unta itu akan
‫‪hilang dan susah untuk mendapatkannya kembali. Kesamaannya adalah cepatnya‬‬
‫‪hafalan al-Qur’an itu hilang seperti unta yang lepas dari talinya.‬‬

‫‪C. HADITS TENTANG KEUTAMAAN BELAJAR‬‬


‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َميَقُولُ َم ْني ُِر‬‫اويَةَ َخ ِطيبًايَقُولُ َس ِم ْعتُالنَّبِيَّ َ‬‫َح َّدثَنَا َس ِعي ُد ْبنُ ُعفَي ٍْرقَالَ َح َّدثَنَاا ْبنُ َو ْهبٍ َع ْنيُونُ َس َع ْنا ْبنِ ِشهَابٍقَالَقَالَ ُح َم ْي ُد ْبنُ َع ْب ِدالرَّحْ َمنِ َس ِم ْعتُ ُم َع ِ‬
‫ْطي َولَ ْنتَ َزالَهَ ِذ ِهاأْل ُ َّمةُقَائِ َمةً َعلَىأ َ ْم ِراللَّ ِهاَل يَضُرُّ هُ ْم َم ْن َخالَفَهُ ْم َحتَّىيَأْتِيَأ َ ْم ُرهَّللا ِ‬
‫ْداللَّهُبِ ِهخَ ْيرًايُفَقِّ ْههُفِيالدِّينِ َوإِنَّ َماأَنَاقَا ِس ٌم َواللَّهُيُع ِ‬

‫‪Artinya: Barang siapa yang Allah menghendaki dia baik maka Allah akan‬‬
‫‪memahamkannya dalam masalah agama, dan aku adalah orang yang bersumpah, allah‬‬
‫‪akan memberi dan ketika umat ini tidak akan bergeser untuk mendirikan perintah allah‬‬
‫‪maka orang yang berbeda dengan umat ini tidak akan membahayakannya sehingga‬‬
‫‪datang perkara Allah.‬‬

‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َما ِم ْن َر ُجلٍيَ ْسلُ ُكطَ ِريقًايَ ْ‬


‫طلُبُفِي ِه ِع ْل ًما‬ ‫يصالِ ٍح َع ْنأَبِيه َُر ْي َرةَقَالَقَالَ َر ُسواُل للَّ ِه َ‬
‫َح َّدثَنَاأَحْ َم ُد ْبنُيُونُ َس َح َّدثَنَا َزائِ َدةُ َع ْناأْل َ ْع َم ِش َع ْنأَبِ َ‬
‫إِاَّل َسهَّاَل للَّهُلَهُبِ ِهطَ ِريقَ ْال َجنَّ ِة َو َم ْنأ َ ْبطَأَبِ ِه َع َملُهُلَ ْميُس ِ‬
‫ْر ْعبِ ِهنَ َسبُهُ‪Y‬‬
‫‪Artinya: Tidak ada seorang laki-laki yang berjalan dijalan untuk mencari ilmu‬‬
‫‪kecuali Allah mempermudah jalannya jalannya ke surga, barang siapa yang kendor‬‬
‫‪amalnya nasabnya tidak akan mempercepatnya.‬‬

‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َسلَ َكطَ ِريقًايَ ْلتَ ِم ُسفِي ِه ِع ْل ًما‬ ‫َح َّدثَنَا َمحْ ُمو ُد ْبنُ َغ ْياَل نَ َح َّدثَنَاأَبُوأُ َسا َمةَ َع ْناأْل َ ْع َم ِش َع ْنأَبِي َ‬
‫صالِ ٍح َع ْنأَبِيهُ َر ْي َرةَقَالَقَالَ َر ُسواُل للَّ ِه َ‬
‫ىال َجنَّ ِةقَاأَل َبُو ِعي َسىهَ َذ َ‬
‫اح ِديثٌ َح َس ٌن‬ ‫َسهَّاَل للَّهُلَهُطَ ِريقًاإِلَ ْ‬
‫‪Artinya: Barang siapa yang berjalan di jalan untuk mencari ilmu kecuali Allah‬‬
‫‪mempermudah jalannya jalannya ke surga.‬‬
‫ص ْف َوانَ ْبنَ َع َّسااٍل ْل ُم َرا ِديَّفَقَالَ َما َجا َءبِ َكقُ ْلتُأ ُ ْنبِطُ ْال‬
‫ص ِم ْبنِأَبِيالنَّجُو ِد َع ْن ِز ِّر ْبنِ ُحبَ ْي ٍشقَاأَل َتَ ْيتُ َ‬
‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُيَحْ يَى َح َّدثَنَا َع ْبدُال َّر َّزاقِأ َ ْنبَأَنَا َم ْع َم ٌر َع ْن َعا ِ‬
‫ارضًابِ َمايَصْ نَ ُع‬ ‫ض َع ْتلَه ُْال َماَل ئِ َكةُأَجْ نِ َحتَهَ ِ‬ ‫َار ٍج َخ َر َج ِم ْنبَ ْيتِ ِهفِيطَلَبِ ْال ِع ْل ِمإِاَّل َو َ‬
‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َميَقُولُ َما ِم ْنخ ِ‬ ‫ِع ْل َمقَالَفَإِنِّي َس ِم ْعتُ َر ُسواَل للَّ ِه َ‬
‫‪Artinya: Tidak ada orang yang keluar untuk mencari ilmu kecuali malaikat‬‬
‫‪meletakkan sayapnya kepada orang tersebut karena ridho dengan apa ya ng diperbuatnya.‬‬
‫َازيَا ُد ْبنُ َخ ْيثَ َمةَ َع ْنأَبِيدَا ُو َد َع ْن َع ْب ِداللَّ ِه ْبنِ َس ْخبَ َرةَ َع ْن َس ْخبَ َرةَ َع ْنالنَّبِيِّ َ‬
‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمقَ‬ ‫َّازيُّ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ْال ُم َعلَّى َح َّدثَن ِ‬
‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ُح َم ْي ٍدالر ِ‬
‫ْرفُلِ َع ْب ِداللَّ ِه ْبنِ َس ْخبَ َرةَ َكبِي َر َش ْي ٍء َواَل أِل َبِ‬ ‫يال َح ِديثِ َواَل نَع ِ‬ ‫ض َّعفُفِ ْ‬‫ض ِعيفُاإْل ِ ْسنَا ِدأَبُودَا ُو َديُ َ‬
‫ضىقَاأَل َبُو ِعي َسىهَ َذا َح ِديثٌ َ‬
‫الَ َم ْنطَلَبَ ْال ِع ْل َم َكانَ َكفَّا َرةًلِ َما َم َ‬
‫اح ٍد ِم ْنأ َ ْهاِل ْل ِع ْل ِم‬
‫ي ِه َوا ْس ُمأَبِيدَا ُو َدنُفَ ْي ٌعاأْل َ ْع َمىتَ َكلَّ َمفِي ِهقَتَا َدةُ َو َغ ْي ُر َو ِ‬
‫‪Artinya: Barang siapa yang mencari ilmu maka ilmu itu akan menjadi tebusan‬‬
‫‪sesuatu yang terdahulu.‬‬
َ ِّ‫َح َّدثَنَا َعلِيُّ ْبنُنَصْ ِر ْبنِ َعلِي ٍَّح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ َعبَّا ٍد ْالهُنَائِيُّ َح َّدثَنَا َعلِيُّ ْبنُ ْال ُمبَا َر ِك َع ْنأَيُّوبَالس َّْختِيَانِيِّ َع ْنخَ الِ ِد ْبنِ ُد َر ْي ٍك َع ْنا ْبنِ ُع َم َر َع ْنالنَّبِي‬
َّ‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
‫ْرفُهُ ِم ْن َح ِديثِأَيُّوبَإِاَّل‬ ْ
ِ ‫يالبَاب َع ْن َجابِ ٍرقَاأَل َبُو ِعي َسىهَ َذا َح ِديثٌ َح َسنٌغ‬
ِ ‫َريبٌاَل نَع‬ ْ ِ‫ار َوف‬
ِ َّ‫َمقَالَ َم ْنتَ َعلَّ َم ِع ْل ًمالِ َغي ِْراللَّ ِهأَوْ أَ َرا َدبِ ِه َغ ْي َراللَّ ِهفَ ْليَتَبَوَّأ َم ْق َع َدهُ ِم ْنالن‬
‫اال َوجْ ِه‬ ْ ‫ِم ْنهَ َذ‬
Artinya: Barang siapa yang mencari ilmu bukan karena Allah atau menghendaki
selain Allah maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.
‫اح ٌدأَ َش‬ َ ‫َاال َولِي ُد ْبنُ ُم ْسلِ ٍم َح َّدثَنَا َروْ ُح ْبنُ َجنَا ٍحأَبُو َس ْع ٍد َع ْن ُم َجا ِه ٍد َع ْنا ْبنِ َعبَّا ٍسقَالَقَالَ َر ُسواُل للَّ ِه‬
ِ ‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمفَقِيهٌ َو‬ ْ ‫ار َح َّدثَن‬
ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم ْبنُ َع َّم‬
‫ُّد َعلَىال َّش ْيطَانِ ِم ْنأ َ ْلفِ َعابِ ٍد‬
Artinya: Orang alim fiqih satu lebih berat dari pada seribu ahli ibadah menurut
setan.
‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمطَلَب ُْال ِع ْل‬
َ ‫يرينَ َع ْنأَنَ ِس ْبنِ َمالِ ٍكقَالَقَالَ َر ُسواُل للَّ ِه‬
ِ ‫ير َع ْن ُم َح َّم ِد ْبنِ ِس‬ ُ ‫ار َح َّدثَنَا َح ْف‬
ٍ ‫ص ْبنُ ُسلَ ْي َمان ََح َّدثَنَا َكثِي ُر ْبنُ ِش ْن ِظ‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم ْبنُ َع َّم‬
َ ‫ير ْال َجوْ هَ َر َواللُّ ْؤلُ َؤ َوال َّذه‬
‫َب‬ ِ ‫ضع ُْال ِع ْل ِم ِع ْن َد َغي ِْرأَ ْهلِ ِه َك ُمقَلِّ ِد ْال َخن‬
ِ ‫َاز‬ ِ ‫يضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو َوا‬
َ ‫ِمفَ ِر‬
Artinya: Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim, dan
meletakkan ilmu pada selain ahlinya seperti halnya mengalungi babi hutan dengan
permata, mutiara dan emas.
Orang menuntut ilmu itu merupakan kemauan sendiri. Orang yang menuntut ilmu
akan diberi petunjuk oleh Allah. Hanya Allah yang berkuasa untuk memberikan petunjuk
kepada seseorang. Jika seseorang tersebut sudah dikehendaki oleh Allah untuk menjadi
orang yang baik, maka Allah akan memudahkannya dalam memahami agama, dan
sebaliknya. Namun demikian manusia tidak boleh menyerah dan tidak boleh hanya
pasrah tanpa adanya usaha. Perkembangan seseorang tergantung pada pembawaan dan
lingkungannya. Pembawaan seseorang baru berkembang karena mendapat pengaruh dari
lingkungan.
Hadits yang kedua, ketiga dan keempat tersebut pada dasarnya sama yaitu
menyatakan tentang keutamaan ilmu dan orang yang mencari ilmu. Mencari ilmu
merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan sulit. Karena dengan ilmu manusia tidak
akan lagi berakhlak seperti binatang. Maka malaikatpunridho terhadap apa yang
diperbuat oleh manusia tersebut.
Hadits yang selanjutnya adalah tentang ilmu merupakan pelebur terhadap amal
yang ia perbuat sebelumnya, karena orang yang beramal tanpa didasari ilmu maka
amalnya tidak sah. Dan orang yang beramal tanpa ada landasan ilmu, ibarat pesawat yang
terbang tanpa landasan.
Orang yang mencari ilmu atau menjalani pendidikan hendaklah berniat karena
Allah. Orang yang mencari ilmu dengan niat selain Allah maka Allah akan memberikan
siksaan kepadanya. Ilmu merupakan sesuatu yang mulia, dan pada dasarnya semua ilmu
adalah milik Allah. Dalam Islam tidak ada dikotomi ilmu, akan tetapi dalam Islam ada
pembagian ilmu menjadi mahmudah dan madzmumah.
Hadits yang selanjutnya menerangkan tentang keutamaan orang yang berilmu.
Orang yang mempunyai ilmu lebih berat untuk digoda menurut setan daripada ahli ibadah
yang jumlahnya seribu. Hadits terakhir yang penulis kemukakan dalam subbab ini adalah
hadits mengenai kewajiban mencari ilmu bagi seluruh umat Islam. Sekarang ini umat
Islam sudah mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan golongan orientalis. Maka
dari itu untuk mengejar ketertinggalan tersebut kita sebagai umat Islam harus senantiasa
gemar mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

D. HADITS TENTANG KEUTAMAAN MENGAJAR

َ ‫اريَ ٍةأَوْ ِع ْل ٍميُ ْنتَفَ ُعبِ ِهأَوْ َولَ ِد‬


ُ‫صلِ ٍحيَ ْد ُعوْ لَه‬ َ ‫صلَّىاللهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمقَاإَل ِ َذا َماتَاْ ِال ْن َسانُا ْنقَطَ َع َع َملُهُإِالَّ ِم ْنثَالَثَ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ َ ‫َع ْنأَبِيهُ َر ْي َرةَأَنَّ َرسُوْ اَل لل ِه‬

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W bersabda, “apabila manusia


telah meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan (orang tua)nya.” (HR. Muslim,
Ahmad, An-Nasa’i, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi).

Dalam haditsdiatas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi
pahala oleh Allah kepada seseorang, kendatipun ia sudah meninggal dunia. Tiga hal itu,
yaitu (1) sedekah jariyah(wakaf yang lama kegunaannya), (2) ilmu yang bermanfaat, (3)
do’a yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk orang tuanya. Sehubungan dengan
pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang diajarkan oleh seorang alim
kepada orang lain dan tulisan (karangan) yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

Dari ulasan diatas terlihat ada dua bentuk pemanfaatan ilmu, yaitu dalam
mengajarkan dan menulis. Mengajar adalah proses memberikan ilmu pengetahuan kepada
orang yang belum tahu. Hasilnya, orang yang belajar itu memiliki ilmu pengetahuan dan
dapat dimanfaatkan dalam menjalani kehidupan, baik untuk urusan hidup duniawi
pengetahuan dapat menularkan ilmunya dengan menulis buku. Orang yang membaca
karyanya tersebut akan mendapatkan ilmunya kendatipun tidak pernah bertemu langsung.
Kedua pekerjaan ini hanya dapat dilakukan apabila seseorang mempunyai ilmu
pengetahuan dan mau bertaubat untuk mencerdaskan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran tentang


sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran.
2. ِ ‫ط ِريقًا ِمنْ طُ ُر‬
  ‫ق ا ْل َجنَّ ِة‬ َ ‫سهَّ َل هَّللا ُ بِ ِه‬ ُ ُ‫ط ِريقًا يَ ْطل‬
َ ‫ب فِي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫سلَ َك‬
َ ْ‫َمن‬

Allah memudahkan baginya jalan diakhirat atau jalan di dunia, dengan cara memberi hidayah
untuk melakukan perbuatan baik yang mengantarkanny menuju surga. Hal ini mengandung
berita gembira bagi orang yang menuntut ilmu, bahwa Allah memudahkan mereka untuk
mencari dan mendapatkannya, karena menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju surga.

3. ‫ َم ْلعُوْ ٌن َمافِ ْيهَاإاَّل ِذ ْك ُرهَّللا ِ َو َما َوااَل هُ َوعَالِ ٌم أَوْ ُمتَ ٕلِّ ٌم‬ ٌ‫ْت َرسُوْ ُل هَّللا ِ صلعم يَقُوْ ُل أَاَل إِ َّن ال ُّد ْنيَا َم ْلعُوْ نَة‬
ُ ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ يَقُوْ ُل َس ِمع‬

( ‫حديث حسن‬:‫)رواه الترمدي وقال‬    

‫الع ْل ِم َكانَ فِي َسبِي ِْل هَّللا ِ َحتَّى‬


ِ ‫ب‬ َ ‫ال قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا ِ صلعم َم ْن خ ََر َج فِي‬
ِ َ‫طل‬ َ َ‫ك ق‬ ِ ‫ع َْن اَن‬
ٍ ِ‫َس بِ ْن َما ل‬

)‫يَرْ ِج َع أ(َ ْخ َر َجهُ التُّرْ ُم ِدي‬

Mencari ilmu kebutuhan pokok bagi manusia untuk membekali kehidupannya yang sangat
bermanfaat,bagi orang mukmin kemanfaatan ilmu yang di peroleh di dunia dan akhirat.

Peranan ilmu dan ulama sangat penting dalam melestarikan ilmu dan membudayakan alam,
ilmunya Allah dibawa mereka, jika mereka wafat maka lenyaplah ilmu dari bumi dan jika ilmu
sudah terangkat , maka manusia akan mengangkat pemimpin yang tak berilmu, fatwanya sesat
dan menyesatkan. Peranan ilmu dan ulama sangat penting dalam melestarikan ilmu dan
membudayakan alam, ilmunya Allah dibawa mereka, jika mereka wafat maka lenyaplah ilmu
dari bumi dan jika ilmu sudah terangkat , maka manusia akan mengangkat pemimpin yang tak
berilmu, fatwanya sesat dan menyesatkan.

B. SARAN
Peranan ilmu dan ulama sangat penting dalam melestarikan ilmu dan
membudayakan alam, ilmunya Allah dibawa mereka, jika mereka wafat maka lenyaplah
ilmu dari bumi dan jika ilmu sudah terangkat , maka manusia akan mengangkat
pemimpin yang tak berilmu, fatwanya sesat dan menyesatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam


Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah Al
Qur’an Al Karim
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al
Kutub Al Islamiyah.
Abdullah, Sosiologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 1997
Majid Abdul, Hadist Tarbawi, Jakarta, Kencana Pena Media Group, 2012

http://mediaabelajar.blogspot.com/2017/01/makalah-hadits-tarbwi-urgensi-ilmu-dan.html

https://khoirunnikmahblog.wordpress.com/2016/06/01/hadist-tentang-kewajiban-
menuntut-ilmu-pengetahuan/
https://raihilmugenggamlahdunia.blogspot.com/2016/10/hadits-tarbawi-urgensi-ilmu-
dan-ulama.html?m=1
http://kependidikan07.blogspot.com/2017/04/makalah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai