Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM

TENTANG

“FASE FASE PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI”

DOSEN PENGAMPU : DR.H. DIDI HILMAN,SH.,MH.,M.PDI

DISUSUN OLEH :

 ALVIANSYAH IKHWANUL ISLAM 201103011214


 AZKIA ANANDA MAULIDYA 201103010727
 NURSILAWATI 201103010734
 RAUDHATUL JANNAH 201103011029
 REVI ANASTASIA 201103010323
 ZIDAN AHMAD HUSEIN 201103010337

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang filsuf China; Lao Chai, pernah berkata bahwa suatu perjalanan yang
bermil-mil jauhnya dimulai dengan hanya satu langkah. Langkah manusia yang disebut
filsuf itu tak lain adalah antropologi. Benda apa yang disebut dengan Antropologi itu?
Beberapa atau bahkan banyak orang mungkin sudah pernah mendengarnya. Beberapa
orang mungkin mempunyai ide-ide tentang antropologi yang di dapat melalui berbagai
media baik media cetak maupun media elektronik. Beberapa orang lagi bahkan mungkin
sudah pernah membaca literature-literature atau tulisan-tulisan tentang Antropologi

Banyak orang berpikir bahwa para ahli Antropologi adalah ilmuwan yang hanya
tertarik pada peninggalan-peninggalan masa lalu; Antropologi bekerja menggali sisa-sisa
kehidupan masa lalu untuk mendapatkan pecahan guci-guci tua, peralatan-peralatan dari
batu dan kemudian mencoba memberikan arti dari apa yang di temukannya itu.
Pandangan yang lain mengasosiakan Antropologi dengan teori Evolusi dan
mengenyampingkan kerja dari Sang Pencipta dalam mempelajari kemunculan dan
perkembangan makhluk manusia. Masyarakat yang mempunyai pandangan yang sangat
keras terhadap penciptaan manusia dari sudut agama kemudian melindungi bahkan
melarang anak-anak mereka dari Antropologi dan doktrin-doktrinnya. Bahkan masih
banyak orang awam yang berpikir kalau antropologi itu bekerja atau meneliti orang-
orang yang aneh dan eksotis yang tinggal di daerah-daerah yang jauh dimana mereka
masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang bagi masyarakat umum adalah asing.

Semua pandangan tentang ilmu Antropologi ini pada tingkat tertentu ada
benarnya, tetapi seperti ada cerita tentang beberapa orang buta yang ingin mengetahui
bagaimana bentuk seekor gajah dimana masing-masing orang hanya meraba bagian-
bagian tertentu saja sehingga aggapan mereka tentang bentuk gajah itupun menjadi
bermacam-macam, terjadi juga pada Antropologi. Pandangan yang berdasarkan
informasi yang sepotong-sepotong ini mengakibatkan kekurang pahaman masyarakat
awam tentang apa sebenarnya Antropologi itu. Antropologi memang tertarik pada masa
lampau. Mereka ingin tahu tentang asal-mula manusia dan perkembangannya, dan
mereka juga mempelajari masyarakat-masyarakat yang masih sederhana (sering disebut
dengan primitif). Tetapi sekarang Antropologi juga mempelajari tingkah-laku manusia di
tempat-tempat umum seperti di restaurant, rumah sakit dan di tempat-tempat bisnis
modern lainnya. Mereka juga tertarik dengan bentuk-bentuk pemerintahan atau negara
modern yang ada sekarang ini sama tertariknya ketika mereka mempelajari bentuk-
bentuk pemerintah yang sederhana yang terjadi pada masa lampau atau masih terjadi
pada masyarakat-masyarakat di daerah yang terpencil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perkembangan antropologi dalam kaitannya
dengan perkembangan budaya.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan


Antropologi dalam kaitannya dengan perkembangan budaya.

D. Manfaat

Adapun manfaat penulisaan makalah ini adalah sebagai wadah bagi kami kelompok kami
untuk mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan perkembangan antropologi
dalam kaitannya dengan perkembangan budaya.
BAB II

PEMBAHASAN

Antropologi adalah salah satu bidang disiplin ilmu yang jenis keilmuannya murni dan
juga praktis. Sejarah munculnya keilmuan ini, berawal dari bangsa Yunani dan Romawi. Bapak
sejarah Herodotus menulis 50  bahasa, seni, macam adat perkawinan serta menganggap
masyarakat saat itu melakukan perbandingan diantara budaya-budaya masyarakat.  Mereka
memilki sikap dan pandangan meremehkan pada masyarakat dan budaya-budaya lain.  Diabad 1
M Tacitus menulis tentang suku-suku di Jerman.

1. Fase Awal (Renesaince)

Adanya catatan perjalanan dan koleksi benda-benda yang dipelopori oleh bangsa Eropa Barat.
Kemudian karena ada ketertarikan dengan pengetahuan dari bangsa-bangsa yang mereka datangi
yang meliputi Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika pribumi lahirlah deskripsi tentang adat
istiadat, bahasa, ciri-ciri fisik, dan warna kulit.

Kemudian timbul pandangan dari bangsa Eropa Barat tiga macam sikap yang bertentangan
dengan bangsa Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika pribumi adalah sebagai berikut:

a. Bangsa Eropa mengatakan bahwa bangsa di luar mereka bukan manusia, liar, atau turunan
iblis (savages atau primitif).

b. Masyarakat yang ada di luar Eropa adalah masyarakat murni yang belum kemasukan
kejahatan dan keburukan seperti bangsa Eropa pada waktu itu.

c. Bangsa Eropa Barat tertarik mengumpulkan benda-benda kebudayaan primitive sehinnga


berdiri museum ethnografi pertama tentang kebudayaan-kebudayaan di luar Eropa di
Kopenhagen oleh C.J Thomaen.

2. Fase Pertengahan Abad ke-19

Pada pertengahan abad ke-19 lahir karya-karya hasil klasifikasi aneka ragam kebudayaan.
Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat, yakni dalam jangka
waktu yang beribu-ribu tahun lamanya, dan tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa
tingkat. Semua bentuk masyarakat dan kebudayaan dari bangsa-bangsa di luar Eropa (oleh orang
Eropa disebut primitive) dianggap sebagai contoh dari tingkat kebudayaan lebih rendah, yang
masih hidup sampai sekarang sebagai sisa-sisa dari kebudayaan manusia zaman dahulu.
Berdasarkan cara berfikir tersebut, maka semua bangsa di dunia dapat digolongakan menurut
tingkat evolusi itu.
Timbul pula beberapa karangan hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-
kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi. Di sini pun kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa
itu dianggap sebagai sisa-sisa dan contoh-contoh dari kebudayaan manusia yang kuno sehingga
dengan meneliti kebudayaan menusia yang kuno sehingga dengan meneliti kebudayaan bangsa-
bangsa di luar Eropa itu orang menambah pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan
manusia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini
ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal.

3. Pertengahan Abad ke-20

Pada pertengahan abad ke-20, sebagian penjajah di Eropa berhasil memantapkan


kekuasaan jajahannya di luar daerah Eropa. Untuk keperluan pemerintahan jajahan tadi, yang
waktu itu mulai berhadapan dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, ilmu antropologi
sebagai ilmu yang mempelajari bangsa-bangsa di luar daerah Eropa menjadi sangat penting. Hal
ini juga juga berkaitan erat dengan dikembangkannya pendirian bahwa mempelajari bangsa di
luar Eropa sangat penting, karena bangsa-bangsanya pada umumnya masih mempunyai
masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa Eropa.

Dalam fase ini antropologi menjadi ilmu praktis yang bertujuan mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan colonial dan mendapatkan
pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.

4. Fase Pasca 1930 an dan Antropologi Modern

Pada periode ini bahan pengetahuan semakin bertambah dan jauh lebih teliti, didukung
pula dengan ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu ada dua hal yang
memyebabkan ilmu antropologi kehilangan objek kajiannya. Penyebabnya adalah sebagai
berikut:

a.Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II.

b.Cepat hilangnya bangsa primitif sekitar tahun 1930, sesudah Perang Dunia II yang hamper tak
ada lagi di muka bumi ini.

Adapun warisan dari fase-fase sebelumnya tidak dibuang begitu saja, akan tetapi dipakai
landasan bagi perkembangan yang baru. Perkembangan itu terutama terjadi di universitas-
universitas di Amerika Serikat, tetapi menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951,
ketika 60 orang tokoh ahli antropologi dari berbagai negara di Amerika dan Eropa (termasuk Uni
Soviet), mengadakan suatu symposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok
tujuan dan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru itu. Mengenai tujuannya, dalam fase
ini dapat dibagi dua yaitu akademikal dan praktis. Tujuan akademikalnya adalah mencapai
pengertiantentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari anekawarna bentuk
fisik, masyarakat, serta kebudayaannya. Sedangkan tujuan praktisnya adalah mempelajari
manusia dalam anekawarna masyarakat suku bangsa guna membahas masyarakat suku bangsa
itu.

5. Antropologi Modern

Secara kasar, aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai
universitas di beberapa negara dimanailmu antropologi berkembang, terutama di Amerika
Serikat, Inggris, Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet, dan negara-negara yang sedang
berkembang.

Di Amerika Serikat ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan
bahan dan metode dari ilmu antropologi dari fase sebelumnya yang ditambah dengan berbagai
spesiaisasi yang telah dikembangkan secara khusus untuk mencapai pengertian tentang dasar-
dasar dari aneka warna bentuk masyarakat dan kebudayaaan manusia yang tampak pada
sekarang ini.

Di Inggris serta negara-negara dibawah pengaruhnya seperti Australia, ilmu antropologi dalam
fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah
jajahan Inggris,maka sifat ilmu antropologinya tentu juga berubah. Para sarjana antropologi
bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa asli Papua Nugini dan Kepulauan Melanesia
untuk keperluan pemerintah jajahannya.

Di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria, dan Swis, kira-kira 15 tahun yang lalu ilmu
antropologi di sana bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropauntuk mencapai sejarah
tentang penyebaran dari kebudayaan-kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Di Eropa Utara di negara-negara Skandinavia, ilmu antropologi bersifat akademikal untuk


sebagian bersifat akademikal seperti di Jerman dan Austria. Mereka juga mempelajari banyak
daerah di luar Eropa, akan tetapi keistimewaan mereka terletak pada penelitian mereka terhadap
kebudayaan suku-suku bangsa Eskimo. Para sarjana Skandinavia juga mempergunakan banyak
metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat.

Di Uni Soviet perkembangan ilmu antropologi tidak banyak dikenal di pusat-pusat ilmiah lain di
dunia karena Uni Soviet sekitar tahun1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia
luar. Walaupun demikian, beberapa tulisan tentang perkembangan ilmu antropologi di Uni
Soviet menunjukkan betapa besarnya aktivitas penelitian antropologi. Berdasarkan konsep Karl
Marx dan F. Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat. Lepas dari bidang teori. Ilmu
antropologi di Uni Soviet menunjukkan bidang yang praktis, yakni mengumpulkan anekawarna
bentuk masyarakat, dan kebudayaan dari suku-suku bangsa yang menduduki wilayah Uni Soviet.
Hal ini juga menarik perhatian para sarjana untuk berusaha menyusun buku ikhtisar kebudayaan
dengan judul Narody Mira.
Di negara bekas jajahan Inggris, terutama India mendapat pengaruh yang besar dari aliran-aliran
di Inggris, ilmu itu mendapat suatu fungsi yang praktis dalam mencapai pengertian soal
kehidupan masyarakat India yang menunjukkan suatu aneka warna. Di India ilmu antropologi
dan sosiologi bukan dua ilmu yang berbeda lagi, tetapi hanya berupa dua golongan metode saja
yang telah menjadi satu, sebagai ilmu sosial baru.

Di Indonesia, dalam hal menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia kita belum terikat
oleh suatu tradisi, sehingga kita masih merdeka untuk memilihdan mengkombinasikan unsur-
unsur dari berbagai aliran dari antropologi yang paling cocok dengan masalah kemasyarakatan di
Indonesia.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Adanya catatan perjalanan dan koleksi benda-benda yang dipelopori oleh bangsa
Eropa Barat. Kemudian karena ada ketertarikan dengan pengetahuan dari bangsa-bangsa
yang mereka datangi yang meliputi Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika pribumi lahirlah
deskripsi tentang adat istiadat, bahasa, ciri-ciri fisik, dan warna kulit. Pada pertengahan
abad ke-19 lahir karya-karya hasil klasifikasi aneka ragam kebudayaan. Masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat, yakni dalam jangka waktu
yang beribu-ribu tahun lamanya, dan tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa
tingkat. Semua bentuk masyarakat dan kebudayaan dari bangsa-bangsa di luar Eropa
dianggap sebagai contoh dari tingkat kebudayaan lebih rendah, yang masih hidup sampai
sekarang sebagai sisa-sisa dari kebudayaan manusia zaman dahulu. Berdasarkan cara
berfikir tersebut, maka semua bangsa di dunia dapat digolongakan menurut tingkat
evolusi itu. Pada pertengahan abad ke-20, sebagian penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaan jajahannya di luar daerah Eropa, Secara kasar, aliran-aliran
dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa
negara dimana ilmu antropologi berkembang, terutama di Amerika Serikat, Inggris,
Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet, dan negara-negara yang sedang berkembang.
DAFTAR PUSAKA

https://www.kompasiana.com/kurniatikrmllh/56ffd1924f7a6150090e3432/fasefase-
perkembangan-ilmu-antropologi?page=all

https://www.kompasiana.com/amp/anafitri1995/fasefase-perkembangan-ilmu-
antropologi_54f7fdfda33311c27b8b5062

Anda mungkin juga menyukai