Anda di halaman 1dari 5

Payudara justru menghidupkan manusia, air susu ibu tidak

jatuh dari langit, dia datang dari sumber yang hanya dimiliki
perempuan.  Mengapa tidak merayakan tubuh perempuan? 
Tubuh perempuan sungguh sempurna.
-Gadis Arivia-

JARI TENGAH UNTUK PATRIARKI


Dalam sistem budaya dan sosial sebagian besar masyarakat Indonesia,
perempuan dipersepsikan dan ditempatkan semata-mata berfungsi
reproduktif. Karena berfungsi reproduktif, perempuan dianggap hanya bisa
berada di rumah untuk melanjutkan keturunan dengan melahirkan dan
mengasuh anak-anak yang dilahirkan. Celakanya, perempuan yang berada di
rumah juga harus mengerjakan semua pekerjaan rumah yang dianggap dan
dikategorikan sebagai pekerjaan domestik, dan hanya bisa dibebankan atau
dilakukan oleh perempuan. 1
hanya sedikit laki-laki yang mempunyai cara pandang atau perspektif yang memihak pada
kebutuhan dan kepentingan perempuan.
Pada banyak sekali pertemuan untuk membicarakan penanggulangan
atau pengentasan kemiskinan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah
maupun organisasi/lembaga nonpemerintah dan swasta, perempuan hanya
menjadi pelengkap. Jika pertemuan tersebut dilaksanakan di desa atau dalam
skala kecil, maka wakil dari perempuan adalah perempuan yang merupakan
tokoh atau elit di dalam masyarakat, sedangkan perempuan yang lainnya
hanyalah mengurusi konsumsi untuk pertemuan tersebut.
Bahasa yang digunakan untuk mereka yang bekerja di rumah tangga dan mengerjakan

pekerjaan rumah, pun disebut sebagai “pembantu” (pembantu rumah tangga,


PRT) bukan “pekerja” (pekerja rumah tangga). Padahal pekerja rumah tangga mengerjakan
semua pekerjaan di rumah, yang tergolong pekerjaan berat,
bekerja dalam waktu yang panjang, bahkan tidak terbatas, dan bukan
membantu sebagaimana kata tersebut dipahami. PRT mengerjakan semua
pekerjaan di dalam rumah menggantikan ibu rumah tangga atau perempuan di
dalam rumah tersebut.2
Perempuan juga dipersepsikan sebagai manusia yang memiliki
kelemahan, keterbatasan, selalu menggunakan perasaan, dan tidak logis.
Karenanya perempuan dianggap tidak layak bekerja di sektor publik yang
“keras”, kompetitif, dan rasional. Perempuan yang bekerja di publik,
membangun karir, dan berkompetisi dengan laki-laki dianggap menyalahi
kodrat.
Budaya Patriarki merupakan budaya yang dimana laki-laki memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari perempuan, dalam budaya ini, ada perbedaan yang jelas mengenai tugas dan
peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam
keluarga. Budaya patriaki secara turun temurun membentuk perbedaan perilaku, status dan
otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang kemudian menjadi hirarki gender.
Dalam Theorizing Patriarchy, Walby (1990:20) mendefinisikan patriarki sebagai
struktur sosial dan prakteknya dimana laki-laki mendominasi, mengoperasiakan dan
mengeksploitasi perempuan.

1
Lusia Palulungan Dkk, Perempuan, Masyarakat Patriarki dan Kesetaraan Gender, Makasar:Yayasan baKTI,
2020, hlm 5.
2
Ibid
Menurut Alfian Rokhmansyah dalam bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan
Feminism. Patriarki berasal dari kata patriarkat yang berarti struktur yang menempatkan
peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral dan segala-galanya.

MASALAH YANG DISEBABKAN PATRIARKI


Beberapa masalah yang disebabkan patriarki:
1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Jumlah kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) sepanjang tahun
2020 sebesar 299.911 kasus, terdiri dari kasus yang ditangani oleh: [1]
Pengadilan Negeri/Pengadilan Agama sejumlah 291.677 kasus. [2] Lembaga
layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 8.234 kasus. [3] Unit Pelayanan
dan Rujukan (UPR) Komnas Perempuan sebanyak 2.389 kasus, dengan
catatan 2.134 kasus merupakan kasus berbasis gender dan 255 kasus di
antaranya adalah kasus tidak berbasis gender atau memberikan informasi.
Kasus yang paling menonjol adalah di Ranah Personal (RP) atau disebut
KDRT/RP (Kasus Dalam Rumah Tangga/ Ranah Personal) sebanyak 79%
(6.480 kasus). Diantaranya terdapat Kekerasan Terhadap Istri (KTI)
menempati peringkat pertama 3.221 kasus (50%), disusul kekerasan dalam
pacaran 1.309 kasus (20%) yang menempati posisi kedua. Posisi ketiga adalah
kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 954 kasus (15%), sisanya
adalah kekerasan oleh mantan pacar, mantan suami, serta kekerasan terhadap
pekerja rumah tangga.3
Budaya Patriarki lah yang memberikan pengaruh bahwa laki-laki lebih
berkuasa dan lebih kuat, sehingga istri memiliki keterbatasan dalam
menentukan pilihan dan memiliki kecendrungan untuk menuruti kemauan
suami. Ada sebuah realitas di kehidupan social bahwa laki-laki boleh
memukul istri jika istri tidak menurut dan bersifat kurang ajar. Tindakan suami
yang melakukan kekerasan terkadang dibenarkan dengan alasan Tindakan
yang dilakukan istri adalah salah.
2. Kasus Pelecehan Seksual
Budaya patriarki memberikan konstruksi dan pola pikir Laki-laki yang
erat dengan maskulinitas, masyarakat seperti membiarkan Ketika laki-laki
melakukan sikap menggoda perempuan yang melintas dijalan misalkan, laki
laki dianggap kaum penggoda dan perempuan menjadi objeknya, lalu lagi dan
lagi perempuan itu sendiri yang disalahkan, entah mungkin karena cara
berpakaian, dandanan yang katanya “Berlebihan” dan lain-lain. Laki-laki
digambarkan memiliki nafsu yang tinggi, Perempuan yang tidak bisa menjaga
sikapnya.
3. Pernikahan Dini
3
Diakses di: https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/catahu-2020-komnas-perempuan-lembar-
fakta-dan-poin-kunci-5-maret-2021 pada pukul 03.45 WIB.
Perempuan adalah penerima nafkah, dan laki-laki adalah pencari
nafkah. Kebebasan mereka dibatasi dengan label status istri. Pekerjaan mereka
hanya mencuci, menyapu, menyusui dan mengurus anak. Di Sebagian adat
mereka tidak memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidupnya sendiri,
mereka tidak bisa menolak Ketika orang tua memaksanya untuk melakukan
pernikahan
4. Stigma Buruk Terhadap Janda

Bagaimana telinga masyarakat Ketika mendengar kata “Janda”. Masyarakat


memandang negatif terhadap perempuan yang sudah bercerai daripada Laki-
laki yang seperti itu.

5. Laki-laki Ga Boleh Nangis

Laki-laki harus Macho, harus kuat, gab oleh nangis, harus bisa mengerjakan
pekerjaan apapun (serba bisa). Ketika laki-laki menunjukin sisi emosionalnya
dianggap “gagal”, ga sesuai standar yang semestinya. Situasi seperti ini
memunculkan toksi maskuliitas (Toxic Masculinity) jenis toxic masculinity
lainnya adalah seperti Laki-laki harus berbadan kekar dan Laki-laki selalu
berpikir rasional karenanya paling pas dalam mengambil keputusan

PATRIARKI DAN KAPITALISME


Kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi yang
dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi
yang pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang
sangat kompetitif (Milton H. Spencer;1990).
Mengartikan pengertian kapitalisme sebagai sistem ekonomi adalah tidak salah,
namun kapitalisme melebih dari itu.
munculnya kepemilikan pribadi merupakan awal kekalahan perempuan dalam ruang
sosial. Ini menjadi awal bangkitnya patriarki, yang menempatkan perempuan sebagai kelas
dua dalam masyarakat. Seperti burung jalak dan kerbau, ada simbiosis mutualisme antara
patriarki dan kapitalisme.
Eksploitasi perempuan adalah satu dari banyaknya contoh bagaimana kapitalisme
memandang tubuh wanita sebagai objek yang bisa dieksploitasi untuk mendatangkan
keuntungan.
Upah buru laki-laki lebih banyak dari pada buruh perempuan karena adanya
tunjangan terhadap anak dan istri, lalu perempuan?
Sistem kapitalisme menjalankan perannya sebagai penggerak roda finansial
berorientasi profit. Sementara, sistem patriarki menjalankan fungsi kontrol dominan, hukum
dan aturan dalam rangka membangun sekat ruang otoritas yang masif dan totaliter. Keduanya
merupakan dualitas dalam satu tubuh penindasan manusia.
Analisa Marxis sendiri berbicara akar penindasan perempuan itu sendiri terletak
dalam masyarakat kelas Jika kapitalis menghisap kerja buruh di tempat kerja maka laki laki
mendapat control kerja perempuan dalam rumah tangga,
berdasarkan laporan PBB, perempuan ‘menempati 66 persen dari total angkatan kerja
di dunia, memproduksi 50 persen makanan, tetapi hanya memperoleh 10 persen dari
pendapatan dan memiliki 1 persen dari kepemilikan

SEDIKIT TENTANG FEMINISME


Singkatnya sebuah ideologi yang percaya pada kesetaraan gender, kesetaraan disini terutama
terkait dengan akses pilihan hidup yang sama bagi semua gender. Lahir terhadap peradaban
yang percaya bahwa lagi laki kodratnya selalu lebih superior dari perempuan dalam segala
hal, sehingga ia diberikan hak dan tanggung jawab yang istimewa. Jauh diatas perempuan.

Untuk sekadar kita sama-sama mengingat, sejarah feminisme dimulai dari perjuangan akan
hak-hak politik (hak untuk bersuara), dilanjutkan dengan hak ekonomi pasca Perang Dunia II
yang mengurangi jumlah laki-laki secara signifikan (Kottak, 2011: 228-229). Saat itu,
perempuan masuk ke ruang publik, tapi ia tidak mendapatkan akses ekonomi yang sama dan
bahkan diskriminatif. Jadi, naif rasanya jika bicara feminisme, tapi tidak menyinggung hak
politik dan ekonomi, di berbagai kontur masyarakat yang berbeda-beda. Artinya,
membicarakan feminisme tidak seharusnya abai terhadap hal-hal fundamental seperti
ekonomi dan politik. Namun, keadaan itu dapat kita lihat sekarang, bagaimana perlahan
gerakan feminis banyak mengerucut hanya kepada perayaan perbedaan dan identitas mereka
terhadap lelaki, lalu mengaburkan masalah sosial yang lebih luas seperti kemiskinan, atau
ketimpangan pendapatan, yang semuanya berdasarkan diskriminasi terhadap perempuan.

Anda mungkin juga menyukai