Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA

DI PSTW UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Sri Adiyati
Prodi Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Semarang

ABSTRAK

Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi


pada lansia. Terdapat beberapa terapi yang dapat digunakan
dalam menurunkan derajat insomnia pada lansia, aromaterapi
merupakan terapi non farmakologi yang dapat digunakan dalam
menurunkan derajat insomnia pada lansia.
Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
aromaterapi terhadap insomnia pada lansia.
Penelitian ini adalah penelitian experimental, menggunakan
desain penelitian Quasy-experiment dengan 15 orang lansia
sebagai kelompok perlakuan dan 15 orang lansia sebagai
kelompok .kontrol, analisa data menggunakan uji statistik t test.
Pengumpulan sampel menggunakan metode Purposive sampling
diperoleh 30 sampel.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan derajat insomnia
pada kelompok perlakuan dengan hasil statistik uji Paired Sample
t Test diperoleh nilai t=2,702 dengan nilai probabilitas Sig.(2
tailed)=0,017 dan tidak terjadi penurunan derajat insomnia pada
kelompok kontrol diperoleh nilai t=0,535 dengan nilai probabilitas
Sig.(2 tailed)=0,601, tidak ada perbedaan derajat insomnia post-
test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditunjukkan
hasil uji statistik Independent Sample t Test nilai t=-2,024 dengan
probabilitas Sig. (2-tailed)=0,053.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah terapi komplementer
aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan derajat
insomnia pada lansia.

Kata kunci: Lansia, Insomnia, Aromaterapi

PENDAHULUAN harapan hidup penduduk Indonesia


Peningkatan pembangunan pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun,
disegala bidang memberikan tahun 1980: 55,30 tahun, pada tahun
kontribusi yang sangat penting bagi 1985: 58,19 tahun, pada tahun 1990:
penduduk dunia. Hasil pembangunan 61,12 tahun, tahun 1995: 60,05 tahun,
tersebut dibuktikan dengan dan pada tahun 2000: 64,05 tahun.
meningkatnya umur harapan hidup, Penduduk lanjut usia di Indonesia
semakin meningkatnya umur harapan pada tahun 1980 baru berjumlah 7,7
hidup berarti mempengaruhi langsung juta jiwa atau setara dengan 5,2% dari
pada pertambahan jumlah penduduk seluruh jumlah penduduk, tahun 1990
lansia (lanjut usia). jumlah lansia meningkat menjadi 11,3
Usia harapan hidup di dunia juta jiwa atau setara dengan 8.2% dari
yaitu di negara berkembang usia jumlah penduduk, tahun 2000
harapan hidup 50 sampai 60 tahun meningkat menjadi 15,1 juta jiwa atau
dan di negara maju usia harapan setara dengan 7,2% jumlah penduduk,
hidup mencapai usia 70 sampai 80 dan diperkirakan pada tahun 2020
tahun. Di Indonesia usia harapan akan terus meningkat menjadi 29 juta
hidup terus meningkat, berdasarkan jiwa atau setara dengan 11,4%,
data Biro Pusat Statistik (BPS) angka diperkirakan jumlah lansia di Indonesia

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 21


pada tahun 2007 mencapai 17 juta tidak dipandang pada keadaan fisik
jiwa. saja tetapi juga memperhatikan aspek
Pertambahan umur pada lainnya yang bertujuan untuk
individu merupakan suatu proses yang penekanan dalam penyembuhan,
fisiologi yang akan terjadi pada setiap pengakuan bahwa penyedian
manusia, pada proses penuaan hubungan klien sebagai partner, dan
seseorang akan mengalami berbagai berfokus terhadap promosi kesehatan
masalah tersendiri baik secara fisik, dan pencegahan penyakit.
mental, maupun sosioekonomi. Teori keperawatan sunrise model
Gangguan tidur atau insomnia yang mempunyai tujuan dasar yaitu
merupakan salah satu gangguan yang menggunakan pengetahuan relevan
terjadi pada lansia. Gangguan tidur dalam menyediakan kultur spesifik dan
menyerang 50% orang yang berusia 65 kultur yang kongruen untuk
tahun atau lebih yang tinggal dirumah memberikan asuhan keperawatan
dan 66% lansia yang tinggal di fasilitas kepada pasien. Perspektif diatas
jangka panjang. menggambarkan pemberian asuhan
Lansia mengalami penurunan keperawatan yang memandang
efektifitas tidur pada malam hari 70% aspek psikososial dan peran budaya
sampai 80% dibandingkan dengan seorang individu untuk mndapatkan
usia muda. Prosentase penderita hasil yang maksimal dan berkualitas
insomnia lebih tinggi dialami oleh Dari gambaran diatas peneliti
orang yang lebih tua, dimana 1 dari 4 ingin mengetahui apakah aromaterapi
pada usia 60 tahun atau lebih memiliki pengaruh terhadap insomnia
mengalami sulit tidur yang serius. pada lansia.
Setelah dilakukan skrining dari 42 orang
lansia yang tinggal di PSTW (Panti Sosial METODOLOGI PENELITIAN
Tresna Werdha) unit Budi Luhur Penelitaian ini menggunakan
Kasongan Bantul didapatkan 32 lansia desain penelitian Quasi Eksperimen
mengalami insomnia. (penelitian eksperimen semu) dengan
Lansia beresiko mengalami menggunakan kelompok perlakuan
gangguan tidur yang disebabkan oleh dan kelompok kontrol. Rancangan ini,
banyak faktor misalnya pensiunan dan kelompok perlakuan dilakukan
perubahan pola sosial, kematian pemberian aromaterapi sedangkan
pasangan hidup atau teman dekat, kelompok kontrol tidak dilakukan
peningkatan penggunaan obat- intervensi. Kedua kelompok penelitian
obatan, penyakit yang dialami, dan diawali dengan pra-test
perubahan irama sirkadian3. menggunakan KSPBJ (Kelompok Studi
Gangguan mood, ansietas, Psikologi Biologik Jakarta) insomnia
kepercayaan terhadap tidur, dan rating scale dan setelah perlakuan
perasaan negatif merupakan indikator dilakukan post-test menggunakan
terjadinya insomnia. kuesioner yang sama.
Aromaterapi merupakan salah Analisa data penelitian ini
satu terapi komplementer yang dapat menggunakan komputerisasi dengan
digunakan untuk mengatasi insomnia. program SPSS. 15,0. diawali dengan uji
Aromaterapi memiliki efek normalitas dengan menggunakan uji
menenangkan atau rileks untuk Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk,
beberapa gangguan misalnya untuk membandingkan derajat
mengurangi kecemasan, ketegangan insomnia antara kelompok intervensi
dan insomnia. Terapi komplementer dan kelompok kontrol digunakan uji
dan Alternatif mempunyai hubungan Sample Paired t Test, dan untuk
dengan nilai praktek keperawatan, hal mengetahui perbedaan rata-rata
tersebut dimasukkan dalam derajat insomnia post-test pada
kepercayaan holistik manusia yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
keperawatan secara menyeluruh bio, kontrol digunakan uji t Independen.
psiko, sosial, spiritual, dan kultural yang

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 22


HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Hasil Analisis Paired Sample t Test Derajat Insomnia kelompok perlakuan pada Lansia
yang Mengalami Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta April
2009.
Mean Mean
Std. Dev t Sig. (2tailed)
pre-test Post-test
12,27 8,53 5,351 2,702 0,017

Berdasarkan tabel 1 pada post-test sebesar 3,73 dan nilai t = 2,702


kelompok perlakuan terjadi penurunan dengan nilai probabilitas Sig.(2-
derajat insomnia yang signifikan, selisih tailed)=0,017.
Mean derajat insomnia pre-test dan

Tabel 2. Distribusi Hasil Analisis Paired Sample t Test Derajat Insomnia kelompok kontrol pada Lansia yang
Mengalami Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
Mean Mean
Std. Dev t Sig. (2tailed)
pre-test Post-test
12,07 11,67 2,898 0,535 0,601

Berdsarkan tabel 2 pada pre-test dan post-test sebesar 0,400


kelompok kontrol tidak terjadi dan nilai t = 0,535 dengan nilai
penurunan derajat insomnia yang probabilitas Sig.(2-tailed)=0,601.
signifikan, selisih Mean derajat insomnia

Tabel 3. Distribusi Hasil Analisis Independent Sample t Test Derajat Insomnia post-test Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol pada Lansia yang Mengalami Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha unit Budi
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta April 2009
Post-test F Sig. t Sig. (2-tailed)
Perlakuan
0,865 0,360 -2,024 0,053
kontrol

Berdasarkan tabel 3 derajat responden dengan insomnia derajat


insomnia post-test antara kelompok berat yaitu sebanyak 7 orang (46,7%),
perlakuan dan kontrol tidak ada insomnia derajat sedang 5 orang
perbedaan yang signifikan, (33,3%), insomnia derajat ringan 3
didapatkan nilai t = -2,024 dengan nilai orang (20,0%).
probabilitas Sig.(2-tailed)=0,053. Pada penelitian ini kelompok
perlakuan dilakukan pemberian
PEMBAHASAN aromaterapi lavender diketahui selisih
Keluhan insomnia mencakup Mean derajat insomnia pre-test dan
ketidakmampuan untuk tidur, sering post-test sebesar 3,733, yaitu Mean
terbangun pada malam hari, ketidak derajat insomnia pre-test sebesar 12,27
mampuan untuk kembali tidur, dan dan Mean derajat insomnia post-test
terbangun pada dini hari. Beberapa 8,53. Hasil uji statistik dengan
gejala tersebut dapat ditentukan menggunakan uji Sample Paired t Test
derajat insomnia yang terjadi pada didapatkan nilai t sebesar 2,702
lansia. Responden kelompok perlakuan dengan nilai probabilitas Sig (2 tailed)
saat dilakukan pre-test diketahui sebesar 0,017 yang kurang dari 0,05
responden dengan derajat Insomnia berarti adanya perbedaan derajat
berat paling dominan yaitu sebanyak 7 insomnia antara pre-test dan post-test
orang (46,7%), Insomnia derajat derajat insomnia yaitu, terjadi
sedang 6 orang (40,0%), Insomnia penurunan derajat insomnia yang
derajat ringan 2 orang (13,3%), signifikan.
sedangkan pada kelompok kontrol Menunjukan bahwa aromaterapi
setelah dilakukan pre-test didapatkan mempunyai pengaruh menurunkan

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 23


derajat insomnia pada lansia. saraf otonom berfungsi
Aromaterapi lavender mempunyai mengendalikan gerakan-gerakan
pengaruh terhadap pola tidur pada yang otomatis, misalnya fungsi digestif,
lansia dimensia. lansia yang diberikan proses kardiovaskuler dan gairah
aromaterapi lavender memiliki seksual. Sistem saraf otonom ini terdiri
peningkatan durasi tidur malam yang dari dua subsistem yaitu sistem saraf
lebih lama dari pada sebelum simpatetis dan sistem saraf
pemberian aromaterapi8. parasimpatetis yang kerjanya saling
Proses tidur individu dipengaruhi berlawanan. Jika sistem saraf
Sistem Aktivasi Retikuler (RAS) yang simpatetis meningkatkan rangsangan
terletak di batang otak bagian atas. atau memacu organ-organ tubuh,
Fungsi dari bagian ini adalah sebaliknya sistem saraf parasimpatetis
mempengaruhi proses tidur seperti menstimulasi turunnya semua fungsi
kewaspadaan atau keterjagaan, yang dinaikkan oleh sistem saraf
fungsi tersebut dipengaruhi oleh simpatetis dan menaikkan semua
stimulus sensori, taktil, auditorius, dan fungsi yang diturunkan oleh sistem
aktivitas korteks serebri seperti proses saraf simpatetis, pada saat individu
emosi, kecemasan, dan ketakutan mengalami ketegangan dan
juga ikut menstimulasi fungsi dari RAS, kecemasan yang bekerja adalah
apabila adanya stimulasi tersebut sistem saraf simpatetis, sedangkan saat
dapat menyebabkan terjaga sampai rileks yang bekerja adalah sistem saraf
pada gangguan tidur. Perlu adanya para simpatetis. Relaksasi dapat
aroma wangi yang ditimbulkan menekan rasa tegang dan cemas
dipercaya mempunyai efek yang dengan cara resiprok, yang mana
sensitive terhadap sistem limbik di otak, rasa tegang dan kecemasan
dimana bagian tersebut berhubungan merupakan penyebab dari insomnia
dengan emosional dan memori pada sehingga timbul counter conditioning
manusia. Molekul yang dilepaskan ke dan penghilangan.10
udara adalah sebagai uap air. Ketika Keadaan insomnia yang
uap air yang mengandung komponen berhubungan dengan depresi,
kimia tersebut dihirup, akan diserap kecemasan, dan keadaan emosional
tubuh melalui hidung dan paru-paru dapat diatasi dengan aromaterapi
yang kemudian masuk ke aliran darah. minyak esensial lavender. Menghirup
Uap aromaterapi dihirup, molekul uap uap minyak esensial aromaterapi
tersebut akan berjalan mempengaruhi lavender dapat menurunkan
sistem limbik otak yang bertanggung electroshok yang dipengaruhi oleh
jawab dalam sistem integrasi dan tambahan dari y-amiobutyric acid
ekspresi perasaan, belajar, ingatan, (GABA), fakta lebih lanjut dari
emosi, rangsangan fisik, serta mekanisme tersebut ditemukannya
memberikan perasaan rilek sehingga potensi dari GABA reseptor didalam
memberikan lingkungan tidur yang Xenopus oocytes yang terkandung
nyaman9. didalam komponen minyak esensial
Insomnia dapat diatasi dengan aromaterapi lavender sehingga
terapi relaksasi, menurut Kaina (2006) memberikan perasaan rileks dan
aromaterapi merupakan slah satu memberikan kemudahan untuk tidur8.
terapi relaksasi yang dapat digunakan Keadaan nyeri dapat
untuk mengatasi insomnia, hal tersebut menyebabkan terjadinya insomnia
dikarenakan aroma wangi dari pada lansia, Sistem aktivasi retikular
aromaterapi memberikan efek rileks. menghambat stimulus yang
Sistem saraf manusia terdapat sistem menyakitkan jika seseorang menerima
saraf pusat dan sistem saraf otonom. masukan sensori yang cukup atau
Sistem saraf pusat berfungsi berlebihan. Stimulus sensori yang
mengendalikan gerakan-gerakan menyenangkan menyebabkan
yang dikehendaki, misalnya gerakan pelepasan endhorphine. Penurunan
tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem tingkat nyeri dapat dilakukan dengan

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 24


teknik relaksasi aromaterapi yang sirkadian yang fungsinya untuk
mana dapat merangsang kelenjar mengatur kontrol rutinitas tidur oleh
pituitari untuk melepasakan perubahan cahaya terang atau gelap
Endhorphine11. Endhorphine dan memberikan kontribusi terhadap
merupakan subtansi dalam tubuh proses tidur yang lebih baik13.
berfungsi sebagai inhibitor terhadap Tipe insomnia yang dialami lansia
transmisi nyeri yaitu suatu subtansi yaitu Transient insomnia dan Chronic
seperti morfin yang dapat diproduksi insomnia. Transient insomnia adalah
oleh tubuh. Endhorphine merupakan insomnia sementara terjadi 5 sampai 7
salah satu contoh dari subtansi hari yang disebabkan oleh masa
penghambat transimisi nyeri, apabila perawatan di rumah sakit, berduka,
tubuh mengeluarkan subtansi ini dan penurunan kualitas dan
efeknya adalah pereda nyeri. kemampuan lansia. Chronic insomnia
Kelompok kontrol diketahui selisih adalah gangguan insomnia yang
nilai Mean derajat insomnia sebeasar terjadi lebih dari 1 bulan, insomnia ini
0,400, yaitu Mean derajat insomnia terjadi akibat oleh gejala kecemasan,
pre-test sebesar 12,07, dan Mean iritabilitas, gangguan mental, dan
derajat insomnia post-test sebesar akibat komplikasi obat-obatan sedatif
11,67.. Hasil uji statistik dengan dan hipnotik. Penurunan derajat
menggunakan uji Sample Paired t Test insomnia pada responden kelompok
didapatkan nilai t sebesar 0,535 kontrol dapat dipengaruhi dari terjadi
dengan nilai probabilitas Sig (2 tailed) insomnia yang dialami misalnya,
sebesar 0,601 yang lebih besar dari responden yang mengalami Transient
0,05 yang berarti tidak ada perbedaan insomnia yang hanya terjadi 5 sampai
derajat insomnia yang signifikan antara 7 hari saja sedangkan penelitian ini
pre-test dan post-test. dilakukan selama 1 minggu.
Mean derajat insomnia pada Kecemasan dan depresi
kelompok kontrol juga terjadi merupakan beberapa keadaan yang
penurunan, meskipun penurunannya menyebabkan insomnia, saat
tidak signifikan. Kelompok kontrol kecemasan dan depresi pada lansia
maupun kelompok perlakuan di PSTW mengalami penurunan secara tidak
unit Budi Luhur keseharian menjalani langsung mempengaruhi derajat
semua kegiatan yang diprogramkan insomnia pada lansia tanpa dilakukan
oleh PSTW unit Budi Luhur. Kegiatan terapi sebelumnya. Kecemasan dan
seperti keterampilan, kesenian, dan depresi biasanya diikuti oleh kejadian
senam lansia merupakan kegiatan insomnia, dengan mengatasi keadaan
relaksasi yang dapat menurunkan cemas dan depresi dapat
ketegangan dan kecemasan pada menurunkan kejadian insomnia.
lansia. Gerakan-gerakan dalam senam Keadaan cemas dan depresi menurun
dapat memberikan relaksasi yang atau hilang mempengaruhi derajat
dapat mengatasi ketegangan, stres, insomnia.
dan insomnia. Aromaterapi merupakan salah
Kegiatan seperti keterampilan satu terapi pelengkap yang
kesenian, dan senam selain menggunakan aroma wangi tumbuh-
memberikan efek relaksasi pada lansia tumbuhan yang digunakan untuk
juga dapat meningkatkan lansia untuk mengatasi insomnia, terapi ini tidak
beraktifitas, dengan sering melakukan memberikan efek menurunkan derajat
aktifitas dapat mempengaruhi derajat insomnia seluruhnya, dari hasil uji
insomnia pada lansia. Lansia yang Independent sample t Test dengan
lebih banyak melakukan latihan nilai t -2,024 dengan nilai probabilitas
mempunyai kejadian insomnia lebih Sig.(2-tailed) 0,053. Hasil uji tersebut
rendah daripada lansia yang jarang menunjukkan bahwa tidak ada
atau tidak pernah melakukan latihan perbedaan yang signifikan antara
fisik, hal tersebut disebabkan latihan derajat insomnia post-test pada
fisik dapat memperkuat kontrol kelompok perlakuan dan kelompok

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 25


kontrol. Aromaterapi lavender dapat penggunaan terapi pelengkap
digunakan sebagai terapi pelengkap aromaterapi untuk mengatasi
yang memberikan efek mengatasi insomnia pada lansia yang
gangguan tidur pada lansia. tinggal di panti.
Penggunaan aromaterapi sebagai 2. Bagi Perawat, dapat
terapi pelengkap harus diikuti mempertimbangkan
penggunaan terapi utama yang telah penggunaan terapi
diberikan atau menggabungkan nonfarmakologi seperti terapi
dengan terapi pelengkap lainnya, pelengkap aromaterapi dalam
sedangkan pada penelitian ini hanya mengatasi insomnia pada lansia
menggunakan aromaterapi saja yang tinggal di panti.
sebagai terapi. 3. Bagi Peneliti, diharapkan dapat
menggunakan sampel yang
PENUTUP lebih banyak dan menggunakan
Kesimpulan metode True experiment.
1. Terjadi penurunan derajat
insomnia yang signifikan pada DAFTAR PUSTAKA
kelompok perlakuan, selisih Rambulangi. (2005). Tantangan
Mean derajat insomnia pre-test Harapan dan Pengobatan
dan post-test pada responden Alternatif Dalam Meningkatkan
kelompok perlakuan sebesar Produktifitas dan Kualitas Hidup
3,733, dari Mean derajat Wanita Monopause. Artikel.
insomnia pre-test sebesar 12,27 Suplement vol.26 no.3 Juli-
dan Mean derajat insomnia post- September 2005.
test sebesar 8,53. Nilai t sebesar Silver college. (2007). Kerangka Acuan
2,701 dengan nilai probabilitas Seminar: Sarana Meraih
Sig(2 tailed) sebesar 0,017. Kesempatan Kedua Bagi Lansia
2. Kelompok kontrol tidak terjadi Dalam Kehidupan
penurunan derajat insomnia Bermasyarakat. (Brosur
yang signifikan, selisih Mean Stanley, M & Bare, P.G. (2006). Buku
derajat insomnia pre-test dan Ajar Keperawatan Gerontik (2nd
post-test pada kelompok kontrol ed.). Jakarta: EGC.
sebesar 0,400, dari Mean derajat Roach, sally. (2001). Introductory
insomnia pre-test sebesar 12,07 Gerontological Nursing.
dan Mean derajat insomnia post- Philadelphia: Lippincot Williams &
test sebesar 11,67. Nilai t sebesar Wilkins
0,535 dengan nilai probablitas Sig Suryadi, S. (2008). Perbedaan Insomnia
(2 tailed) 0,601. Pada Mahasiswa yang Sedang
3. Derajat insomnia post-test antara Mengerjakan Skripsi dan Belum
kelompok perlakuan dan Mengerjakan Skripsi. Skripsi Strata
kelompok kontrol tidak terdapat Satu, Universitas Gajah Mada,
perbedaan yang signifikan, Yogyakarta.
dengan hasil uji statistik Galea, M. (2008). Subjective Sleep
Independent Sample t Test Quality in The Eldery: Relationship
didapatkan nilai t sebesar -2,024 To Anxiety, Depressed Mood,
dengan nilai probabilitas Sig. (2 Sleep Beliefs, Quality Of Live, and
tailed) 0,053. Hipnotic Use. Jurnal, School Of
Psychology, Victoria University
Saran Kaina. (2006). Pengaruh Aromaterapi
Berdasarkan kesimpulan diatas, Dalam Kehidupan Anda.
peneliti dapat mengajukan saran Yogyakarta: Grafindo Litera
sebagai berikut: Media.
1. Bagi Instansi Panti Sosial Tresna Holmes, C. & Ballard. (2004).
Werdha, dapat Aromatherapy In Dementia.
mempertimbangkan Advances In Psychiatric Journal.

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 26


Diakses 06 Maret 2009, dari Bedah Burner & Suddart (8th ed.)
http://apt.repsych.org/ Jakarta: EGC.
Taylor, C., Lilis, C., & More, P. (2005). Galea, M. (2008). Subjective Sleep
Fundamental of Nursing. Quality in The Eldery: Relationship
Philadelphia: Lippincot William & To Anxiety, Depressed Mood,
Wilkins. Sleep Beliefs, Quality Of Live, and
Utami. (2000). Pelatihan Relaksasi. Studi Hipnotic Use. Jurnal, School Of
Pendahuluan Multemedia Psychology, Victoria University
Interaktif. Roach, sally. (2001). Introductory
Chambell, D., (2002), Efek Mozart Gerontological Nursing.
memanfaatkan kekuatan musik Philadelphia: Lippincot Williams &
untuk mempertajam pikiran, Wilkins.
meningkatkan kreativitas, dan Rho, K.H., Han, S.N., Kim, K.S., Lee, M.S.
menyehatkan tubuh, PT (2005). Effects of Aromatherapy
Gramedia Pustaka Utama, Massage on Anxiety and Self
Jakarta. Esteem in Korean Eldery Woman:
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Pilot Study. Intern Neuroscience
Ajar Keperawatan Medikal Journal Informa Health Care.

Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 27


Jurnal Kebidanan, Vol. II, No. 02, Desember 2010 28

Anda mungkin juga menyukai