Anda di halaman 1dari 5

INFERTILITAS  Faktor endometriosis ( ekspresi integrin

(avb3) endometrium yang berperan dalam


 Telah menikah minimal selama 1 tahun, hub
proses implantasi)
senggama teratur, tidak menggunakan kontrasepsi,
- Faktor miometrium
tapi belum berhasil memperoleh keturunan
- Mioma uteri : tumor jinak uterus ec  proliferasi
 Infertilitas primer : belum pernah mengalami
sel-sel miometrium. Berdasarkan lokasinya
kehamilan
dibagi jadi 5 : mioma subserosum, intramural,
 Infertilitas sekunder : gagal memperoleh kehamilan subumukosum, serviks, dan rongga peritoneum)
setelah 1 tahun pasca persalinan / pasca abortus - Adenomiosis : susupan jaringan stroma dan
tanpa menggunakan kontrasepsi apapun kelenjar yang sangat menyerupai endometrium
 Subfertilitas : kurangnya kemampuan suatu  Masalah Tuba
pasangan untuk mengalami kehamilan - Adanya sumbatan pada tuba
FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS  Masalah ovarium
- Sindroma ovarium polikistik (terdapat siklus haid
 Faktor tuba & pelvik, laki-laki (disfungsi sperma), oligoovulasi atau anovulasi, terdapat gambaran
ovulasi, idiopatik, lain-lain (fibroid, polip ovarium polikistik pada USG, terdapat gambaran
endometrium, kelainan anatomis) hipoandrogenisme baik klinis maupun
NON ORGANIK biokimiawi)
- Pemeriksaan mencakup : penilaian lendir
 Usia :  usia istri =  kemungkinan kehamilan serviks, suhu basal, sitologi vagina hormonal,
 Frekuensi senggama : < 2- 3 x/minggu pemeriksaan hormonal, biopsi endometrium
 Pola hidup : alkohol (berhub dengan kualitas  Masalah peritoneum
sperma), rokok, BB (BMI > 29) - Endometriosis (dapat berupa nodul di
permukaan peritoneum, atau berupa jar.
ORGANIK
Endometriosis yang berinfiltrasi dalam di bwh
 Masalah vagina : lap peritoneum)
- Dispareunia : rasa tidak nyaman/nyeri saat - Patogenesisnya berkaitan dengan teori
melakukan senggama regurgitasi implantasi dari sampson atau teori
Penyebab pada perempuan : metaplasia.
 Infeksi (kandida, klamidia, trichomonas) - Dilakukan laparoskopi diagnostik. Indikasi :
 Organik (vaginismus : diameter lubang  Selama 1 tahun pengobatan  belum
vagina yg terlalu sempit ec kontraksi refleks hamil
otot pubokoksigeus yg terlalu sensitif, bisa  Siklus haid tidak teratur
karena psikogenik atau kelainan anatomis  Istri berusia ≥27 tahun dan mengalami
(post episiotomi atau jar parut) , nodul infertilitas ≥ 3 tahun
endometriosis, endometriosis pelvik,  Pernah dilakukan histerosalpingografi
keganasan) dengan media kontras larut minyak
 Riwayat appendicitis
Penyebab pada laki-laki :
 Pertubasi abnormal
 Infeksi (uretritis, prostitis, sistitis)
 Endometriosis
 Organik (preputium yg sempit, luka parut
 Akan dilakukan inseminasi buatan
dipenis)
 Masalah uterus : PEMERIKSAAN DASAR INFERTILITAS
- Faktor serviks : SYARAT :
 Servisitis  Istri berusia 21 – 30 tahun  diperiksa bila belum
 Trauma pada serviks (bisa karena konisasi hamil setelah berusaha slm 1 tahun
atau abortus provokatus, dll)  Istri berusia > 30 tahun  dapat langsung diperiksa
 Lendir serviks abnormal pada kedatangan pertama
 Malaposisi serviks  dapat pula dilakukan pemeriksaan lebih dini bila
- Faktor kavum uteri terdapat :
 Kelainan anatomis (septum kavum uteri  - kelainan endokrin
lebih ke arah kegagalan kehamilan muda - riwayat abortus berulang
berulang) - riwayat pembedahan ginekologi
- riwayat infeksi (PID) - Hindari paparan temperatur tinggi (>38 0C) atau
terlalu rendah (<150C)
ANAMNESIS
Nilai normal analisis sperma berdasarkan kriteria
 Riwayat kebiasaan pola hidup (merokok, alkohol,
WHO
obat-obatan)
 Siklus haid Kriteria Nilai Normal
 Nyeri haid Volume ≥ 2ml
 Frekuensi senggama Waktu likuefaksi Dalam 60 menit
pH ≥7,2
PEMERIKSAAN FISIK Konsentrasi sperma ≥20 juta/ ml
 TB/BB & lingkar pinggang  BMI Jumlah sperma total ≥40 juta/ejakulat
 Tanda-tanda hiperandrogenisme Lurus cepat ≥ 25%
Jumlah ant lurus ≥50%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
lambat dan lurus cpt
 Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madya
Morfologi normal ≥30%
(± 7 hari sebelum datangnya haid)
Vitalitas ≥75% yg hidup
 Adanya ovulasi dapat ditemukan jika kadar leukosit <1 juta/ml
progesteron fase luteal >9,4 mg/ml
 Kadar TSH, prolaktin KARAKTERISTIK AIR MANI
 Kadar FSH, LH (pada fase folikular awal (3-4 hari))  Koagulasi dan likuefaksi : air mani saat diejakulasi
 Bila ada tanda-tanda hiperandrogenisme  FAI (free cair dan kemudian menjadi spt agar. Dalam 15 – 20
androgen index) : 100 x testosteron total / SHBG menit jadi pekat
N <7  Viskositas : setelah likuefaksi air mani menjadi cairan
 Postcoital test (PCT) : menilai banyaknya homogen yang akan membenang mencapai 3 – 10
spermatozoa pada lendir serviks pasca senggama cm saat dicolek dengan lidi. Pengukuran viskositas
dalam 1 lpb ; Uji gelas objek : menilai kemampuan yang lebih tepat menggunakan pipet eliasson
spermatozoa untuk masuk ke dalam lendir serviks ;  Rupa dan bau : saat baru diejakulasi air mani
uji kontak air mani dengan lendir serviks berwarna putih kelabu. Setelah mengalami likuefaksi
(membandingkan motilitas sperma pada lendir dapat jernih atau keruh tergantung konsentrasi
serviks dan air mani) spermatozoa. Baunya seperti bau bunga akasia.
 Histerosalpingografi  penyuntikan media ke dalam  Volume : setelah abstinensia slm 3 hari  1 – 5 cc
kavum peritonei melalui kanalis servikalis untuk nilai  Uji fruktosa : +
gambaran cavum uteri, patensi tuba, dan
peritoneum  Normozoospermia : ejakulasi normal
 Histeroskopi (dilakukan bila hasil  Oligozoospermia : konsentrasi sperma lebih rendah
histerosalpingografi tidak normal)  peneropongan dr rujukan WHO
kavum uteri yang telah digembungkan dengan
 Astenospermia : konsentrasi sperma dengan
media dekstran 32%, glukosa 5%, NaCl, dan gas CO2
motilitas lebih rendah dari nilai rujukan
(KI : PID, kehamilan, perdarahan banyak dr uterus)
 Teratozospermia : konsentrasi sperma dengan
 Pertubasi (untuk melihat patensi tuba) 
morfologi lebih rendah dari nilai rujukan
meniupkan gas CO2 melalui kateter atau kanula
 Azospermia : tidak terdapat sel sperma di dalam
pada kanalis servikalis. Dilakukan setelah haid
ejakulat
bersih, sebelum ovulasi, atau hari ke-10 siklus
 Kristospermia : jumlah sperma sgt sedikit
PEMERIKSAAN ANALISIS SPERMA
Indikator Rujukan ke Pusat layanan Infertilitas sekunder
 Syarat pemeriksaan :
& tersier
- Lakukan abstinesia selama 2 – 3 hari
- Keluarkan sperma dengan cara masturbasi Perempuan Usia >35 tahun
- Hindari penggunaan pelumas saat masturbasi Riwayat KET sebelumnya
- Hindari penggunaan kondom untuk menampung Riwayat kelainan tuba
sperma  gunakan tabung dengan mulut lebar Riwayat pembedahan
- Kirimkan sampel ke lab maksimal 2 jam pasca Endometriosis
ejakulasi Ggg haid
Hirsutisme atau
galaktore  Perhatikan kedua scrotum apakah simetris atau
Kemoterapi tidak (bentuk scrotum dengan testis kiri lebih bawah
Laki-laki Testis andesensus,  normal)
orkidopeksi
Kemoterapi PALPASI
Pembedahan urogenital
 Palpasi setiap testis dan epidimis antara ibu jari
Varikokel
dengan jari II dan III. Epididimis terletak di
PMS
posterosuperior testis dan teraba seperti anyaman
pita/kabel.
PEMERIKSAAN PENIS  Perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, dan apakah
terdapat nyeri . penekanan pada testis dapat
INDPEKSI
memberikan sensasi nyeri visera.
 Pada pasien yang belum disunat, preputium penis  Palpasi funiculus spermatikus, termasuk ductus
harus diretraksikan. Tahap ini penting untuk deferens, antara ibu jari dan jari2 lainnya, dari
mendeteksi kelainan pada glans penis dan epididimis sampai ke annulus inguinalis superficialis
ada/tidaknya tumor pada preputium. Smegma dapat
TRANSILUMINASI SCROTUM
terakumulasi di balik kulit preputium.
 Phimosis : keadaan dimana preputium penis tidak  Harus dilakukan di ruangan gelap
dapat diretraksikan sehingga kesulitan melihat glans  Senter diletakkan di belakang scrotum
penis  Perhatikan apakah terdapat gambaran kemerahan
 Paraphimosis : preputium yang sulit untuk kembali  transiluminasi positif
ke posisi semula ; sering menyebabkan edema pada
glans penis
 Inspeksi glans penis : ulkus, scar, nodul, tanda
inflamasi. (balanitis : infeksi pada preputium penis,
balanopostitis : infeksi pada glans dan preputium)
 Inspeksi kulit penis secara keseluruhan apakah ada
ekskoriasi atau inflamasi lain.
 Perhatikan juga kulit di regio pubica
 Perhatikan lokasi OUE (hipospadia : OUE terletak
pada bagian ventral penis, epispadia : OUE terletak
pada bagian dorsal penis). Lakukan kompresi glans
penis dengan perlahan antara jari telunjuk dan ibu
jari  inspeksi OUE apakah ada duh keluar

PALPASI

 Palpasi corpus penis dengan ibu jari dan jari II dan III,
perhatikan adanya indurasi dan rasa nyeri
 Indurasi pada bagian ventral penis menandakan
adanya striktur uretra / keganasan

PEMERIKSAAN PENIS

INSPEKSI

 Perhatikan seluruh kulit scrotum , posisikan scrotum


ke arah superior agar dapat melihat scrotum bagian
posterior
 Perhatikan adanya ruam, kista epidermoid (papul
atau nodul yang terbentuk dari folikel yang
 tersumbat dan berisi debris keratin dari deskuamasi
folikel rambut), atau tumor
 Perhatikan kontur kulit scrotum, apakah ada edema,
benjolan, atau gambaran vena
PNPK INFERTILITAS  gonadotropin rendah, prolaktin normal,
dan rendahnya estradiol
 Faktor risiko infertilitas :  Kelas 2: Gangguan fungsi ovarium
- Alkohol (normogonadotropin-normogonadism) 
 Mempengaruhi sel Leydig  mengurangi kelainan pada gonadotropin namun estradiol
sintesis testosteron dan merusak membran normal
basalis.  Kelas 3: Kegagalan ovarium
 Mempengaruhi fungsi hipotalamus dan (hipergonadotropin-hipogonadism)  kadar
hipofisis gonadotropin yang tinggi dengan kadar
- Rokok estradiol yang rendah.
 Oosit  kerusakan mitokondria  Kelas 4: hiperprolaktinemia
 Sperma  kerusakan morfologi
Penyebab Amenore primer :
 Embrio  keguguran
 Uterus : agenesis Mullerian
- Kafein (kopi, teh, minuman soda)
 Ovarium : SOPK, sindrom turner
- BB
 Hipotalamus : olahraga berat,  BB, genetik
 BMI > 29  cenderung sulit hamil
(sindrom Kallman), idiopatik
- Olahraga
 Pubertas terhambat
 Olahraga ringan-sedang   fertilitas ec 
 Hipofisis : hiperprolaktinemia
aliran darah dan anti oksidan
 Trauma, tumor  kerusakan
 Olahraga berat (>5 jam/minggu) 
hipotalamus/hipofisis
fertilitas
 Sistemik : kelainan endokrin (tiroid, cushing)
- Stres
 Gangguan Tuba
- Suplementasi vitamin
- Infeksi
Antioksidan yang  kualitas sperma :
- Endometriosis  perlekatan pelvis 
 Vit C   kualitas semen
mengganggu pelepasan oosit dari ovarium,
 Ubiquinone Q10   kualitas sperma
menghambat penangkapan maupun
 Selenium dan glutation   motilitas
transportasi oosit
sperma
 Minyak ikan   aktivasi NF Kappa-B Klasifikasi kerusakan tuba :
- Obat-obatan  Ringan :
 Spironolacton  rusak testosteron dan Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis
sperma atau oklusi tuba distal tanpa ada distensi.
 Kolkisin & allupurionol   kualitas sperma Mukosa tampak baik.
 tetrasiklin, gentamisin, neomisin, eritromisin Perlekatan ringan (perituba-ovarium)
dan nitrofurantoin dosis tinggi    Sedang
motilitas dan jumlah sperma. Kerusakan tuba berat unilateral
 Simetidin  impotensi & abnormalitas  Berat
sperma Kerusakan tuba berat bilateral
 Siklosporin Fibrosis tuba luas
- Obat herbal Distensi tuba > 1,5 cm
 ginko biloba  mengubah materi genetik Mukosa tampak abnormal
sperma & mengurangi viabilitas sperma. Oklusi tuba bilateral
- Pekerjaan Perlekatan berat dan luas
 Pekerjaan yg melibatkan paparan panas,  Gangguan Uterus
radiasi sinar-X, logam dan pestisida - Mioma submukosum
- Polip
FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
- Leiomyoma
FAKTOR PEREMPUAN - Sindrom Asherman
 Gangguan Ovulasi
FAKTOR LAKI-LAKI
Menurut WHO dibagi ke dalam 3 kelas :
 Kelainan urogenital kongenital atau didapat
 Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus
 Infeksi saluran urogenital
hipofisis (hipogonadotropin hipogonadism)
 Suhu skrotum yang meningkat (contohnya akibat  Pemeriksaan fisik : tanda2 defisiensi androgen,
dari varikokel) palpasi skrotum, epididimis, kelainan penis
 Kelainan endokrin  Analisis sperma : bila hasil abnormal  diulang 3
 Kelainan genetik bulan setelah pemeriksaan pertama
 Faktor imunologi  Pemeriksaan fungsi endokrinologi (hormon
testosteron, FSH-LH)
PEMERIKSAAN PADA PEREMPUAN  Pemeriksaan imunologi (pemeriksaan antibodi
 Pemeriksaan Ovulasi antisperma)
Frekuensi dan keteraturan menstuasi
 siklus haid teratur tapi infertil  konfirmasi
terjadinya ovulasi dengan cara mengukur kadar
progesteron serum fase luteal madya 
dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28- 35) dan
dpt diulang tiap minggu sampai siklus haid
berikutnya terjadi
 siklus haid tidak teratur  ukur kadar hormon
gonadotropin (FSH dan LH)
 pemeriksaan temperatur basal
 Pemeriksaan kadar hormon prolaktin
 Pemeriksaan fungsi tiroid
 Biopsi endometrium

Pemeriksaan untuk melihat ovulasi dan cadangan


ovarium :
Ovulasi Cadangan ovarium
Riwayat menstruasi Kadar AMH
Progesteron serum USG Hitung folikel antral
transvaginal (FAB)
Temperatur basal FSH dan estradiol hari
LH urin ke-3
Biopsi Endometrium

Interpretasi dari AMH dan FAB :


- Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6
ng/ml
- Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 -
4.6 ng/ml)
- Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2
ng/ml
 Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
 Pemeriksaan Kelainan Uterus
- HSG, histeroskopi, USG TV, SIS
 Pemeriksaan lendir serviks pasca senggama
 Pemeriksaan kelainan tuba
- HSG
- Saline infusion sonography
- Laparoksopi kromotubasi

PEMERIKSAAN PADA LAKI-LAKI


 Anamnesis (riwayat medis (genetik, kelainan
endokrin), pembedahan, fertilitas, seksual,
pengobatan, gaya hidup)

Anda mungkin juga menyukai