Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN STRES

PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL


TRESNAWERDHA KASONGAN BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
MOHAMMAD ANGGA RIFIYANTO
201410201154

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN STRES
PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL
TRESNAWERDHA KASONGAN BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
DiajukanGunaMelengkapiSebagianSyaratMencapaiGelar
SarjanaKepesawatan
Program StudiIlmuKeperawatan
FakultasIlmuKesehatan
diUniversitas ‘AaisyiyahYogyakarta

Disusun oleh:
MOHAMMAD ANGGA RIFIYANTO
201410201154

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dan
Lanjut usia merupakan seseorang yang Undang-Undang No. 43 tahun 2004 tentang
telah memasuki usia 60 tahun keatas pelaksanaan upaya peningkatan
(WHO). Menurut Sunaryo dkk (2015) kesejahteraan sosial lanjut usia. Upaya yang
menjelaskan bahwa lanjut usia merupakan dimaksud adalah dalam rangka memelihara
kelompok usia pada manusia yang telah dan meningkatkan derajat kesehatan dan
menginjak tahapan akhir dari bagian kemampuan penduduk lansia agar kondisi
kehidupannya dan akan mengalami suatu fisik, sosial, dan mentalnya dapat berfungsi
proses yang disebut Aging Process atau secara wajar (Narulita, 2013).
proses menua. Masa lanjut usia (geriatric
age) dikelompokkan menjadi tiga batasan Menurut Badan Pusat Statistik (2012)
usia yaitu usia 70-75 tahun (young old), usia prevalensi kejadian stres di Indonesia
75-80 tahun (old), dan usia lebih dari 80 mencapai 8,34%. Di Yogyakarta persentase
tahun (very old) (Azizah, 2011). stres pada lansia mencapai 12,5% dengan
prevalensi perempuan lebih tinggi yaitu
Separuh jumlah penduduk lansia 8,9% dan laki laki 3,6% (Pratiwi, 2016).
didunia (400 juta jiwa) berada di Asia,
dimana pertumbuhan penduduk lanjut usia Dampak yang terjadi ketika seseorang
meningkat cepat dinegara-negara mengalami stres yaitu pada kondisi
berkembang (Kemenkes, 2013). psikologisnya, dimana masalah
psikolgisnya yang sering dialami lansia
Berdasarkan sensus data dari Badan adalah kesepian. National Council on Aging
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, and Older People melaporkan bahwa
penduduk lansia di Indonesia berjumlah prevalensi lansia di Amerika yang
25,48 juta jiwa (8,03%). Kemudian pada mengalami kesepian menunjukkan angka
tahun 2020 diperkirakan akan meningkat yang cukup tinggi sebanyak 62% lansia
hingga 28,8 juta jiwa (11,34%). Pada tahun (Damayanti, 2013). Sedangkan di Indonesia
2017 berdasarkan Dinas Kependudukan sendiri persentase lansia yang mengalami
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, DIY kesepian ringan sebanyak 69%, kesepian
memiliki jumlah penduduk sebanyak 3,6 sedang 11%, kesepian berat 2%, dan sisanya
juta jiwa dimana 13,05% adalah penduduk sebanyak 16% tidak mengalami kesepian
lanjut usia yang berjumlah 469,8 ribu jiwa, (Kemenkes, 2013).
dan menjadikannya sebagai daerah dengan
jumlah lanjut usia tertinggi. Kondisi lanjut usia yang mengalami
berbagai penurunan baik biologis maupun
Lanjut usia sering kali dipandang psikis, nantinya dapat mempengaruhi
negatif, dianggap sebagai beban keluarga mobilitas dan juga kontak sosial, salah
dan masyarakat sekitarnya. Kurangnya satunya adalah isolation atau rasa kesepian
perhatian terhadap kelompok lansia, dapat (Mangoesnprasodjo, 2005 dalam Anjarsari,
menimbulkan permasalahan yang kompleks 2013).
terhadap lansia tersebut, mengingat bahwa
kesehatan merupakan aspek sangat penting Menurut Eugina et all (2010) beberapa
yang perlu diperhatikan pada kehidupan peneliti telah menganalisis asosiasi kesepian
lanjut usia (Widuri, 2010). dengan proses penuaan, menunjukkan
peningkatan prevalensi di lanjut usia, ketika
Masalah kesehatan yang dialami oleh resiko kehilangan hubungan dekat atau
seseorang ketika memasuki usia lanjut baik memasuki sebuah komunitas baru, dan
fisiologis maupun psikologis merupakan kemungkinan besar akan memiliki atau
reaksi yang ditimbulkan oleh stres. Upaya menemukan hubungan intim yang menurun
pemeritah dalam hal tersebut yaitu dengan pada lansia. Psikososial pada lansia antara
peraturan Undang-Undang No. 13 tahun lain merasa kesepian (pria 19,8%, wanita
20,8%), tanda depresi yang berturut-turut Tresna Werdha Kasongan Bantul
4,3% dan menunjukkan tabiat buruk 42%, Yogyakarta.
cepat marah (7,3% dan 3,7%), irritable
(17,2% dan 7,1%) (Darmojo dan Martono, Populasi adalah keseluruhan sumber
data yang diperlukan dalam suatu penelitian,
2011).
objek atau subjek yang mempunyai
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh karakteristik tertentu sehingga akan dipilih
peneliti di Balai Pelayanan Sosial Tresna menjadi sampel (Saryono, 2013). Populasi
Werdha Kasongan Bantul Yogyakarta pada pada penelitian ini adalah lansia yang
tanggal 16 oktober 2017. Terdapat 8 wisma mengalami kesepian karena tidak memiliki
dan 1 wisma isolasi, dalam satu wisma keluarga dan bersedia menjadi responden,
dihuni 10 sampai 15 lansia. Wawancara lansia yang berada di Balai Pelayanan Sosial
dilakukan terhadap 10 lansia yang Tresna Werdha Kasongan Bantul
mengatakan mudah marah, tidak bergairah, Yogyakarta yaitu sebanyak 36 jiwa.
mudah sedih dan mereka juga mengatakan
merasa kesepian karena diusia yang sudah Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
lanjut mereka ditinggal keluarganya Oktober 2017 sampai dengan Juni 2018.
maupun pasangannya dan ada beberapa Pengumpulan data pada penelitian ini
lansia yang merasa terasing dari dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
lingkungannya. Wawancara juga dilakukan Kuesioner kesepian menggunakan
kepada petugas Balai Pelayanan Sosial modifikasi dari UCLA Loneliness Scale
Tresna Werdha Kasongan Bantul yang terdiri dari 20 item pertanyaan
Yogyakarta yang mengatakan bahwa sedangkan kuesioner stres menggunakan
mayoritas lansia yang tidak mempunyai modifikasi dari Psychometric Properties of
keluarga menjadi penyebab lansia merasa The Depresion Anxiety Stress Scale 42
kesepian dan mudah marah. (DASS 42) yang terdiri dari 14 item
pertanyaan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
ingin mengetahui “Hubungan Tingkat Data awal dikumpulkan dengan
Kesepian dengan Stress pada Lansia di Balai bantuan 3 asisten peneliti. Pengisian
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Kasongan kuesioner didampingi oleh peneliti dan
Bantul Yogyakarta”. asisten peneliti. Sebelum kuesioner
dibagikan peneliti terlebih dahulu
METODE PENELITIAN menjelaskan maksud dan tujuan pengisian
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner kemudian akan melakukan
penelitian deskriptif korelasional. persetujuan menjadi responden. Pada
Notoatmodjo (2012) mengungkapkan penelitian ini pengolahan data melalui
bahwa metode penelitian deskriptif beberapa tahap sebagai berikut: editing,
korelasional adalah penelitian yang coding, transfering, tabulating. Data yang
ditujukan untuk menjelaskan hubungan telah ditabulasi kemudian dianalisis
antara dua variabel yaitu variabel bebas menggunakan uji chi square. peneliti harus
dengan variabel terikat. Metode yang memahami prinsip-prinsip etika peneitian
digunakan adalah cross sectional yang meliputi: Otonomi, Non Maleficent,
merupakan suatu penelitian untuk Cinfidentiality, Veracity, Justice.
mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
cara pendekatan, observasi atau Penelitian dilakukan di Balai Pelayanan
pengumpulan data sekaligus pada satu saat Sosial Tresna Werdha Kasongan Bantul
(Notoadmodjo, 2012). Pada penelitian ini Yogyakarta yang beralamatkan di
meneliti hubungan tingkat kesepian dengan Kasongan, Bangun Jiwo, Kasihan, Bantul.
stres pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Kasongan Bantul Yogyakarta merupakan Islam 28 77,8
panti sosial yang memiliki tugas
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi Kristen 4 11,1
lansia yang terlantar agar dapat hidup secara
Katolik 4 11,1
baik dan terawat dalam kehidupan
bermasyarakat baik yang berada didalam Pendidikan
maupun diluar panti. Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Kasongan Bantul Tidak 16 44,4
Yogyakarta terbagi menjadi dua kelompok Sekolah
rutin yang dibiayai oleh pemerintah dan
kelompok subsidi yang berasal dari biaya SD 11 30,6
keluarga. Terdapat 8 wisma dan 1 wisma SMP 6 16,7
isolasi yang setiap wisma di tempati 10-15
orang, jumlah seluruh lansia yang tinggal di SMA 3 8,3
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Kasongan Bantul Yogyakarta sebanyak 88 Jumlah 36 100
jiwa. Terdapat fasilitas lain yang tersedia di
Sumber : data primer 2018
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Kasongan Bantul Yogyakarta yaitu meliputi Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur
fasilitas aula, mushola, poliklinik, rumah responden paling tinggi yaitu kelompok usia
dinas, ruang keterampilan dan perkantoran. 60-74 tahun sebanyak 22 orang (61,1%).
Karakteristik responden berdasarkan jenis
1. Karakteristik responden di Balai
kelamin menunjukkan bahwa responden
Pelayanan Sosial Tresna Werdha
terbanyak pada kategori perempuan yaitu 27
Kasongan Bantul Yogyakarta
orang (75%). Karakteristik responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
berdasarkan agama menunjukkan responden
Karakteristik Responden Berdasarkan
dengan jumlah terbanyak beragama islam
Umur, Jenis Kelamin, Agama, dan
yaitu 28 orang (77,8%). Karakteristik
Pendidikan terakhir di Balai Pelayanan
responden berdasarkan tingkat pendidikan
Sosial Tresna Werdha Kasongan Bantul
menunjukkan responden terbanyak adalah
Yogyakarta
tidak sekolah yaitu 16 orang (44,4%).
Karakteristik Frekuensi Persentase 2. Tingkat kesepian di Balai Pelayanan
(%) Sosial Tresna Werdha Kasongan
Bantul Yogyakarta
Umur Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Tingkat
Kesepian di Balai Pelayanan Sosial
60 – 74 22 61,1
Tresna Werdha Kasongan Bantul
tahun
Yogyakarta
75 – 90 14 38,9
tahun Tingkat Frekuensi Persentase
Kesepian (%)
Jenis Ringan 12 33,3
Kelamin Sedang 13 36,1
Berat 11 30,6
Laki – laki 9 25,0 Jumlah 36 100
Perempuan 27 75,0 Sumber : Data Primer 2018

Agama Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat


kesepian di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Kasongan Bantul
Yogyakarta sebagian besar adalah Tresna Werdha Kasongan Bantul
kategori kesepian sedang yaitu sebanyak Yogyakarta.
13 orang (36,1%). Stres pada lansia di
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Hasil perhitungan nilai koefisien
Kasongan Bantul Yogyakarta kontingensi sebesar 0,468. Hal ini
3. Stres pada lansia di Balai Pelayanan menunjukkan keeratan hubungan tingkat
Sosial Tresna Werdha Kasongan kesepian dengan stres pada lansia di Balai
Bantul Yogyakarta. Pelayanan Sosial Tresna Werdha Kasongan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Stres Pada Bantul Yogyakarta termasuk kategori
Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna sedang karena nilainya terletak pada rentang
Werdha Kasongan Bantul Yogyakarta 0,399-0,599.

Stres Frekuensi Persentase Lanjut usia mengalami berbagai


(%) perubahan meliputi perubahan fisik,
psikososial, kognitif, spiritual, dan kondisi
Stres 20 55,6 psikologis. Lansia yang tidak memiliki
keluarga dan kemudian tinggal di panti pasti
Tidak Stres 16 44,4 akan sulit beradaptasi dengan lingkungan
Jumlah 36 100 barunya, hal tersebut akan mengakibatkan
lansia merasa terasing dari lingkungan
Sumber : Data Primer 2018 barunya dimana mereka tinggal sebelumnya
sangat berbeda sehingga menimbulkan
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa stres pada perasaan hampa, bosan, dan menyendiri
lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna (Nowan, 2008). Hal ini akan terlihat dalam
Werdha Kasongan Bantul Yogyakarta cara berfikir dan bertindak dalam kegiatan
sebagian besar mengalai stres yaitu sehari-hari (Trisnawati, 2011).
sebanyak 20 orang (55,6%).
4. Hubungan dan Keeratan Tingkat Hasil penelitian diketahui bahwa
Kesepian dengan Stres pada Lansia di besar hubungan tingkat kesepian dengan
Balai Pelayanan Sosial Tresna stres pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
Werdha Kasongan Bantul Yogyakarta Tresna Werdha Kasongan Bantul
Tabel 4.4 Tabulasi silang, keeratan dan Yogyakarta menunjukkan dari hasil
hasil chi square hubungan tingkat perhitungan statistik menggunakan uji chi
kesepian dengan stres pada lansia Balai square didapatkan nilai p-value sebesar
Pelayanan Sosial Tresna Werdha 0,006<α. Karena p-value didapatkan hasil
Kasongan Bantul Yogyakarta. lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kesepian dengan
stres pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Kasongan Bantul
Yogyakarta.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian Perasaan yang dialami oleh para
besar responden mengalami tingkat lanjut usia karena kesepian dapat
kesepian kategori berat dan mengalami stres menyebabkan lansia mengalami rendah diri,
yaitu sebanyak 10 orang (27,8%). tidak ingin berusaha untuk terlibat pada
Hasil perhitungan statistik kegiatan sosial, takut bertamu orang lain dan
menggunakan uji chi square seperti pada menghindari situasi baru. Kondisi
tabel 4.4 diperoleh p-value sebesar 0,006<α psikologis ini akan terus terbawa dalam
(0,05) sehingga dapat disimpulkan ada pikiran lansia, sehingga akan menimbulkan
hubungan antara tingkat kesepian dengan stres pada lansia. Seperti dijelaskan pada
stres pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
penelitian Anjarsari (2013) bahwa Narulita. (2013). Manajemen sehat lansia.
responden yang mengalami stres Jakarta: Pustaka belajar.
diakibatkan lingkungan yang kurang Notoatmodjo. (2010). Metodologi
kondusif, kurang adanya kebersamaan antar Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
lansia sehingga lansia merasa sendiri. Cipta.
Lansia yang tidak mendapatkan dukungan Nowan. (2008). Jomblo Asik Gila. Jakarta:
dari orang terdekat ataupun lingkungannya Gramedia
berpeluang mengalami kesepian. Hal ini Pratiwi. (2016). Seksualitas dan Kesehatan
menunjukkan bahwa pentingnya lanjut usia Reproduksi Perempuan. Jakarta: PT.
untuk mendapatkan berbagai dukungan baik Raja Grafindo Persada.
dari keluarga, teman dekat, dan lingkungan Saryono. (2013). Metodologi Penelitian
demi mengantisipasi permasalahan yang Kualitatif dan Kuantitatif dalam
mungkin muncul (Lestari, 2015). Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika. Services. Jurnal PKS 10 (3):
DAFTAR PUSTAKA 280 – 302.
Anjarsari, F. (2013). Hubungan Tingkat Sunaryo. dkk. (2015). Asuhan Keperawatan
Kesepian dengan Tingkat Kecemasan Gerontik. Semarang: ANDI.
pada Lansia di Dusun Klapaloro Trisnawati, Dewi. (2011). Hubungan
Giripanggung 1 Tepus Gunung Kidul. Aktivitas Religi dengan Tingkat
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Depresi pada Lanjut Usia di Panti
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Tresna Werdha Unit Budiluhur
Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Jurnal KesMaDaSka: Vol
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut 2. No. 2.
Usia. 1st ed. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widuri, H. (2010). Asuhan Keperawatan
Damayanti, Y., Sukmono, AC. (2013). Pada Lanjut Usia di Tatanan Klinik.
Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia Yogyakarta: Fitramaya.
Yang Tinggal di Panti Werdha dan di
Rumah Bersama Keluarga. E-Jurnal
;1-10.
Darmojo, R. B. & Martono, H. H. (2011).
Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Eugenia, M.P.F., Maria J.P., Gloria, F.M.,
Fermina, R.J., & Pablo, M.M. (2011).
Factors Associated With Loneliness
of Noninstituationalized and
Instituationslized Older Adults,
Volume 23. Journal of Aging and
Health. 23/1. 177 – 194.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buletin
Jendela Data dan Informasi
Kesehatan: Gambaran Kesehatan
Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kementerian Kesehatan
RI. Diakses pada 18 Desember 2017.
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk
Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai