Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI
JUDUL : FAKTOR PEMBATAS PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

DISUSUN OLEH :

NAMA : Nadia Alfina Firmansyah


NIM : D1051191079

DOSEN PENGAMPU :
Jumiati, S.Si., M.Si.
NIP. 198406222019032015
Aini Sulastri, S.Si., M.Si.
NIP. 198502022019032013

NAMA ASISTEN:
1. Tamas Faiz Dicelebica 2. Sekolastika Febria Ema
3. Erly Esaputri Saragih 4. Astisza Syahla L. Parabi

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau


masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh
ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme
bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu
pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau
massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada
mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,


akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Pertumbuhan mikroba pada
umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan
faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi.
Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk
kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang menunjukkan respon
yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan
suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai.

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal


yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi waktu,
suhu, air, pH dan tersedianya oksigen.

1
1.2 Tujuan

1. Dapat menentukan karakteristik pertumbuhan mikroorganisme


berdasarkan perbedaan suhu, pH, dan kebutuhan oksigen
2. Dapat menentukan sifat mikroorganisme dari interaksinya antar populasi.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Faktor Pertumbuhan Mikroorganisme

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri sebagai


mikroorganisme adalah zat makanan, pH, air, oksigen, dan senyawa penghambat
pertumbuhan. Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik
bila memenuhi persyaratan antara lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai,
kadar oksigen baik, media steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang
mudah digunakan mikroorganisme. Unsur-unsur yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam
seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe,
vitamin, air, dan energy (Juariah dan Sari,2018).

2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba adalah mempengaruhi laju


reaksi enzimatis dan kimia di dalam sel. Semakin meningkat suhu, maka laju
reaksi akan semakin cepat. Namun, pada taraf suhu tertentu, komponen sel akan
mengalami kerusakan. Suhu akan meningkatkan metabolisme sampai pada titik
terjadinya denaturasi. Ketika mencapai titik tersebut, fungsi sel akan menurun
sampai ke titik nol. Berdasarkan hal tersebut, ada tiga tingkatan suhu yang
memengaruhi mikroorganisme. Suhu minimum adalah batas terendah bagi suatu
mikroba masih dapat hidup, suhu optimum adalah suhu optimal bagi suatu
mikroba untuk melakukan pertumbuhan, dan suhu maksimum adalah batas
tertinggi bagi suatu mikroba untuk dapat hidup (Madigan dkk. 2011).

2.3 Pengaruh Oksigen terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Oksigen bagi mikroorganisme merupakan suatu nutrient. Dalam proses aerob,


oksigen bukan merupakan faktor pembatas laju pertumbuhan, karena oksigen
diberikan secara berlebih dalam bentuk oksigen terlarut (DO), sebaliknya dalam

3
proses anaerob. Untuk memperoleh kebutuhan oksigen yang cukup biasanya
digunakan pengaduk mekanik sehingga terjadi kontak antara biomassa dengan
udara atau menggunakan compressor yang dialirkan melalui sparger atau
kombinasi keduanya (Ferdiansyah, 2017).

2.4 Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Pengaruh ph terhadap pertumbuhan mikroba berkaitan dengan kondisi asam


atau basanya lingkungan suatu mikroba. Jika pH lebih rendah dari 7 (pH netral),
berarti kondisi berada dalam keadaan asam. Sementara itu, nilai pH di atas 7
menunjukkan bahwa kondisi berada dalam keadaam basa (alkifilik). Jika dilihat
dari pH, umumnya bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH netral (neutrofilik),
yaitu 6,5 sampai 7,5. Namun, ada juga mikroba yang tahan pada kondisi pH
rendah atau asam (asidofilik) dan mikroba yang tahan pada kondisi pH tinggi atau
basa (alkalifilik). (Tortora dkk., 2010)

4
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat – alat yang digunakan pada praktikum mikrobiologi faktor


pembatas pertumbuhan mikroorganisme yaitu, tabung reaksi, jarum ose,
thermometer, rak tabung, oven (incubator), refrigerator (kulkas), pH meter,
cawan petri, ose dan, kertas saring.

3.1.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu media
NA, media NB, Alkohol, Akuades, Hidrogen Klorida ( HCl ), Natrium
Hidroksida ( NaOH ) dan Isolate Bakteri.

3.2 Analisi Bahan

3.2.1 Media NA

Media NA (nutrient agar) merupakan media yang berbentuk serbuk


berwarna putih kekuningan dan apabila setelah digunakan akan berbentuk
padat karena terdapat kandungan agar sebagai pemadatnya. Komposisi yang
terpenting dalam media ini adalah karbohidrat dan protein yang terdapat pada
ekstrak daging dan pepton sesuai dengan kebutuhan sebagian besar bakteri
(Thohari, 2019). Nutrient agar merupakan media kultur bakteri umum
(universal) yang memiliki kandungan 0.8% protein, 1.2% agar dan sisanya
adalah air (Merck) yang mampu menumbuhkan dan memelihara bakteri
dengan baik di laboratorium mikrobiologi (Listyani, 2019).

3.2.2 Media NB

Nutrient Broth (BA) merupakan media untuk mikroorganisme yang


berbentuk zat cair. Nutrient Broth termasuk ke dalam media umum yang

5
digunakan untuk menumbuhkan biakan secara general. Nutrient Broth
diformulasikan dengan sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef extract sebagai
sumber karbon dan pepton sebagai sumber nitrogen (Wahyuningsih, dan
Zulaika,2018).

Medium ini termasuk medium kompleks karena komponen kimianya


yakni pepton dan ekstrak daging sapi. Pemilihan media tersebut karena
kebutuhan nitrogen organik dalam bentuk asam amino dan asam lemak rantai
panjang dapat terpenuhi dari pepton. Sedangkan ekstrak daging sapi
memberikan vitamin tambahan, karbohidrat, garam dan senyawa nitrogen
organik lainnya (Arulanantham dkk., 2012).

3.2.3 Akuades

Akuades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir


semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
akuades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus
fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya
disebabkan oleh kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil
aldehida dan keton. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari
zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades
berwarna bening, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa
digunakan untuk membersihkan alatalat laboratorium dari zat pengotor
(Setianingsih, dkk, 2017).

3.2.4 Alkohol

Alkohol biasanya dikenal juga sebagai etanol atau etil alcohol,


memiliki rumus kimia CH3CH2OH merupakan cairan yang tidak berwarna
dengan bau khas, mudah larut dalam air dan eter. Mempunyai berat spesifik
pada 15oC sebesar 0,7937, mulai mendidih pada suhu 78,32oC (760 mm Hg).

6
Kandungan kalori alcohol adalah 7100 kalori/g dengan panas pembakaran 328
kkal (Ngatirah,dkk. 2017).

3.2.5 Asam Klorida ( HCl )

Asam yang diperlukan terdiri dari asam kuat yang memiliki


keunggulan dalam menghasilkan kulit terbaik. Asam klorida (HCl) sebagai
bahan pengasaman merupakan salah satu jenis asam kuat sehingga lebih
banyak bereaksi dengan zat-zat didalam kulit yang memudahkan dalam proses
penyamakan (Akademi Teknologi Kulit, 2013).

3.2.6 Natrium Hidroksida ( NaOH )

Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang


dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan dalam air. NaOH bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH digunakan untuk
menggantikan kapur dan natrium karbonat dalam pembuatan telur pidan
dalam industri yang lebih modern (Prasetya, 2012).

3.2.7 Isolate Bakteri

Isolat bakteri Staphylococcus aureus adalah biakan murni dari bakteri


Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri gram
positif dengan diameter 0,5-1,0 mm, bakteri berbentuk kokus , tidak
membentuk spora dan tidak bergerak, gram-positif dan memiliki diameter 0,5-
1,0 mm, berkelompok, berpasangan dan kadang berantai pendek
(Karimela,dkk,2017).

7
3.3 Flowchart Kerja

3.3.1 UJI PERTUMBUHAN MIKROORGANISME TERHADAP SUHU

Disediakan 3 tabung berisi media NB yang telah disterilisasi, lalu


ambil 1 ose isolat bakteri dan masukkan ke media NB pada masing-masing
tabung lalu dihomogenkan. Kemudian disimpan inokulum tersebut masing-
masing pada suhu <15°C (di dalam kulkas), suhu ruang <50°C (di dalam
inkubator). Kemudian diinkubasi selama 24-48 jam. Setelah itu diamati
pertumbuhan bakteri dari tingkat kekeruhan yang terbentuk.

8
3.3.2 UJI PERTUMBUHAN MIKROORGANISME TERHADAP pH

Pertama, sediakan 3 tabung yang berisi medium NB yang telah


disterilisasi dengan pH yang berbeda yaitu pH asam (3-4), netral (6-7), dan
basa (8-9). Ambil 1 ose isolate bakteri dan masukkan ke dalam media NB
pada tabung reaksi, lalu homogenkan, kemudian inoculum tersebut masing-
masing disimpan pada suhu ruang. Terakhir diinkubasi selama 48 jam lalu
diamati pertumbuhann bakteri dan tingkat kekeruhan terbentuk.

9
3.3.3 UJI KEBUTUHAN OKSIGEN MIKROORGANISME

Sediakan 3 tabung reaksi yang berisi media NB yang telah


disterilisasi, kemudian ambil 1 ose isolate bakteri dan masukkan ke dalam
media NB pada tabung reaksi,lalu homogenkan. Terakhir disimpan inoculum
pada suhu ruang, kemudian diinkubasi selama 48 jam lalu amati
pertumbuhanya berdasarkan tingkat kekeruhan yang terbentuk.

10
3.3.4 Uji Kompetisi antar Mikroorganisme

Diambil 1 ose isolate bakteri A,B,C ,D dan E (pada tabung terpisah)


lalu masukkan ke media NB 5 ml, kemudian dihomogenkan. Masukkan kertas
saring yang telah disterilisasi dan dipotong bulat dengan diameter 1 cm
kedalam biakan NB. Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu ruang. Ambil 1 ose
bakteri Staphylococcus sp dan dimasukkan ke akuades steril 10 ml, lalu
dihomogenkan. Ambil 1 ose isolet bakteri Staphylococcus sp yang telah
diencerkan lalu dimasukkan ke cawan petri, kemudian tuang media NA, lalu
homogenkan. Ambil kertas saring yang telah ditumbuhi bakteri, letakkan
menyebar pada cawan petri, begitu pula untuk B,C, dan D. terakhir diinkubasi
48 jam pada suhu ruang, lalu amati pertumbuhannya dengan dihitung luas
zona bening.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Uji Pertumbuhan Mikroorganisme terhadap Suhu

Kelompok
Jenis Suhu Suhu Suhu Bakteri
Bakteri < 15oC Ruang > 50oC Berdasarkan
Suhu

Bakteri A Mesofilik

Bakteri B Termofilik

Bakteri C Psikrofilik

Bakteri D Mesofilik

12
4.1.2 Tabel Uji Pertumbuhan Mikroorganisme terhadap pH

Kelompok Bakteri
Jenis Bakteri pH pH Netral pH Basa Berdasarkan pH
Asam
Bakteri A - +++ - Neutrofil
Bakteri B + - - Asidofil
Bakteri C + ++ - Neutrofil dan
Asidofil
Bakteri D - - + Alkalifil
Keterangan : (+) = keruh , (-) = tidak keruh.

4.1.3 Tabel Uji Kebutuhan Oksigen Mikroorganisme

Mikroorgani Pertumbuhan Mikroorganisme Keterangan


sme
Tambahan
Atas Bawah Tengah
A1
+++ - - Aerob obligat
A2
- +++ - Anaerob obligat
A3 Anaerob
++ - - fakultatif
A4
Aerotolerant
+ + + anaerob
Keterangan : (+) = keruh , (-) = tidak keruh

4.1.4 Tabel Uji Kompetisi antar Mikroorganisme

Luas Zona
Bakteri Keterangan
Bening (cm)
Bakteri 1 (A) 3,79 cm Interaksi antar bakteri :
A-B = kompetisi
A-C = kompetisi
A-D = kompetisi
A-E = kooperasi
Bakteri 2 (B) 2,00 cm Interaksi antar bakteri :
B-C = kompetisi

13
B-D = kompetisi
B-E = kompetisi
B-A = kompetisi
Bakteri 3 (C) 2,54 cm Interaksi antar bakteri :
C-D = kompetisi
C-E = kompetisi
C-A = kompetisi
A-B = kompetisi
Bakteri 4 (D) 1,13 cm Interaksi antar bakteri :
D-E = kompetisi
D- A= kompetisi
D-B = kompetisi
D- C= kompetisi
Bakteri 5 (E) 6,15 cm Interaksi antar bakteri
E-A = kooperasi
E-B = kompetisi
E-C = kompetisi
E-D = kompetisi

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Uji Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Suhu

Uji yang dilakukan pertama adalah uji suhu terhadap pertumbuhan


bakteri. Percobaan ini diawali dengan menyediakan 3 tabung yang telah berisi
media NB yang sudah disterilisasi. Penggunaan media NB karena media NB
merupakan media untuk mikroorganisme cair, intinya sama dengan
NutrientAgar, dan mudah untuk melihat pertumbuhan bakteri dilihat dari
kekeruhannya serta letak pertumbuhannya bakteri tersebut. Peranan suhu
terhadap pertumbuhan mikroorganisme sebenarnya merupakan petunjuk
adanya pengaruh suhu pada enzim di dalam sel mikroorganisme, bila suhu
rendah (di bawah optimum), aktivitas enzim juga rendah dan dengan demikian
pertumbuhan bakteri menjadi lambat. Ketika titik beku (di bawah minimum)
semua aktivitas metabolisme di dalam sel terhenti. Hal ini tidak hanya
disebabkan karena penghambatan aktivitas enzim secara langsung, tetapi juga

14
karena sel kehilangan airyang sangat diperlukan untuk penyerapan zat-zat
makanan dan pengeluaran hasil-hasil buangan sel.
Berdasarkan suhu pertumbuhannya, bakteri dapat diklasifikasikan
menjadi tiga golongan yaitu mesofil, psikrofil dan termofil. Golongan mesofil
adalah bakteri yang tergolong dapat tumbuh pada suhu 10oC sampai 47oC.
Tetapi suhu optimum pertumbuhannya adalah 30oC sampai 45oC. Golongan
psikrofil umumnya mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu 0oC atau <
15 oC. Organisme lain yang meradaptasi dengan kehidupan dalam air laut atau
tanah dapat tumbuh paling baik dibawah atau dekat titik beku (10oC sampai -
2oC). Yang terakhir adalah golongan termofilik yang dapat tumbuh jika suhu
diatas 45oC sampai 50oC dan mikrobia tumbuh dengan baik pada suhu 60oC.
Pertumbuhan mikroorganisme pada suhu optimum ditandai dengan adanya
kekeruhan yang tampak pada media NB.
4.2.2Pembahasan Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap pH
Percobaan percobaan ini juga menggunakan media NB. Mikroba pada
umumnya hidup pada pH netral (6,6-7,5), namun setiap mikroba mempunyai
nilai pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. pH pertumbuhan untuk
bakteri adalah 4,0-8; kapang 1,5-12; sedangkan khamir mempunyai daerah pH
1,5-8,5. Untuk menahan perubahan pH, ke dalam medium sering ditambahkan
larutan buffer (penyangga) dengan tujuan agar diperoleh pertumbuhan
mikroorganisme yang baik, sebab pada pH optimumnya, pertumbuhan
mikroorganisme akan terhambat.

Bakteri A pada pH netral menunjukan tanda kekeruhan yang banyak


maka bakteri A dapat digolongan sebagai bakteri neutrofilik yang tumbuh
dengan baik pada pH netral. Bakteri B pada pH asam menunjukan tanda
kekeruhan yang mengartikan bahwa bakteri B adalah bakteri asidofilik yang
dapat tumbuh optimal pada pH asam. Bakteri C menunjukan tanda kekeruhan
di pH asam dan pH netral dengan kekeruhan terbanyak berada di pH netral
yang menunjukan bahwa bakteri C adalah bakteri asidofilik dan dominan

15
sebagai bakteri neutrofilik. Bakteri D menunjukan tanda kekeruhan pada pH
basa selain itu tidak terlihat tanda kekeruhan pada pH asam dan netral yang
menunjukan bahwa bakteri D dapat dikategorikan sebagai bakteri alkalifilik
yang dapat tumbuh optimum pada pH basa.

4.2.3 Hasil Uji Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Oksigen

Oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada


juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan
racun bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok
berdasarkan kebutuhan akan organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang
memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi.
Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2
karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan
kematian. Adanya pertumbuhan bakteri dilihat dari kekeruhan pada inokulum
yang menunjukkan koloni bakteri melakukan respirasi. Koloni bakteri terletak
dipermukaan tabung, tengah tabung dan dasar tabung. Pada Bakteri A1
termasuk Obligat Aerob karena berkumpul diatas tabung reaksi untuk
menyerap oksigen , Bakteri A2 termasuk Obligat Anaerob berkumpul
dibawah tabung reaksi untuk menghidari oksigen. Bakteri A3 termasuk
Fakultatif Anaerob, Bakteri yang berkumpul terutama di atas, karena respirasi
aerobik yang menguntungkan, namun tidak adanya oksigen tidak
menghambat mereka sehingga dapat ditemukan di sepanjang tabung. Bakteri
A4 termasuk Aerotolerant Anaerob bakteri sama sekali tidak terpengaruh oleh
oksigen.
4.2.4 Teknik Aseptis

Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat,


bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan
praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini
sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal
tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli

16
mikrobiologi. Teknik aseptik merupakan teknik dasar yang harus dikuasai
oleh seorang analisis mikrobiologi dalam menangani suatu mikroba. Media
yang dipakai dalam teknik aseptik adalah akuades dan media yang dibuat dari
Natrium broth.Penggunaan akuades dimaksudkan untuk menguji seberapa
aseptikkah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang analis, karena didalam
akuades murni tidak terdapat bakteri sehingga jika pekerjaannya aseptik tidak
akan ada bakteri yang tumbuh pada media, sedangkan jika pekerjaannya tidak
aseptik maka pada media akan menjadi keruh, yang menandakan didalam
media terdapat bakteri yang hidup dan berkembang biak.

4.2.5 Cawan Patri harus dibalik ketika ada kertas saring didalamnya

Cawan petri tersebut harus dibalik, hal tersebut dilakuakn untuk


mencegah pengembunan yang nantinya akan mengganggu penglihatan saat
percobaan. Posisi kertas saring diletakkan di bagian luar agar uap air tidak
meresap saat proses sterilisasi berlangsung.

4.2.6 Metode Pour Plate dan Spread Plate

Metode Inokulasi daoat dikalakukan dengan dua cara, Yaitu


metode Spread Plate (Metode Sebar) dan Metode Pour Plate ( Metode
Tuang). Metode spread plate merupakan teknik inokulasi mikroba dengan
cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan
media agar yang telah memadat. Kelebihan dari metode ini yaitu dapat
menyebarkan mikrrorganisme tumbuh merata diatas permukaan media agar.
Kekurangan dari metode ini tidak dapat menumbuhkan mikroba anaerob
kerena pada metode ini mikroba ditumbuhkan pada permukaan agar.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kali ini Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh


beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, pH, kehadiran oksigen, toksisitas, cahaya,
kelembaban dan lain sebagainya.

5.2 Saran

Diharapkan praktikum berikutnya lebih teliti dan lebih serius dalam praktek
daring agar mahasiswa dapat memahami alat, bahan, dan tata cara praktikum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Akademi Teknologi Kulit. 2013. Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi


Kulit. Yogyakarta.
Arulanantham, R., Pathmanathan, S., Ravimannan, N., and Niranjan, K. 2012.
Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different Formulation
of Protein Sources. Journal of Natural Product and Plant Resourse, 2 (6):697-
700.
Ferdiansyah, M. K. (2017). Pengaruh Oksigen Pada Akumulasi Poly Hydroxy
Alkanoates (PHA). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol. 1, No. 1.
Juariah, S., & Sari, W. P. (2018). Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai
Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus Sp. Klinikal Sains: Jurnal Analis
Kesehatan, 6(1), 24-29.

Kristiyani, D., Susatyo, E.B. and Prasetya, A.T., 2012. Pemanfaatan zeolit abu sekam
padi untuk menurunkan kadar ion Pb2+ pada air sumur. Indonesian Journal of
Chemical Science, 1(1).

Listiyani, I.L., Hayati, D.N., Amanah, R.N. and Iswara, A., 2019. Koro benguk
(Mucuna pruriens) Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Bakteri Pengganti
Nutrient Agar. Proceeding of The URECOL, pp.91-94.

Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, D. P. Clark. 2011. Brock biology of


microorganisms, 13th ed.

Ngatirah. Dkk. 2017. Pedoman Praktek Lapangan. Yogyakarta:Institut Pertanian


Stiper Yogyakarta.

Setianingsih, Ari, dkk,. 2017. KARAKTERISASI HASIL PENGOLAHAN AIR


MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI. Jurnal Chemurgy. Vol. 01, No.2,
Desember 2017.

Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction, 10th


ed.

19
Wahyuningsih, N., & Zulaika, E. 2019. Perbandingan Pertumbuhan Bakteri
Selulolitik Pada Media Nutrient Broth Dan Carboxy Methyl Cellulose. Jurnal.

20
21
22
LAMPIRAN

Gambar 7.1 Gambar 7.2

Gambar 7.3 Gambar 7.4

Gambar 7.5 Gambar 7.6

23
Gambar 7.7 Gambar 7.8

Gambar 7.9 Gambar 7.10

Gambar 7.11 Gambar 7.12

Gambar 7.13 Gambar 7.14

24
Gambar 7.15 Gambar 7.16

Gambar 7.17 Gambar 7.18

Gambar 7.19

25

Anda mungkin juga menyukai